You are on page 1of 42

Case Report Session

TUMOR PAYUDARA

Oleh :

Rey Mas Fakhrury

1740312074

Preseptor:

dr. Taufandi, Sp. B

BAGIAN ILMU PENYAKIT BEDAH

RSUD PROF. DR. MA HANAFIAH SM BATUSANGKAR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan kurnia-Nya sehingga laporan kasus yang berjudul “Tumor Payudara” ini

bisa penulis selesaikan dengan baik sesuai waktu yang telah ditentukan.

Laporan kasus ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis

mengenai vesikolitiasis, serta menjadi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan

klinik senior di bagian Ilmu Bedah RSUD Prof. Dr. M. Ali Hanafiah SM

Batusangkar.

Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak

membantu dalam penyusunan laporan kasus ini, khususnya kepada dr. Taufandi, SpB

sebagai preceptor yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan saran,

perbaikan, dan bimbingan kepada penulis. Penulis ucapkan juga terima kasih kepada

rekan sesama dokter muda dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam

penyusunan referat ini yang tidak bias penulis sebutkan satu-persatu disini.

Dengan demikian, penulis berharap semoga referat ini bisa menambah

wawasan, pengetahuan, dan meningkatkan pemahaman semua pihak tentang

vesikolitiasis.

Batusangkar, Agustus 2018

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Payudara tumbuh sejak minggu keenam masa embrio berupa penebalan

ektodermal dari sepanjang garis yang terbentang dari aksila sampai regio inguinal.

Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan simbol femininitas

perempuan. Adanya kelainan pada payudara akan dapat menurunkan kepercayaan

diri perempuan. Salah satu dari kelainan payudara terbanyak pada perempuan yaitu

tumor payudara.1

Tumor merupakan benjolan yang abnormal dalam tubuh yang disebabkan

oleh berbagai macam penyakit, seperti penyakit keganasan (neoplasma), infeksi, dll.

Tumor merupakan hasil perubahan neoplastik dari semua sel berinti tunggal di dalam

tubuh, namun ada juga beberapa jenis sel lain yang lebih mudah tumbuh untuk

membentuk tumor. Sel yang telah mengalami transformasi ini disebut sel neoplastik.

Sel-sel ini akan berproliferasi secara berlebihan dalam pola yang tidak teratur untuk

membentuk tonjolan atau massa jaringan yang disebut neoplasma (pertumbuhan

baru). Istilah neoplasma mempunyai kesamaan arti medis dengan kata tumor.

Menurut kesepakatan, massa sel neoplatik disebut dengan tumor.2

Tumor payudara jinak merupakan faktor risiko penting untuk penyakit

payudara berkembang menjadi keganasan. Hal Ini mencakup gambaran histologis

yang luas, biasanya dibagi menjadi lesi nonproliferative, lesi proliferatif tanpa atypia,

dan hiperplasia atipikal, dengan peningkatan risiko kanker payudara yang terkait

dengan proliferasi atau lesi atipikal.1


Pada satu penelitian disebutkan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun

pengamatan, sedikitnya 16% wanita datang dengan keluhan benjolan di payudaranya.

Dari jumlah ini, ternyata 8% adalah kanker payudara, terutama pada usia di atas 40

tahun. Gejala subjektif yang dikeluhkan bervariasi dari hanya benjolan yang

nyeri/tidak nyeri sampai keluarnya cairan dari puting susu.3

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang tumor payudara serta sebagai salah satu syarat dalam memenuhi
kegiatan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Bedah RSUD Prof. Dr. M. Ali Hanafiah
Batusangkar.

1.3 Batasan Masalah


Laporan kasus ini membahas definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosis, tatalaksana dan prognosis
tumor payudara serta laporan dari kasus yang ditangani.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan dari laporan kasus ini berupa tinjauan pustaka yang
merujuk ke beberapa literatur dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tumor Payudara

Tumor atau neoplasma secara umum di artikan sebagai benjolan atau

pembengkakan yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh.

Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (benign).4

Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang disebabkan pertumbuhan sel

abnormal yang dapat terjadi pada payudara.4

2.2 Anatomi Payudara

Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan

glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan glandular meliputi

kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan stromal meliputi

jaringan lemak dan jaringan ikat. Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding

torak ventral yang berkembang menonjol tegak dari subklavikula sampai dengan

costae atau intercostae kelima sampai keenam.5

Gambar 1. Anatomi anterior dan lateral payudara


Setiap payudara terdiri atas 15 -20 lobus yang tersusun radier dan berpusat

pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar

tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah

kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut areola mamma. Daerah aerola mammae

mengandung folikel rambut, kelenjar apokrin dan kelenjar sebaseus Montgomery

yang menghasilkan air susu. Puting susu mengandung akhiran saraf dan otot polos,

serta 8-20 duktus laktiferus komunis yang merupakan terminal dari duktus

laktiferus..5

Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat yang

berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-gumpal

besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di

bawah puting susu, akan terasa seperti kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan

ini dapat berbeda pada orang yang berbeda.

Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi

menjadi lima regio, yaitu :

1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)

2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)

3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)

4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)

5. Regio puting susu (nipple)


Gambar 2. Regio payudara

Payudara mendapat pendarahan terutama dari dua sumber utama6:

1. Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna. Perforator II, III, dan IV

dari intercostal anterior dan cabang-cabang a. mammaria interna

menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang

sesuai, menembus m.pertoralis mayor dan memberi pendarahan tepi

medial glandula mamma.5

2. Cabang-cabang dari a. axillaris:

 Rami pectoralis a. thorako-akromialis

 Arteri thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna)

 Arteri thorako-dorsalis

Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :

1. Cabang-cabang perforantes V. mammaria interna

2. Cabang-cabang v. aksilaris yang terdiri dari v. thorako-akromialis, v.

thorakalis lateralis dan v. thorako dorsalis

3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis.


Gambar 3. Vaskularisasi payudara

Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis,

sedangkan jaringan glandula mammae sendiri dipersarafi oleh sistem simpatis.

Persarafan sensoris di bagian superior dan lateral berasal dari n. supraklavikular (C3

dan C4) dari cabang lateral n. interkostalis torasik. Bagian medial payudara

dipersarafi oleh cabang anterior n. interkostalis torasik. Kuadran lateral atas payudara

dipersarafi terutama oleh n. interkostovertebralis (C8 dan T1).5

Gambar 4. Persarafan payudara


Pengaliran pembuluh limfatik terutama bersifat unidireksional (searah),

kecuali di daerah subareolar dan daerah sentral payudara, atau pada keadaan dimana

terjadinya obstruksi limfatik menyebabkan terjadinya aliran balik bidireksional. Hal

ini dapat terjadi karena pembuluh limfe tidak berkatup; sehingga aliran balik ini

memungkinkan terjadinya metastasis.5

Pengaliran limfatik dibagi 3 bagian:

1. Drainase kulit yang mengalirkan pembuluh limfe dari kulit

sekitarnya, dan tidak termasuk areola dan papilla.

2. Drainase areolar yaitu pleksus subareolar dari Sappey; selanjutnya

akan bergabung dengan KGB aksilla.

3. Drainase aksiler

Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksila :

1. KGB mammaria eksterna.

2. KGB Skapula

3. KGB sentral (central nodes)

4. KGB interpektoral (Rotter’s nodes)

5. KGB v. aksilaris

6. KGB subklavikula
Gambar 5. Level KGB Sesuai M. Pectoralis minor

Kelompok kelenjar ini kemudian dibagi lagi dalam 3 level atau tingkat,

berdasarkan hubungannya dengan m. pectoralis minor.

• Level I : Terletak lateral / dibawah batas bawah m. pectoralis minor.

- KGB mamaria eksterna

- KGB vena aksilaris

- KGB grup scapular

• Level II : Terletak didalam (deep) atau dibelakang m. pectoralis minor yaitu

grup sentral.

• Level III : Terletak medial atau diatas dari batas atas m. pectoralis minor;

yaitu grup subclavicular.

2.3 Fisiologi Payudara

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.

Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa

fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen


dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah

menyebabkan ductus berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8

haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya

terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak

rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegangdan nyeri

sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu

itu, pemeriksaan foto mammgrafi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.

Begitu haid mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,

payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi,

dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu

laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian

dikeluarkan melalui duktus puting susu.1

2.3 Klasifikasi

Presentase lokasi tumor di dalam payudara adalah sebagai berikut:7

a. Kuadran lateral atas 38,5%

b. Bagian sentral 29%

c. Kuadran lateral bawah 14,2%

d. Kuadran medial atas 14,2%

e. Kuadran medial bawah 5%

2.3.1 Tumor jinak

Tumor jinak payudara adalah lesi jinak yang disebabkan pertumbuhan sel
abnormal yang dapat terjadi pada payudara.4

1. Kista.

Kista merupakan suatu ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular.

Kista terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu

kecil untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada

mammae dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya bila

jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop.4

2. Fibroadenoma

Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada

wanita muda.. Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol,

dengan simpai licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat pada

jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri,

tetapi kadang dirasakan nyeri bila di tekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh

multiple.1

3. Tumor filoides

Sistosarkoma filoides merupakan salah satu tipe dari fibroadenoma yang

tumbuh sangat cepat. Tumor ini dapat membesar dan merusak sekitarnya, karena

proses pendesakan tumor. Tumor ini dapat menjadi tumor ganas, sehingga dikenal

dengan tipe jinak dan ganas.1

4. Galaktokel

Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang

hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu duktus

yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi.4


5. Papiloma intraduktus

Lesi jinak yang berasal dari duktus lactiferus dan 75% tumbuh di bawah

areola mamma ini memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari putting

susu. Konfirmasi diagnosis papiloma intraduktus dilakukan dengan duktografi. Lesi

dapat multipel dan atau bilateral. Biasanya terjadi pada usia 40 tahunan.1

6. Duktus ektasia

Ektasia duktus merupakan lesi benigna yang ditandai adanya pelebaran dan

pengerasan dari duktus. Adanya massa berupa ductus yang membesar dicirikan

dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada puting

serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan.4

7. Adenosis sklerosis

Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan

kelainan fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup

kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus saling

berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini kemungkinan

dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis dimana pembesaran

lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous.4

2.3.2 Tumor Ganas

Kanker payudara diklasifikasikan menjadi kanker yang belum menembus

membran basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basalis

(invasif). Bentuk utama karsinoma mammae dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1

A. Non-invasif

1. Karsinoma duktus in situ (DCIS, karsinoma intraduktus)


2. Karsinoma lobulus in situ (LCIS)

B. Invasif

1. Karsinoma duktus invasif, merupakan jenis tersering

2. Karsinoma lobulus invasif

3. Karsinoma medularis

4. Karsinoma koloid (karsinoma musinosa)

5. Karsinoma tubulus

6. Tipe lain

2.4 Etiologi

Etiologi kanker payudara masih belum diketahui secara pasti hingga sekarang

namun yang paling diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen.

