You are on page 1of 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma bronkial adalah salah satu penyakit kronik yang menyerang antara 100-
150 juta orang di seluruh dunia (Junaidi, 2010). Asma bronkial bukan hanya masalah
kesehatan masyarakat untuk negara-negara maju, namun juga di negara berkembang
(WHO, 2016).
Data yang diperoleh dari ISAAC (International Study of Asthma and
Allergies in Childhood) tahun 2010, untuk kelompok usia 13-14 tahun, dilaporkan
prevalensi asma dengan gejala mengi dalam 12 bulan sangat besar, mulai 2,1-4,4% di
Albania, Cina, Yunani, Georgia, Indonesia, Rumania dan Rusia. Untuk 29,1-32,2% di
Australia, Selandia Baru, Republik Irlandia dan Inggris. Pada kelompok usia 6 dan 7
tahun, orangtua melaporkan prevalensi asma dalam 12 bulan dengan gejala mengi
sebesar 4,1-32,1% dengan kasus terendah di India, Indonesia, Iran dan Malaysia dan
tertinggi di Australia, Brazil, Costa Rica, Selandia Baru dan Panama.
Angka kematian asma menurut hasil penelitian Study on Asthma and Alergies
in Childhood International pada tahun 2008 menunjukkan, di Indonesia prevalensi
gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4 persen. Selama 20
tahun terakhir, penyakit ini cenderung meningkat dengan kasus kematian yang
diprediksi akan meningkat sebesar 20 persen hingga 10 tahun mendatang). Prevalensi
penderita asma bronkial di Indonesia untuk berbagai daerah berkisar 5-7% angka
mortalitas akibat serangan akut asma bronkial yang memerlukan perawatan unit
rawat intensif dilaporkan sebanyak 12% (Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta,
2010).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Diagnosa Medis
Asma Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada An. A dengan
Diagnosa Medis Asma Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya?

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengkaji pasien dengan Diagnosa Medis Asma Bronkial di Ruang D2
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan Diagnosa Medis Asma Bronkial
di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

1
3. Merencanakan asuhan keperawatan pada dengan Diagnosa Medis Asma
Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Diagnosa Medis Asma
Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
5. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis
Asma Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien dengan Diagnosa Medis
Asma Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat memberi manfaat :
1. Akademis hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diagnosa Medis Asma Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.
2. Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah sakit
agar dapat melakukan asuhan pasien dengan dengan Diagnosa Medis Asma
Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
3. Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diagnosa Medis Asma Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Asma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan

2
jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah ubah, baik secara spontan
maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).
Asma bronkial adalah wheezing berulang dan atau batuk persisten dalam
keadaan dimana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lainyang lebih
jarang telah disingkirkan (Mansjoer, 2008).
Asma bronkial adalah kelainan inflamasi kronis saluran nafas dimana
berbagai sel memainkan perannya, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Pada individu yang rentan, inflamasi ini menyebabkan episode berulang bising
mengi, sesak nafas, dada terasa tegang serta batuk khususnya di waktu malam atau
dini hari (GINA, 2016).

2.2 Etiologi
Menurut Almazini (2012) faktor pencetus yang sering menimbulkan asma
bronkial antara lain :
1. Faktor ekstrinsik (alergik)
Reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal
seperti debu, serbuk-serbuk, bulu- bulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik)
Tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold, infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi


timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu :
a. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena penyakit
Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi
b) Ingestan : yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan

3
c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
3. Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan Asma yang sudah ada.
Disamping gejala Asma yang timbul harus segera diobati penderita
Asma yang mengalami stres atau gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum
diatasi maka gejala belum bisa diobati.
4. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
Asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industry tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5. Olah raga atau aktifitas jasmani
Sebagian besar penderita Asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan Asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

2.3 WOC
(terlampir)

2.4 Manisfestasi klinis


Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk, dispnea,
dan wheezing. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Asma biasanya
bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan
pernapasan lambat, wheezing. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang
dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan
menggunakan setiap otot-otot aksesori pernapasan. Jalan napas yang
tersumbat menyebabkan dyspnea. Pada anak-anak dampak hospitalisasi dapat
memperburuk kondisi penyakit, seperti cemas, takut dan mudah tersinggung.
(Soemantri, 2008).

2.5 Pemeriksaan diagnostic


Menurut Rigel (2013) terdapat beberapa pemeriksaan diagnostic untuk
menentukkan asma bronkial antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan sputum

4
Untuk mengetahui netrofil dan eosonofil yang terdapat pada sputum,
umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi.
b. Pemeriksaan darah
Pada hyponatremia dan leukosit diatas 15.000/mm3 dimana sebagai
tanda adanya infeksi.
2. Pemeriksaan radiologi
a. Gambaran radiologi pada pasien asma umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru
b. Bila asma disertai bronchitis, maka bercak-bercak dihilus akan
bertambah
c. Bila asma disertai pneumoni dapat dilihat dari bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru
3. Pemeriksaan test kulit
Untuk mengetahui faktor alergi yang dapat reaksi positif pada asma

2.6 Penatalaksanaan medis


1. Farmakologi
Menurut Sidhartani (2012) pengobatan Asma diarahkan terhadap gejala-
gejala yang timbul saat serangan, mengendalikan penyebab spesifik dan
perawatan pemeliharaan keehatan optimal yang umum. Tujuan utama dari
berbagai macam pengobatan adalah pasien segera mengalami relaksasi
bronkus. Terapi awal, yaitu:
a. Memberikan oksigen pernasal
b. Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg
atau terbutalin 10 mg). Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat
diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian antagonis beta 2
adrenergik dapat secara subcutan atau intravena dengan dosis
salbutamol 0,25 mg dalam larutan dekstrose 5%.
c. Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat
ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
d. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada
respon segera atau dalam serangan sangat berat
e. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk
didalamnya golongan beta adrenergik dan anti kolinergik.
2. Pengobatan secara sederhana atau non farmakologi
a. Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk
mengeluarkan sputum dengan baik
b. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
c. Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
d. Anjurkan untuk minum air hangat
e. Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
f. Hindarkan pasien dari faktor pencetus

