You are on page 1of 33

RHD (REUMATIC HEART DISEASE)

Penyakit Jantung Rematik

A. DEFINISI
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katub
jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali (kapita selekta edisi
3,2000).
Demam reumatik atau penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik
akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi β Steptococcus
Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau
lebih gejala mayor yaitu poliarthritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan
dan eritema marginatum.
Penyakit radang berulang akut yang terutama terjadi pada anak – anak usia 5 – 15 tahun
yang biasanya terjadi 1 – 5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang
tenggorokan). (Robbins dan Kumar, Buku Ajar Patologi edisi 4)

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit reumatic heart diseases diperkirakan adalah reaksi
autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi infeksi β
Steptococcus Hemolyticus Grup A pada tenggorok yang selalu mendahului terjadinya
demam reumatik baik demam reumatik serangan pertama maupun demam reumatik
serangan ulang.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya penyakit jantung reumatic :

1. Faktor individu

a) Faktor genetik
Karena adanya antigen limfosit manusia(LHA)yang tinggi terhadap demam reumatic
menunjukkan hubungan dengan aloantigen sel β spesifik dikenal dengan antibodi
monoklonal dengan status reumatikus.
b) Umur
Umur merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik
penyakit ini sering mengenai anak umur 5 – 15 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3 – 5 tahun dan sangat jarang
sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah umur 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan
sesuai dengan insiden infeksi steptococcus pada anak usia sekolah.
c) Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel
streptococcus β hemolitikus grup A dengan glikoprotein dalam katub ini sangat
mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatic fever.

2. Faktor lingkungan

a) Keadaan Sosial Ekonomi Yang Buruk


Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk
terjadinya demam rematik. Insidens demam reumatik di negara – negara yang sudah
maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang
buruk sanitasi lingkungan yang buruk, rumah – rumah dengan penghuni padat, rendahnya
pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit
sangat kurang, pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan
kurang dan lain – lain. Semua hal ini merupakan factor – factor yang memudahkan
timbulnya demam reumatik.
b) Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran nafas
bagian atas meningkat, sehingga insiden demam reumatic meningkat.
c) Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit.
Penyakit terbanyak didapatkan didaerah yang beriklim sedang.
C. PATOFISIOLOGI
Demam reumatik yang mengakibatkan PJR terjadi akibat sensitasi dari antigen SGA
setelah 1 – 4 minggu infeksi Streptococcus Grup A beta hemolitikus di faring. Terdapat
dua mekanisme yang diajukan sebagai pathogenesis dari demam reumatik :
1. Respons hiperimun yang bersifat autoimun maupun alergi
2. Efek langsung organisme streptococcus atau toksinnya.
Yang paling dapat diterima adalah mekanisme pertama yaitu dari sudut imunologi,
dimana reaksi autoimun terhadap infeksi streptococcus akan menyebabkan kerusakan
jaringan atau manifestasi demam reumatik, dengan cara :
1. Streptococcus grup A akan menyebabkan infeksi faring
2. Antigen Streptococcus akan menyebabkan pembentukan antibody pada pejamu yang
hiperimun
3. Antibodi akan bereaksi dengan antigen streptococcus, dan dengan jaringan pejamu
yang secara antigenic sama seperti streptococcus
4. Autoantibodi tersebut bereaksi dengan jaringan pejamu sehingga mengakibatkan
kerusakan jaringan.
Kerusakan jaringan yang disebabkan tersebut berupa peradangan difus yang menyerang
jaringan ikat berbagai organ, terutama jantung, sendi dan kulit. Terserangnya jantung
merupakan keadaan yang sangat penting, karena kematian pada fase akut, yang sebagian
besar karena gagal jantung, dan kecacatan jantung, yang sebagian besar oleh adanya
deformitas katup.
Keterlibatan jantung pada penyakit demam rematik dapat mengenai setiap komponen
jaringannya. Proses radang selama karditis akut paling sering terbatas pada endokardium
dan miokardium, namun pada pasien dengan miokaditis berat, pericardium dapat juga
terlibat. Peradangan di endokardium biasanya mengenai endotel katup, sekitar 50% kasus
adalah katup mitral, yang mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi pinggir
katup yang ditunjukkan dengan adanya vegetasi seperti manik-manik (verruceae) di
sepanjang pinggir daun katup. Proses ini mengganggu penutupan katup yang efektif,
mengakibatkan regurgitasi katup. Jika tidak ada pembalikan proses dan penyembuhan,
proses ini akhirnya akan menyebabkan stenosis dan perubahan pengapuran yang kasar,
yang terjadi beberapa tahun pasca serangan.
Peradangan di miokardium, terdapat pembentukan lesi nodular yang khas pada dinding
jantung berupa sel Aschoff yang terdiri dari infiltrat perivaskuler sel besar dengan inti
polimorf dan sitoplasma basofil tersusun dalam roset sekeliling pusat fibrinoid yang
avaskular. Peradangan Perikardium, adanya penumpukan cairan (eksudasi) di dalam
rongga perikard yang disebut sebagai efusi perikard. Dan hal ini mengganggu pengisian
ventrikel sehingga volume sekuncup berkurang.
Bila terjadi karditis seluruh lapisan jantung akan dikenai. Perikarditis paling sering
terjadi dan perikarditis fibrinosa kadang-kadang didapati. Pada keadaan fatal, keterlibatan
miokard menyebabkan pembesaran semua ruang jantung. Pada miokardium mula-mula
didapati fragmentasi serabut kolagen, infiltrasi limfosit, dan degenerasi fibrinoid dan
diikuti didapatinya nodul aschoff di miokard yang merupakan patognomonik DR.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi : pasien kadang –
kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. C-Reaktif Protein (CRP) positif
7. P-R interval memanjang
8. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
9. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

