Professional Documents
Culture Documents
Hakikat Bahasa
A. Pengertian Bahasa
Pengertian bahasa yang telah dirumuskan beberapa ahli :
1. Bahasa adalah sebuah simbol bunyi yang arbiter yang digunakan untuk komunikasi
manusia(Wardhaugh, 1972)
2. Bahasa adalah sebuah alat untuk mengomunikasikan gagasan atau perasaan secara
sistematis melalui penggunaan tanda, suara, gerak atau tanda-tadan yang disepakati, yang
memiliki makna yang dipahami (Webster’s New Collegiate Dictionary,1981)
3. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota
sosial utnuk berkomunikasi, bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kentjono, Ed.,1984:2)
4. Bahasa adalah salah satu dari sejumlah sistem makna yang sdecara bersama-sama
membentuk budaya manusia (Halliday dan Hasan,1991)
Ada yang menekankan pada sistem, alat, dan juga pada komunikasi yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Bahasa adalah sebuah sistem
Sebagai sebuah sistem, bahasa terdiri dari sejumlah unsru yang saling terkait dan tertata secara
beraturan, serta memiliki makna.
Sebagai sebuah sistem, bahasa bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa itu
dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang berkombinasi dengan kaidah-kaidah yang
dapat diramalkan. Sistematis artinya bahasa terdiri dari sejumlah subsistem, yang satu sama
lain terkait dan membentuk satu kesatuan utuh yang bermakna.
2. Bahasa merupakan sistem Lambang yang arbiter (mana suka) dan konvensional
Bahasa merupakan sistem simbol, baik berupa bunyi dan/atau tulisan yang dipergunakan dan
disepakati oleh suatu kelompok sosial.
Sebagai sebauh simbol, bahasa memiliki arti. Mengapa harus dipelajari ?
Pertama : Penamaan suatu objek atau peristiwa yang sama antara satu masyarakat bahasa
denganmasyarakat bahasa lainnya tidak sama.
Kedua : Bahasa terdiri dari aturan-aturan atau kaidah yang disepakati
Ketiga : Tidak ada hubungan langsung dan wajib antara lambang bahasa dan objeknya.
Hubungan keduanya bersifat mana suka (arbiter)
B. Fungsi Bahasa
Secara umum bahasa memiliki fungsi personal dan sosial. Fungsi personal mengacu pada
peranan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan setiap diri manusia
sebagai makhluk individu.
Adapun fungsi sosial mengacu pada peranan bahasa sebagai alat komunikasi dan berinteraksi
antarindividu atau antarkelompok sosial.
Halliday (1975, dalam Tompkins dan Hoskisson,1995) secara khusus mengidentifikasi fungsi-
fungsi bahasa sebagai berikut :
1. Fungsi personal, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan pendapat, pikiran, sikap
atau perasaan pemakainya
2. Fungis regulator, yaitu penggunaan bahasa untuk mempengaruhi sikap atau
pikiran/pendapat orang lain, seperti bujukan, rayuan, permohonan atau perintah
3. Fungsi interaksional, yaitu penggunana bahasa untuk menjalin kontak dan menjaga
hubungan sosial, seperti sapaan, basa-basi, simpati atau penghiburan
4. Fungsi Informatif, yaitu penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi, ilmu
pengetahuan atau budaya
5. Fungsi heuristik, yaitu penggunanan bahasa bahasa untuk belajar atau memperoleh
informasi, seperti pertanyaan atau permintaan penjelasan atas sesuatu hal
6. Fungsi imajinatif, yaitu penggunaan bahasa untuk memenuhi dan menyalurkan rasa estetsi
(indah), seperti nyanyian dan karya sastra
7. Fungsi Instrumental , yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan keinginan atau
kebutuhan pemakainya, seperti saya ingin ...
C. Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi penggunaan bahasa yang disebabkan oleh pemakai dan
pemakaian bahasa. Dari segi pemakai atau penutur bahasa, ragam bahasa dapat diklasifikasikan
berdasarkan pada :
1. Daerah asal penuturan atau pemakai bahasa
2. Kelompok sosial, dan
3. Sikap berbahasa
Sementara dari sudut pemakaian bahasa, klasifikasi ragam bahasa dapat dilakukan berdasarkan
pada :
1. Bidang atau pokok persoalan yang diperbincangkan
2. Sarana atau media yang dipakai
3. Situasi atau kondisi pemakaian bahasa
Warna atau ciri berbahasa Indonesia dari suatu kelompok masyarakat yang berasal dari suatu
suku atau daerah tertentu menghasilakan suatu ragama bahasa Indonesia yang disebut dengan
ragam bahasa daerah atau dialek geografi.
Dari segi kelompok sosial, ragam bahasa dapat kita bedakan berdasarkan :
1. Kedudukan pemakai bahasa;
2. Jenis pekerjaan
3. Pendidikan
Konsep kedudukan mengacu pada status sosial yang disandang pemakai bahasa di tengah-
tengah masyarakatnya. Sebagaimana digambarkan pada skema sebelumnya, ragam bahasa
Indonesia juga dapat dikelompokkan menurut pemakainya, yang terdiri dari (1) bidang atau
pokok persoalan yang dibicarakan, (2) Sarana atua media yang digunakan dalam berbahasa,
serta (3) situasi pemakainya.
Ragam bahasa berdasarkan situasi penggunaannya melahirkan istilah ragam resmi dan tak
resmi. Sesuai dengan namanya, ragam bahasa resmi digunakan dalam situasi formal, seperti
pidato kenegaraan, karya ilmiah, surat dinas, dan dokumen pemerintah atau organisasi.
Sementara itu, ragam tak resmi digunakan dalam situasi berbahas yang santai dan akrab.
Misalnya dalam percakapan antara penjual dengan pembelio, anggota keluarga, teman sejawat,
surat-surat pribadi, dan acara rekratif atau hiburan.
Dalam memahami masalah ragam bahasa ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
Pertama : batas antarragam itu dalam kenyataan berbahasa tidaklah setegas dan
sejalas.
Kedua : dalam suatu peristiwa bahasa, hampir tidak pernah seorang pemakai
bahasa hanya menggunakan satu ragam bahasa.
Ketiga : tak ada satu ragam pun yang lebih baik atau lebih buruk. Semua ragam
bahasa itu baik, justru harus dapat memilih ragam bahasa yang paling sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan berbahasa.
A. Konsep Belajar
Belajar adalah sebuah proses penambahan bagian demi bagian informasi baru terhadap apa
yang telah mereka ketahui dan kuasai sebelumnya. Pengetahuan dibangun siswa melalui
keterlibatan mereka secara aktif dalam belajar atau apa yang dikenal dengan istilah John Dewey
“belajar sambil berbuat (learning by doing). Jadi keberhasilan pembelajaran tidak terletak pada
seberapa banyak materi atau informasi yang disampaikan guru kepada siswa.
Padahal, ukuran utama keberhasilan pembelajaran terletak pada seberapa jauh guru dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Siswa belajar dengan menggunakan tiga cara,
yaitu melalui pengalaman (dengan kegiatan langsung atau tidak langsung), pengamatan
(melihat contoh atau model), dan bahasa.
Implikasinya bagi guru dalam pembelajaran adalah :
Pertama : karena siswa belajar berdasarkan apa yang telah dipahami atau dikuasai
sebelumnya maka, guru hendaknya mengupayakan agar pembelajaran bertolak dari apa yang
telah diketahui siswa.
Kedua : karena belajar dilakukan secara aktif oleh siswa melalui kegiatan atau
pengalaman belajar yang dilaluinya maka siswalah yang berperan sebagai pusat pembelajaran.