2.7 Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah :
1. Pneumothoraks

5
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura
yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini
dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan
kegagalan napas.
2. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur
dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini
juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada
otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya
infeksi Aspergillus.
4. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan
pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
5. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian
dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis)
mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi
lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang
dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit
bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya
lendir.
6. Fraktur iga

2.8 Tahap Perkembangan Anak


Menurut Erikson (1963) Terdapat 8 jenis tahap-tahap perkembangan
psikososial, tetapi pada kasus ditemukkan bahwa anak berada di tahap 2 (Otonomi vs
perasaan malu dan ragu-ragu) yang merupakan tahap anus-otot (anal/mascular
stages), masa ini disebut masa balita yang berlangsung mulai usia 1-3 tahun (early
childhood). Pada masa ini anak cenderung aktif dalam segala hal, sehingga orang tua
dianjurkan untuk tidak terlalu membatasi ruang gerak serta kemandirian anak.
Namun tidak pula terlalu memberikan kebebasan melakukan apapun yang dia mau.
Pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah menyerah
dan tidak dapat melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Begitu pun
sebalikny, jika anak terlalu diberi kebebasan mereka akan cenderung bertindak sesuai
yang dia inginkan tanpa memperhatikan baik buruk tindakan tersebut. Sehingga
orang tua dalam mendidik anak pada usia ini harus seimbang antara pemberian

6
kebebasan dan pembatasan ruang gerak anak. Karena dengan cara itulah anak akan
bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri.

2.9 Pengkajian Data Dasar


1. Identitas :
a. Usia : sering terjadi pada usia batita hingga balita (3-10 tahun)
b. Jenis Kelamin : Laki-laki : Perempuan = 1:1
2. Keluhan Utama : Sesak nafas
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Batuk, pilek, dan sesak nafas, suara
nafas ujuk-ujuk
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Anak pernah menderita asma sebelumnya
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ayah atau ibu dari anak memiliki riwayat asma atau penyebab alergi
lainnya
6. Pemeriksaan Fisik :
a. B1 :
Sesak Nafas, RR meningkat, Batuk, Wheezing, Terdapat akumulasi
sputum, Spo2 : < 95 %, terdapat otot bantu nafas.
b. B2 :
Sianosis, HR meningkat, CRT ≥ 3 detik, Akral dingin
c. B3 :
Tidak ada masalah
d. B4 :
Tidak ada masalah
e. B5 :
Mukosa bibir kering, Nafsu makan menurun, Turgor kulit buruk, BB
turun 10 %
f. B6 :
Tidak ada masalah
g. Efek hospitalisasi :
Anak terlihat gelisah, takut dan mudah tersinggung
7. Riwayat Imunisasi :
Anak sudah mendapat imunisasi BCG, Polio I,II,III, DPT I,II,III,
Campak, HB0 dan HiB
8. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah
2. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akansemakin bertambah.
3. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada
paru, dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local.

7
4. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
- Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
- Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru, yaitu:
1. Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clock wise rotation.
2. Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (RightBundle branch Block).
3. Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia,
SVES, dan VESatau terjadinya depresi segmen ST negative.
- Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel.
Pemeriksaanspirometri tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis
tetapi juga pentinguntuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.

2.10 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : Asma Bronkial Bersihan jalan
Ibu pasien mengatakan anak batuk
nafas tidak efektif
Sekresi mukosa
terus menerus
meningkat
Do :
- RR meningkat
Produksi mukosa
- Spo2 < 95%
meningkat
- Terdapat otot bantu nafas
- Suara nafas : wheezing
Penyempitan saluran
- Pasien terlihat sesak nafas
nafas
- Takikardi
- Terdapat akumulasi sputum
Batuk

Wheezing

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

2. Ds : Asma Bronkial Ketidakefektifan


Ibu pasien mengatakan kuku
perfusi jaringan
berwarna biru
Kompensasi tubuh perifer

8
Do : menurun
- CRT ≥ 3 detik
- Turgor kulit menurun
- HR meningkat Suplai O2 ke seluruh
- Spo2 : < 95% tubuh menurun
- Akral dingin

Takikardi

CRT ≥ 3 detik

Perfusi jaringan
tidak efektif

3. Ds : Asma Bronkial Nutrisi kurang dari


Ibu mengatakan nafsu makan anak
kebutuhan tubuh
Sekresi mukosa
berkurang
meningkat
Do :
- Mukosa bibir kering
Produksi sputum
- Turgor kulit menurun
meningkat
- BB turun 10 %
Akumulasi secret

Bau mulut tak sedap

Nafsu makan
menurun

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

4. Ds : Asma Bronkial Ansietas pada anak


Ibu pasien mengatakan anaknya
Psikosial
selalu menangis
Do :
Dampak
- Anak terlihat gelisah
hospitalisasi
- Anak takut
- Anak mudah tersinggung
Anak rewel dan
menangis terus
menerus

Ansietas

2.11 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan Ibu pasien mengatakan anak batuk terus
menerus, RR meningkat, Spo2 < 95%, Terdapat otot bantu nafas, Suara

9
nafas : wheezing, Pasien terlihat sesak nafas, Takikardi, Terdapat
akumulasi sputum.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen ke jaringan ditandai dengan Ibu pasien mengatakan kuku
berwarna biru, CRT ≥ 3 detik, Turgor kulit menurun, HR meningkat, Spo 2
: < 95%, Akral dingin.
3. Ansietas pada anak berhubungan dengan efek hospitalisasi ditandai
dengan Ibu pasien mengatakan anaknya selalu menangis, Anak terlihat
gelisah, Anak takut, Anak mudah tersinggung.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
psikologis keengganan untuk makan.