Kriteria Mayor :
1. Artritis
Artritis adalah gejala major yang sering ditemukan pada DR akut (majeed H.A
1992). Sendi yang dikenai berpindah – pindah tanpa cacat yang biasanya adalah
sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, paha, lengan, panggul siku, dan bahu.
Munculnya tiba – tiba dengan rasa nyeri yang meningkat 12 – 24 jam yang diikuti
dengan reaksi radang. Nyeri ini akan menghilang secara perlahan – lahan.
Radang sendi ini jarang yang menetap lebih dari satu minggu sehingga terlihat sembuh
sempurna. Proses migrasi artritis ini membutuhkan waktu 3 – 6 minggu. Sendi – sendi
kecil jari tangan dan kaki juga dapat dikenai. Pengobatan dengan aspirin dapat
merupakan diagnosis terapetik pada atritis yang sangat bermanfaat. Bila tidak membaik
dalam 24 – 72 jam, maka diagnosis akan diragukan.
2. Karditis
Karditis merupakan manifestasi klinis yang penting dengan insidens 40-50%
(majeed HA 1992), atau berlanjut dengan gejala yang lebih berat yaitu gagal jantung.
Karditis ini bisa hanya mengenai endokardium saja. Endokarditis terdeteksi saat
adanya bising jantung. Katup mitrallah yang terbanyak dikenai dan dapat bersamaan
dengan katup aorta. Adanya regurgitasi mitral ditemukan dengan bising sistolik yang
menjalar ke aksila, dan kadang-kadang juga disertai bising mid-diastolik (bising
carey cooms). Miokarditis dapat bersamaan dengan endokarditis sehingga terdapat
kardiomegali atau gagal jantung. Perikarditis tak akan berdiri sendiri, biasanya
parkarditis.
3. Chorea
Chorea ini didapatkan 10% dari DR (Strasser, 1978) yang dapat merupakan
manifestasi klinis sendiri atau bersamaan dengan karditis. Masa laten infeksi SGA
dengan chorea cukup lama yaitu 2-6 bulan atau lebih. Lebih sering dikenai pada
perempuan pada umur 8-12 tahun. Dan gejala ini muncul selama 3-4 bulan. Gerakan-
gerakan tanpa disadari akan ditemukan pada wajah dan anggota-anggota gerak tubuh
yang biasanya unilateral. Dan gerakan ini menghilang saat tidur.
4. Eritema Marginatum
Eritema marginatum ini ditemukan kira-kira 5% dari pasien DR, dan berlangsung
berminggu-minggu dan berbulan, tidak nyeri dan tidak gatal.
5. Nodul Subkutanius
Besarnya kira-kira 0.5 – 2 cm, bundar, terbatas dan tidak nyeri tekan. Demam pada
DR tidak khas, dan jarang menjadi keluhan utama oleh pasien DR ini (strasser, 1981)
E. EPIDEMIOLOGI
Reumatik heart disease biasanya terjadi pada anak-anak usia 5 – 15 tahun dengan
puncaknya pada umur 8 tahun, dan kadang-kadang bisa dapat timbul pada usia 30 tahun
yang biasanya terjadi 1 – 5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang
tenggorokan). Wanita dan pria mempunyai kemungkinan sama untuk terserang.
Frekuensi demam reumatik akut di negara – negara maju dalam 100 tahun terakhir ini
banyak sekali menurun, misalnya di Denmark, terdapat kasus ini kira – kira 200 per
100.000 populasi pada tahun 1860, dan menurun sampai 10 per 100.000 populasi pada
tahun 1960.
Di Srilangka pada tahun 1978 masih tercatat insidensi demam reumatik sebanyak 47
per 100.000 populasi, dan untuk umur 5 – 19 tahun tercatat 140 per 100.000 populasi.
Penyakit jantung rematik terbanyak terdapat pada sentra industri dengan populasi yang
berlebih. Taranta dan Markowitz (1981) melaporkan demam reumatik merupakan
penyebab utama kelainan jantung pada umur 5 – 30 tahun. Demam reumatik dan penyakit
jantung reumatik merupakan penyebab kematian utama dari kelainan jantung pada umur
di bawah 45 tahun dan 25-40% penyakit jantung disebabkan oleh penyakit jantung
reumatik untuk semua umur. Di Yogyakarta pada dokumen medis RSUP Dr. Sardjito
tahun 1993 di temukan 8,3% penderita RHD dari seluruh penderita kelainan penyakit
jantung.