Mutagen dapat berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase

dan malyondyaldehida (MDA) serta mutagen eksogen yaitu radiasi. Kanker payudara

diduga merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa gen. Dua

diantaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh disebut

dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21) dan gen p53 (pada lokus 17p13). Gen ketiga

adalah BRCA-2 yang terletak pada kromosom 13. Gen keempat yang juga terlibat

adalah gen reseptor androgen pada kromosom Y, mutasi gen ini berhubungan dengan

insiden kanker payudara pada pria.8,9

2.5 Faktor Risiko

1. Usia
Faktor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker payudara. Dengan

semakin bertambahnya usia seseorang, insidens kanker payudara akan meningkat.

Satu dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia di

bawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita

berusia 55 tahun.1,10

2. Genetik dan familial

Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker payudara

terjadi pada sekitar 18% kasus, 5% diantaranya benar-benar diwarisi secara familial

berdasarkan nilai analisis pedigree. Dengan demikian, individu yang memiliki

riwayat keluarga kanker payudara berisiko tinggi untuk terkena kanker payudara.1,10

3. Hormon

Faktor menstruasi dan reproduksi menunjukkan peran hormon seksual dalam

perkembangan kanker payudara. Faktor reproduksi dan hormonal juga berperan besar

menimbulkan kelainan ini. Usia menarche yang lebih dini, yakni di bawah 12 tahun,

meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 3 kali, sedangkan usia menopause

yang lebih lambat, yakni di atas 55 tahun, meningkatkan risiko kanker payudara

sebanyak 2 kali.

Hormon seks eksogen seperti terapi pengganti hormon dan kontrasepsi oral

juga dianggap berpengaruh terhadap risiko kanker payudara. Terapi pengganti

hormon meningkatkan risiko kanker payudara pada orang yang baru atau sedang

menggunakan (dalam jangka waktu lima tahun).1,10

4. Reproduksi
Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker payudara.

Perempuan yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang pertama kali

melahirkan anak usia lebih dari 31 tahun mempunyai risiko tiga hingga empat kali

lebih besar dibandingkan perempuan yang melahirkan anak pertamanya setelah

berusia 18 tahun. Perempuan yang memiliki banyak anak (multipara) diasosiasikan

dengan berkurangnya risiko kanker payudara, tentunya setelah memperhatikan usia

saat melahirkan anak pertama.1,10

5. Obesitas

Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risiko kanker

payudara. Sebaliknya, obesitas pramenopause justru menurunkan risikonya. Hal ini

disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormon endogen.

Walaupun menurunkan kadar hormon seks terikat-globulin dan menurunkan pajanan

terhadap estrogen, obesitas pramenopause meningkatkan kejadian anovulasi sehingga

menurunkan pajanan payudara terhadap progesteron. Pada masa pascamenopause,

penurunan risiko kanker payudara yang disebabkan oleh obesitas pramenopause

secara bertahap menghilang, dan peningkatan bioavabilitas estrogen yang terjadi pada

masa ini akan meningkatkan risiko kanker payudara.11

6. Diet

Perbedaan insiden kanker payudara di berbagai belahan dunia menunjukkan

bahwa diet mungkin memegang peranan penting dalam perkembangan kanker

payudara. Bukti-bukti yang ada menyebutkan bahwa tingginya konsumsi kalori,

lemak, daging dan alkohol dapat meningkatkan risiko, sedangkan tingginya konsumsi
serat, sayur, buah, vitamin dan fitoestrogen dapat menurunkan risiko kanker

payudara.1,10

7. Radiasi

Pada hewan percobaan terbukti adanya peranan sinar radiasi sebagai

factor penyebab kanker payudara. Pada penelitian epidemiologi setelah terjadinya

ledakan bom atom atau penelitian pada orang setelah pajanan sinar rontgen, peran

sinar ionisasi sebagai faktor penyebab pada manusia lebih jelas.12

2.6 Patogenesis Kanker Payudara

1. Ekspresi Gen Dalam Kanker Payudara

Terdapat 2 jenis reseptor estrogen yang wujud antaranya adalah alfa (α) dan

beta (β) (dikenali sebagai ERα dan ERβ). Kedua subtipe ER memiliki ikatan DNA

yang kuat dan bertempat dalam inti dan sitosol sel. Apabila estrogen masuk kedalam

sel, ia akan berikatan dengan ER dan komplex tersebut akan bermigrasi ke dalam

nucleus dan menyebabkan proses traskripsi protein yang selanjutnya menyebabkan

perubahan pada sel. Oleh karena sifat proliferasi estrogen, stimulasi selular dapat

memberikan efek negative pada pasien yang memiliki jumlah receptor yang banyak

didalam sel.6

2. Peranan Estrogen Dalam Perkembangan Kanker Payudara

Dua hipotesa yang dapat menjelaskan efek estrogen dalam pembentukan

tumor : 14

a) Efek genotoksik hasil estrogen dengan cara memproduksi radikal

(initiator).
b) Peranan hormone estrogen dalam menginduksi proliferasi kanker

serta sel premalignant (promoter).

