You are on page 1of 4

PENENTUAN KEMANTAPAN AGREGAT TANAH METODE VILENSKY

TUGAS

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Praktikum Geografi Tanah

Yang dibina oleh Ibu Ir. Juarti

Oleh

Denny Setia Purnama

140722600805

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

PRODI GEOGRAFI

Maret 2015
ACARA 5

“PENENTUAN KEMANTAPAN AGREGAT TANAH METODE VILENSKY”

I. Dasar Teori
Stuktur tanah adalah salah satu sifat dasar tanah yang sangat mempengaruhi sifat yang
lain, serta besar pengaruhnya terhadap kemampuan tanah sebagai media pertanaman.
Tanah yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah tanah yang
berstruktur mantap. Struktur tanah dapat terjadi karena adanya interaksi yang berimbang
dari berbagai faktor, antara lain : butiran tanah (soil particle),bahan pengikat (commenting
material) dan aktivitas biologis.
Butiran tanah yang dimaksuud dalam pembicaraan struktur tanah tidak hanya terbatas
pada pada butiran tunggal penyusun tanah (pasir,debu dan liat),tetapi juga butiran-butiran
yang terbentuk dari penyatuan butir-butir tunggal tersebut dikenal dengan istilah agregasi
butiran tunggal. Pasir,debu dan liat disebut butiran primer, sedangkan agregasi butiran
primer disebut butiran sekunder
Berdasarkan pengertian tersebut,maka tekstur tanah didefinisikan sebagai agregasi
butiran primer menjadi butiran sekunder yang satu sama lain dibatasi oleh bidang belah
alami. Struktur tanah adalah istilah lapang yang digunakan untuk menggambarkan
agregasi tanah.
Kemantapan agregasi mempengaruhi ketahanan tanah terhadap pukulan air hujan.
Makin tinggi gaya ikat antar partikel-partikel tanah, maka makin sulit tanah tersebut
terpengaruhi oleh gaya perusak yang berasal dari pukulan air hujan atau aliran air. Jadi
kemantapan agregat terhadap air dapat dipakai sebagai petunjuk ketahanan tanah terhadap
erosi.
Salah satu cara menentukan kemantapan agregat adalah etode vilensky, yaitu
pengukuran kemantapan agregat tanah bersiameter 2-3 mm dengan jalan menghitung
volume tetesan air yang dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut. Oleh vilensky
tinggi tetesan air ditetapkan 20 cm,suatu ukuran konveksi dari keadaan dilapang yaitu,
dibandingkan jarak tetesan air hujan pada areal yang luas di permukaan tanah.
Prinsip metode vilensky
Kemampuan agregat tanah dengn diameter 2-3 mm diukur dengan jumlah tetesan air
dari ketinggian 20 cm yang dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut.

II. Tujuan
1. Mengetahui kemantapan agregat tanah melalui metode vilensky.
2. Mengetahui tingkat konsistensi tanah terhadap tetesan air
III. Alat Dan Bahan
1. Tanah
2. Buret dan statif
3. Penggaris
4. Petridish
5. Kertas saring/tisu
6. Aquades

IV. Cara Kerja


1. Isilah buret dengan hingga tanda batas. Tinggi buret dari permukaan tanah
ditetapkan 20 cm
2. Hitunglah volume rata-rata 10 tetesa air untuk mengetahui jari-jari tetesan air dengan
anggapan volume rata-rata dari 10 tetesan air diulang sebanyak 5 kali.
3. Letakkan agregat tanah berdiameter 2-3 mm diatas beberapa lapis kertas saring yang
diberi alas petridish
4. Teteskan air dari bullet ke permukaan agregat tanah, masing-masing tanah diulang 5
kali
5. Hitung volume rata-rata air yang diperlukan untuk menghancurkan agregat tersebut.

V. Hasil
Tabel 1 : Sifat dan ciri tetesan air

Ulangan 1 2 3 4 5
5 tetes 2 ml 4 tetes 4 ml 4 tetes 4 ml 7 tetes 8 ml 2 tetes 1 ml
Jumlah Tetesan
210 tetes 8ml 25 tetes 8 ml 207 tetes 95ml 178 tetes 68 ml 38 tetes 16 ml
Volume Tetesan Total 302 302 302 302 302
Volume Rata-rata Tetesan 0.63 ml/tetes 0.63 ml/tetes 0.63 ml/tetes 0.63 ml/tetes 0.63 ml/tetes

Tabel 2 :

Ulangan 1 2 3 4 5 6
Jumlah Tetesan 165 480 328 262 236 810
Volume Tetesan
70 302 35.3 118 96 209
Total
Volume Rata-rata
0.42 ml/tetes 0.63 ml/tetes 0.107 ml/tetes 0.45 ml/tetes 0.4 ml/tetes 0.258 ml/tetes
Tetesan

VI. Pembahasan
Dari hasil praktikum kali ini mengenai penentuan kemantapan agregat tanah
menggunakan metode vilensky yakni dengan cara gumpalan tanah (tanah agregat)
ditetesi air. Tanah yang ditetesi tersebut dihitung banyaknya jumlah tetesan air
pada agregat tanah tersebut.
Pada penghitungan tiap tetes air, kita harus mengamati tanah agregat
tersebut. Pada tetesan keberapa tanah yang diuji lepas dari agregat tersebut. Pada
saat itulah kita mampu menjelaskan tingkat agregat tanah menggunakan metode
ini. Setiap tetes air dihitung banyaknya milliliter (ml) air yang dibutuhkan untuk
membuat tanah menjadi lunak dan kemudian hancur.
Penetapan agregat tersebut dilakukan secara berkali-kali pada jenis tanah
yang sama namun agregatnya berbeda. Pada tetesan pertama diketahui 5 tetes air
yang mampu memisahkan beberapa partikel tanah yang melekat. Pada tanah ini
bersifat tidak terlalu kuat. Tanah ini jenis mudah mengalami erosi dan tidak kuat
menompang massa benda yang berada diatas tanah ini.
Pada tetesan air yang kedua dan ketiga, pelepasan partikel tanah pada tanah
agregat diketahui pada saat tetes air keempat. Tanah agregat ini lebih rentan
dibandingkan pada agregat tanah yang pertama. Tanah ini masih lebih rentan
terhadap proses erosifitas.
Pada tetesan air yang keempat, pelepasan partikel tanah pada tanah agregat
diketahui pada saat tetes air yang ketujuh. Tanah agregat ini bersifat keras dan
kuat dibandingkan dengan agregat tanah yang sebelumnya. Pada tanah ini, unsur
liat lebih banyak dibandingkan agregat tanah yang lainnya. Tanah ini tidak terlalu
rentan terhadap proses erosifitas tanah.
Pada tetesan air yang terakhir, diketahui pelepasan partikel tanah pada
agregat tanah pada tetesan kedua. Pada tanah ini bersifat sangat tidak kuat. Tanah
ini jenis mudah sekali mengalami erosi karena tidak mampu menompang massa
benda yang berada pada agregat tanah ini.

VII. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat kemantapan agregat dapat diketahui dengan cara tanah ditesi
menggunakan air.
2. Lamanya kehancuran tanah berdasarkan banyaknya tetesan air tersebut.
3. Tanah yang lama hancurnya berarti tanah tersebut memiliki tingkat
kemantapan yang tinggi.

VIII. Daftar Pustaka


Anonym. 2012. Pengantar Geografi Tanah.Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sutanto. Rachman. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataannya.
Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius

You might also like