You are on page 1of 3

RETENSIO URIN

Ilustrasi / contoh kasus


Pak Joyo baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 66. Siang ini beliau diantar oleh
keluarganya ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan tak bisa kencing (BAK) & nyeri perut
hebat.

BAK terakhir hanya menetes sekitar 10 jam yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter IGD
mendiagnosis Pak Joyo mengalami Retensi Urine.

Dokter memutuskan untuk memasang selang kencing (kateter urine). Nyeri perut hebat pun
segera menghilang bersamaan dengan keluarnya urine sebanyak 750 cc melalui kateter.

Pak Joyo memang merasakan dalam 8 bulan terakhir BAK(buang air kecil) nya bermasalah, harus
mengejan dan terasa tak lampias/tuntas. Keluarganya sudah sering menawarkan untuk
mengantarkannya periksa ke dokter.

Namun Pak Joyo selalu menolak, karena merasa baik-baik saja dan tidak pernah sakit. Pak Joyo
dikonsulkan ke bagian Urologi untuk rawat inap. Beliau didiagnosis Pembesaran Prostat Jinak
(BPH) dan menjalani prosedur TUR-Prostat. Setelah rawat inap sekitar 4 hari, beliau dapat BAK
dengan lancar dan direncanakan kontrol 1 minggu kemudian.

Proses berkemih
Tahukah anda?, Pada saat berkemih terdapat serangkaian proses yang saling berhubungan.
Diawali dengan pembentukan urine di sel-sel nefron (ginjal), selanjutnya urine dikeluarkan
melewati pelvis renalis (piala ginjal) menuju ureter.

Dinding ureter yang memiliki lapisan otot polos akan bergerak ritmis untuk mendorong urine
sampai ke kandung kemih Selanjutnya urine akan disimpan di kandung kemih hingga mencapai
jumlah yang cukup untuk memberikan rangsangan berkemih.

Proses ini akan dilanjutkan dengan terbukanya klep antara kandung kemih dan uretra. Saat
rangsangan berkemih muncul, kita akan memutuskan apakah segera mengeluarkannya atau
menahannya untuk sementara waktu.

Rute perjalanan urine mulai ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra memerlukan kondisi
anatomis dan fisiologis yang adekuat. Adanya kelainan pada salah satu komponen tersebut akan
mengganggu proses berkemih.

Pengertian
Retensi urine adalah keadaan dimana seseorang tidak mampu mengeluarkan urine dari kandung
kemih meskipun jumlah urine telah melampaui kapasitas maksimalnya.

Retensi urine dapat disebabkan oleh:

 Kelemahan otot kandung kemih


 gangguan koordinasi antara kandung kemih dengan uretra.

 Sumbatan pada uretra:


1. Pembesaran Prostat Jinak (BPH)

2. Batu Uretra

3. Striktur uretra (penyempitan ureter)

4. Sklerosis (kaku) leher kandung kemih

5. Tumor uretra

6. Kanker prostat

7. Trauma uretra

8. Fimosis

9. Parafimosis

10. Stenosis (sempit) muara uretra.

Tindakan pemasangan kateter dapat membuka sumbatan akibat pembesaran prostat dan
mengeluarkan urine dari kandung kemih. Namun pemasangan kateter tersebut hanya pertolongan
sementara, yang mana retensi urine akan muncul kembali ketika kateter dilepas.

Komplikasi Retensi Urine

Urine yang tertahan di dalam saluran kencing berpotensi menimbulkan infeksi dan batu saluran
kemih.

Selain itu, retensi urine akan menyebabkan peningkatan tekanan kandung kemih yang selanjutnya
juga mempengaruhi ureter dan ginjal.

Kandung kemih akan bekerja lebih keras secara terus menerus untuk mengeluarkan urine.
Hingga akhirnya otot kandung kemih menjadi lemah dan dapat terbentuk kantong-kantong
(divertikel) yang berisiko infeksi.
Tekanan akan diteruskan ke saluran ureter dan ginjal yang akan membengkak (hidroureter dan
hidronefrosis).

Sayangnya keadaan ini akan berlanjut dengan gangguan fungsi ginjal. Hal ini disebabkan tekanan
yang sampai pada ginjal akan merusak sel-sel ginjal (nefron). Bila tidak ditangani, gangguan
fungsi ginjal ini akan berakhir pada gagal ginjal terminal.

Terapi
Pemberian terapi yang tepat akan mencegah terjadinya berbagai komplikasi retensi urine.
Pertolongan pertama pada kasus retensi urine adalah mengeluarkan urine sesegera mungkin.
Hal ini dapat dilakukan dengan kateterisasi urine dan sistostomy. Kateterisasi urine dilakukan
dengan memasukkan selang kateter melalui muara uretra.

Jika kateterisasi tidak dapat dilakukan - seperti pada trauma uretra dan striktur uretra -, maka
urine dikeluarkan dengan sistostomy.

Sistostomy adalah tindakan mengeluarkan urine melalui perut bawah dengan bantuan selang
ataupun jarum yang dimasukkan ke kandung kemih.
Setelah urine dapat dikeluarkan selanjutnya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencari
penyebab retensi urine.

Terapi definitif diberikan sesuai penyebabnya seperti :

 TUR-Prostat pada BPH


 pada batu uretra dilakukan evakuasi atau pemecahan batu,

 sirkumsi atau dorsumsisi pada fimosis dan parafimosis,

 sachse pada striktur uretra, dan sebagainya.

You might also like