3. Peranan Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2)

HER 2 termasuk dalam famili epidermal growth factor receptor (EGFR) dari

proto-oncogen Mekanisme karsiogenesis HER2 masih belum diketahui namun

ekspresi yang berlebihan dapat memicu pertumbuhan tumor dengan cepat,

menurukan rentan hidup, meningkatkan risiko rekurensi setelah operasi disertai

dengan respon yang tidak efektif terhadap kemoterapi.6

2.7 Manifestasi Klinik

Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa

sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan,

ulserasi, peau de’orange, pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis

jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak.

Perubahan kulit yang biasa terjadi adalah:1,6,7

1. Tanda dimpling

Ketika tumor mengenai ligamentum Cooper, ligamentum tersebut akan

memendek hingga kulit setempat akan menjadi cekung yang biasa disebut sebaga

skin dimple.

2. Perubahan kulit menyerupai kulit jeruk (peau de’orange)

Ketika vasa limfatik subkutis tersumbat oleh sel kanker, hambatan drainase

limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut tenggelam ke bawah dan tampak

gambaran menyerupai kulit jeruk (peau de’orange).

3. Nodul satelit kulit


Sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-masing akan membentuk

nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak nodul tersebar yang

secara klinis disebut sebagai nodul satelit.

4. Invasi, ulserasi kulit

Ketika tumor menginvasi kulit tampak perubahan berwarna merah atau merah

gelap. Bila tumor bertambah besar lokasi tersebut dapat menjadi iskemik, ulserasi

membentuk bunga terbalik yang disebut sebagai kembang kol.

5. Perubahan inflamatorik

Secara klinis disebut sebagai karsinoma mammae inflamatorik, tampak

sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip peradangan dapat

disebut sebagai tanda inflamatorik. Tipe ini sering ditemukan pada kanker payudara

ketika hamil atau laktasi. Perubahan papilla mammae pada kanker payudara dapat

berupa:1,7

a. Retraksi, distorsi papilla mammae, disebabkan oleh tumor yang

menginvasi jaringan subpapilar

b. Sekret papilar (niplle discharge), perubahan eksematoid merupakan

manifestasi spesifik dari kanker eksematoid (paget disease). Klinis tampak

areola, pailla mammae erosi, berkrusta, bersekret, deskuamasi, dan

gambarannya mirip dengan eksim.

Tanda-tanda metastasis dapat berupa :

1. Otak : nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis, paralisis

2. Paru-paru : efusi, sesak nafas

3. Hati : kadang tanpa gejala, massa, ikterus obstruksi


4. Tulang : nyeri, patah tulang

2.8 Diagnosis

a. Anamnesis

1) Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada puting susunya

- Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di daerah ketiak

- Puting susu terasa mengeras

2) Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting susunya

- Perubahan ukuran maupun bentuk dari payudara

- Puting susu tertarik ke dalam payudara

- Kulit payudara, areola, atau puting bersisik, merah, atau bengkak. Kulit

mungkin berkerut-kerut seperti kulit jeruk.

3) Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu

Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika sel

kanker telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan di kelenjar limfe yang

berada di sekitar payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh

lain, paling sering ke tulang, hati, paru-paru, dan otak.13

Pada 33% kasus kanker payudara, penderita menemukan benjolanpada

payudaranya. Tanda dan gejala lain dari kanker payudara yang jarang ditemukan

meliputi pembesaran atau asimetrisnya payudara, perubahan pada puting susu dapat

berupa retraksi atau keluar sekret, ulserasi atau eritema kulit payudara, massa di

ketiak, ketidaknyamanan muskuloskeletal. Nyeri pada payudara biasanya

berhubungan dengan kelainan yang bersifat jinak.


b. Pemeriksaan fisik

Inspeksi yang memadai memerlukan dada yang terbuka seluruhnya. Karena

payudara cenderung membengkak dan menjadi lebih nodular dalam masa prahaid

akibat dari peningkatan stimulasi estrogen, Saat terbaik untuk melakukan

pemeriksaan adalah 5-7 hari sesudah permulaan haid. Nodulus yang muncul selama

fase prahaid harus dievaluasi kembali setelah dimulainya haid tersebut.

1. Inspeksi

Lakukan inspeksi payudara ketika pasien berada dalam posisi duduk dan

setelah pakaiannya diturunkan hingga batas pinggang.13 Pemeriksaan payudara yang

seksama meliputi inspeksi yang cermat terhadap perubahan kulit, kesimetrisan

kontur, dan retraksi dalam 4 pandangan- kedua lengan pada sisi tubuh, kedua lengan

di atas kepala, berkacak pinggang dan mencodongkan tubuh ke depan dengan kedua

lengan pada sisi tubuh. Gambaran klinis sebagai berikut

a) Penampakan kulit yang meliputi

Warna kulit. Penebalan kulit dan pori-pori yang tampak mencolok secara

abnormal, mungkin menyertai obstruksi limfatik. Penebalan seperti kulit jeruk,

kemerahan. Atau penampakan yang abnormal seperti adanya nodul atau tarikan kulit.

b) Ukuran dan kesimetrisan payudara

Beberapa perbedaan pada ukuran payudara yang meliputi ukuran areola

merupakan keadaan yang sering ditemukan dan biasanya normal

c) Kontur payudara

Cari perubahan seperti massa, cekungan (dimpling), atau pendataran.