2.12 Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Jelaskan maksud dan Penjelasan yang
tidak efektif tindakan keperawatan tujuan tindakan adekuat dapat
berhubungan dengan selama 1x24 jam membuat pasien
peningkatan diharapkan bersihan kooperatif
Atur posisi pasien Meningkatkan
produksi sputum jalan nafas tidak
semifowler ekspansi paru
ditandai dengan Ibu efektif dapat teratasi
Anjurkan ibu untuk Dengan dijauhkan
pasien mengatakan dengan kriteria hasil :
1. Pasien kooperatif menjaga anak dari anak dari faktor
anak batuk terus
2. Spo2 : 95-100 % faktor pencetus pencetus alergen
menerus, RR 3. RR : 20 – 25 x/
allergen dapat
meningkat, Spo2 < menit
4. HR : 65 – 110 x/ meningkatkan
95%, Terdapat otot
menit kondisi anak
bantu nafas, Suara Beri nebulizer sesuai Dapat membuat
5. Tidak wheezing
nafas : wheezing, 6. Tidak ada otot indikasi jalan nafas
Pasien terlihat sesak bantu nafas semakin melebar
7. Tidak sesak
nafas, Takikardi, sehingga sputum
8. Tidak ada sputum
Terdapat akumulasi 9. Tidak batuk dapat keluar
sputum. Lakukan fisioterapi Membantu
dada mengeluarkan
sputum
Kolaborasi dengan Bronkodilator

10
dokter terhadap dapat
pemberian obat memperlebar
bronkodilator bronkus sehingga
dapat
mengeluarkan
secret
Observasi Mengetahui
karakteristik keadaan umum
pernafasan pasien dan
(frekuensi, otot bantu menentukan
nafas, suara nafas) tindakan
pengobatan yang
sesuai
Observasi TTV (RR, Mengetahui
NR) keadaan umum
pasien
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Jelaskan maksud dan Penjelasan yang
perfusi jaringan tindakan keperawatan tujuan tindakan adekuat dapat
perifer berhubungan selama 3x24 jam membuat pasien
dengan penurunan diharapkan perfusi kooperatif
Atur posisi pasien Meningkatkan
suplai oksigen ke jaringan perifer
senyaman mungkin ekspansi paru
jaringan ditandai menjadi efektif
(semifowler/fowler) sehingga
dengan Ibu pasien dengan kriteria hasil :
1. Pasien kooperatif kebutuhan
mengatakan kuku
2. CRT ≤ 3 detik
oksigen ke
berwarna biru, CRT 3. HR : 65 – 110 x/
jaringan terpenuhi
≥ 3 detik, Turgor menit
4. Turgor kulit baik Observasi TTV Mengetahui
kulit menurun, HR
5. Tidak sianosis pasien (CRT, Turgor, keadaan umum
meningkat, Spo2 : < 6. Spo2 : 95-100 %
HR, Spo2, Sianosis) pasien
95%, Akral dingin.

Kolaborasi dengan Meningkatkan


dokter terhadap kebutuhan O2
pemberian terapi O2 didalam tubuh

11
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

YAYASAN WIDYA MANDALA SURABAYA


FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Raya Kalisari Selatan No.1, Tower B, Lantai 8 Pakuwon City, Surabaya,
Telp (031) 99005299, Fax. (031) 99005278
Email: keperawatan@gmail.wima.ac.id, fkep.wima@yahoo.co.id, Website:
http://www.wima.ac.id

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

PENGKAJIAN, Tanggal 24/09/2018 jam 10.00 WIB

1. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
No registrasi : 4757xx
Nama : An. A
Umur : 3,5 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal/ Jam MRS : 23/09/2018 pk. 12:42 WIB
Diagnosis Masuk : Prolog fever dan Suspek Bronkopneumonia
Keluarga yang dapat : Ibu (08581276xxxx)
dihubungi

B. Identitas Keluarga
Nama Ayah : Tn. P
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ayah/Ibu : PNS/IRT
Pendidikan Ayah/Ibu : SMA/SMA
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Sidoarjo

2. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG


Keluhan Utama : Ibu Pasien mengatakan panas anak naik turun
Riwayat Penyakit Saat ini :
Pada tanggal 16/09/2018 ibu pasien mengatakan anak batuk dan panas, sudah
dibawa ke klinik daerah trosobo dan diberikan obat puyer selama 3 hari. Pada
tanggal 19/09/2018 pasien dibawa ke klinik kembali dikarenakan obat sudah
habis dan panas tidak turun-turun. Pada tanggal 23/09/2018 ibu pasien anak
sesak nafas , batuk, dan panas oleh keluarga langsung dibawa ke IGD RSAL

12
Surabaya. Pada tanggal 24/09/2018 ibu pasien mengatakan panas anak naik
turun.
Masalah keperawatan : Hipertermia

3. RIWAYAT KEPERAWATAN SEBELUMNYA


- Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Anak pernah menderita demam, batuk/pilek. Pada tahun 2017 anak pernah
menderita typus
- Tidak Pernah Dioperasi
- Riwayat Alergi : Anak memiliki riwayat alergi makanan (telur) dan debu
- Imunisasi : Riwayat imunisasi lengkap
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


