Professional Documents
Culture Documents
A. DEFINISI
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katub
jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali (kapita selekta edisi
3,2000).
Demam reumatik atau penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik
akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi β Steptococcus
Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau
lebih gejala mayor yaitu poliarthritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan
dan eritema marginatum.
Penyakit radang berulang akut yang terutama terjadi pada anak – anak usia 5 – 15 tahun
yang biasanya terjadi 1 – 5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang
tenggorokan). (Robbins dan Kumar, Buku Ajar Patologi edisi 4)
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit reumatic heart diseases diperkirakan adalah reaksi
autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi infeksi β
Steptococcus Hemolyticus Grup A pada tenggorok yang selalu mendahului terjadinya
demam reumatik baik demam reumatik serangan pertama maupun demam reumatik
serangan ulang.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya penyakit jantung reumatic :
1. Faktor individu
a) Faktor genetik
Karena adanya antigen limfosit manusia(LHA)yang tinggi terhadap demam reumatic
menunjukkan hubungan dengan aloantigen sel β spesifik dikenal dengan antibodi
monoklonal dengan status reumatikus.
b) Umur
Umur merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik
penyakit ini sering mengenai anak umur 5 – 15 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3 – 5 tahun dan sangat jarang
sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah umur 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan
sesuai dengan insiden infeksi steptococcus pada anak usia sekolah.
c) Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel
streptococcus β hemolitikus grup A dengan glikoprotein dalam katub ini sangat
mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatic fever.
2. Faktor lingkungan
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi : pasien kadang –
kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. C-Reaktif Protein (CRP) positif
7. P-R interval memanjang
8. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
9. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
Kriteria Mayor :
1. Artritis
Artritis adalah gejala major yang sering ditemukan pada DR akut (majeed H.A
1992). Sendi yang dikenai berpindah – pindah tanpa cacat yang biasanya adalah
sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, paha, lengan, panggul siku, dan bahu.
Munculnya tiba – tiba dengan rasa nyeri yang meningkat 12 – 24 jam yang diikuti
dengan reaksi radang. Nyeri ini akan menghilang secara perlahan – lahan.
Radang sendi ini jarang yang menetap lebih dari satu minggu sehingga terlihat sembuh
sempurna. Proses migrasi artritis ini membutuhkan waktu 3 – 6 minggu. Sendi – sendi
kecil jari tangan dan kaki juga dapat dikenai. Pengobatan dengan aspirin dapat
merupakan diagnosis terapetik pada atritis yang sangat bermanfaat. Bila tidak membaik
dalam 24 – 72 jam, maka diagnosis akan diragukan.
2. Karditis
Karditis merupakan manifestasi klinis yang penting dengan insidens 40-50%
(majeed HA 1992), atau berlanjut dengan gejala yang lebih berat yaitu gagal jantung.
Karditis ini bisa hanya mengenai endokardium saja. Endokarditis terdeteksi saat
adanya bising jantung. Katup mitrallah yang terbanyak dikenai dan dapat bersamaan
dengan katup aorta. Adanya regurgitasi mitral ditemukan dengan bising sistolik yang
menjalar ke aksila, dan kadang-kadang juga disertai bising mid-diastolik (bising
carey cooms). Miokarditis dapat bersamaan dengan endokarditis sehingga terdapat
kardiomegali atau gagal jantung. Perikarditis tak akan berdiri sendiri, biasanya
parkarditis.
3. Chorea
Chorea ini didapatkan 10% dari DR (Strasser, 1978) yang dapat merupakan
manifestasi klinis sendiri atau bersamaan dengan karditis. Masa laten infeksi SGA
dengan chorea cukup lama yaitu 2-6 bulan atau lebih. Lebih sering dikenai pada
perempuan pada umur 8-12 tahun. Dan gejala ini muncul selama 3-4 bulan. Gerakan-
gerakan tanpa disadari akan ditemukan pada wajah dan anggota-anggota gerak tubuh
yang biasanya unilateral. Dan gerakan ini menghilang saat tidur.
4. Eritema Marginatum
Eritema marginatum ini ditemukan kira-kira 5% dari pasien DR, dan berlangsung
berminggu-minggu dan berbulan, tidak nyeri dan tidak gatal.