F. KOMPLIKASI
Gagal jantung dapat terjadi pada beberapa kasus,komplikasi lainnya termasuk aritmia
jantung, pankarditis dengan efusi yang luas, pneumonitis reumatik, emboli paru, infark
dan kelainan katub jantung.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah
2. Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung
3. Elektrokardiogram menunjukkan aritmia
4. Echokardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi
H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan segera terhadap semua faringitis yang disebabkan oleh streptokokus beta-
hemolitikus group A melalui pemberian tablet oral penisilin V atau suntikan IM
benzatin penisilin G atau melalui pemberian eritromisin pada pasien yang
hipersensitif terhadap penisilin.
2. Pemberian salisilat untuk meredakan demam serta rasa nyeri dan mengurangi
pembengkakan sendi.
3. Pemberian kortikosteroid jika pasien menderita karditis atau jika pemberian salisilat
tidak berhasil meredakan rasa nyeri serta inflamasi.
4. Tirah baring yang ketat selama sekitar lima minggu pada pasien karditis berat;
tindakan ini dilakukan untuk mengurangi kebutuhan jantung.
5. Tirah baring, pembatasan natrium, pemberian inhibitor ACE, digoksin, dan diuretik
untuk mengatasi gagal jantung.
6. Pembedahan korektif seperti komisurotomi (pemisahan daun katup mitral yang saling
melekat dan menjadi tebal), valvuloplasti (peniupan balon dalam katup), atau
penggantian katup (dengan katup buatan) untuk disfungsi katup mitral atau aorta yang
berat dan menimbulkan gagal jantung yang persisten.
7. Pencegahan sekunder demam reumatik dengan suntikan IM benzatin penisilin G
sebulan sekali atau tablet oral penisilin V atau sulfadiazin setiap hari, yang dimulai
sesudah fase akut mereda (Biasanya pengobatan dilakukan selama sedikitnya lima
tahun atau sampai pasien berusia 21 tahun atau salah satu diantaranya yang lebih
lama).
8. Terapi profilaksis antibiotik ketika pasien menjalani perawatan gigi dan prosedur
bedah atau invasif lain untuk mencegah endokarditis.

I. PENCEGAHAN
Jika kita lihat di atas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan
adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR). Tentu saja pencegahan yang terbaik
adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam Rematik (terserang
infeksi kuman streptokokus beta hemolyticus). ada beberapa faktor yang dapat
mendukung seseorang terserang kuman tersebut,di antara faktor lingkungan seperti
kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tempat tinggal berdesakan dan akses kesehatan
yang kurang merupakan Determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini.
Variasi cuaca juga mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya infeksi Streptokokus
untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptokokus beta hemolyticus dan mengalami
demam rematik harus di berikan terapi yang maksimal dengan Antibiotiknya.Hal ini
menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan
penyakit Jantung Rematik.

J. PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Anamnesa
1. Informasi Umum Pasien
a) Identitas pasien dan penanggung
b) Riwayat penyakit keluarga
c) Status kesehatan saat ini
d) Status kesehatan masa lalu

2. Pemeriksaan Fisik
a) TTV : TD, N, RR, S
b) Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Kepala : ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, bentuk kepala normal
2) Mata : ada gerakan yang tidak disadari
3) Hidung : terdapat napas cuping hidung
4) Kulit : Turgor kulit kembali setelah 3 detik
5) Paru
Inspeksi : terdapat edema, ptekie
Palpasi : vocal fremitus tidak sama
Perkusi : redup
Auskultasi : terdapat pericardial friction rub, ronki, krekels
6) Jantung
Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : dapat terjadi kardiomegali
Perkusi : redup
Auskultasi : terdapat murmur, gallop
7) Abdomen
Inspeksi : perut simetris
Palpasi : kadang-kadang dapat terjadi hepatomegali
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus normal
8) Genetalia : tidak ada kelainan
9) Ekstermitas : pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada gerakan
yang yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi kelemahan
otot