- Penyakit Yang Pernah Diderita Oleh Anggota Keluarga :
Anak pertama pernah opename di RS tahun 2008 dengan demam berdarah
- Lingkungan Rumah Dan Komunitas
Kondisi rumah : Baik, jendela selalu dibuka pagi hari
Kondisi selokan : Selalu dibersihkan setiap 1 minggu sekali gotong royong
Tempat sampah :
Pembuangan sampah selalu diangkut setiap 1 minggu sekali tetapi kalau
sudah penuh biasanya langsung dibersihkan
- Perilaku Yang Memperngaruhi Kesehatan
Selalu membersihkan rumah setiap pagi dan sore supaya tidak ada debu
disekitar rumah
- Presepsi Keluarga Terhadap Penyakit Anak
Cobaan dari Allah SWT, diterima dan dijalanin saja
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


- BB : 14,5 kg
- TB : 120 cm
- Tahap Perkembangan Psikososial :
Anak selalu bermain dengan rekan sebayanya dan anak selalu dekat dengan
orang tua terutama ibu
- Tahap Perkembangan Psikoseksual
Anak tidak membedakan bermain dengan laki-laki atau perempuan
- Dampak Hopitalisasi Bagi Anak dan Keluarga
Anak selalu rewel ketika ada perawat, anak selalu minta digendong ketika
dilakukan pemeriksaan TTV dan memberikan obat. Anak selalu minta keluar
dari ruangan saat diperiksa untuk jalan-jalan
Masalah keperawatan : Ansietas pada anak

6. GENOGRAM

13
3,5

Keterangan :

: Laki- laki

: Perempuan

: Meninggal
3,5

: Pasien

: Tinggal 1 rumah
7. SAAT MASUK RS
Dengan menggunakan kursi roda
8. : Menikah
ALAT MEDIK YANG DIPAKAI SAAT PENGKAJIAN
- Menggunakan infus pada metacarpa dextra dengan cairan D5 ½ NS 1000
cc/24 jam
- Tidak menggunakan alat bantu nafas, folleycathether, Tidak menggunakan
nasogastric tube
Masalah kepreawatan : Resiko infeksi

9. ALAT BANTU YANG DIGUNAKAN


- Tidak menggunakan kacamata
- Tidak menggunakan alat bantu dengar
- Tidak menggunakan walker/kruk/kursi roda
- Tidak menggunakan pace maker
- Tidak menggunakan gigi palsu
- Tidak menggunakan lensa kontak
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

10. KEADAAN UMUM : Ringan


Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

11. PENGKAJIAN NYERI : tidak ada nyeri


Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

12. TANDA-TANDA VITAL


- Suhu : 37,9 oC (aksila)
- RR : 22 x/mnt (reguler)
- Nadi : 112 x/mnt (reguler)

14
Masalah keperawatan : Hipertermia

13. SISTEM PERNAFASAN


- Jalan nafas : Obstruksi
- Bentuk dada : Simetris
- Tipe pernafasan : Dada
- Otot bantu nafas : Tidak ada
- Ekspansi paru : Simetris
- Suara nafas : wheeing kedua lapang dada
- Batuk : iya, berdahak. Sputum tidak dapat keluar
- Lain-lain : Ibu pasien mengatakan ank sering sesak nafas
Masalah keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif

14. SISTEM JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH


- Tidak ada clubbing finger
- Tidak pucat dan sianosis
- Tidak ada perdarahan, hematoma dan varises
- Akral : Hangat
- Nadi Radialis/Brakialis : Kuat, Dalam
- Nadi Karotis : Kuat, Teraba
- CRT : < 3 detik
- Auskulutasi : S1 dan S2 tunggal
- Lain-lain : Anak terlihat menggil
Masalah keperawatan : Hipertermia

15. SISTEM PERSYARAFAN


- Kesadaran : Composmetis
- Pupil : 3mm/3mm, isokor, normal
- Retraksi cahaya : +/+
- GCS : E4 V5 M6 , total 15
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

16. SISTEM PERKEMIHAN


- Uretra : Normal
- Kebersihan : Ya
- Urine output : 3x/7 jam, warna : kuning, bau : khas
- Unsircumsition
- Tidak ada keluhan
- Tidak dilakukan irigasi
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

17. SISTEM PENCERNAAN


- Mulut : Bersih
- Pembesaran tonsil : Tidak
- Abdomen : Supel
- Peristaltic usus : 15 x/mnt
- Tidak muntah
- Tidak menggunakan kolostom atau ileustomi

15
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

18. SISTEM MUSKULOSKELETAL


- Tidak ada radang sendi
- Tidak ada kaku sendi
- Tidak fraktur
- Tidak menggunakan traksi/spalk/gips
- Tidak ada kelainan tulang belakang
- Skala otot : 5,5,5,5
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

19. SISTEM INTEGUMEN DAN SELAPUT LENDIR


- Tidak ada luka
- Tidak icterus
- Tidak ada hecting
- Turgor : baik
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

20. SISTEM SENSORI PERSEPSI


a. Sistem penglihatan
- Penglihatan : tidak berkunang-kunang
- Sklera : putih
- Konjungtiva : tidak anemis
- Strabismus : tidak
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Sistem pendengaran
- Tidak tinitus
- Tidak ada nyeri tarikan daun telinga
- Tidak ada nyeri
- Tidak tuli
- Tidak otorhea
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

21. SISTEM ENDOKRIN


- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Tidak ada patotitis
- Tidak ada torticollis
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

22. SISTEM REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


- Penis : Bersih
- Testis : Desensus
- Skrotum : Lengkap
- Keikutsertaan KB : Belum Pernah