Bandingkan payudara satu dengan lainnya.


d) Karakteristik putting

Meliputi ukuran dan bentuknya, arah putting itu menunjuk, setiap ruam ruam

atau ulserasi, ataupun setiap pengeluaran secret.

e) Perhatikan mobilitas payudara saat penderita menaikkan lengannya ke atas.

Gambar 6. Pemeriksaan Mamae dengan Inspeksi13

2. Palpasi

Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk palpasi

kelenjar limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap massa yang teraba

atau suatu lymphadenopathy, harus dinilai lokasinya, ukurannya, konsistensinya,

bentuk, mobilitas atau fiksasinya.13

Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang (supine),

lengan ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal. kedua payudara

dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun radial.

Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan

pemeriksa menopang lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan

supraklavikula.13
Gambar 7. Pemeriksaan Mamae dengan Palpasi13

c. Pemeriksaan Penunjang

Untuk mendukung pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang dapat

dilakukan untuk membantu deteksi kanker payudara.

a. Mamografi

Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara,

sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala. Tipe

pemeriksaan mamografi adalah skrining dan diagnostik. Skrining mamografi

dilakukan pada wanita yang asimptomatik. Skrining mamografi direkomendasikan

setiap 1-2 tahun untuk usia 50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu

direkomendasikan sebelum usia 40 tahun (misal wanita yang keluarga tingkat

pertama menderita kanker payudara). Mamografi diagnostik dilakukan pada wanita

yang simptomatik, tipe ini lebih rumit dan digunakan untuk menentukan ukuran yang
tepat, lokasi abnormalitas payudara, untuk evaluasi jaringan sekitar dan getah bening

sekitar payudara.11

Mamografi menggunakan sinar X pada jaringan payudara yang dikompresi.

Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari

pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi rasa tidak nyaman pada

wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil yang optimal.

b. Ultrasonografi Payudara

Ultrasonografi Payudara melihat lesi hipoekoik dengan tepi tidak teratur

(irregular) dan shadowing disertai orientasi vertikal kemungkinan merupakan lesi

maligna. USG secara umum diterima untuk membedakan masa kistik dengan solid

dan sebagai pengarah untuk biopsi serta pemeriksaan skrining pasien usia muda.

Peran USG lain adalah untuk evaluasi metastasis ke organ viseral.11

c. MRI

MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan instrumen yang sensitif

untuk deteksi kekambuhan lokal pasca BCT atau augmentasi payudara dengan

implant, deteksi multifocal cancer dan skrining pasien usia muda dengan densitas

payudara yang padat yang memiliki risiko tinggi.14

d. Imunohistokimia

Pemeriksaan imunohistokima yang dilakukan untuk membantu terapi target,

antara lain pemeriksaan status ER (estrogen receptor), PR (progesterone receptor), c-

erbB-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p-53, Ki67, dan Bcl2. Kanker payudara yang

cenderung memiliki prognosis yang lebih baik pada kanker payudara yang memiliki

ER(+) atau PR (+) karena masih peka terhadap terapi hormonal. Kanker payudara
memiliki sejenis protein pemicu pertumbuhan yang disebut HER2/neu. Pada

pernderita kanker payudara HER2(+) memiliki gen HER2/neu yang dieksperikan

secara berlebihan. Kanker payudara yang memiliki status ER(-), PR(-), HER2/neu (-),

yang disebut sebagai triple negated, cenderung agresif dan prognosisnya buruk.15

e. FNAB

Merupakan salah satu prosedur diagnosis awal, untuk evaluasi masa di

payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk evaluasi lesi kistik. Dengan

jarus halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu diperiksa di

bawah mikroskop. Walaupun paling mudah dilakukan, specimen FNAB kadang tidak

dapat menentukan grade tumor dan merupakan biopsi yang memberikan informasi

sitologi, belum menjadi gold standart untuk diagnosis definitif.14

f. Core Biopsy

Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar sehingga dapat

diperoleh spesimen silinder jaringan tumor. Core biopsy dapat membedakan tumor

yang noninvasif dengan yang invasif serta grade tumor. Core biopsy dapat digunakan

untuk membiopsi kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tetapi terlihat pada

mamografi.15 G. Biopsi Terbuka

Biopsi terbuka dilakukan bila pada mamogradi terlihat adanya kelainan yang

mengarah ke tumor maligna, hasil FNAB atau core biopsy yang meragukan. Bila

hasil mamografi positif tetapi FNAB negatif, biopsi terbuka perlu dilakukan.14

Biopsi eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor dan menyertakan

sedikit jaringan sehat disekitar massa tumor dan biopsi insisional hanya mengambil

sebagian massa tumor untuk kemudian dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.


Needle localization excisional biopsy (NLB) adalah biopsi eksisional yang

dilakukan dengan panduan jaruna dan kawat yang diletakkan dalam jaringan

payudara pada lokasi lesi berdasarkan hasil mamografi.14

h. Sentinel Node Biopsy

Biopsi ini dilakukan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar limf aksila

dan parasternal (internal mammary chain) dengan cara pemetaan limfatik. Prosedur

ini menggunakan kombinasi pelacak radioaktif dan perwarna biru. Apabila tidak

dijumpai adanya sentinel node, diseksi kelenjar limf aksila tidak perlu dilakukan.