Ketiga : dalam belajar siswa perlu berinteraksi dengan yang lain serta dukungan guru
dan temannya maka guru perlu merancang kegiatan belajar bukan hanya dalam bentuk klasikal
atau individual, tetapi juga dalam bentuk kelompok.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku siswa
melalui latihan dan pengalaman yang dilakukannya secara aktif. Hasil belajar berupa
pengetahuan, siap atau keterampilan yang dibangun siswa berdasarkan apa yang telah dipahami
dan dikuasainya. Dalam pembelajaran tugas guru adalah menjadikan siswa belajar melalui
penciptaan strategi dan lingkungan belajar yang menarik dan bermakna.
B. Belajar Bahasa
Anak-anak itu belajar dan menguasai bahasa tanpa disadari dan tanpa beban, apalagi diajari
secara khusus. Mereka belajar bahasa melalui pola berikut.
1. Semua komponen, Sistem dan Keterampilan Bahasa Dipelajari secara Terpadu
2. Belajar bahasa dilakukan secara alami dan langsung dalam konteks yang otentik
3. Belajar bahasa dilakukan secara bertahap, sesuai dengan kebutuhannya
4. Belajar bahasa dilakukan melalui strategi uji coba (Troal-Error) dan strategi lainnya
C. Pembelajaran Bahasa
Halliday (1979, dalam goodman,dkk.,1987) menyatakan ada tiga tipe belajar yang melibatkan
bahasa :
1. Belajar Bahasa
Kemampuan ini melibatkan dua hal, yaitu (1) kemampuan untuk menyampaikan pesan,
baik secara lisan (melalui berbicara) maupun tertulis (melalui menulis), serta (2)
kemampuan memahami, menafsirkan dan menerima pesan, baik yang disampaikan secara lisan
(melalui kegiatan menyimak) maupun tertulis (melalui kegiatan membaca).
2. Belajar melalui Bahasa
Seseorang menggunakan bahasa untuk mempelajari pengetahuan, sikap, keterampilan.
3. Belajar tentang Bahasa
Seseorang mempelejari bahasa untuk mengetahui segala hal yang terdapat pada suatu bahasa,
seperti sejarah, sistem bahassa, kaidah berbahasa, dan produk bahasa seperti sastra.
Apabila kita berbicara tentang kemampuan berbahasa maka wujud kemampuan itu lazimnya
diklasifikasikan menjadi empat macam :
1. Kemampuan Menyimak atau mendengarkan
Kemampuan memahami dan menafsirkan pesan yang disampaikan secara lisan oleh orang lain.
2. Kemampuan berbicara
Kemampuan untuk menyampaikan pesan secara lisan kepada orang lain.
3. Kemampuan Membaca
Kemampuan untuk memahami dan menafsirkan pesan yang disampaikan secara tertulis oleh
pihak lain.
4. Kemampuan menulis
Kemampuan menyampaikan pesan kepada pihak lain secara tertulis
Dari Penelitiannya Walter Loban (1976, dal;am Tomkins dan hoskisson, 1995) menyimpulan
adanya hubungan antarketerampilan berbahasa siswa dan keterampilan berbahasa dengan
belajar.
Pertama : siswa dengan kemampuan berbahsa lisan (menyimak dan berbicara) yang
kurang efektif cenderung kurang efektif puila kemampuan berbahasa tulisnya (membaca dan
menulis)
Kedua : terdapat hubungan yang kuat antara kemampuan berbahasa siswa
dengan kemampuan akademik yang diperolehnya.
Paradigma atau cfara pandang pembelajaran bahasa di sekolah dasar adalah sebagai berikut :
1. Imersi, yaitu pembelajaran bahasa dilakukan dengan ‘menerjunkam’ siswa secara langsung
dalam kegiatan berbahsa yang dipelajarinya.
2. Pengerjaan (employment), yaitu pembelajaran bahasa dilakukan dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan berbahasa yang
bermakna, fungsional dan otentik.
3. Demonstrasi, yaitu siswa belajar bahasa melaluio demonstrasi dengan pemodelan dan
dukungan yang disediakan guru.