16
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

DATA PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


23. NUTRISI
a. Pengkajian saat dirumah
- BB : 14,5 kg
- TB : 120 cm
- IMT : 15
- Nafsu makan normal
- Tidak ada keluhan
- Pola makan :
- Frekuensi : 3x/hari
- Jenis : Nasi, Lauk pauk, Sayur, Buah
- Makan yang disukai : Ayam
- Makanan yang tidak disukai : Telur
- Pola Minum :
- Jumlah : ± 3-4 gelas ( 750-1000) cc/hari
- Jenis minuman : Susu
- Minuman yang disukai : Air putih
- Minuman yang tidak disukai : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b.Pengkajian saat dirumah sakit
- BB : 14,5 kg
- TB : 120 cm
- IMT : 15
- Nafsu makan menurun
- Tidak ada keluhan
- Pola makan :
- Frekuensi : 3 x ¼ porsi/hari
- Jenis : Nasi, Lauk pauk, Sayur, Buah
- Makan yang disukai : Ayam
- Makanan yang tidak disukai : Telur
- Pola Minum :
- Jumlah :1 gelas, ± 3-4 botol (750-1000) cc/hari
- Jenis minuman : Susu dan air putih
- Minuman yang disukai : Air putih
- Minuman yang tidak disukai : tidak ada
Masalah keperawatan : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

24. ELIMINASI
a. Pengkajian saat dirumah
- Buang air kecil :
- Lancar dan dibantu
- Frekuensi : 3-7 x/hari
- Warna : Kuning
- Bau : Khas
- Buang air besar :
- Tidak konstipasi dan diare
- Dibantu
- Frekuensi : 1x/hari
- Warna : Coklat
- Konsistensi : lembek

17
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Pengkajian saat dirumah sakit
- Buang air kecil :
- Lancar dan dibantu
- Frekuensi : 3-7 x/7 jam
- Warna : Kuning
- Bau : Khas
- Buang air besar :
- Tidak konstipasi dan diare
- Dibantu
- Frekuensi : 1x/hari
- Warna : Coklat
- Konsistensi : lembek
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

25. POLA AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT


a. Pengkajian saat dirumah
- Lama tidur : Siang 1 jam , Malam 7 Jam
- Waktur tidur : Siang 13.00, Malam 22.00
- Kegiatan rutin : bermain
- Tidak menggunakan obat tidur
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Pengkajian saat dirumah sakit
- Lama tidur : Siang 30 menit - 1 jam , Malam 8 Jam
- Waktur tidur : Siang 12.00, Malam 21.00
- Kegiatan rutin : Menonton video kartun
- Tidak menggunakan obat tidur
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
-
26. POLA MERAWAT DIRI
a. Pengkajian saat dirumah
- Mandi : 2x/ hari dibantu
- Gosok gigi : 2x/hari dibantu
- Cuci rambut : 7x/minggu dibantu
- Berpakaian : Dibantu
- Instrumental : Dibantu
- Kuku : Pendek, Bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Pengkajian saat dirumah sakit
- Mandi : 2x/ hari dibantu
- Gosok gigi : 2x/hari dibantu
- Cuci rambut :-
- Berpakaian : Dibantu
- Instrumental : Dibantu
- Kuku : Pendek, Bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

DATA PSIKOSOSIAL

18
- Komunikasi : Verbal
- Kemampuan Bicara : Lancar
- Bahasa yang dipakai : Indonesia
- Pasien dekat dengan : Ibu, Ayah, Saudara Kandung
- Orang yang paling dekat : Ibu
- Orang yang membantu dirumah : Ibu
- Apakah pasien mengerti tentang penyakitnya : Tidak
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

DATA PENUNJANG
- Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Result Range
23/09/2018 WBC 4,04 4,00-12,00
11.25 WIB EOS 0,00 0,02-0,80
Mon % 15,7% 3,0-12,0
EOS % 0,1 % 0,5-5,0
HCT 34,5 35-49
MCV 78 80-100
P-LCC 25 30-90
P-LCR 10,6% 11,0-45,0
PCT 239 100-300

- Foto thorax
Tanggal Hasil
24/09/2018 Cor : Besar dan bentuk normal
10.20 WIB Pulmo : Tampak bronchovaskuler meningkat dan pada
paracardial kanan tampak infiltrate
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam
Hemidiapharga kiri normal
Tulang normal

Kesan :
Bronchitis dengan keradangan (intertial pneumonia)

19
TERAPI MEDIK
Tanggal Nama obat dan dosis Kandungan Indikasi Kontraindikasi Efek samping
24/09/2018 Cinam Ampicilin 1 gr Infeksi kulit Diabetes Ruam Kulit
Dosis anak : Sulbactam 0,5 gr Infeksi saluran pernafasan atas Alergi Mengi
150 mg/KgBB/Hari dalam 6-8 jam Infeksi saluran pernafasan bawah Hipersensitivitas Diare
(bronchitis, PPOK)
Tropidril Dipenhidramin Penyakit saluran nafas Infeksi Jamur asistemik Odema
Dosis anak : Autoimun Imunisasi Glukoma
0,4 -1.6 mg/KgBB/Hari Alergi Laktasi Osteoporosis
Dexamethasone Dexamethasone Penyakit asma bronkial TBC Kelemahan pada otot
Dosis anak : Rematik sendi Osteoporosis Menstruasi tidak lancar
0,08 – 0,3 mg/KgBB/Hari Inflamasi pada mata dan kulit
27/09/2018 Ambroxol Ambroxol HCL Batuk berdahak Hipersensitifitas Mual
Dosis : 15 mg Emfisema bronchitis Ulkus lambung Dyspepsia
Radang paru kronis Penyakit maag Nyeri ulu hati
Salbutamol Salbutamol Sulfat Asma Bronkial Hipersensitifitas Pusing
Dosis : 1-2 mg Bronkitis Muak
Emfisema paru Muntah