3. Pola Fungsi Kesehatan (11 Pola Fungsional Gordon)


a) Pemeliharaan dan Persepsi Terhadap Kesehatan
Cara pemeliharaan kesehatan dan persepsi keluarga pasien terhadap penyakit
yang dialami yang kurang tepat
b) Pola Nutrisi/Metabolic
1) Tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali makan,
mual/muntah
2) Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan
3) Penurunan BB yang cepat atau progresif
4) Malnutrisi
5) Dapat menunjukan adanya bising usus hiperaktif
6) Penurunan BB: perawakan kurus, menurunnya lemah subkutan/masa otot.
7) Turgor kulit buruk.
8) Kesehatan gigi/gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
9) Edema (umum, dependen)
c) Pola eliminasi
1) Penurunan berat badan
2) Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
3) Feses encer dengan/tanpa disertai mukus atau darah.
4) Nyeri tekan abdominal.
5) Lesi/abses rektal, perianal
6) Perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urine.
d) Pola aktivitas dan latihan
1) Mudah lelah
2) Berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya
3) Progresi kelelahan/malaise
4) Perubahan kedalaman pernafasan
5) Bradipnea, dispnea, ortopnea, takipnea
6) Peningkatan diameter anterior posterior
7) Pernafasan cuping hidung
8) Fase ekspirasi memanjang
9) Pernafasan bibir mencucu
10) Penggunaan otot aksesorius untuk bernafas
11) Pasien mengatakan tidak bisa ke kamar mandi sendiri dan memakai pakaian
sendiri, pasien mengatakan susah keramas dan menggosok gigi sehingga
membutuhkan bantuan orang lain.
12) Perubahan cara berjalan
13) Pergerakan gemetar
14) Keterbatasan melakukan keterampilan motorik kasar dan motorik halus
15) Keterbatasan rentang pergerakan sendi, tremor akibat pergerakan,
ketidakstabilan postur, pergerakan lambat, dan tidak terkoordinasi
e) Pola tidur dan istirahat
1) Perubahan pola tidur
2) Sulit untuk memulai tidur akibat nyeri yang dirasakan
3) Sering terbangun dimalam hari
4) Tidur kurang dari 6 jam setiap harinya
5) Pasien tidak biasa tidur siang
6) Pasien mengeluh nyeri pada sekitar umbilical sampai ke area diafragma, sendi
pergelangan tangan, pergelangan kaki, lutut, sikut yang muncul bergantian,
pasien tampak meringis akibat nyeri, tampak lesu, dan tidak bergairah (nyeri
dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi,
lamanya dan skala nyeri).
7) Mengekspresikan prilaku gelisah, waspada, iritabilitas, mendesah, merengek,
menangis
8) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
9) Perilaku berjaga – jaga melindungi area nyeri
10) Diaforesis
11) Perubahan tekanan darah, frekuensi jantung, dan frekuensi pernafasan
f) Pola kognitif-perseptual
1) Pusing/pening, sakit kepala.
2) Pasien mengatakan tidak memahami mengenai pencegahan penyakitnya,
perawatan dan tindakan yang harus dilakukan.
3) Pasien tampak bertanya pencegahan, perawatan dan pengobatannya.
g) Pola persepsi diri/konsep diri
1) Ide paranoid
2) Ansietas yang berkembang bebas
3) Harapan yang tidak realistis
h) Pola seksual dan reproduksi
Menurunnya libido untuk melakukan hubungan seks.
i) Pola Peran dan Hubungan
1) Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat
rencana.
2) Perubahan pada interaksi keluaga/orang terdekat
3) Aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
j) Pola manajemen koping stress
1) Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, misal dukungan keluarga,
hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distres
spiritual.
2) Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol diri, dan depresi.
3) Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.
4) Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang
kurang.
k) Pola keyakinan-nilai
1) Mengungkapkan kurang dapat menerima (kurang pasrah)
2) Mengungkapkan kurangnya motivasi
3) Mengungkapkan kekurangan harapan, cinta, makna hidup, tujuan hidup,
ketenangan (mis. Kedamaian)
4) Mengungkapkan marah kepada Tuhan, ketidakberdayaan, penderitaan
5) Ketidakmampuan berintrospeksi, mengalami pengalaman regiositas,
berpartisipasidalam aktivitas keagamaan, berdoa
6) Meminta menemui pemimpin keagamaan
7) Perubahan yang tiba – tiba dalam praktik spiritual