5. Nodul Subkutanius
Besarnya kira-kira 0.5 – 2 cm, bundar, terbatas dan tidak nyeri tekan. Demam pada
DR tidak khas, dan jarang menjadi keluhan utama oleh pasien DR ini (strasser, 1981)
E. EPIDEMIOLOGI
Reumatik heart disease biasanya terjadi pada anak-anak usia 5 – 15 tahun dengan
puncaknya pada umur 8 tahun, dan kadang-kadang bisa dapat timbul pada usia 30 tahun
yang biasanya terjadi 1 – 5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang
tenggorokan). Wanita dan pria mempunyai kemungkinan sama untuk terserang.
Frekuensi demam reumatik akut di negara – negara maju dalam 100 tahun terakhir ini
banyak sekali menurun, misalnya di Denmark, terdapat kasus ini kira – kira 200 per
100.000 populasi pada tahun 1860, dan menurun sampai 10 per 100.000 populasi pada
tahun 1960.
Di Srilangka pada tahun 1978 masih tercatat insidensi demam reumatik sebanyak 47
per 100.000 populasi, dan untuk umur 5 – 19 tahun tercatat 140 per 100.000 populasi.
Penyakit jantung rematik terbanyak terdapat pada sentra industri dengan populasi yang
berlebih. Taranta dan Markowitz (1981) melaporkan demam reumatik merupakan
penyebab utama kelainan jantung pada umur 5 – 30 tahun. Demam reumatik dan penyakit
jantung reumatik merupakan penyebab kematian utama dari kelainan jantung pada umur
di bawah 45 tahun dan 25-40% penyakit jantung disebabkan oleh penyakit jantung
reumatik untuk semua umur. Di Yogyakarta pada dokumen medis RSUP Dr. Sardjito
tahun 1993 di temukan 8,3% penderita RHD dari seluruh penderita kelainan penyakit
jantung.
F. KOMPLIKASI
Gagal jantung dapat terjadi pada beberapa kasus,komplikasi lainnya termasuk aritmia
jantung, pankarditis dengan efusi yang luas, pneumonitis reumatik, emboli paru, infark
dan kelainan katub jantung.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah
2. Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung
3. Elektrokardiogram menunjukkan aritmia
4. Echokardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi
H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan segera terhadap semua faringitis yang disebabkan oleh streptokokus beta-
hemolitikus group A melalui pemberian tablet oral penisilin V atau suntikan IM
benzatin penisilin G atau melalui pemberian eritromisin pada pasien yang
hipersensitif terhadap penisilin.
2. Pemberian salisilat untuk meredakan demam serta rasa nyeri dan mengurangi
pembengkakan sendi.
3. Pemberian kortikosteroid jika pasien menderita karditis atau jika pemberian salisilat
tidak berhasil meredakan rasa nyeri serta inflamasi.
4. Tirah baring yang ketat selama sekitar lima minggu pada pasien karditis berat;
tindakan ini dilakukan untuk mengurangi kebutuhan jantung.
5. Tirah baring, pembatasan natrium, pemberian inhibitor ACE, digoksin, dan diuretik
untuk mengatasi gagal jantung.
6. Pembedahan korektif seperti komisurotomi (pemisahan daun katup mitral yang saling
melekat dan menjadi tebal), valvuloplasti (peniupan balon dalam katup), atau
penggantian katup (dengan katup buatan) untuk disfungsi katup mitral atau aorta yang
berat dan menimbulkan gagal jantung yang persisten.
7. Pencegahan sekunder demam reumatik dengan suntikan IM benzatin penisilin G
sebulan sekali atau tablet oral penisilin V atau sulfadiazin setiap hari, yang dimulai
sesudah fase akut mereda (Biasanya pengobatan dilakukan selama sedikitnya lima
tahun atau sampai pasien berusia 21 tahun atau salah satu diantaranya yang lebih
lama).
8. Terapi profilaksis antibiotik ketika pasien menjalani perawatan gigi dan prosedur
bedah atau invasif lain untuk mencegah endokarditis.
