You are on page 1of 8

PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DI PUSKESMAS

SE-KOTA KENDARI TAHUN 2016


1 2 3
Desi Arwanti Yusuf Sabilu Ainurafiq
123
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
1 2 3
arwanti.desi@yahoo.com yusufsabilu@gmail.com izainurafiq@gmail.com

ABSTRAK

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Pelaksanaan surveilans epidemiologi
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah penyakit menular maupun penyakit tidak menular,
mengurangi kesakitan, mencegah kematian, penyembuhan penderita dan mencegah terjadinya peningkatan
penyakit. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Penyakit dan
permasalahannya di Puskesmas se-Kota Kendari tahun 2016 dilihat dari pengumpulan data, pengolahan data,
analisis dan interpretasi data serta diseminasi informasi. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Informan dalam penelitian ini adalah seluruh petugas surveilans Puskesmas tahun 2016 di Kendari dan
koordinator surveilans Dinas Kesehatan Kota Kendari. Hasil penelitian menunjukan pelaksanaan surveilans
meliputi pengumpulan data yang dilakukan hanya mencakup data kesakitan berupa laporan penyakit dan
pemakaian obat dari Poli Umum, Pustu dan laporan masyarakat setempat. Pengolahan data surveilans
dilakaukan secara manual dan hanya memanfaatkan komputer disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan teks
laporan belum sampai pada penyajian pemetaan data dengan pemanfaatan progam Geographycal Information
System (GIS). Analisis dan interpretasi data dilakukan berdasarkan variabel epidemiologi (orang, waktu dan
tempat) yang dilakukan secara manual. Penyebarluasan data belum efektif karena pelaksanaannya belum
sepenuhnya memanfaatkan teknologi yang ada dan tidak rutin dilakukan setiap bulan. Namun, ketersedian
tenaga kerja, pelatihan dalam mendukung keterampilan petugas surveilans, serta sarana dan prasana yang
terdapat di setiap Puskesmas belum berjalan efektif sehingga menghambat pelaksanaan surveilans.

Kata kunci : Surveilans, Penyakit Menular dan Tidak Menular, Puskesmas.


IMPLEMENTATION OF EPIDEMIOLOGICAL SURVEILLANCE THROUGHOUT
LOCAL GOVERNMENT CLINIC OF KENDARI CITY IN 2016

1 2 3
Desi Arwanti Yusuf Sabilu Ainurafiq
123
Public Health Faculty of University Halu Oleo
1 2 3
arwanti.desi@yahoo.com yusufsabilu@gmail.com izainurafiq@gmail.com

ABSTRACT

PHC is a technical implementation unit of the City Health Office that responsible for organizing the health
development in one or a part of the district area. Epidemiological surveillance implementation is one of effort
to overcome the problem of communicable diseases and non-communicable diseases, reducing the pain, death
preventing, healing the patients and preventing of disease progression. The purpose of this study was to
describe the implementation of the Epidemiological Surveillance of diseases and its problems Throughout Local
Government Clinic of Kendari City In 2016 views of data collecting, data processing, data analysis and
interpretation and dissemination of information. The type of this study was qualitative study with case study
approach. Informants in this study were all of surveillance officer of Local Government Clinic in 2016 in Kendari
and surveillance coordinator of Kendari City Health Office. The results showed the surveillance implementation
includes data collected cover only morbidity data in the form of reports of illness and drug use from the
General Clinic, sub local government clinic, and local communities report. Surveillance data processing
manually and only use the computer that presented in form of tables, charts, and text of the report is not yet at
the presentation of the data mapping with utilization the program of Geographic Information System (GIS).
Data Analysis and interpretation conducted manually based on epidemiological variables (people, time and
place). Dissemination of data was not effective yet because its implementation is not fully utilizing the existing
technology and was not routinely performed every month. However, the availability of officer, training in
support of surveillance officer’s skill, and facilities and infrastructures in every local government clinic was not
effective yet thus hampering surveillance implementation.

Keywords: surveillance, communicable and non-communicable diseases, Local Government Clinic.