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d adanya ganggua pada penutupan katup mitral.
2. Hipertermia b.d peradangan pada membran sinovial dan katup jantung.
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplay oksigen.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan asam lambung
akibat kompensasi saraf simpatik.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hri/Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
12-12- 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan O:
2014 selama 2x24jam diharapkan penurunan Observasi TTV klien secara teratur
curah jantung dapat diminimalkan N:
KH: Observasi perubahan warna kulit
K: terhadap sianosis
Klien mampu mengidentifikasi penyebab E:
dari penurunan curah jantung(dada Jelaskan kepada klien tentang TTV
berdebar-debar) C:
A: Kolaborasi dengan tenaga
Klien mengatakan dadanya sudah tidak kesehatan lainnya untuk pemberian
berdebar lagi oksigen dan pemberian digitalis
P:
Klien dapat melakukan pencegahan
secara mandiri jika curah jantung
abnormal kembali
P:Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan Curah jantung
kembali normal

Dengan TTV :
TD: 120/90 mmHg
RR: 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37 ºC

12-12- 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan O:


2014 1x24 jam diharapka hiperetmia teratasi Observasi suhu tubuh klien
dengan N:
KH: 1. Berikan kompres hangat pada
K: lipatan tubuh dan terdapat banyak
Klien dapat menjelaskan penyebab dari pembulu darah besar seperti aksila
hipertermi dan perut
A: 2. Menganjurkan klien minum 2
Klien mengatakan bersedia untuk liter/hari jika memungkinkan
diberikan kompres hangat 3. Menganjurkan klien untuk tira
P: baring(bed rest)
Klien mampu menurunkan suhu tubuh E:
secara mandiri Memberikan HE kepada klien
P: tentang penyakitnya
Suhu tubuh kembali normal C:
Suhu normal(26-37oC), Kolaborasi dengan tenaga
Nadi normal(80x/menit), kesehatan lain untuk pemberian
Leukosit normal(4.300-11.400per antipiretik dan anti radang
mm3darah)
12-12- 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan O:
2014 selama 1x24jam diharapkan dapat Observasi kebutuhan oksigen klien
mengatasi ketidakseimbangan suplay dan turgor kulit
oksigen dengan N:
KH: Memberikan terapi oksigen saat
K: klien mengalami sesak nafas
Klien dapat mengidentifikasi penyebab E:
dari intoleransi aktivitas dan Memberikan HE kepada klien
ketidakseimbangan suplay oksigen tentang penyakitnya dan bagaimana
A: cara mengatasinya secara sederhana
Klien mengatakan badannya sudah tidak C:
lemas dan bersedia diberikan terapi Kolaborasi dengan tenaga
oksigen jika klien mengalami sesak kesehatan lain untuk memberikan
P oksigen kepada klien
Klien dapat melakukan aktivitas secara
mandiri dan bertahap
P:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
klien tidak mengalami sesak

12-12- 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan O:


2014 selama 5x24 jam diharapkan Observasi kebutuhan nutrisi klien
keseimbangan kebutuhan nutrisi N:
terpenuhi dengan Memberikan makanan yang kaya
KH: akan zat-zat yang dibutuhkan oleh
K: tubuh
Klien mampu menjelaskan tentang E:
ketidakseimbangan nutrisi yang dialami Memberikan HE kepada klien
A: untuk dapat mempertahankan
Klien mengatakan sudah tidak mual dan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
muntah lagi oleh tubuhnya
P: C:
Klien dapat menghabiskan porsi Kolaborasi dengan tenaga
makannya kesehatan(Ahli Gizi)
A: Berat Badan naik(dari 33 kg ke 34kg)
B: : Hb normal 12(11-13 gram/dl)
C: Mukosa bibir lembab dan turgor kulit
normal(kembali kurang dari 2 second)
D: Nafsu makan klien meningkat ( 1-
2porsi)

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon Pasien TTD
12-12- 1 1. Mengobservasi TTV DS : Klien mengatakan jantung
2014 klien tidak berdebar-debar
(07:30) DO : TD : 120/85 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 38,5 ºC

1 dan 3 2. Menganalisa turgor Ds : -


kulit klien DO : Turgor Kulit klien kembali
dalam waktu 2 detik

1, 2, 3 dan 4 3. Mengkaji tingkat DS : klien mengatakan sudah


pemahaman klien mengerti tentang penyakit yang
tentang penyakitnya diderita
DO : -

4 4. Memberi makan klien DS : -


DO :
A : Berat Badan naik 35 Kg
B : Hb normal 12 (11-13 gram/dl)
C : Mukosa bibir lembab dan turgor
kulit normal(kembali kurang dari 2
second)
D : Nafsu makan klien meningkat
( 1-2porsi)

1 dan 3 5. Memberikan terapi DS: -


Oksigen dan obat DO: Klien Tenang dan nyaman
digitalis

2 6. Mengobservasi suhu DS : -
klien DO : TTV :
TD: 120/80 mmHg
RR: 18x/menit
Nadi : 85x/menit
Suhu : 3,5 ºC