I. PENCEGAHAN
Jika kita lihat di atas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan
adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR). Tentu saja pencegahan yang terbaik
adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam Rematik (terserang
infeksi kuman streptokokus beta hemolyticus). ada beberapa faktor yang dapat
mendukung seseorang terserang kuman tersebut,di antara faktor lingkungan seperti
kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tempat tinggal berdesakan dan akses kesehatan
yang kurang merupakan Determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini.
Variasi cuaca juga mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya infeksi Streptokokus
untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptokokus beta hemolyticus dan mengalami
demam rematik harus di berikan terapi yang maksimal dengan Antibiotiknya.Hal ini
menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan
penyakit Jantung Rematik.
J. PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Anamnesa
1. Informasi Umum Pasien
a) Identitas pasien dan penanggung
b) Riwayat penyakit keluarga
c) Status kesehatan saat ini
d) Status kesehatan masa lalu
2. Pemeriksaan Fisik
a) TTV : TD, N, RR, S
b) Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Kepala : ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, bentuk kepala normal
2) Mata : ada gerakan yang tidak disadari
3) Hidung : terdapat napas cuping hidung
4) Kulit : Turgor kulit kembali setelah 3 detik
5) Paru
Inspeksi : terdapat edema, ptekie
Palpasi : vocal fremitus tidak sama
Perkusi : redup
Auskultasi : terdapat pericardial friction rub, ronki, krekels
6) Jantung
Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : dapat terjadi kardiomegali
Perkusi : redup
Auskultasi : terdapat murmur, gallop
7) Abdomen
Inspeksi : perut simetris
Palpasi : kadang-kadang dapat terjadi hepatomegali
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus normal
8) Genetalia : tidak ada kelainan
9) Ekstermitas : pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada gerakan
yang yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi kelemahan
otot
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d adanya ganggua pada penutupan katup mitral.
2. Hipertermia b.d peradangan pada membran sinovial dan katup jantung.
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplay oksigen.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan asam lambung
akibat kompensasi saraf simpatik.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hri/Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
12-12- 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan O:
2014 selama 2x24jam diharapkan penurunan Observasi TTV klien secara teratur
curah jantung dapat diminimalkan N:
KH: Observasi perubahan warna kulit
K: terhadap sianosis
Klien mampu mengidentifikasi penyebab E:
dari penurunan curah jantung(dada Jelaskan kepada klien tentang TTV
berdebar-debar) C:
A: Kolaborasi dengan tenaga
Klien mengatakan dadanya sudah tidak kesehatan lainnya untuk pemberian
berdebar lagi oksigen dan pemberian digitalis
P:
Klien dapat melakukan pencegahan
secara mandiri jika curah jantung
abnormal kembali
P:Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan Curah jantung
kembali normal
Dengan TTV :
TD: 120/90 mmHg
RR: 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37 ºC
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon Pasien TTD
12-12- 1 1. Mengobservasi TTV DS : Klien mengatakan jantung
2014 klien tidak berdebar-debar
(07:30) DO : TD : 120/85 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 38,5 ºC
2 6. Mengobservasi suhu DS : -
klien DO : TTV :
TD: 120/80 mmHg
RR: 18x/menit
Nadi : 85x/menit
Suhu : 3,5 ºC
2 7. Melakukan kompres DS : -
hangat dan DO : Klien melakukan sesuai
menganjurkan klien anjuran
air putih 2 liter/hari
A : Masalah teratasi
P : Melanjutkan intervensi
Rabu, 12-12-2012 2 S : Klien mengatakan suhu badan tidak panas.
12.00 WIB
O : Suhu tubuh normal,
TD : 120/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 370C
P : Melanjutkan intervensi
Rabu, 12-12-2012 3 S : Klien mengatakan tidak cepat lelah saat aktivitas,tidak sesak
16.00 WIB nafas
P : Melanjutkan intervensi
Rabu, 12-12-2012 4 S : Klien mengatakan tidak mual tidak muntah nafsu makan
20.00 WIB meningkat
P : Melanjutkan intervensi
KASUS
Identitas Pasien
– Nama : Tn.EA
– Umur : 14 th
– Jenis kelamin : Perempuan
– Alamat : Lumajang
– Suku : Jawa
– Agama : Islam
– Tanggal MRS : 24 Juni 2015
– Tanggal KRS : 30 Juni 2015
– No. RM : 083224
Keluhan utama
Sesak nafas
Anamnesis Sistem
a. Sistem Serebrospinal : Penurunan kesadaran (-), Demam (+), Kejang (-), Nyeri kepala (-).