Sebaliknya, jika sentinel node positif sel tumor, diseksi kelenjar limf aksila harus

dilakukan, walaupun nodus yang ditemukan hanya berupa sel tumor teriso;asi dengan

ukuran kurang dari 0,2 mm.14

i. Bone Scan, Foto Toraks dan USG Abdomen

Bone scan bertujuan untuk evaluasi metastasis di tulang. Foto toraks dan USG

abdomen rutin dilakukan untuk melihat adanya metastasis di paru, pleura,

mediastinum, tulang-tulang dada dan organ visceral (terutama hepar).

j. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah guna kepentingan

pengobatan dan informasi kemungkinan adanya metastasis (transmirase, alkali-

fosfatase, kalsium darah, penanda tumor “CA 15-3:CEA”.

Pemeriksaan enzim transmirase penting dilakukan untuk memperkirakan

adanya metastasis pada liver, sedangkan alkali fosfatase dan kalsium untuk

memprediksi adanya metastasis pada tulang. Pemeriksaan kadar kalsium darah rutin

dikerjakan terutama pada kanker payudara stadium lanjut.


Pemeriksaan penanda tumor seperti CA-15-3 dan CEA (dalam kombinasi)

lebih penting gunanya untuk menentukan rekurensi dari kanker payudara,dan belum

merupakan penanda diagnosis ataupun skrining.

2.9 Stadium Kanker

Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM sistem dari UICC/AJCC

tahun 2002 adalah sebagai berikut: 13


T = ukuran tumor primer (ukuran T secara klinis, radiologis dan

mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke

angka 0,1 cm)

N = kelenjar getah bening regional

M = metastasis jauh
2.10 Penatalaksanaan Kanker Payudara

Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan operasi, kemoterapi,


radioterapi, terapi hormone, targeting therapy, terapi rehabilitasi medic, serta terapi
paliatif.13

a. Operasi (pembedahan)
Merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara.
Berbagai jenis operasi pada kanker payudara memiliki kerugian dan keuntungan yang
berbeda-beda.
1. Classic Radical Mastectomy adalaah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis
mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada
infiltrasi tumor ke fasia atau otot pectoral tanpa ada metastasis jauh.

2. Modified Radical Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh


jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor dan fasia
pectoral serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada stadium dini dan
lokal lanjut.

3. Skin Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan


payudara beserta tumor dan nipple areola komplek dengan mempertahankan kulit
sebanyak mungkin serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus disertai
rekonstruksi payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini dengan jarak tumor ke
kulit jauh (>2 cm) atau stadium dini yang tidak memenuhi sarat untuk BCT.

4. Nipple Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jarungan


payudara beserta tumor dengan mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit
serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini juga harus disertai rekonstruksi payudara
dan dilakukan pada tumor stadium dini dengan ukuran 2cm atau kurang, lokasi
perifer dan potong beku sub areola: bebas tumor.

5. Breast Concerving Treatment adalah terapi yang komponennya terdiri dari


lumpektomi atau segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta
radioterapi.

b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel.
Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan atau
radiasi yang lebih bersifat lokal/setempat. Obat sitostotika dibawa melalui aliran
darah atau diberikan langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood-brain barrier
sehingga obat ini sulit mencapai sistem saraf pusat.
Ada 3 jenis kemoterapi yaitu adjuvant, neoadjuvan, dan primer (paliatif).
1. Terapi adjuvant diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti
pembedahan atau radiasi. Tujuan terapi adalah untuk memusnahkan sel-
sel kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro
metastasis).
2. Terapi neoadjuvan diberikan mendahului/ sebelum pengobatan/ tindakan
yang lain seperti pembedahan atau penyinaran. Tujuannya adalah untuk
mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan
lebih berhasil.
3. Terapi primer sebagai pengobatan utama pada tumor ganas yang diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif.

Regimen yang sering digunakan mengandung kombinasi siklofosfamid (C),


metotreksat (M), dan 5-FU (F). Oleh karena doksorubisin merupakan salah satu zat
tunggal yang paling aktif, zat ini sering digunakan dalam kombinasi tersebut.

c. Radioterapi
Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA dengan
gangguan proses replikasi dan menurunkan risiko rekurensi lokal dan berpotensi
untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker payudara. d. Terapi
hormonal
Adjuvan hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang
menunjukkan ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dana atau progesterone
reseptor (PR) tanpa memandang usia, status menopause, status kgb aksila maupun
ukuran tumor. e. Terapi Target (Biologi)
Terapi ini ditujukan untuk menghambat proses yang berperan dalam
pertumbuhan sel-sel kanker. Terapi untuk kanker payudara adalah tra stuzumab
(Herceptin), Bevacizumab (Avastin) dan Lapatinib ditosylate (Tykerb).

Penatalaksanaan menurut stadium:

1. Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0)


Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi
didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.