PENDAHULUAN Surveilans epidemiologi dalam
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) penyelenggaraannya memiliki banyak indikator
dalam Kepmenkes RI No.1116 tahun 2003 tentang kerja, sehingga membutuhkan banyak kegiatan
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans perekaman, pengumpulan, pengolahan, dan
Epidemiologi Kesehatan menyebutkan bahwa analisis data yang diperoleh dari berbagai unit
surveilans adalah proses pengumpulan, sumber data. Banyaknya kegiatan perekaman,
pengolahan, analisis, interpretasi data secara pengumpulan, pengolahan data akan memberikan
sistematik dan terus menerus serta melakukan beban kerja dan menganggu upaya meningkatkan
penyebaran informasi kepada unit yang kinerja surveilans. Oleh karena itu, diperlukan
membutuhkan sebagai pertimbangan dalam penyelengaraan sistem surveilans yang sesedikit
(1)
pengambilan keputusan atau kebijakan . mungkin indikator kerja serta sesederhana
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat mungkin, tetapi tetap dapat mengukur kualitas
dari berbagai indikator, yang meliputi indikator penyelengaraan surveilans dalam memberikan
angka harapan hidup, angka kematian, angka informasi. Indikator yang paling sering digunakan
kesakitan, dan status gizi masyarakat sehingga adalah kelengkapan laporan, ketepatan waktu
banyak program-program kesehatan yang laporan, kelengkapan distribusi/desiminasi
(5)
dilakukan pemerintah terutama pada penduduk informasi, dan terbitnya buletin epidemiologi .
usia rentan, seperti program Safe Motherhood Surveilans Nasional saat ini fungsinya belum
Initiative, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dapat memuaskan program serta sektor terkait
program Maternal and Neonatal Tetanus yang dapat melakukan tindakan pencegahan dan
Elimination (MNTE), dan program Pemberantasan pemberantasan. Hal tersebut dikarenakan,
(2)
Penyakit Menular . semakin gemparnya otonomi daerah di kabupaten.
Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Dengan adanya otonomi daerah tersebut di
Surveilans Terpadu (SST) berbasis data, Sistem kabupaten biasanya provinsi pun untuk meminta
Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), data surveilans kadang-kadang mengalami
dan Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang kesulitan padahal surveilans ini tidak mengenal
telah mengalami beberapa kali perubahan dan batas wilayah sehingga sistem pengumpulan data
perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga mengendor. Di beberapa kabupaten harus
dikembangkan beberapa sistem Surveilans khusus memerlukan ijin ke BAPPEDA atau badan
penyakit Tuberkulosa, penyakit malaria, penyakit administratif untuk mendapatkan data KLB susah
demam berdarah, penyakit campak, penyakit padahal idealnya suatu data surveilans bisa
saluran pernapasan dan lain sebagainya. Sistem langsung diakses kapan saja. Hal ini dikarenakan,
Surveilans tersebut perlu dikembangkan dan adanya semacam hirarki yang akan
disesuaikan dengan ketetapan Peraturan Menteri mempertaruhkan prestisi kepala daerah. Oleh
Kesehatan Republik Indonesia Nomor karena itu, diperlukan suatu surveilans
1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit epidemiologi yang mampu memberikan dukungan
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan upaya program dalam lingkup Pusat Kesehatan
Wabah Dan Upaya Penanggulangan, Keputusan Masyarakat (Puskesmas) yang merupakan sarana
Menteri Kesehatan N0.1116/MENKES/SK/VIII/2003 pelayanan kesehatan yang mempunyai tugas
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem pelayanan, pembinaan dan pengembangan upaya
Surveilans Epidemiologi Kesehatan, Peraturan kesehatan secara paripurna bekerja sama dengan
Menteri Kesehatan Republik Indinesia Nomo 45 Kabupaten/Kota melalui Dinas Kesehatan
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan
Kesehatan serta kebutuhan informasi epidemiologi surveilans dengan baik, teratur, sistematis dan
untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit berkesinambungan sehingga pencegahan dan
(3)
menular dan penyakit tidak menular . penanggulangan penyakit dapat berjalan secara.