4. Tanggung jawab (responsibility), yaitu pembelajaran bahasa yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memilih aktivitas berbahasa yang akan dilakukannya.
5. Uji coba (trial-error), yaitu pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan kegiatan dari perspektif atau sudut pandang siswa.
6. Pengharapan (expectation), artinya siswa akan berupaya utuk sukses atau berhasil dalam
belajar jika ada merasa bahwa gurunya mengharapkan dia menjadi sukses.
MODUL 7
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD/MI
KEGIATAN BELAJAR I
FOKUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS
KETERAMPILAN BERBAHASA
A. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS KETERAMPILAN
BERBAHASA
Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran secara garis besar terdiri atas 3 komponen, yaitu :
1. Kebahasaan
2. Kemampuan berbahasa
3. Kesastraan
Kompetensi kebahasaan terdiri dari 2 aspek,yaitu :
1. Struktur kebahasaan yang meliputi fonologi,morfologi,sintaksis,semantic dan
kewacanaan.
2. Kosakata
Sedangkan kemampuan berbahasa terdiri atas 4 aspek, yaitu :
1. Kemampuan mendengarkan / menyimak
2. Kemampuan membaca
3. Kemampuan berbicara
4. Dan kemampuan menulis
dimana dalam praktik komunikasi yang nyata keempat keterampilan tersebut tidak berdiri
sendiri melainkan merupakan perpaduan dari keempatnya. Tidak mungkin di dalam kelas
guru hanya melatih pengembangan kompetensi berbicara saja tanpa diikuti oleh keterampilan
berbahasa yang lain, namun karena materi pembelajaran bahasa Indonesia itu meliputi
beberapa aspek, maka pembelajaran bahasa ada pemfokusan dari aspek-aspek tersebut.
Dengan demikian ada pembelajaran bahasa dengan focus keterampilan berbahasa, dan
adapula pembelajaran bahasa dengan fokus sastra.
Yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus keterampilan berbahasa
adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditekankan pada pengembangan salah satu
kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yang ada. Dengan demikian, dalam
langkah-langkah pembelajaran semua kegiatan belajar mengajar tertumpu atau berfokus pada
satu keterampilan berbahasa yang telah ditetapkan.
KEGIATAN BELAJAR 2
MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Setiap pembelajaran keterampilan memiliki ciri-ciri tersendirinyang harus dikuasai guru.
Sebagai guru yang professional,dituntut untuk mengetahui masing-masing ciri (karakter)
setiap pembelajaran keterampilan berbahasa,kompetensi berbahasa, dan juga sastra. Hal yang
tak kalah penting bagi guru bahasa adalah : 1 ) memahami betul karakteristik pembelajaran
untuk masing-masing kompetensi :2) memahami tuntutan kurikulum dan masyarakat; 3)
menafsirkan secara kritis dan kreatif isi kurikulum; 4)memahami masing-masing
kompetensi dalam pembelajaran BI.
Pembelajaran mendengarkan dan berbicara merupakan pembelajaran pertama yang dapat
dilakukan guru pada pertemuan pertama baik kelas rendah maupun kelas tinggi.
Pembelajaran mendengarkan pada kelas rendah dimaksudkan untuk mengetahui daya simak
siswa,daya apresiasi siswa terhadap bunyi dan juga digunakan sebagai dasar mengungkapkan
pengetahuan,kemampuan dan keberanian siswa dalam berbicara. Kedua keterampilan
berbahasa,yakni mendengarkan dan berbicara merupakan kegiatan
yangresiprokal,artinya,kegiatan tersebut saling mengisi.Adanya kegiatan berbicara jika ada
yang mendengarkan dan sebaliknya.