2. Kanker payudara stadium dini dini / operabel (stadium I dan II)


Dilakukan tindakan operasi :
• Mastektomi
• Breast Conserving Therapy (BCT)
Terapi adjuvan operasi (Kemoterapi adjuvant) bila :
• Grade III
• TNBC
• Ki 67 bertambah kuat
• Usia muda
• Emboli lymphatic dan vaskular
• KGB > 3
Dilakukan terapi radiasi bila :
• Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
• Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
• Tumor sentral / medial
• KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler

Indikasi BCT :
• Tumor tidak lebih dari 3 cm
• Atas permintaan pasien
• Memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• Tidak multipel dan/atau mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak
sentral
• Ukuran T dan payudara seimbang untuk tindakan kosmetik
• Bukan ductal carcinoma in situ (DCIS) atau lobular carcinoma in situ
(LCIS)
• Belum pernah diradiasi dibagian dada
• Tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau skleroderma
• Memiliki alat radiasi yang adekuat

3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)


a) Operabel (IIIA)
• Mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant dengan/tanpa
hormonal, dengan/tanpa terapi target
• Mastektomi radikal modifikasi + radiasi dengan kemoterapi adjuvant,
dengan/tanpa hormonal, dengan/ tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau mastektomi
simple, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target
b) Inoperabel (IIIB)
• Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal terapi
• Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi + kemoterapi +
radiasi + terapi hormonal + dengan/tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa radiasi adjuvan
dengan/kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target

4. Kanker payudara stadium lanjut


Prinsip :
• Sifat terapi paliatif
• Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)
• Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan

2.11 Prognosis
Seperti keganasan pada umumnya, prognosis kanker payudara ditunjukkan
oleh angka harapan hidup atau interval bebas penyakit. Prognosis penderita
keganasan payudara diperkirakan buruk jika usianya muda, menderita kanker
payudara bilateral, mengalami mutasi genetik, dan adanya triple negative yaitu grade
tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR negatif, dan respone reseptor
permukaan sel HER-2 juga negatif.
Persentase harapan hidup lima tahun penderita payudara dapat dilihat pada
tabel 2.2. dibawah ini.11
BAB 3
ILUSTRASI KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Nn. E
Usia : 50 tahun
Alamat : Lintau
Tgl masuk : 26-8-2018
Tgl pemeriksaan: 26-8-2018

3.2 Anamnesis
Seorang pasien perempuan usia 50 tahun masuk ke bangsal bedah RSUD
Prof. M.A Hanafiah Batusangkar dengan :

Keluhan Utama :
Benjolan payudara sebelah kiri sejak 15 hari sebelum masuk RS .

Riwayat Penyakit Sekarang

- Benjolan pada payudara sebelah kiri sejak 15 hari sebelum masuk RS


- Benjolan pertama kali dirasakan pasien sebesar jempol dewasa sejak 15 hari
yang lalu. Tidak ada penambahan ukuran benjolan hingga sekarang.
- Nyeri pada benjolan tidak ada
- Kelainan di kulit payudara selama 15 hari ini tidak ada
- Keluar cairan di puting tidak ada.
- Tidak ada keluhan benjolan atau nyeri pada kedua ketiak
- Penurunan nafsu makan tidak ada
- Penurunan berat badan tidak ada
- Tidak ada keluhan di bagian tubuh yang lain
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat benjolan di tempat lain tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Kebiasaan, Reproduksi


- Pasien seorang ibu rumah tangga
- Pasien bukan perokok
- Riwayat terpapar sinar radiasi tidak ada
- Pasien memiliki 2 orang anak, melahirkan pertama pada usia 22 tahun dan
anak kedua usia 26 tahun
- Pasien masih menstruasi, siklus menstruasi teratur. Usia menarche 12 tahun
- Riwayat menggunakan kontrasepsi tidak ada

3.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Umum


- Keadaan Umum : Sakit sedang
- Kesadaran : Komposmentis kooperatif
- TekananDarah : 130/90 mmHg
- Nadi : 80 kali/menit
- Nafas : 20 kali/menit
- Suhu : 36,8 o C
Status Generalis
- Rambut : Tidak ditemukan kelainan
- Kepala : Tidak ditemukan kelainan
- Kulit dan kuku: Tidak ditemukan kelainan
- Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
- Hidung : Tidak ditemukan kelainan
- Telinga : Tidak ditemukan kelainan
- Leher : Tidak ada pembesaran KGB
- Paru :
• Inspeksi : Simetris, kiri = kanan
• Palpasi : Fremitus kiri = kanan
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
- Jantung :
• Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial línea mid
clavicula sinistra RIC V
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-)
- Regio Abdomen : Tidak ditemukan kelainan
- Ekstremitas : Edem (-), akral hangat
Status Lokalis
Mammae Sinistra
- Inspeksi : Ukuran mamae sinistra lebih besar dari dextra (asimetris)
: tidak ada perubahan kulit di payudara
: ulkus (-) skin dimple (-), peau de’orange (-),
: nipple discharge (-) nipple retraction (-)
- Palpasi : Teraba massa ukuran 4 x 3,5 x 3 cm pada kuadaran lateral
atas dengan permukaan rata, konsistensi sedang, tidak
terfiksir, batas tegas hingga tidak tegas, nyeri (+), ukuran
diameter terbesar ± 4 cm
Mammae Dextra
- Inspeksi : tidak tampak benjolan
- Palpasi : tidak teraba massa

Regio Aksila Sinistra dan Dextra :


- Inspeksi : tidak tampak benjolan
- Palpasi : tidak teraba massa

Regio supraklavikula sinistra dan dextra :


- Inspeksi : tidak tampak benjolan
- Palpasi : tidak teraba massa

Regio Infraklavikula sinistra dan dextra :