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan Studi pendahuluan awal yang telah dilakukan
analisis secara sistematis dan terus menerus terdapat permasalahan sistem informasi di
terhadap penyakit atau masalah-masalah Puskesmas Kota Kendari yaitu kelengkapan laporan
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi informasi yang dihasilkan dalam surveilans
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit penyakit yang sekarang ini belum sepenuhnya
atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat dipercaya, pengiriman ketepatan waktu
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara laporan data surveilans yang dilakukan tiap
efektif dan efisien melalui proses pengumpulan Puskesmas Kota Kendari belum maksimal, dan
data, pengolahan dan penyebaran informasi kurangnya penyebaran informasi serta penertiban
epidemiologi kepada penyelenggara program buletin epidemiologi dalam penyelenggaran
(4)
kesehatan . surveilans epidemiologi. Jadi, secara umum
pelaksanaan surveilans di Puskesmas Kota Kendari masyarakat yang ada di daerah tersebut yang
belum berjalan dengan optimal. dianjurkan ke Puskesmas untuk melakukan
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tindakan pemeriksaan.
tertarik mengambil judul “Pelaksanaan Surveilans b. Waktu pengumpulan data
Epidemiologi Penyakit Di Puskesmas se-Kota Berdasarkan hasil wawancara terkait waktu
Kendari Tahun 2016”. pengumpulan data surveilans di peroleh
keterangan bahwa Puskesmas melakukan
METODE pengumpulan data setiap hari kerja berdasarkan
Jenis penelitian digunakan adalah penelitian waktu kunjungan pasien ke Puskesmas, setiap
kualitatif dengan pendekatan berupa studi kasus minggu yang disebut laporan W2, dan laporan LB1
dengan tujuan agar peneliti dapat memperoleh yang dikumpulkan awal bulan berikutnya setiap
informasi secara mendalam mengenai gambaran tanggal 5 ke Dinkes Kota.
pelaksanaan surveilans epidemiologi di Puskesmas 3. Pengolaha Data
kota Kendari Tahun 2015. Pengumpulan data yang Hasil wawancara tersebut, menunjukkan
digunakan untuk mendapatkan data/ informasi bahwa dalam mengolah data kasus penyakit
yaitu melalui wawancara mendalam, pengamatan Puskesmas se-Kota merekapnya secara manual
atau observasi terlibat, pemeriksaan dokumen dan dan komputerisasi yang dilaporkan berdasarkan
arsip yang terdapat pada tempat penelitian. nama, golongan umur dan alamat dalam bentuk
Teknik analisis data yang digunakan dalam fisik (teks), tabel, dan kadang-kadang setiap 6
penelitian ini adalah analisis data kualitatif, melalui bulan dan 1 tahun dilaporkan dalam bentuk grafik
tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan ke Dinkes Kota.
(6)
penarikan kesimpulan . 4. Analisis dan Interpretasi Data
Hasil wawancara tersebut informan
HASIL menginterpretasikan bahwa dalam menganalisis
1. Surveilans Epidemiologi data yang bertugas menganalisis adalah semua
Berdasarkan hasil wawancara dapat petugas dengan membaningkan jumlah kasus yang
disimpulkan bahwa pengetahuan tentang terjadi apakah mengalami peningkatan atau
surveilans oleh beberapa petugas surveilans penurunan, dan tidak ada teknik khusus dalam
Puskesmas se-kota dengan Koordinator surveilans menganalisis data, menganalisis data dilakukan
Dinkes Kota menunjukkan tidak adanya perbedaan diakhir bulan setiap melakukan evaluasi program,
pemahaman. Hal ini dikarenakan konsep surveilans proses analisis data dilakukan secara manual, sama
yang di pahami oleh informan sejalan dengan halnya dalam pengolahan data dan tidak ada
(7)
peraturan pemerintah yang mengatakan bahwa, teknik khusus dalam menganalisis data.
Kegiatan surveilans Kesehatan didefinisikan 5. Diseminasi Informasi
sebagai kegiatan pengamatan yang sistematis dan Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan
terus menerus terhadap data dan informasi bahwa waktu diseminasi yang dilakukan di masing-
tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan masing Puskesmas yaitu dengan menyebarkan
dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya secara lansung saat melakukan pendataan
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah dilapangan, melalui kegiatan Minilokakarya
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan (Minlok) setiap bulan dari hasil analisa masalah
informasi guna mengarahkan tindakan kesehatan, dan masing-masing programer
penanggulangan secara efektif dan efisien. memaparkan hasil kegiatannya kemudian memberi
2. Pengumpulan Data informasi melalui penyuluhan.
a. Jenis data Berdasarkan hasil wawancara mengenai
Hasil wawancara dengan informan tentang diseminasi informasi ke Dinkes Kota maupun
jenis data dan sumber data yang telah masyarakat pihak puskesmas melakukan metode
dikumpulkan terkait dengan kegiatan surveilans di pemberian ceramah atau penyampaian lisan
Puskesmas se-Kota Kendari dilakukan melalui data melalui penyuluhan yang dilakukan oleh tim
register (nama, alamat, umur) rawat jalan dan surveilans ( promkes dan kesling) dengan bantuan
rawat inap di poli umum, Pustu, Polindes, gambar-gambar seperti poster dan pampflet.