Pembelajaran membaca pada kelas rendah bertujuan untuk mengenalkan huruf,kata,kalimat
sederhana pada anak,system pembelajarannya dikenal dengan istilah membaca awal
(membaca permulaaan),sedangkan pada kelas tinggi bertujuan agar anak memahami apa yang
dibaca (membaca pemahaman).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan berbagai metode dan
teknik. Untuk membaca di kelas rendah, misalnya pembelajaran membaca dapat dilakukan
dengan metode langsung,metode eklektik, ataupun metode linguistic sedangkan untuk
pembelajaran membaca pemahaman dapat digunakan teknik membaca sekilas (skimming),
2)teknik membaca memindai (scanning);3) Teknik SQ3R.
Untuk pembelajaran menulis merupakan yang sering dinilai banyak orang belum berhasil.
Untuk membuat seorang terampil menulis harus dimulai sejak disini. Agar memiliki
keterampilan menulis,seseorang dituntut : 1)memiliki kemampuan mendengarkan (daya
simak) yang tinggi ;2) gemar membaca ; 3) kemampuan mengungkapkan apa yang disimak
dan dibaca; dan 4) menguasai kaidah penulisan. Pembelajaran menulis pada kelas rendah
(menulis permulaan) yang perlu ditanamkan pada siswa adalah 1) penguasaan tulisan
(huruf);2) penulisan kata; 3) penulisan kalimat sederhana; 4) kaidah penulisan, sedangkan
pada kelas tinggi pembelajaran menulis menuntut anak untuk 1) menguasai teknik menulis,
2) menuangkan ide ke dalam tulisan; 3)mengembangkan ide yang dimilikinya; 4)mampu
memilih kata,kalimat dan gaya dalam menulis.
Menulis itu sendiri merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, menulis itu dilakukan
secara bertahap,yaitu perencanaan menulis (prapenulis),penulisan, dan revisi (
Mc.Crimmon,1984:10 Akhadiah dkk., 1999:3-5). Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
menulis untuk kelas tinggi dapat dilakukan dengan teknik 1) Diagram pohon, 2) Diagram
lingkaran, 3) Diagram piramida terbalik dan Tabel. ( diagram-diagramnya dapat dilihat pada
modul 7 hal 7.18-7.20)
A. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS
KETERAMPILAN BERBAHASA
Model pembelajaran Bi dengan focus keterampilan berbahasa bukan berarti hanya
mengajarkan salah satu jenis keterampilan berbahasa saja,akan tetapi keterampilan yang
menjadi focus mendapat penekanan bahkan mendapatkan porsi waktu yang lebih dari
keterampilan lain yang tidak menjadi fokus . setiap keterampilan berbahasa yang menjadi
focus merupakan kegiatan pembelajaran yang utama karena pembelajaran berangkat,tertuju,
dan berakhir pada keterampilan yang menjadi focus pembelajaran. Di samping pembelajaran
difokuskan pada keterampilan berbahasa tertentu dan divariasikan dengan keterampilan yang
lain,didalamnya juga terjadi pembelajaran kompetensi dasar kebahasaan.
Contoh model-model pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berbahasa dapat kita
lihat pada modul 7 halaman 7.22 – 7.36 )
B. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN FOKUS SASTRA
Pembelajaran sastra di SD/MI lebih pada menikmati karya sastra. Teori-teori sastra diajarkan
dengan presentasi yang sangat kecil,tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan siswa,teori-
teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan sisw tentang sastra. Karena dengan
mempelajari sastra dapat diperoleh hiburan, pendidikan, pengetahuan, teknologi, dan ragam
budaya.
Sastra memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra, yang dibacakan
anak-anak dalam suasana yang penuh kehangatan dan pada kesempatan yang tepat dapat
merupakan wahana bagi yang mereka mempelajari dunia sekitarnya..Dengan membaca sastra
anak akan memperoleh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karya sastra dapat
menolong anak-anak memahami dunia mereka,membentuk sikap positif, dan menyadari
hubungan yang manusiawi.
Contoh model pembelajaran menulis berikut dapat dilihat pada modul halaman 7.38 – 7. 39.
