Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULAUN
A. Latar belakang
Sebagai umat manusia kita harus senantiasa taat menjalankan perintahnya agama, yaitu dengan
menjalankan segala perintah Allah, serta meninggalkan apa-apa yang dilarang olehnya di abad 21
ini, mungkin banyak diantara kita yang masih berkurang memperhatikan dan mempelajari akhlak.
Yang perlu diingat, bahwa Tauhid sebagai inti ajaran Islam yang memang seharusnya kita
utamakan,disamping mempelajari akhlak. Karena tauhid merupakan realisasi akhlak seorang
hamba terhadap Allah, seseorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-
baiknya manusia.
Namun, pada pernyataannya dilapangan. Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai
lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan
bahwa akhlak perlu dibina. Dri pembinaan tersebut akan terbentuk pribadi-pribadi muslim yang
berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya hormat kepada ibu bapak dan sayang kepada
sesama mahluk ciptaan Allah.
Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha-usaha sungguh-sungguh
dalam rangka membentuk akhlak anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan
yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti pembentukan Akhlak.?
2. Bagaimana Metode Pembinaan Akhlak.?
3. Apa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak.?
4. Apa Manfaat Akhlak Yang Mulia
5. Apa saja Macam – macam Ahlak mulia.?
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya : Siapa yang tidak suka meninggalkan kata-kata dusta, dan perbuatan yang palsu, maka
Allah tidak membutuhkan daripadanya, puasa meninggalkan makan dan minumnya.(H.R.
Bukhari)
Selanjutnya rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji. Dalam ibadah haji ini pun nilai
pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembinaan akhlak yang ada pada
ibadah dalam rukun Islam yang lainnya. Hal ini bisa dipahami karena ibadah haji ibadah dalam
Islam bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu disamping menguasai
ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam menjalankannya dan harus
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan
lainnya. Hubungan ibadah haji dengan pembinaan akhlak ini dapat dipahami dari ayat yang
berbunyi :
Artinya : (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan
niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh berkata kotor (jorok), berbuat
fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan
berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (QS. Al-Baqarah
: 197)
Berdasarkan analisis yang didukung dalil-dalil al-Qur’an dan al-Hadits tersebut diatas, kita dapat
mengatakan bahwa islam sangat member perhatian yang besar terhadap pembinaan akhlak,
termasuk cara-caranya. Hubungan antara rukun iman dan rukun islam terhadap pembinaan akhlak
menunjukkan bahwa pembinaan akhlak yang ditempuh islam adalah menggunakan cara atau
system yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk
diarahkan pada pembinaan akhlak.
Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah dapat pula
dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi terasa terpaksa. Seseorang yang
ingin menulis dan mengatakan kata-kata yang bagus misalnya, pada mulanya ia harus memeksakan
tangan dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf yang bagus. Apabila
pembinaan ini sudah berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai
paksaan.
Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatika factor
kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan
manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih
menyukai pada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat disajikan
dalam bentuk permainan. Hal ini pernah dilakukan oleh para ulama dimasa lalu, mereka
menyajikan ajaran akhlak lewat syair yang berisi sifat-sifat Allah dan rasul, anjuran beribadah,
akhlak mulia dan lainnya.
3. Menghilangkan kesulitan
Nabi Bersabda :
Ada tiga perkara yang menyelamatkan manusia, yaitu takut kepada Allah di tempat yang
tersembunyi maupun di tempat yang terang, berlaku adil pada waktu rela maupun pada waktu
marah, dan hidup sederhana pada waktu miskin, maupun waktu kaya. (H.R. Abu Syaikh).
Banyak bukti yang dapat dikemukakan yang dijumpai dalam kenyataan social bahwa orang
yang berakhlak mulia semakin beruntung. Orang yang baik akhlaknya pasti disukai oleh
masyarakatnya, kesulitan dan penderitaannya akan dibantu untuk dipcahkan, walaupun ia tidak
mengharapkannya. Peluang, kepercayaan, kesempatandatang silih berganti kepadanya.
Sebaliknya jika akhlak yang mulia itu telah sirna, dan berganti dengan akhlak yang tercela,
maka kehancuran pun akan segera datang menghadangnya.
Penyair Syauki Bey pernah mengatakan,
ت ا َ ْخ ََلقُ ُه ْم ذَ َهب ُْوا ْ َاِنَّ َما ْاَلُ َم ُم ْاَلَ ْخ ََل ُق َما بَ ِقي
ْ َت َوا ِْن ُه ُم ْوا ذَ َهب
Selama umat itu akhlaknya baik ia akan tetap eksis, dan jika akhlaknya sirna, maka bangsa itu
pun akan binasa.
F. Macam – macam Ahlak mulia
Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam merupakan sistem moral yang berdasarkan
Islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya untuk
disampaikan kepada umatnya. Secara garis besar akhlak dapat digolongkan dalam dua kategori
yaitu sebagai berikut:
Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari segi
hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak
akan menjangkau hakekatnya.
b. Akhlak terhadap Diri Sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan
menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan
amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya:
Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan
hindarkan perbuatan yang tercela.
c. Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal
banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong
dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, Karena ia berjasa
dalam ikut serta mendewasaan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya
dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan,
karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan
adalah pembentukan akhlak. Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena
akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa
masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecendrungan kepada kebaikan atau
fithrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu
cendrung kepada kebenaran. Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan
sendirinya, walaupun tanpa dibentuk atau diusahakan (ghair muktasabah).
akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Akhlak Terhadap Allah
d. Akhlak terhadap Diri Sendiri
e. Akhlak terhadap sesama manusia