Poskesdes berupa laporan penyakit (data Hasil wawancara tersebut informan kunci
kesakitan) dan laporan pemakaian obat. menyatakan bahwa diseminasi informasi di setiap
Sedangkan untuk data turun ke masyarakat Puskesmas se-Kota kendari sesuai tupoksinya
dikumpulkan berdasarkan kegiata seperti dilakukan secara tim (programer surveilans,
penyelidikan kasus atau pelacakan penyakit yang promkes, dan Kesling) melalui penyuluhan dan
dilakukan petugas surveilans atau berdasarkan maping yang disebut GIS. Akan tetapi, program
informasi dari pak lurah, pak RT, maupun
maping saat ini di Kota Kendari hanya terbatas kelengkapan pengumpulan data oleh Puskesmas di
pada penyakit DBD saja. Kota Kendari terkait penyakit menular maupun
6. Kendala Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi tidak menular, hal ini menunjukkan validitas data
Berdasarkan hasil wawancara tersebut yang dikumpulkan masih rendah. Satu hal yang
pelaksanaan surveilans di Kota Kendari untuk di penting diperhatikan dalam pengumpulan data
daerah pesisir terhambat masalah transportasi adalah validitas data terhadap pengecekan data.
dalam mendukung pelaksanaan surveins Namun, pengumpulan data hanya berdasarkan
epidemiologi, masalah kurangnya tenaga kerja pada total penemuan penderita dan jumlah kasus
sehingga adanya rangkap jabatan di beberapa penderita penyakit yang sesuai dengan golongan
Puskesmas, dan sebagian Puskesmas beranggapan umur. Penentuan tempat (place) hanya
tidak memiliki masalah dalam pelaksanaan berdasarkan pada desa/kelurahan (tidak
surveilans epidemiologi. menunjukan data lengkap dari alamat/ tempat
tinggal penderita). Berdasarkan waktu (time) yakni
DISKUSI jika ada kasus dicatat berdasarkan periode bulanan
Pembahasan hasil penelitian mengenai secara manual.
Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi di Puskesmas Alat yang digunakan pada pengumpulan data
se-Kota Kendari Tahun 2016 dinilai dari aspek surveilans di setiap Puskesmas Kota Kendari
pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan menggunakan beberapa format yang dibuat secara
interpretasi data serta diseminasi informasi komputerisasi dan ada juga beberapa format yang
adalah sebagai berikut : dibuat secara manual namun pengisian format
1. Pengumpulan Data tersebut rata-rata masih menggunakan manual.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif Pengumpulan data pada setiap pasien yang
dan pasif. Jenis data Surveilans Kesehatan dapat diperiksa, formulir dapat dibedakan atas dua yaitu
berupa data kesakitan, kematian, dan faktor risiko. pengumpulan data secara manual, bentuk formulir
Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai harusnya dirancang agar konsisten dengan isi data
sumber antara lain individu, Fasilitas Pelayanan reka medis pasien sehingga informasinya dapat
Kesehatan, unit statistik dan demografi, dan dikumpulkan dan dicatat secara efesien dan
sebagainya. Metode pengumpulan data dapat pengumpulan dengan menggunakan sistem
dilakukan melalui wawancara, pengamatan, database komputer, formulir manual sebaikanya
pengukuran, dan pemeriksaan terhadap sasaran. dirancang sedemikian rupa sehingga isinya sama
Dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan data, dengan yang tertera dilayar komputer.
diperlukan instrumen sebagai alat bantu. Pengumpulan data surveilans epdemiologi
Instrumen dibuat sesuai dengan tujuan surveilans mengatakan bahwa ketepatan waktu yang bukan
yang akan dilakukan dan memuat semua variabel seharusnya dapat mengacaukan pola kurva dari
(7)
data yang diperlukan . data surveilans yang akan dianalisis. Waktu
Berdasarkan observasi yang dilakukan di setiap pengumpulan data surveilans dilakukan secara
Puskesmas se-Kota Kendari menunjukkan bahwa rutin di Puskesmas se-Kota Kendari setiap awal
sumber data yang dilakukan petugas kesehatan bulan yaitu pada tanggal 1 sampai tanggal 5 dari
dalam pengumpulan data surveilans terkait hasil wawancara oleh informan kunci menuturkan
Kendari identitas penderita berdasarkan orang bahwa waktu pengumpulan data sudah menjadi
(nama penderita, nama kepala keluarga, umur, dan komitmen karena dari puskesmas jika
jenis kelamin), waktu (tanggal, bulan, dan tahun pengumpulan data tidak dilakukan maka tidak
kunjungan pasien yang sakit) dan tempat (alamat diberikan gaji. Pengumpulan data dilakukan setiap
penderita berdasarkan desa/kelurahan), terdapat hari dari buku register kunjungan pasien, pustu,
data kesakitan dan laporan monitoring indikator dan laporan masyarakat berdasarkan penuturan
peresepan obat diperoleh dari pencatatan hasil informan biasa.
