Professional Documents
Culture Documents
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala curahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul
“Fermentasi Keju ” dapat diselesaikan tepat waktu. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk mengetahui tahap fermentasi keju dan faktor-faktor yang
mempengaruhi fermentasi. Makalah ini diharapkan dapat memperkaya ilmu
pengetahuan tentang mikobiologi, khususnya fermentasi pada keju.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan adanya kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, Amin.
KATA PENGANTAR………………………………………………………...….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….….ii
A. Keju………… ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1. KEJU
Keju sudah diproduksi sejak zaman prasejarah walaupun tidak ada bukti pasti
kapan pembuatan keju pertama kali dilakukan. Masyarakat prasejarah mulai
meninggalkan gaya hidup nomaden dan beralih menjadi beternak kambing,
domba maupun sapi. Karena kebersihan yang kurang, terkena sinar matahari
secara langsung atau terkena panas dari api maka susu dalam bejana tersebut
menjadi asam dan kental. Setelah dicoba ternyata susu tersebut masih dapat
dimakan, dan itulah pertama kalinya manusia menemukan keju krim asam (sour
cream cheese).
Keju krim manis (sweet cream cheese) juga ditemukan secara kebetulan. Sebuah
legenda yang menceritakan bahwa beberapa pemburu yang membunuh seekor
anak sapi, kemudian membuka perutnya dan menemukan sesuatu berwarna putih
yang memiliki rasa yang enak. Adanya enzim rennet di dalam perut sapi
menyebabkan susunya menjadi kental, sehingga menjadi apa yang kita sebut keju
saat ini. Cerita lainnya mengatakan bahwa keju ditemukan pertama kali di Timur
Tengah oleh seorang pengembara dari Arab. Pengembara tersebut melakukan
perjalanan di padang gurun mengendarai kuda dengan membawa susu di
pelananya. Setelah beberapa lama, susu tersebut telah berubah menjadi air yang
pucat dan gumpalan-gumpalan putih. Karena pelana penyimpan susu terbuat dari
perut binatang (sapi, kambing ataupun domba) yang mengandung rennet, maka
kombinasi dari rennet, cuaca yang panas dan guncangan-guncangan ketika
mengendarai kuda telah mengubah susu menjadi keju, dan setelah itu orang-orang
mulai menggunakan enzim dari perut binatang untuk membuat keju.
Keju merupakan suatu produk pangan yang berasal dari hasil penggumpalan
(koagulasi) dari protein susu. Susu yang digunakan untuk pembuatan keju adalah
susu sapi walaupun susu dari hewan lain juga dapat digunakan. Selain dari
kasein(protein susu), komponen susu lainnya seperti lemak, mineral-mineral dan
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak juga terbawa dalam gumpalan partikel-
partikel kasein. Sedangkan komponen-komponen susu yang larut dalam air
tertinggal dalam larutan sisa dari hasil penggumpalan kasein yang disebut whey.
Dewasa ini, terdapat berbagai macam dan jenis keju, tergantung dimana keju
tersebut dibuat, jenis susu yang digunakan, metode pembuatannya dan perlakuan
yang digunakan untuk proses pemeraman atau pematangannya. Cara yang umum
digunakan untuk mengklasifikasikan adalah berdasarkan tekstur dan proses
pemeraman atau pematangan. Berdasarkan teksturnya keju diklasifikasikan
menjadi: keju sangat keras, keju keras, keju semi keras dan keju lunak.
Berdasarkan pemeramannya keju di bagi menjadi dua yaitu keju peram dan keju
tanpa peram. Keju peram sendiri di bagi menjadi keju di peram dengan bakteri
dan keju diperam dengan kapang.
Oleh karena terdapat berbagai jenis keju tahap-tahap terperinci dalam proses
pembuatannya juga sangat bervariasi. Tahap-tahap yang terpenting dalam proses
pembuatan keju adalah: pasteurisasi, penggumpalan kasein(protein susu),
pemisahan whey, pencetakan dan pengepresan serta pemeraman.
Pemeraman keju dilakukan dengan cara menyimpan keju yang telah dilapisi
dengan parafin pada suhu 2-15 C dengan kelembapan sekitar 70-80% selama 3-7
bulan. Semakin lama pemeraman dilakukan, semakin kuat cita rasa keju yang
terbentuk.
ü Pemecahan protein menjadi peptida dan asam amino yang lebih sederhana.
ü Pemecahan lemak menjadi berbagai asam lemak yang mudah menguap seperti
asam asetat dan propionat.
ü Pemecahan laktosa, sitrat dan senyawa-senyawa organik lainnya menjadi
bermacam-macam asam, ester, alkohol dan senyawa-senyawa pembuntuk flavor
dan aroma yang mudah menguap.