- Inspeksi : tidak tampak benjolan
- Palpasi : tidak teraba massa

Gambar 8. Tampilan klinis payudara pasien


3.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Hb : 11,1 gr/dl
Leukosit : 7500 /mm3
Trombosit : 243.000 /mm3
Hematokrit : 33,2 %
GDR : 104 mg/dl
Ureum : 14 mg/dl
Kreatinin: 0,53 mg/dl
SGOT : 16 mg/dl
SGPT : 15 mg/dl

Kesan : dalam batas normal

• Hasil Rontgen Thorax

Kesan : tidak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru

3.5 Diagnosis kerja


Tumor Mammae sinistra suspek benigna

3.6 Planning
Biopsi terbuka
DISKUSI

Seorang pasien berusia 50 tahun datang ke RSUD Prof. M.A Hanafiah


Batusangkar dengan keluhan benjolan sejak 15 hari yang lalu. Benjolan pertama kali
dirasakan sebesar ukuran jempol tangan dewasa dan menetap sampai sekarang. Pada
pasien dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang
dan didapatkan diagnosis kerja sebagai tumor mamae sinistra suspek benigna.
Insiden benjolan dengan keganasan meningkat seiring bertambahnya usia.
Wanita dengan usia > 50 tahun meningkatkan risiko keganasan.13 Dua dari tiga
keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia 55 tahun. Kanker jarang
timbul sebelum menopause. Adapun pada usia sebelum 35 tahun, yang paling sering
menyebabkan benjolan pada payudara adalah fibroadenoma dan penyakit fibrokistik.
Kanker dapat didiagnosis pada wanita premenopause atau sebelum usia 35 tahun,
tetapi kankernya cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih tinggi, dan
stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-nya lebih rendah.
Benjolan pada pasien baru dirasakan sejak 15 hari terakhir dengan ukuran 4 x
3,5 x 3 cm. Benjolan sedikit nyeri kalau ditekan, dan masih dapat digerakkan. Tumor
yang sifatnya jinak pada umumnya masih mobile karena tidak terdapat invasi ke
jaringan yang ada dibawahnya seperti yang terjadi pada tumor ganas. Kemudian tidak
ditemukan tanda-tanda perubahan pada kulit seperti perubahan warna, skin dimple,
ulkus, nodus satelit dan retraksi puting yang sering terdapat pada pada kanker
payudara stadium lanjut. Penyakit keganasan sering diiringi dengan gejala
konstitusional seperti penurunan berat badan yang drastis dan penurunan nafsu
makan. Sedangkan pada pasien tidak ditemukan adanya gejala-gejala konstitusional
tersebut.
Pemeriksaan pada region aksila dan supra-infra klavikula tidak ditemukan
adanya pembesaran kelenjar getah bening. Menurut American Joint Comitte on
Cancer, keterlibatan KGB sudah bisa terjadi pada stadium II. Sedangkan pada
stadium lanjut, akan terdapat metastasis sel kanker pada organ-organ lain seperti hati,
tulang, serta otak. Pada pasien tidak ditemukan adanya keluhan pada organ-organ
tersebut.
Terjadinya kanker payudara erat kaitannya dengan riwayat keluarga dengan
penyakit yang sama sebelumnya, riwayat terkena radiasi di dinding dada, dan riwayat
terpapar estrogen lama seperti menarche lebih awal, siklus menstruasi yang tidak
teratur atau pemakaian obat-obat hormonal. Pada pasien tidak ditemukan adanya
factor-faktor risiko tersebut.
Untuk memastikan benjolan tersebur adalah tumor ganas atau jinak maka
dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan cara biopsy terbuka. Biopsi terbuka dan
spesimen operasi akan menghasilkan penilaian histopatologi tersebut. Biopsi terbuka
adalah suatu teknik dengan menggunakan irisan pisau bedah dan mengambil sebagian
atau seluruh tumor, baik dengan bius lokal atau bius umum.13 Hasil pemeriksaan
histopatologi akan menentukan langkah terapi selanjutnya seperti operasi, adjuvant
terapi, radioterapi atau kemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Samsuhidajat, R., Karnadiharja, W., Prasetyono, T.O.H., dan Rudiman, R.


Terjemahan Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat De Jong Edisi 3. 2013.
Jakarta : EGC
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing
3. Heri Fadjari, 2012. CDK-192/vol.39 no.4. Pendekatan Diagnosis Benjolan di
Payudara.
4. Pierce A.G, Neil R.B. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta :
Erlangga.
5. Roger A Dashner, 2012. Clinical Anatomy of the Breast
6. Brunicardi, F. Charles, dkk. Oncology at Schwartz’s Principles of Surgery
Eight Edition. Mc Graw Hill: United State of America. 2005.
7. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Jakarta: Binarupa Aksara. 2010.
8. World Health Organization. Breast cancer : Prevention and Control .2016.
Available
9. Tim Penanggulangan dan Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna
R.S Kanker Dharmais. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini, Edisi I.
Jakarta: Pustaka Bogor. 2003
10. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara
dengan Adanya Metastasis pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian
Ilmu Bedah FK USU. 2003.
11. Brunicardi F. Charles, et al.2010. Schwartz’s Priciple of Surgery. Ed 10. New
York
12. American Cancer Society. Detailed Guide: Breast Cancer. USA. 2015
13. Kemenkes RI, 2013. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Jakarta

14. Mintian, Yang, Wang Yi. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis. Ed.2. Jakarta:
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

You might also like