kunjungan pasien di poli umum, dari pustu, dari Kegiatan surveilans ini mestinya harus
ruang perawatan serta UGD dan laporan dari dilakukan secara efisien dan terus menerus,
masyarakat. khususnya dari pengumpulan data, karena data
Pencatatan data dan pelaopran surveilans yang harus dilakukan analisis selanjutnya dapat dihitung
dilakukan oleh petugas kesehatan di setiap jumlah kasus yang ada. Kendala yang dihadapi oleh
Puskesmas Kota Kendari identitas berdasarkan petugas puskesmas di Kota Kendari dari hasil
variable epidemiologi orang (nama penderita, wawancara, mengatakan bahwa faktor
nama kepala keluarga, umur, dan jenis kelamin), keterbatasan tranportasi bagi petugas yang
waktu (tanggal, bulan, dan tahun kunjungan pasien bertugas didaerah pesisir dan kurangnya tenaga
yang sakit) dan tempat (alamat penderita kesehatan juga merupakan kendala yang dihadapi.
berdasarkan desa/kelurahan) belum menunjukkan
2. Pengolahan Data 3. Analisis dan Interpretasi Data
Berdasarkan hasil wawancara yang telah Menurut Hikmawati (2011) Analisis data
dilakukan di Puskesmas se-Kota Kendari diketahui surveilans menggunakan pendekatan desktiptif
bahwa pengolahan yang dilakukan oleh petugas dengan determinan epidemiologi, yaitu orang,
kesehatan masih berupa data mentah yang tempat dan waktu. Dalam melakukan analisis data
bersumber dari daftar register (kunjungan pasien, surveilans dibutuhkan data penunjang diluar
lapangan, pustu, dan laporan masyarakat). informasi yang telah dikumpulkan misalnya data
Selanjutnya, data tersebut direkapitulas, diolah, kependudukan, data geografis, data sosial budaya
dan diringakas menjadi tabel dan grafik agar penarikan keputusan lebih komprehensif.
menggunakan program excel pada komputer Penyajian data dengan menggunakan tabulasi
sehingga dapaat memudahkan untuk dianalisis. dan dikombinasikan dengan grafik memudahkan
Saat ini, kemajuan teknologi komputerisasi kita melakukan analisis. Analisis data dilakukan
dalam proses pengolahan data, terutama untuk sejak membuat tabulasi data dari register harian,
kemudahan menyajikan hasil pengolahan data sehingga adanya suatu kalainan yang terjadi di
berdasarkan variable epidemiologi yang diinginkan wilayah kerja kita dapat segera diketahui dilakukan
Puskesmas di Kota Kendari dalam melakukan tindakan pencegahan.