PEMBAHASAN
Pembuatan keju adalah proses yang dilakukan untuk mengolah susu hingga
menjadi berbagai jenis keju. Pembuatan keju pada dasarnya sama walaupun ada
ratusan jenis keju yang diproduksi di seluruh dunia. Keju memiliki gaya dan rasa
yang berbeda-beda, tergantung jenis air susu yang digunakan, jenis bakteri atau
jamur yang dipakai dalam fermentasi, lama proses fermentasi maupun
penyimpanan (“pematangan”)
1. Pasteurisasi
Pasteurisasi susu, dilakukan pada susu 70°C, untuk membunuh seluruh bakteri
pathogen.
2. Pengasaman
3. Pengentalan
Bakteri rennet ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan yang kemudian
membuat protein menggumpal dan membagi susu menjadi bagian cair (air dadih)
dan padat (dadih). Setelah dipisahkan, air dadih kadang-kadang dipakai untuk
membuat keju seperti Ricotta dan Cypriot hallumi namun biasanya air dadih
tersebut dibuang. Dengan bantuan sebuah alat yang berbentuk seperti kecapi,
dadih keju dihancurkan menjadi butiran-butiran. Semakin halus dadih tersebut
maka semakin banyak air dadih yang dikeringkan dan nantinya akan
menghasilkan keju yang lebih keras.
Rennet mengubah gula dalam susu menjadi asam dan protein yang ada menjadi
dadih. Jumlah bakteri yang dimasukkan dan suhunya sangatlah penting bagi
tingkat kepadatan keju. Proses ini memakan waktu antara 10 menit hingga 2 jam,
tergantung kepada banyaknya susu dan juga suhu dari susu tersebut.
4. Pengolahan dadih
a)Pencetakan
Saat dadih mencapai ukuran optimal maka ia harus dipisahkan dan dicetak. Untuk
keju-keju kecil, dadihnya dipisahkan dengan sendok dan dituang ke dalam
cetakan. Untuk keju yang lebih besar, pengangkatan dari tangki menggunakan
bantuan sehelai kain. Sebelum dituang ke dalam cetakan, dadih tersebut
dikeringkan terlebih dahulu kemudian dapat ditekan lalu dibentuk atau diiris.
b) Penekanan
Keju haruslah ditekan sesuai dengan tingkat kekerasan yang diinginkan. Untuk
keju lunak, penekanan biasanya tidak dilakukan karena berat dari keju tersebut
sudah cukup berat untuk melepaskan air dadih. Begitupun halnya dengan keju iris,
berat dari keju tersebut menentukan tingkat kepadatan yang diinginkan. }
Meskipun demikian, sebagian besar keju melewati proses penekanan. Waktu dan
intensitas penekanan berbeda-beda bagi setiap keju.
c) Pengasinan
Setelah keju dibentuk,dilakukan penambahan garam agar keju tidak terasa tawar.
Keju dapat diasinkan dengan empat cara yang berbeda. Bagi beberapa keju, garam
ditambahkan langsung ke dalam dadih. Cara yang kedua adalah dengan
menggosokkan atau menaburkan garam pada bagian kulit keju. Hal ini
menyebabkan kulit keju terbentuk dan melindungi bagian dalam keju agar tidak
matang terlalu cepat. Beberapa keju-keju yang berukuran besar diasinkan dengan
cara direndam dalam air garam. Perendaman keju bisa menghabiskan waktu
berjam-jam hingga berhari-hari. Cara yang terakhir adalah dengan mencuci bagian
permukaan keju dengan larutan garam. Selain memberikan rasa, garam juga
membantu menghilangkan air berlebih, mengeraskan permukaan, melindungi keju
agar tidak mengering serta mengawetkan dan memurnikan keju ketika memasuki
proses maturasi.
6. Pematangan
1) Suhu
Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting¢ yang mempengaruhi dan
menentukan macam organisme yang dominan selama fermentasi. Beberapa hal
sehubungan dengan suhu untuk setiap mikroorganisme dapat digolongkan sebagai
berikut :
2) Asam
Bakteri asam laktat memerlukan nutrisi yang sangat kompleks dan umumnya
hidup pada medium yang kaya akan nutrisi seperti berbagai jenis makanan. Pada
pembuatan keju kondisi pertumbuhan yang berbeda dapat menghasilkan produk
akhir fermentasi yang berbeda pula. Secara umum niasin dan asam pantotenat
esensial bagi pertumbuhan bakteri asam laktat.