2 7. Melakukan kompres DS : -
hangat dan DO : Klien melakukan sesuai
menganjurkan klien anjuran
air putih 2 liter/hari

2 8. Memberikan obat anti DS : -


piretik dan anti DO : Klien melakukan sesuai
radang sesuai anjuran
dengann indikasi

4 9. Memberikan asupan DS : Klien mengatakan kenyang


nutrisi ( makan siang) DO : Porsi makan klien habis

3 10. Mengajarkan tehnik DS : -


relaksasi dan distraksi DO : Klien tampak rilex
seperti nafas dalam
dan mendengarkan
musik yang disukai
E. EVALUASI
Hri/Tgl Diagnosa Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
Rabu, 12-12-2012 1 S : Klien mengatakan jantung tidak berdebar-debar
08.00 WIB
O : Tidak pucat,bunyi jantung normal

A : Masalah teratasi

P : Melanjutkan intervensi
Rabu, 12-12-2012 2 S : Klien mengatakan suhu badan tidak panas.
12.00 WIB
O : Suhu tubuh normal,
TD : 120/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 370C

A : Masalah teratasi Sebagian

P : Melanjutkan intervensi

Rabu, 12-12-2012 3 S : Klien mengatakan tidak cepat lelah saat aktivitas,tidak sesak
16.00 WIB nafas

O : Tidak pucat tidak lemas.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Melanjutkan intervensi
Rabu, 12-12-2012 4 S : Klien mengatakan tidak mual tidak muntah nafsu makan
20.00 WIB meningkat

O : Tidak pucat tidak lemas tidak lesu


Berat Badan naik 35 Kg
Hb normal 12 (11-13 gram/dl)
Mukosa bibir lembab dan turgor
Nafsu makan klien meningkat ( 1-2porsi)

A : Masalah teratasi Sebagian

P : Melanjutkan intervensi
KASUS

Identitas Pasien
– Nama : Tn.EA
– Umur : 14 th
– Jenis kelamin : Perempuan
– Alamat : Lumajang
– Suku : Jawa
– Agama : Islam
– Tanggal MRS : 24 Juni 2015
– Tanggal KRS : 30 Juni 2015
– No. RM : 083224

Keluhan utama
Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu. sesak nafas dirasakan
saat aktifitas dan memberat saat malam hari. Sesak nafas memberat sejak kemarin. Pasien
juga mengeluh batuk, sejak 1 minggu yang lalu. Setiap batuk sesak terasa semakin
memberat. Saat sesak timbul pasien merasa nyaman saat dia duduk. Pasien sudah
mengalami penyakit jantung sejak 3 bulan yang lalu. pasien mengkonsumsi obat batuk,
sehabis minum obat batuk, pasien merasa mual dan muntah. Keluhan disertai demam yang
dirasakan naik turun sejak 2 minggu yang lalu. Pasien sudah mengalami penyakit jantung
sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh badan sakit semua, lemah terutama anggota
gerak bawah pada sendinya. Pasien masuk RS di Lumajang dan dikarenakan sesak yang
semakin memberat akhirnya dirujuk ke RSD dr. Soebandi. BAK (+) normal dan BAB (+)
normal
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit jantung
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga disangkal.
Riwayat Pengobatan
Riwayat minum obat batuk

Anamnesis Sistem
a. Sistem Serebrospinal : Penurunan kesadaran (-), Demam (+), Kejang (-), Nyeri kepala (-).
b. Sistem Kardiovaskuler : Palpitasi (+), Hipertensi (-), Nyeri dada (-).
c. Sistem Pernafasan : Epistaksis (-), Dyspneau (+), Batuk(+), Pilek (-), Pernafasan cuping
hidung (-), Retraksi dinding dada (-), dan tidak ada ketertinggalan
gerak.
d. Sistem Gastrointestinal : Nafsu makan menurun, BAB kehitaman (-)
e. Sistem Urogenital : BAK lancar dan tidak nyeri, serta berwarna kuning jernih.
f. Sistem Muskuloskeletal : Tidak artrofi, tidak ada deformitas.
g. Sistem Integumentum : Bengkak (-), Ikterik (-), Ptechiae (-), Purpura(-), Ekimosis (-)
Kesan : Terdapat gangguan di sistem serebrospinal, kardiovaskuler, pernapasan dan
gastrointestinal.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Vital Sign :
1) TD : 110/50 mmHg
2) Nadi : 120 x/mnt
3) RR : 28 x/mnt
4) Suhu Axilla : 38,1 ˚ C
d. Kulit : Ikterus (-), Ptechiae (-), Purpura (-), Ekimosis (-)
e. Kelenjar limfe : Ditemukan pembesaran pada limfonodi leher.
f. Otot : Kekuatan otot normal, artrofi (-)
g. Tulang : Tidak ada deformitas.
h. Status Gizi :
1) Berat badan : 45 kg
2) Tinggi badan : 150 cm
3) IMT : 20 %
Kesan : Didapatkan takikardi, takipneu, peningkatan suhu tubuh dan status gizi cukup