pengolahan dan penyajian data hanya terbatas Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh
pada tabel dan grafik. Padahal penggunaan dari informan tentang analisis dan interpretasi
mapping atau pemetaan dengan program data, di Puskesmas se-Kota Kendari data analisis
Geographycal Information System (GIS) yang sudah dengan menggunakan jenis pengukuran
mulai diperkenalkan dalam pemanfaatan epidemiologi proporsi dan rate dengan
pembuatan kesimpulan dapat jauh lebih perbandingan jumlah kasus dengan jumlah
mempermudah petugas kesehatan dalam penduduk, data diinterpretasikan berdasarkan
pengolahan dan analisis data. Sehingga informasi perhitungan bulanan dan tahunan, untuk laporan
yang dihasilkan dapat dijadikan acuan tidak dilakukan dengan alasan dilakukan pada saat
perencanaan dalam pemecahan masalah rekapan data bulanan berdasarkan tempat
kesehatan. (kelurahan/desa), orang (jenis kelamin), dan umur
Kenyataan yang ada hal tersebut belum (golongan balita dan semua umur). Namun,
dimanfaatkan dalam menunjang pelaksanaan penentuan pemetaan dan stratifikasi wilayah kerja
surveilans epidemiologi penyakit menular maupun yang rawan belum dilakukan oleh petugas
penyakit tidak menular yang semakin tahun kesehatan, hanya melalui perhitungan penemuan
semakin tinggi jumlah kasusnya di beberapa penderita, untuk grafik pada analisis data biasanya
Puskesmas se-Kota Kendari. Hal ini dikarenakan, digunakan pada saat evaluasi program, dan adanya
kurangnya pelatihan yang diadakan oleh Dinas analisis trend penyakit. Hal ini dikarenakan kurang
Kesehatan Kota maupun Dinas Kesehatan Propinsi tersedianya pelatihan-pelatihan untuk petugas
terkait masalah pelaksanaan surveilans kesehatan dalam menganalisis data, kurang
epidemiologi di Puskesmas. keterampilan yang dimiliki oleh petugas kesehatan,
Prinsipnya kegiatan pengolahan data surveilans serta keterbatasan tenaga kesehatan di setiap
akan terlaksana dengan baik jika didukung oleh Puskesmas Kota Kendari.
sarana dan prasarana yang sesuai dengan Penggunaan analisis data dan interpretasi data
kebutuhan yang semakin hari semakin meningkat. tergantung pada tingkat unit kesehatan yang
Saat ini, kurangnya petugas kesehatan yang dimiliki bersangkutan, sehingga dapat di analisis. Hasil
Puskesmas sehingga tidak dapat dilakukan analisa dan interpretasi data disebarluaskan pada
pengolahan data dengan baik. Padahal sesuai unit-unit yang berkepentingan agar dapat
Permenkes No.45 Tahun 2014, sangat jelas digunakan untuk perencanaan tindak lanjut. Data
dinyatakan hasil pengolahan dapat berbentuk diinterpretasikan dengan membandingkan data
tabel, grafik, dan peta menurut variabel golongan bulanan jika evaluasi pada saat kegiatan minlok
umur, jenis kelamin, tempat dan waktu, atau namun membandingkan dengan data tahunan
berdasarkan faktor risiko tertentu. Setiap variabel pada kegiatan evaluasi tingkat kota yang dilakukan
tersebut disajikan dalam bentuk ukuran setiap tahun.
epidemiologi yang tepat (rate, rasio dan proporsi). 4. Diseminasi Informasi
Pengolahan data yang baik akan memberikan Diseminasi Informasi dapat dilakukan ke tingkat
informasi spesifik suatu penyakit dan atau masalah atas maupun kebawah. Data/informasi dan
kesehatan. Selanjutnya adalah penyajian hasil rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans
olahan data dalam bentuk yang informatif, dan epidemiologi penyakit disampaikan kepada pihak-
menarik. Hal ini akan membantu pengguna data pihak yang dapat melakukan tindakan
untuk memahami keadaan yang disajikan. penanggulangan penyakit campak atau upaya
peningkatan program kesehatan, pusat-pusat Pelaksanaan Surveilans epidemiologi di setiap
penelitian dan pusat-pusat kajian serta pertukaran Puskesmas se-Kota Kendari belum berjalan sesuai
data dalam jejaring surveilans epidemiologi agar dengan kaidah yang sebenarnya. Informasi dari
diketahui terjadinya peningkatan atau penurunan data epidemiologi yang telah dikumpulkan dan
(8)
kasus . diolah idealnya dapat menjadi bahan dasar
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di perencanaan dan pertimbangan kebijakan dan
Puskesmas se-Kota Kendari memperlihatkan program kesehatan yang efektif belum terjadi.