Salah satu perbedaan penting dari group bakteri asam laktat adalah pola
pembentukan produk fermentasi glukosa yaitu terdapat kelompok
homofermentatif secara prinsip hanya menghasilkan asam laktat tanpa produksi
gas CO2 dan komponen aroma dari penguraian glukosa sedangkan kelompok
heterofermentatif menghasilkan asam laktat dan berbagai metabolit lain sebagai
produk akhir
3) Garam
Pada keju, seperti pada banyak makanan, garam biasanya berfungsi sebagai
bumbu. Tetapi garam memiliki efek-efek penting yang lain, seperti memperlambat
aktifitas biang dan proses-proses bakteri yang berkaitan dengan pematangan keju.
Pemberian garam ke dalam dadih menyebabkan lebih banyak kelembaban
dikeluarkan, baik melalui efek osmotik dan efek penggaraman pada protein.
Tekanan osmotik bisa disamakan dengan pembentukan pengisap pada permukaan
dadih, menyebabkan kelembaban tertarik keluar
4) Oksigen
5)Alkohol
6)Mikroorganisme
Jika mikroorganisme terdapat dalam jumlah banyak dan cepat berkembang biak
maka mikroorganisme dapat menguasai lingkungannya dan memungkinkan
mikroorganisme untuk tumbuh. Pertumbuhan mikroorganisme dicirikan oleh
pertambahan massa sel, konstituen seluler dan pertambahan jumlah sel yang dapat
terjadi apabila kondisi kimiawi dan fisika tertentu terpenuhi (Gumbira, 1987 ;
Neihhardt et al., 1990). Bakteri tumbuh dengan cara pembelahan sel dengan
membelah secara simetris menjadi dua sel. Pertumbuhan mikroorganisme
dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yakni ketersediaan nutrisi, suhu, pH,
oksigen, pengaruh aktivitas air dan pengaruh potensi genetik dari bakteri itu
sendiri (Fardiaz, 1998). Pengukuran pertumbuhan sel secara kuantitatif disajikan
dalam bentuk kurva pertumbuhan yang menunjukkan hubungan antara biomassa /
jumlah sel terhadap waktu, secara umum terdapat empat fase pertumbuhan
mikroorganisme pada medium fermentasi sistem batch (sistem curah) yakni fase
adaptasi, fase logaritma, fase stasioner, dan fase kematian sel.
Jenis bakteri ini berperan utama dalam mengubah laktosa (zat gula) pada susu
menjadi asam laktat, dimana proses ini dapat menurunkan pH keju sehingga tidak
membusuk oleh bakteri pembusuk. Langkah ini adalah proses pertama untuk
membuat keju menjadi lezat. Pada dasarnya terdapat 2 jenis bakteri asam laktat
yaitu Lactococcus (berbentuk bulat) dan Lactobacillus (berbentuk batang).
Lactobacillus yang paling sering dimanfaatkan untuk pembuatan keju sedangkan
Lactococcus kini banyak dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit. Jika Anda
mengenal keju Swiss (Emmental Cheese) atau keju Italia (Mozarella), maka
bakteri Lactobacillus beserta Propionibacterium freudenreichii dan Streptococcus
thermophilus adalah 3 jenis bakteri yang digunakan dalam membuat keju tersebut.
Streptococcus thermophilus yang juga berperan dalam tahap awal pematangan
keju.
BAB III
PENUTUP
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun
yang lalu.Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-9.Bioteknologi dengan
menggunakan mikroorganisme dapat menghasilkan makanan dan minuman
karena dapat tumbuh dengan cepat, mengandung protein yang cukup tinggi dan
dapat menggunakan produk-produk sisa sebagai substratnya misalnya dari limbah
dapat menghasilkan produk yang tidak toksik dan reaksi biokimianya dapat
dikontrol oleh enzim organisme itu sendiri.
Mikroorganisme dapat menjadi bahan pangan ataupun mengubah bahan pangan
menjadi bentuk lain. Proses pembuatan pangan yang dibantu oleh mikroorganisme
misalnya melalui fermentasi, seperti keju, yoghurt, dan berbagai makanan lain
termasuk kecap dan tempe. Keju merupakan makanan yang mengandung
konsentrat nutrisi. Kandungan gizinya sangat baik untuk anak-anak yang ada
dalam masa pertumbuhan. Juga untuk kaum vegetarian, yaitu mereka yang hanya
memakan sayur-sayuran dan berpantang daging, keju dapat digunakan sebagai
pengganti daging karena kandungan proteinnya yang tinggi. Sebagai contoh, pada
keju keras, seperti Chedar, setiap 100 gramnya menyuplai 36% protein, 80%
kalsium, 34% lemak dari total kebutuhan gizi yang direkomendasikan per harinya
(recommended daily allowance). Konversi susu menjadi keju memberikan
keuntungan tersendiri karena sebagian besar lemak dan proteinnya telah dicerna
oleh enzim dalam proses pembuatan keju sehingga lebih mudah diterima oleh
sistem pencernaan manusia.