MODUL 8
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS MEMBACA
KEGIATAN BELAJAR I
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN INDONESIA DENGAN FOKUS
MEMBACA
Pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang SD sampai SMA dilaksanakan secara terpadu
diantara empat keterampilan yang ada,yaitu keterampilan
mendengarkan/menyimak,berbicara, membaca dan menulis. Tidak hanya empat keterampilan
itu saja yang dipadukan tetapi semua aspek kebahasaan dipadukan. Misalnya pembelajaran
struktur dipadukan dengan wacana artinya dalam memahami struktur kalimat bahasa
Indonesia siswa diajak untuk menemukan sendiri dalam wacana yang sudah ditentukan oleh
guru. Dengan demikian, pembelajaran struktur tersebut tidak diajarkan melalui kalimat-
kalimat yang lepas dari konteksnya. Begitu pula pembelajaran kosakata tidak diajarkan kata-
kata yang lepas dari konteksnya melainkan diajarkan melalui sebuah wacana.
Adapun pemfokusan pembelajaran pada salah satu keterampilan ini menyangkut pemilihan
materi,metode, dan teknik pembelajaran. Jika difokuskan pada menulis maka alokasi waktu
untuk melatih menulis lebih banyak daripada keterampilan lainnya. Jadi, yang dimaksud
dengan pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus membaca adalah pembelajaran bahasa
Indonesia yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca.
Modul 11
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Berbicara
Kegiatan Belajar 1
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Kimble (dalam Hergenhahn 1982) mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku siswa
setelah melaksanakan pembelajaran adalah kingkah laku yang relative permanen, tingkah
laku yang diakibatkan oleh adanya penguatan (reinforcement) praktis, B.F Skinner
menyatakan bahwa perubahan tingkah laku adalam pembelajaran dan tidak melalui proses
yang dapat disimpulkan, sedangkan para ahli yang lain menyatakan bahwa perubahan tingkah
laku merupakan akibat proses pembelajaran. Kecuali Skinner, para ahli berpendapat bahwa
pembelajaran merupakan mediator perubahan tingkah laku.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang sistemik, sistematis, dan
terencana. Untuk mewujudkan ketiga karateristik pelajaran nahasa, terdapat beberapa
masalah yang harus diantisipasi dan didudukkan secara proprsional. Permasalahan tersebut
berkaitan dengan (1) tujuan pembelajaran, (2) materi pembelajaran, (3) strategi pembelajaran,
(4) evaluasi, (5) pengajar (guru), dan (6) siswa.
Menurut kurikulum 2004, yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), mata pelajaran
Bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa berkomunikasi baik
lisan maupun tulis, sebagai alat untuk mempelajari rumpun pelajaran lain, berpikir kritis
dalam berbagai aspek kehidupan, serta mengembangkan sikap menghargai bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan apresiatif karya sastra Indonesia (Mulyasa, 2003:89). Agar anda
dapat melaksanakan pembelajaran berbicara di SD, terlebih dahulu anda pelajari tentang hal-
hal berikut ini:
1. Teori Berbicara
2. Komponen Berbicara
3. Hakikat Berbicara
4. Jenis-jenis Berbicara
Berbicara di depan umum memerlukan teknik tertentu. Penguasaan teknik yang digunakan
untuk menyajikan pikiran dan gagasan secara oral merupakan persyarakat yang harus
dipenuhi oleh calon pembicara. Sebagai salah satu metode penyampaian lisan yang
ditunjukkan kepada pendengar (khalayak). Ada beberapa persyarakatn untuk melatih
kemampuan berbicara adalah sebagai berikut
1. Memiliki Keberanian dan Tekad yang Kuat
2. Memiliki Pengetahuan yang Luas
3. Memahami Proses Kominikasi Massa
4. Menguasai bahasa yang Baik dan Lancar
5. Pelatihan yang Memadai
Kegiatan Belajar 2
Model Pembelajaran BI dengan Fokus Berbicara
Dalam proses pembelajaran, Coles (1995) menyatakan bahwa berbahasa lisan merupakan inti
dari setiap kurikulum pengajaran. Pada kenyataannya sebagian besar kegiatan belajar dan
mengajar dilakukan melalui media kominukasi lisan (Pollard dan Tann, 1993). Model
pembelajaran BI dengan focus berbicara di sekolah yang satu dengan yang lainnya tentulah
amat berguna. Ada hal-hal yang perlu anda perhatikan dalam pembelajaran berbicara
antaralain (1) suasana belajar di sekolah (dikelas) dan (2) kegiatan berbicara.