bahwa petugas kesehatan Puskesmas di Kota Padahal secara teori Surveilans mempunyai
kendari dalam menyebarluaskan data/informasi mekanisme yang baku serta dapat berfungsi
kasus sudah mulai memanfaatkan teknologi seperti sebagai deteksi Dini dalam Proteksi terhadab
layanan internet dan sms. Akan tetapi hal ini hanya kejadian KLB dan Wabah. Namun, kenyataannya
terbatas pada pelaporan kasus-kasus tertentu, saat ini pelaksanaan Surveilans dilapangan yang
untuk saat ini masih menggunakan penyebaran dilakukan petugas kesehatan lebih mengarah
informasi secara manual yaitu biasanya petugas mengarah pada Kolecting data. Sehingga fungsi
melaporkan kasus penyakit melalui pencatatan dan manfaatnya menjadi lemah bahkan tak berarti
dan pelaporan saja untuk dilaporkan ke unit-unit dalam pencegahan, penanggulangan dan
kesehatan lain guna dilakukan tindak lanjut. pengendalian penyakit hanya sebatas pengetahuan
Bentuk penyebarluasan informasi yang dilakukan mengenai jumlah kasus yang terjadi tiap tahunnya
yakni dari unit pelayanan kesehatan tingkat bawah tanpa adanya kebijakan yang dilakukan.
ke tingkat tertinggi mulai dari Posyandu, Observasi yang dilakukan di Puksesmas se-Kota
Poskesdes, Pustu, dan Puskesmas. Petugas Kendari yakni setiap informan memiliki
kesehatan merampungkan semua data dalam pemahaman yang sama yakni petugas kesehatan di
bentuk laporan yang akan dipresentasikan dalam Puskesmas Kota Kendari beranggapan bahwa
pertemuan rutin atau minilokakarya (Minlok). pelaksanaan surveilans epidemiologi sudah
Berbeda dengan diseminasi informasi berjalan secara baik sesuai dengan format yang
surveilans epidemiologi yang dikemukan oleh ada. Akan tetapi, jumlah kasus penyakit yang
peneliti sebelumnya bahwa hasil analisis lanjut terjadi tiap tahun di Puskesmas selalu meningkat.
berupa suatu penarikan kesimpulan dari suatu Hal ini dikarenakan, kurangnya sumber daya
tabel, grafik, atau peta yang dapat disampaikan manusia yang tersedia, kurangnya pelatihan-
pada berbagai pihak yang membutuhkan melalui pelatihan yang dapat mendukung keterampilan
media seperti laporan analisis surveilans petugas kesehatan dilapangan, belum adanya
epidemiologi (paper), penyajian dlam seminar, pemerataan pemanfaatan teknologi layanan
penulisan dalam (buletin atau majalah), penyajian internet di setiap Puskesmas sehingga terjadi
pada pertemuan organisasi, dan pertugas yang rangkap kerja yang menyebabkan petugas
melakukan analisis lanjut terlibat dalam rapat kesehatan kewalahan melakukan tugas yang tidak
program atau penyususnan perencanaan, sesuai dengan keterampilan yang dimiliki masing-
pengendalianm monitoring dan evaluasi program. masing petugas kesehatan.
Sehingga dalam proses diseminasi tidak hanya Kegiatan surveilans epidemiologi mempunyai
ditujukan pada Dinas Kesehatan Kota maupun peran yang sangat penting dalam penurunan dan
Dinas Kesehatan Propinsi saja, tetapi juga pada pemberantasan penyakit di Puskesmas se-Kota
masyarakat yang kemudian bersama-sama Kendari, mengingat masih tingginnya kasus
membuat suatu program perencanaan dalam penyakit menular maupun tidak menular sehingga
menurunkan kasus penyakit menular maupun kegiatan surveilans merupakan kegiatan yang
tidak menular. harus dilakukan secara sistematis dan terus
5. Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Penyakit menerus agar diketahui peningkatan dan
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan penurunan kasus setiap bulan atau setiap tahun
analisis secara sistematis dan terus menerus dan merupakan pengamatan penyakit pada
terhadap penyakit atau masalah-masalah populasi yang dilakukan secara terus menerus dan
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi berkesinambungan, untuk menjelaskan pola
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit penyakit, mempelajari riwayat penyakit dan
atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar memberikan data dasar untuk pengendalian dan
dapat melakukan penanggulangan secara efektif penanggulangan penyakit tersebut.
dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan.
SIMPULAN menanggunalangi penyakit menular maupun
Berdasarkan uraian tersebut, diperoleh tidak menular, memberi dukungan dan
kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut: memberdayakan masyarakat.
1. Kegiatan surveilans dari segi pengumpulan data 3. Diharapkan Kepada Kepala Puskesmas yand
di setiap Puskesmas Kota Kendari yakni jenis ada di Kota Kendari agar mengawasi kinerja
data yang dikumpulkan berupa laporan dan kedisplinan stafnya serta lebih melengkapi
penyakit (data kesakitan) dan laporan segi fasilitas sarana dan prasarana yang
pemakaian obat yang bersumber dari petugas dibutuhkan seperti fasilitas komputer,
Pustu dan data Puskesmas. Untuk tansportasi, penambahan tenaga kesehatan
pengumpulan data laporan mingguan (W2) dan serta hal-hal lain yang dibutuhkan guna
laporan bulanan (Lb1) ke Dinkes Kota sebagian lancarnya kegiatan surveilans di Puskesmas.