20
ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Ds : Asma Bronkial Bersihan jalan
Ibu pasien mengatakan anak nafas tidak efektif
Sekresi mukosa
sering sesak nafas meningkat
Do :
Produksi mukosa
- RR : 22 x/mnt meningkat
- HR : 112 x/mnt
- Batuk berdahak Penyempitan
- Sputum tidak keluar saluran nafas
- Suara nafas tambahan :
Batuk
Wheezing di kedua lapang
dada Wheezing

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

2. Ds : Asma Bronkial Hipertermia


Ibu mengatakan pasien panas
Adanya inflamasi
naik turun
Do : Akumulasi
- o
Suhu : 37,9 C monosit,makrofag
- Akral : hangat
- Tidak menggigil Pelepasan pirogen
- Kulit tidak kemerahan endogen

IL-1 dan IL-6

Otak

Prostaglandin Otak

Set point meningkat

Mengigil

Hipertermia

3. Ds : Asma Bronkial Ansietas pada anak

21
Ibu pasien mengatakan rewel Psikosial
setiap ada perawat yang datang
Dampak
Do : hospitalisasi
- Anak selalu minta digendong
Anak rewel dan
ketika dilakukan menangis terus
menerus
pemeriksaan TTV,
memberikan obat, atau Ansietas
pemeriksaan lainnya
- Anak selalu minta keluar
dari ruangan saat diperiksa
untuk jalan-jalan
4 Ds : - Asma Bronkial Resiko Infeksi
Do :
Tindakan Invasif
- Terpasang infus pada
metacarpal dextra Port de entry
- Terpasang cairan D5 ½ Ns
1000/24 jam Resiko Infeksi
- Tidak nampak kemerahan
sekitar infus
- Tidak nampak bengkak
- Terpasang spalk pada daerah
infus
5 Ds : - Asma Bronkial Resiko nutrisi
Do : kurang dari
Sekresi mukosa
- Nafsu makan anak berkurang meningkat kebutuhan tubuh
- BB : 14,5 kg
- TB : 120 cm Produksi sputum
- IMT : 15 meningkat
- Makan 3 x ¼ porsi
Akumulasi secret

Bau mulut tak


sedap

Nafsu makan
menurun

Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN

22
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mucus ditandai dengan Ibu pasien mengatakan anak sering sesak nafas, RR : 22
x
/mnt, HR : 112 x/mnt, Batuk berdahak, Sputum tidak keluar, Suara nafas
tambahan : Wheezing di kedua lapang dada.
2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit ditandai dengan Ibu mengatakan
pasien panas naik turun, Suhu : 37,9 oC, Akral : hangat, Tidak menggigil, Kulit
tidak kemerahan.
3. Ansietas pada anak berhubungan dengan efek hospitalisasi ditandai dengan Ibu
pasien mengatakan rewel setiap ada perawat yang datang, Anak nampak menangis
ketika dilakukan pemeriksaan TTV, memberikan obat, atau pemeriksaan lainnya,
Anak selalu minta keluar dari ruangan saat diperiksa.
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan diet
kurang.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Jelaskan maksud dan Penjelasan yang
tidak efektif tindakan keperawatan tujuan tindakan adekuat dapat
berhubungan dengan selama 1x24 jam membuat pasien
peningkatan diharapkan bersihan kooperatif
Atur posisi pasien Meningkatkan
produksi mucus jalan nafas tidak
semifowler ekspansi paru
ditandai dengan Ibu efektif dapat teratasi
Anjurkan ibu untuk Dengan dijauhkan
pasien mengatakan dengan kriteria hasil :
1. Pasien kooperatif menjaga anak dari anak dari faktor
anak sering sesak
2. Spo2 : 95-100 % faktor pencetus pencetus alergen
nafas, RR : 22 x/mnt, 3. RR : 20 – 25 x/
allergen dapat
HR : 112 x/mnt, menit
4. HR : 65 – 110 x/ meningkatkan
Batuk berdahak,
menit kondisi anak
Sputum tidak keluar, Beri nebulizer sesuai Dapat membuat
5. Tidak wheezing
Suara nafas 6. Tidak ada otot indikasi jalan nafas
tambahan : bantu nafas semakin melebar
7. Tidak sesak
Wheezing di kedua sehingga sputum
8. Tidak ada sputum
lapang dada. 9. Tidak batuk dapat keluar
Lakukan fisioterapi Membantu
dada mengeluarkan
sputum
Kolaborasi dengan Bronkodilator
dokter terhadap dapat

23
pemberian obat memperlebar
bronkodilator bronkus sehingga
dapat
mengeluarkan
secret
Observasi Mengetahui
karakteristik keadaan umum
pernafasan pasien dan
(frekuensi, otot menentukan
bantu nafas, suara tindakan
nafas) pengobatan yang
sesuai
Observasi TTV (RR, Mengetahui
NR) keadaan umum
pasien
2. Hipertermia Setelah dilakukan Jelaskan maksud dan Penjelasan yang
berhubungan dengan tindakan keperawatan tujuan tindakan adekuat dapat
penyakit ditandai selama 3 x 24 jam membuat pasien
dengan Ibu diharapkan hipertermi kooperatif
Anjurkan pasien Mencegah
mengatakan pasien dapat teratasi dengan
minum sedikit tapi dehidrasi
panas naik turun, kriteria hasil:
sering
Suhu : 37,9 oC, Akral 1. Pasien kooperatif
2. S : 36,5 °C – 37,5 Berikan kompres Axilla dan lipatan
: hangat, Tidak
°C pada lipatan paha paha terdapat
menggigil, Kulit
3. Akral hangat dan axilla banyak pembuluh
tidak kemerahan. 4. Tidak menggigil
5. Tidak kemerahan darah sehingga
dapat
menurunkan
panas dengan
cepat