Beberapa metode pembelajaran berbicara yang dapat diterapkan (Tarigan dalam Idra 2002:
56) adalah:
1. Metode Ulang Ucap
2. Metode Lihat Ucap
3. Metode Memerikan
4. Metode Menjawab Pertanyaan
5. Metode Bertanya
6. Metode Bertanya Menggali
7. Metode Melanjutkan Cerita
8. Metode Menceritakan Kembali
9. Metode Bercakap-cakap
10. Mereka Cerita Gambar
11. Bercerita
12. Memberi Petunjuk
13. Metode Melaporkan
14. Metode Wawancara
15. Metode Diskusi
16. Metode Bertelepon
17. Metode Dramatisasi
Tujuan pembeajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan dicapai kelas 2 SD adalah
berikut ini.
1. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah
menjelaskan isi dongeng yang telah didengar dan mengajukan pertannyaan.
2. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah:
a. Mendeklamasikan pantun dengan penghayatan yang sesuai dan ekspresi yang sesuai.
b. Memerankan percakapan sesuai isi dan ekspresi yang tepat
c. Mnceritakan kembali cerita yang didengarkan dengan menggunakan kata-kata sendiri.
d. Memerankan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari dengan menggunkan
dialog sederhana.
e. Memeran kan ekspresi emosional tertentu (marah, senang, sedih, haru, dll).
3. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca adalah membaca
puisi dengan penghayatan dan ekspresi yang sesuai.
Tujuan pembeajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan dicapai kelas 4 SD adalah
berikut ini.
a. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah
menyimpulkan isi pantun.
b. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah
1) Menceritakan kembali isi dongeng dari hasil kegiatan membaca atau mendengarkan
dengan bahasa yang runtut
2) Memerankan berbagai karakter tokoh dengan penghayatan.
c. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca adalah:
1) Menjelaskan latar dongeng, tokoh, dan penokohan
2) Membacakan pantun secara berpasangan dengan lafal dan intonasi yang sesuai.
d. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran menulis adalah:
1) Menulis cerita rekaan berdasarkan pengalaman dengan bahasa yang runtut dengan
menggunakan EYD yang tepat
2) Melanjutkan pantun yang sesuai denan isinya.
Tujuan pembeajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan dicapai kelas 5 SD adalah
berikut ini.
a. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah:
1) Menanggapi isi cerita rakyat dari berbagai segi:
2) Menanggapi cerita pendek dalam berbagai segi:
b. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah memerankan
drama pendek dengan ekspresi yang sesuai.
c. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca adalah membacakan
puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
d. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran menulis adalah:
1) Menulis pengalaman pribadi dalam bentuk prosa sederhana
2) Menuangkan gagasan dalam bentuk puisi
Tujuan pembeajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan dicapai kelas 6 SD adalah
berikut ini.
a. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah
memahami isi cerita dari berbagai segi dan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri.
b. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah berain peran
drama anak dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang sesuai.
c. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca adalah
1) Membaca novel anak, menjelaskan isi dengan lafal, dan menyimpulkan amanatnya
2) Memahami cerita rakyat, menentukan tokoh dan penokohan
3) Membaca cerita lama yang masih populer dengan gaya membaca yang menarik.