Puskemas mengirimkan laporan W2 via-sms 4. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi secara
dan laporan Lb1 via-email sesuai dengan terus-menerus kepada masyarakat mengenai
format yang ada. Sedangkan sebagian penyakit menular dan penyakit tidak menular
Puskesmas mengirimkan laporan Lb1 langsung sehingga masyarakat mengetahui hal-hal yang
ke Dinkes Kota dalam bentuk laporan fisik. berkenaan dengan penyakit menular dan
2. Kegiatan surveilans dari segi pengolahan data penyakit tidak menular dan mampu mencegah
dilakukan oleh petugas secara manual dan penularannya.
memanfaatkan komputer pribadi, dilaporkan 5. Perlunya pelatihan khusus kepada tenaga
setiap bulan dengan format laporan disajikan kesehatan di tingkat Puskesmas khususnya dari
dalam bentuk tabel dan teks peningkatan kasus tenaga surveilans terhadap masalah penyakit
penyakit dan untuk laporan tahunan disajikan sehingga ada respon positif melalui tindakan
dalam bentuk grafik. pencegahan dan penanggulangan penyakit.
3. Kegiatan surveilans dari segi analisis dan 6. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
interpretasi data, informan menganalisis data serupa hendaknya lebih mengembangkan
menggunakan variabel epidemiologi (orang, variabel, desain penelitian, dan metode
waktu dan tempat), hal tersebut diperoleh dari pengambilan sampel yang akan diteliti lebih
informan kunci yang menuturkan bahwa berbeda agar hasil yang diperoleh lebih
analisis data menggunakan perhitungan persen, signifikan.
sedangkan interpretasi dilakukan dengan
membandingkan data bulanan dan tahunan. DAFTAR PUSTAKA
4. Kegiatan surveilans dari segi diseminasi 1. Mahfudhoh, B. 2015. Komponen Sistem
informasi terfokus pada penyampaian secara Surveilans Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di
lisan maupun dalam bentuk laporan ke unit Dinas Kesehatan Kota Kediri. Artikel Ilmiah.
pelayanan kesehatan yang secara rutin FKM Universitas Airlangga. Surabaya.
dilakukan setiap bulan pada masing-masing 2. Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Kesehatan
Puskesmas dalam pertemuan Minilokakarya Indonesia 2009, Depkes RI Direktorat Jenderal
(MINLOK). PPM & PLP, Jakarta.
3. Kemenkes. 2003. Pedoman Penyelenggaraan
SARAN Sistem Surveilans Epidemiologi penyakit
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Menular Dan Penyakit Tidak Menular Terpadu.
dikemukakan saran sebagai berikut: Kemenkes RI
1. Diharapkan kepada para petugas surveilans di 4. Imari,S. 2011. Surveilans Epidemiologi
Puskesmas yang ada dikota kendari agar Prinsip,Aplikasi,Manajemen Penyelenggaraan
memaksimalkan kegiatan surveilans yang dan Evaluasi Sistem Surveilans. FETP Kemenkes
berjalan untuk menekan angka kejadian RI-WHO. Jakarta.
penyakit menular maupun tidak menular 5. Weraman, P. 2010. Dasar Surveilans Kesehatan
dimasyarakat. Masyaratakat. Gramata Publishing. Jakarta.
2. Diharapkan kepada pemerintah, utamanya 6. Bungin, Burhan, 2007. Metode Penelitian
Dinas Kota Kendari agar mengadakan Kualitatif, Rajawali Pers, Jakarta.
pemantauan secara berkala di masyarakat 7. Permenkes. 2014. Tentang Penyelenggaraan
umum terutama di tempat-tempat yang rawan Surveilans Kesehatan. Permenkes RI
sebagai daerah yang wilayahnya tergolong 8. Arias Kathleen, M., 2010, Investigasi dan
epidemik dan pandemik serta lebih Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan
mempersiapkan Puskesmas sebagai pusat Kesehatan, EGC, Jakarta.
informasi dan pelayanan langsung di
masyarakat dalam mencegah dan

You might also like