Pemeriksaan Fisik Khusus


a. Kepala
1) Bentuk : Bulat
2) Rambut : Hitam, keriting
3) Mata : Konjungtiva anemis +/+
Sklera ikterus -/-
Oedem palpebra -/-
Reflek cahaya +/+
4) Hidung : Sekret (-), Bau (-), Perdarahan (-), Pernafasan cuping hidung (-)
5) Telinga : Sekret (-), Bau (-), Perdarahan (-)
6) Mulut : Sianosis (+), Bau (-)
b. Leher :
1) Kelenjar limfe : Ada pembesaran pada limfonodi leher
2) Tiroid : Tidak ada pembesaran
3) Kaku kuduk : (-)
4) JVP : tidak meningkat
5) Tidak tampak retraksi suprasternal dan kontraksi M. sternocleidomastoideus
c. Thorax
1) Cor
a) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : Ictus cordis teraba
c) Perkusi : Redup di ICS IV parasternal dextra sampai ICS V midclavicula
sinistra
d) Auskultasi : S1/S2 tunggal, reguler, ekstra sistole (-), gallop (-), murmur (+)

2) Pulmo
Aspectus Ventralis Aspectus Dorsalis
Ins Bentuk dada normal Bentuk dada normal
Simetris Simetris
Retraksi (-) Retraksi (-)
Gerak nafas tertinggal (-) Gerak nafas tertinggal (-)
Per Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Fremitus raba Fremitus raba

N N N N

N N N N

N N N N
Pal Sonor-Redup Sonor-Redup
S S S S

S S S S

S S S S

S R R S

S S R R R R S S

S R R S
Aus Suara Dasar Suara Dasar
BV BV BV BV

BV BV BV BV

V V V V

V V V V

V V V V V V V V

V V V V

Wheezing Wheezing
- - - -

+ + + +

+ + + +

+ + + +

- - - - - - - -

- - - -

Rhonki Rhonki
- - - -

- - - -

- - - -

- - - -

- - - - - - - -

- - - -
d. Abdomen
1) Inspeksi : Cembung
2) Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit
3) Perkusi : Tympani-redup
4) Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
e. Ekstermitas
1) Superior : Akral hangat +/+, oedem -/-
2) Inferior : Akral hangat +/+, oedem +/+

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboraturium

Tanggal 24 Juni 2015


Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11,4 12-16 gr/dL


Leukosit 30,9 4.5-13 109/L
Hematokrit 33,4% 36-46 %
Trombosit 250 150-450 109/L
FAAL HATI
SGOT 881 10-31
SGPT 325 9-36
Albumin 3,4 3,4-4,8
GULA DARAH

Glukosa Sewaktu 118 stik <200 mg/dL


ELEKTROLIT
Natrium 130,3 135-155
Kalium 4,26 3,5-5,0
Chlorida 95,8 90-110
Calsium 2,12 2,15-2,57
FAAL GINJAL

Kreatinin Serum 1.2 0.5-1.1 mg/Dl


BUN 48 6-20 mg/dL
Urea 103 26-43 gr/24 h

Pemeriksaan EKG
1). Tanggal 24 Juni 2015
2). Tanggal 25 Juni 2015

3). Tanggal 26 Juni 2015


Pemeriksaan Echocardiografi
Kesan : RHD MR Berat AR berat PR berat dengan hipertensi arteri pulmonalis berat serta
vegetasi di AML
Resume
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu. sesak nafas dirasakan saat
aktifitas dan memberat saat malam hari. Sesak nafas memberat sejak kemarin. Pasien juga
mengeluh batuk, sejak 1 minggu yang lalu. Setiap batuk sesak terasa semakin memberat. Pasien
sudah mengalami penyakit jantung sejak 3 bulan yang lalu. pasien mengkonsumsi obat batuk,
sehabis minum obat batuk, pasien merasa mual dan muntah. Keluhan disertai demam yang
dirasakan naik turun sejak 2 minggu yang lalu. Pasien sudah mengalami penyakit jantung sejak 3
bulan yang lalu. Pasien masuk RS di Lumajang dan dikarenakan sesak yang semakin memberat
akhirnya dirujuk ke RSD dr. Soebandi. BAK (+) normal dan BAB (+) normal.
Riwayat Penyakit Dahulu: penyakit jantung. Riwayat Pengobatan: obat batuk. Riwayat
Penyakit Keluarga (-). Riwayat alergi (-). Riwayat sosioekonomi dan lingkungan cukup baik.
Keadaan umum lemah, komposmentis. Status gizi baik, IMT: normal. Pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva anemis, takikardi, takipneu, peningkatan suhu tubuh, terdapat suara
bising jantung murmur, wheezing, dan oedem pada ekstremitas bawah. Pemeriksaan
Laboratorium: anemia, leukositosis, gangguan faal hati dan gangguan faal ginjal. Pemeriksaan
EKG terdapat sinus takikardi dan pemeriksaan ekocardiography RHD MR Berat AR berat PR
berat dengan hipertensi arteri pulmonalis berat serta vegetasi di AML.

