Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan,
penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cairyang terbentang mulai dari mulut
(oris) sampai anus. Dari saluran pencernaan akan terbentuk sistem pencernaan yang terdiri
dari organ-organ pencernaan yang tergabung membentuk saluran pencernaan. saluran
pencernaan tersebut terdiri dari Oris(mulut), Faring(tekak), Esofagus(kerongkongan)
Ventrikulus(lambung), usus halus,usus besar, rektum, anus. Selain itu alat penghasil getah
cerna terdiri dari Kelenjar ludah, kelenjar getah lambung, kelenjar hati, kelenjar pankreas,
kelenjar getah usus.
Bila ada gangguan ddalam system pencernaan tersebut maka muculah penyakit pada
sestem pencernaan seperti dyspepsia, hemoroid, diare, gastritis dan apendicitis
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di
perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus
klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi
termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Hemoroid Masa Vaskular yang
menonjol kedalam lumen rektumbagian bawah atau areal perineal (Sandra M Nettina).
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).
B. Rumusan Masalah
1
3. Bagaimana fisiologi sistem pencenaan?
4. Apa saja penyakit pada system pencernaan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui anatomi sistem pencernaan
2. Mengetahui organ yang terlibat dalam sistem pencernaan
3. Mengetahui bagaimana fisiologi sistem pencenaan
4. Mengetahui penyakit pada system pencernaan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Anatomi berasal dari bahasa latin yaitu, Ana: Bagian, memisahkan. Tomi (tomie):
Iris, potong. Fisiologi berasal dari kata fisis (Physis): Alam atau cara kerja. Logos(logi):
ilmu pengetahuan. Dari kata tersebut dapat disimpulkan pengertian Anatomi dan Fisiologi
adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang susunan atau potongan tubuh dan
bagaimana alat tubuh itu bekerja. Sistem Pencernaan merupakan saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses
pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang
terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
1. Oris (mulut)
2. Faring (tekak)
3. Esofagus (kerongkongan)
4. Ventrikulus (lambung)
7. Rectum
3
8. Anus
Fungsi utama system ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi
tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan berlangsung secara
mekanik dan kimia, dan meliputi proses – proses berikut :
4
B) Kalsifikasi
Pengertian dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a) Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat keluhan yang nyata terhadap
organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas,
radang empedu, dan lain-lain.
b) Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau
gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
endoskopi (teropong saluran pencernaan).
C) Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan,
terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia
biasanya mengalami penurunan hingga 85%. Dispepsia disebabkan karena kelainan
organik, yaitu:
a) Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis,
tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.
b) Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa Jenis antibiotik,
digitalis, teofilin dan sebagainya.
c) Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis,
kolesistisis kronik.
d) Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.
D Manifestasi Klinik
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan, membagi
dyspepsia menjadi tiga tipe:
a) Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia), dengan gejala:
5
Nyeri epigastrium terlokalisasi
Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida
Nyeri saat lapar
Nyeri episodic
b) Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility- like dysmotility), dengan
gejala:
Mudah kenyang
Perut cepat terasa penuh saat makan
Mual
Muntah
Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
Rasa tak nyaman bertambah saat makan
c) Dispepesia nonspesifik (tidak ada gejala seprti kedua tipe di atas) (Mansjoer, et al, 2007)
Sidroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau
kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas
atau dada mungkin dsertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada
beberapa penderita,makan dapat memperburuk nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa
mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare
dan flatulensi (perut kembung).
Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon
terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa,
maka penderita harus menjalani pemeriksan.
E. Komplikasi
Komplikasi dispepsia yaitu luka didinding lambung yang dalam atau melebar
tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini
terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan
saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, dimana merupakan pertanda
yang timbul belakangan.
6
Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih
dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling dikhawatirkan
adalah terjadinya kangker lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi.
2. hemoroid
A. Definisi
Hemoroid adalah Masa Vaskular yang
menonjol kedalam lumen rektumbagian bawah atau areal perineal (Sandra M Nettina). A
dalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena hemoroidales (bacon)
pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot & pembuluh darah sekitar anus / d
ubur kurang elastic sehingga cairan darah terhambat dan membesar (Daldiyono). Terjadi
pelebaran ( dilatasi ) vena pada anus maupun rectal ( fleksus haemorrhoidalis superior
dan media : haemorrhoid interna dan fleksus haemorrhoidalis inferior : haemorrhoid
eksterna ). Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid adalah bagian vena yang
berdilatasi di dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50 tahunan,
sekitar 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang
terkena.
B. Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1) Hemoroid Interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh darah
pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat
muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna. Gejala - gejala dari hemoroid interna
adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah
ini. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga
harus diambil tindakan operasi untuk membuang wasir.
Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
Derajat I
7
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.
Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi,
tapi seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong
Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak
dapat di masukan lagi.
2) Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah
otot dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan
pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal. Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri
sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di
klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut. Tanda dan gejala yang
sering timbul adalah:
Sering rasa sakit dan nyeri
Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari
kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
C. Etiologi
8
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare,
sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat, fibroma arteri dan
tumor rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal.
Selain itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
Faktor resiko hemoroid :
1. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang
mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya
3. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat,
mempunyai predisposisi untuk hemoroid
4. Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter
menjadi tipis dan atonis
5. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi hormon
kelaksin)
6. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam
rongga perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
7. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensiasio
hordis atau sikrosis hepatis
8. Radang
Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang.
9
E. Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh
trombosis.Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak
selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan
perdarahan atau prolaps.
H. Komplikasi
1. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi
trombosis.
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan
meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah
besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi
portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah
dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan
apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang
diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara
kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun
Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid
keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/ terjepit) akan mudah terjadi
infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
10
3. diare
A. Definisi Gastroenteritis ( GE )
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996). Gastroenteritis
adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang
bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang
disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
B. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :
1. Faktor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare meliputi :
a. Infeksi Bakteri : vibrio E.coli Salmonella, Shigella, Campyio bacter, Aeromonas
b. Infeksi virus : Enteriviru ( virus echo, coxsacle, poliomyelitis ), Adenovirus,
Astrovirus, dll
11
c. Infeksi parasit : Cacing (ascaris, trichuris, oxyguris) Protozoa (entamoeba
histoticia, trimonas hominis), Jamur (candida albacus)
d. Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media
akut (OMA), Bronco pneumonia, dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi Lemak
c. Malabsorpsi protein
3. Faktor Makanan
Makanan yang tidak bersih, basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
4. Factor psikologi
Seperti cemas
5. Imunologi
Kekebalan tubuh yang menurun
C. Penggolongan Diare
1. Diare Akut
Adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam
sampai 7 atau 14 hari.
2. Diare Kronik
Adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu bagi orang dewasa dan 2 minggu
bagi bayi dan anak.
E. Manifestasi Klinis
12
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba ).
9. Diare.
10. Demam.
11. Membran mukosa mulut dan bibir kering
12. Lemah
13. Diare.
14. Fontanel Cekung
G. Komplikasi
Akibat diare karena kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipofolomi
3. Hipokalemi
4. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik
4 GASTRITIS
Gartritis adalah suatu kondisi peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik
difustau local dengan karakteristik anoreksia, rsa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan
muntah
Etiologi
Penyebab gastritis dapat dibedakan sesuai dengan kalsifikasinya sebagai berikut :
1. Gastritis akut
Penyebabnya adalah adalah obat analgetik, anti inflamsi inflamsi terutama aspirin (
aspirin doseis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung )
Bahan kimia misalnya : lisol, alcohol, merokok, steroid, kafein lada dan digitalis
2. Gastritis kronik
13
Penyebab dan pathogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan
kejadian biasa pada orang tua, tapi diduga pada peminum alcohol dan perokok
5.Apendicytis
Apendicitys adalah radang apendic, suatu tambahan seperti kantung yang tek berfungsi
terltak pada bangian interior dari sekum.
Penyebab
Penyebab appendicitis belum diketahui namun ada beberapa factor predisposisi yang
menyertai.
Factor tersering yang muncul adalah obstruksi lumen.
1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
a. Hyperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
b. Adanya faekolit limfoid dalam lumen apendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari kolon yang paling sering adalah e. coli dan streptococcus
3. Laki-laki lebih seing dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun ( remaja
dewasa ) . ini karena peningkatan jaringan limfoid pada masa tersebut
4. Tergantung pada bentuk apendik
5. Apendic yang pendek
6. Penonjolan jaringan linfoid dalam lumen apendic
14
7. Kelainan katub di pangkal apendic
BAB III
PENUTUP
a. KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Perry dan Potter. 2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
http://ivank-revank.blogspot.com/2012/01/anatomi-dan-fisiologi-sistem-pencernaan.html
http://medicastore.com/penyakit/9/Biologi_Sistem_Pencernaan.html /
16