Anjurkan dengan Memberikan


menggunakan evaporasi
pakaian tipis
Kolaborasi dengan Menurunkan
dokter terhadap panas
pemberian obat
Observasi TTV Mengetahui
(suhu, akral dan keadaan umum

24
warna kulit) pasien
3 Ansietas pada anak Setelah dilakukan Ciptakan suasana Dengan suasana
berhubungan dengan tindakan keperawatan yang nyaman yang nyaman
efek hospitalisasi selama 1x24 jam anak dapat
ditandai dengan Ibu diharapkan ansietas beradaptasi
pasien mengatakan pada anak dapat dengan
rewel setiap ada teratasi dengan lingkungan yang
perawat yang datang, kriteria hasil baru
1. Pasien kooperatif Beri dorongan Dengan diberikan
Anak nampak
2. Anak tidak
kepada ibu untuk dukungan kepada
menangis ketika
menangis
tetap memberi ibu, anak dapat
dilakukan 3. Anak tenang
dukungan pada anak tenang
pemeriksaan TTV,
Berikan mainan Dengan diberikan
memberikan obat,
sesuai kesukaan mainan anak tetap
atau pemeriksaan
anak dirumah dapat bermain di
lainnya, Anak selalu
lingkungan baru
minta keluar dari Observasi tingkat Untuk
ruangan saat kecemasan klien mengetahui
diperiksa. keadaan umum

25
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TANGGAL JAM NO. DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN RESPON HASIL PARAF


Membina hubungan saling percaya serta menjelaskan maksud dan tujuan tindakan, tindakan yang dilakukan adalah Dwi.K
memberi posisi semifowler (setengah duduk). Tujuan diberikan posisi semifowler pada anak bila anak sesa adalah
11.00 I
mengurangi sesak serta meningkatkan kebutuhan oksigen pada anak
R/ keluarga pasien kooperatif
Mengatur posisi anak semifowler Dwi.K
11.05 I
R/ keluarga dan anak kooperatif, anak dalam posisi semifowler
Mengobservasi karakteristik pernafasan (frekuensi, otot bantu nafas, suara nafas) Dwi.K
11.10 I R/ anak menangis, frekuensi = 22, otot bantu nafas = tidak ada, suara nafas = wheezing di kedua lapang dada,
24/09/2018
pernafasan dada, dan perkembangan dada simetris
Mengobservasi TTV (RR, HR) Dwi.K
11.10 I
R/ anak kooperatif, RR = 22, HR = 112 x / menit
Memberikan obat viks oles pada dada anak, injeksi dexa 4,3 mg dioplos dengan NaCl 3 cc Dwi.K
11.30 I
R/ anak menangis, obat sudah dioleskan
Menganjurkan ibu untk menjauhkan anak dari faktor pencetus alergen (telur, debu) Dwi.K
11.35 I R/ ibu kooperatif

24/09/2018 11.40 II Menjelaskan, maksud, dan tujuan tindakan yang dilakukan adalah menggunakan pakian yang tipis pada anak. Dwi.K
Tujuannya yaitu untuk membantu mempermudah penguapan panas (evaporasi)
R/ keluarga pasien kooperatif

26
TANGGAL JAM NO. DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN RESPON HASIL PARAF
Menganjurkan ibu untuk menggunakan anak pakaian tipis bila panas tinggi Dwi.K
11.45 II
R/ ibu pasien kooperatif
Menganjurkan ibu untuk memberikan susu/air sedikit demi sedikit Dwi.K
11.50 II
R/ ibu pasien kooperatif
Mengobservasi TTV (suhu, akral, dan warna kulit) Dwi.K
12.00 II
R/ anak kooperatif, suhu = 37,9 °C, akral = panas, warna kulit = merah
Memberikan injeksi antrain 200 mg diencerkan dengan pz 5 cc Dwi.K
12.05 II
R/ anak kooperatif, obat sudah diberikan
Mengobservasi kembali suhu Dwi.K
12.30 II
R/ suhu = 36 °C
Mengobservasi tingkat kecemasan anak Dwi.K
12.35 III R/ Ibu kooperatif, anak selalu rewel bila melihat perawat sedang melakukan tindakan dan meberikan obat, anak selalu
meminta gendong orang tua, anak selalu tidak tenang
Menciptakan suasana yang nyaman Dwi.K
12.40 III R/ ibu dan anak kooperatif, suasana ruangan terutama tempat tidur diletakkan boneka mobil-mobilan dan mainan
diatas kasur. Ibu membawa barang-barang seperti bantal dan guling kesukaan anak.
Memberi dorongan kepada ibu untuk tetap memberi dukungan pada anak Dwi.K
12.45 III
R/ ibu kooperatif, ibu selalu berada di dekat anak selama perawatan
Memberikan mainan sesuai kesukaan anak dirumah Dwi.K
12.50 III R/ ibu kooperatif, ibu membawakan mainan mobil-mobilan dan memberikan anak video kesukaannya untuk ditonton
selama di rumah sakit
25/09/2018 09.00 I Membina hubungan saling percaya Dwi.K

27
TANGGAL JAM NO. DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN RESPON HASIL PARAF
R/ Ibu kooperatif

09.00 Mengatur posisi anak semifowler Dwi.K


I
R/ anak kooperatif
09.10 Mengobservasi karakteristik pernafasan (frekuensi, otot bantu nafas, suara nafas) Dwi.K
I R/ anak kooperatif, frekuensi = 22 x / menit, otot bantu nafas = tidak ada, suara nafas = wheezing di kedua lapang
dada
09.15 Mengobservasi TTV (RR, HR) Dwi.K
I
R/ anak kooperatif, RR = 22 x / menit, HR = 108 x / menit
09.20 I Memberikan obat viks oles pada dada anak Dwi.K
R/ anak kooperatif