Diagnosis Kerja

Etiologi : Demam Reuma, infektif endokarditis,


Anatomis : Mitral regurgitasi, aorta regurgitasi
Fungsional : DCFC II
Sekunder : hipertensi arteri pulmonalis, Gangguan Faal Hati, Gangguan faal Ginjal

Planning

Planning Terapi
 O2 3 lpm
 Infus PZ : Comafucin 7 tpm
 Injeksi Cefotaxim 3x1 gr
 Gentamycin 2x40 mg
 Injeksi ranitidin 2x1 amp
 Injeksi furosemide 1x1 amp
 p/o Spironolacton 25 mg 1-0-0
 p/o concor 2,5 0-0-1/2
 p/o ibuprofen 3x200 mg

Planing diagnostik
ASTO titer

Planing Monitoring
1. EKG
2. Vital sign

Planning operatif
- Valvuloplasti
- Mitral valve replacement
- Bioprotese
- Katup mekanik  byork Shiley, st Judge

Planning edukasi
• Menjelaskan tentang penyakit, pemeriksaan yang perlu dilakukan dan tindakan medis
kepada pasien serta keluarga.
• Menjelaskan kemungkinan komplikasi dan prognosis kepada pasien dan keluarga
• Menjelaskan tentang faktor risiko yang perlu dihindari nantinya

Prognosis

Dubia ad malam
Follow up

25 Juni 2015 26 Mei 2015 29 Mei 2015


S KU: sesak batuk KU: sesak batuk KU: nyeri perut

O KU: lemah KU: cukup KU: lemah


Kes: compos mentis Kes: compos mentis Kes: compos mentis
TD: 115/50 mmHg TD: 100/40mmHg TD: 100/70 mmHg
N: 110x/mnt N: 120x/mnt N: 96x/mnt
RR: 30x/mnt RR: 35x/mnt RR: 24x/mnt
Tax: 36,7oC Tax: 36,5oC Tax: 36,4 oC
K/L:a/i/c/d:+/-/+/- K/L:a/i/c/d:+/-/-/+ K/L:a/i/c/d:+/-/-/-
Thorax: cor: bising Thorax: cor: bising Thorax: cor: bising
murmur; pulmo: murmur; pulmo: murmur; pulmo: wheezing
wheezing wheezing
Abd: cembung, BU (+) Abd: cembung, BU (+) Abd: cembung, BU (+) N,
N, timpani, soepel N, timpani, soepel, timpani, soepel,
Ext: AH di keempat Ext: AH di keempat Ext: AH di keempat akral,
akral, ada oedem ext akral, ada oedem ext tak ada oedem
inferior inferior
A RHD MR + DCFC II + RHD MR + AR+ PR + RHD MR + AR+ PR +
Susp IE PHT berat + IE PHT berat + IE
P  O2 3 lpm  O2 3 lpm  O2 3 lpm
 Infus PZ :  Infus PZ :  Infus PZ : Comafucin
Comafucin 7 tpm Comafucin 7 tpm 7 tpm
 Injeksi Cefotaxim  Injeksi Cefotaxim  Injeksi Cefotaxim
3x1 gr 3x1 gr 3x1 gr
 Injeksi ranitidin 2x1  Injeksi ranitidin 2x1  Injeksi ranitidin 2x1
amp amp amp
 Injeksi furosemide  Injeksi furosemide  Injeksi furosemide
1x1 amp 1x1 amp 1x1 amp
 p/o Spironolacton 25  p/o Spironolacton  p/o Spironolacton 25
mg 1-0-0 25 mg 1-0-0 mg 1-0-0
 p/o concor 2,5 0-0-  p/o concor 2,5 0-0-  p/o concor 2,5 0-0-
1/2 1/2 1/2
 p/o ibuprofen 3x200  p/o ibuprofen 3x200  p/o ibuprofen 3x200
mg mg mg
 gentamicyn 2x40  gentamicyn 2x40 mg
mg

Diet TKTP Diet TKTP Diet TKTP

You might also like