b. Sistem Kardiovaskuler : Palpitasi (+), Hipertensi (-), Nyeri dada (-).
c. Sistem Pernafasan : Epistaksis (-), Dyspneau (+), Batuk(+), Pilek (-), Pernafasan cuping
hidung (-), Retraksi dinding dada (-), dan tidak ada ketertinggalan
gerak.
d. Sistem Gastrointestinal : Nafsu makan menurun, BAB kehitaman (-)
e. Sistem Urogenital : BAK lancar dan tidak nyeri, serta berwarna kuning jernih.
f. Sistem Muskuloskeletal : Tidak artrofi, tidak ada deformitas.
g. Sistem Integumentum : Bengkak (-), Ikterik (-), Ptechiae (-), Purpura(-), Ekimosis (-)
Kesan : Terdapat gangguan di sistem serebrospinal, kardiovaskuler, pernapasan dan
gastrointestinal.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Vital Sign :
1) TD : 110/50 mmHg
2) Nadi : 120 x/mnt
3) RR : 28 x/mnt
4) Suhu Axilla : 38,1 ˚ C
d. Kulit : Ikterus (-), Ptechiae (-), Purpura (-), Ekimosis (-)
e. Kelenjar limfe : Ditemukan pembesaran pada limfonodi leher.
f. Otot : Kekuatan otot normal, artrofi (-)
g. Tulang : Tidak ada deformitas.
h. Status Gizi :
1) Berat badan : 45 kg
2) Tinggi badan : 150 cm
3) IMT : 20 %
Kesan : Didapatkan takikardi, takipneu, peningkatan suhu tubuh dan status gizi cukup
2) Pulmo
Aspectus Ventralis Aspectus Dorsalis
Ins Bentuk dada normal Bentuk dada normal
Simetris Simetris
Retraksi (-) Retraksi (-)
Gerak nafas tertinggal (-) Gerak nafas tertinggal (-)
Per Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Fremitus raba Fremitus raba
N N N N
N N N N
N N N N
Pal Sonor-Redup Sonor-Redup
S S S S
S S S S
S S S S
S R R S
S S R R R R S S
S R R S
Aus Suara Dasar Suara Dasar
BV BV BV BV
BV BV BV BV
V V V V
V V V V
V V V V V V V V
V V V V
Wheezing Wheezing
- - - -
+ + + +
+ + + +
+ + + +
- - - - - - - -
- - - -
Rhonki Rhonki
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
- - - -
d. Abdomen
1) Inspeksi : Cembung
2) Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit
3) Perkusi : Tympani-redup
4) Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
e. Ekstermitas
1) Superior : Akral hangat +/+, oedem -/-
2) Inferior : Akral hangat +/+, oedem +/+
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium
HEMATOLOGI
Pemeriksaan EKG
1). Tanggal 24 Juni 2015
2). Tanggal 25 Juni 2015
Diagnosis Kerja
Planning
Planning Terapi
O2 3 lpm
Infus PZ : Comafucin 7 tpm
Injeksi Cefotaxim 3x1 gr
Gentamycin 2x40 mg
Injeksi ranitidin 2x1 amp
Injeksi furosemide 1x1 amp
p/o Spironolacton 25 mg 1-0-0
p/o concor 2,5 0-0-1/2
p/o ibuprofen 3x200 mg
Planing diagnostik
ASTO titer
Planing Monitoring
1. EKG
2. Vital sign
Planning operatif
- Valvuloplasti
- Mitral valve replacement
- Bioprotese
- Katup mekanik byork Shiley, st Judge
Planning edukasi
• Menjelaskan tentang penyakit, pemeriksaan yang perlu dilakukan dan tindakan medis
kepada pasien serta keluarga.
• Menjelaskan kemungkinan komplikasi dan prognosis kepada pasien dan keluarga
• Menjelaskan tentang faktor risiko yang perlu dihindari nantinya
Prognosis
Dubia ad malam
Follow up