09.30 Memberikan obat dexa dengan dosis 4.3 mg dioplos dengan NaCl 3 cc Dwi.K
I
R/ anak kooperatif, obat sudah diberikan
09.45 Menganjurkan anak untuk menggunakan pakaian tipis Dwi.K
II
R/ ibu pasien kooperatif
25/09/2018 Menganjurkan anak untuk minum sedikit tapi sering Dwi.K
09.50 II
R/ ibu pasien kooperatif, anak minum susu ± 6 – 7 botol / hari
Mengobservasi TTV (suhu, akral, dan warna kulit) Dwi.K
10.00 II
R/ anak kooperatif, suhu = 36 °C, akral = hangat, warna kulit = tidak kemerahan, tidak menggigil
10.10 III Mengobservasi tingkat kecemasan anak Dwi.K
R/ Ibu kooperatif, anak tidak rewel bila melihat perawat sedang melakukan tindakan dan meberikan obat. Anak sudah

28
TANGGAL JAM NO. DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN RESPON HASIL PARAF
terlihat dapat bermain sama perawat, anak nampak tenang tidak digendong orang tua
Menciptakan suasana yang nyaman Dwi.K
10.20 III R/ ibu dan anak kooperatif, suasana ruangan terutama tempat tidur diletakkan boneka mobil-mobilan dan mainan
diatas kasur. Ibu membawa barang-barang seperti bantal dan guling kesukaan anak.
Memberi dorongan kepada ibu untuk tetap memberi dukungan pada anak Dwi.K
10.25 III
R/ ibu kooperatif, ibu selalu berada di dekat anak selama perawatan
Memberikan mainan sesuai kesukaan anak dirumah Dwi.K
10.30 III R/ ibu kooperatif, ibu membawakan mainan mobil-mobilan dan memberikan anak video kesukaannya untuk ditonton
selama di rumah sakit
Membina hubungan saling percaya Dwi.K
16.00 I
R/ Ibu kooperatif
Mengobservasi karakteristik pernafasan (frekuensi, otot bantu nafas, suara nafas) Dwi.K
16.00 I R/ anak kooperatif, frekuensi = 22 x / menit, otot bantu nafas = tidak ada, suara nafas = wheezing tidak terdengar,
26/09/2018 pernafasan dada dan simetris
Mengobservasi TTV (RR, HR) Dwi.K
18.00 I
R/ anak kooperatif, RR = 22 x / menit, HR = 106 x / menit
Memberikan injeksi dexa dengan dosis 4.3 mg dioplos dengan NaCl 3 cc Dwi.K
18.10 I
R/ anak kooperatif, obat sudah diberikan

29
EVALUASI KEPERAWATAN

TANGGAL JAM NO. DX EVALUASI PARAF

24/09 /2018 13.30 I S : Ibu pasien mengatakan anak masih sesak Dwi.K

O:

- Anak menangis

- RR = 22 x / menit

- HR = 112 x / menit

- Suara nafas tambahan = wheezing kedua lapang dada

- Tidak ada otot bantu nafas

- Pernafasan dada dan perkembangan dada simetris

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan 2, 4, 5, 6

30
TANGGAL JAM NO. DX EVALUASI PARAF

S : Ibu pasien mengatakan panas masih naik turun Dwi.K

O:

- Anak menangis

- Suhu awal = 37,9 °C turun menjadi = 36 °C


14.00 II
- Akral = panas

- Warna kulit = merah

A : Masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan 2, 4, 6

14.00 III S : Ibu pasien mengatakan anak selalu rewel bila melihat perawat Dwi.K

O:

- Anak terlihat digendong orang tua

- Anak terlihat tidak tenang

31
TANGGAL JAM NO. DX EVALUASI PARAF

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

25/09 /2018 S : Ibu pasien mengatakan sesak nafas anak sudah berkurang Dwi.K

O:

- RR = 22 x / menit

- HR = 108 x/mnt
13.30 I
- Suara nafas = wheezing kedua lapang dada

- Tidak ada otot bantu nafas

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan 4, 5, 6

14.00 II S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak panas Dwi.K

O:

- Suhu = 36 °C

- Akral = hangat

32
TANGGAL JAM NO. DX EVALUASI PARAF

- Warna kulit = tidak kemerahan

- Pasien tidak menggigil

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

S : Ibu pasien mengatakan anak tidak rewel bila melihat perawat Dwi.K

O:

- Anak terlihat dapat bermain sama perawat


25/09/2018 14.00 III
- anak nampak tenang tidak digendong orang tua

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

26/09/2018 20.30 I S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak sesak Dwi.K

O:

- Tidak ada wheezing

- Pernafasan dada dan simetris

33
TANGGAL JAM NO. DX EVALUASI PARAF

- Otot bantu nafas tidak ada

- RR = 22 x / menit, HR = 106 x / menit

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan, obat minum ambroxol/salbutamol 3 x 1

34
BAB 4
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini kelompok akan menguraikan tentang kesenjangan


yang terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada
An A dengan diagnosa medis asma bronkial di ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.

Data yang didapat adalah pasien bernama An. A berusia 3,5 tahun berjenis
kelamin laki-laki. Ayah dari pasien memiliki riwayat alergi debu. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa genetik merupakan faktor predisposisi dari
terjadinya asma bronkial.

Keluhan utama pada kasus asma bronkial yaitu suhu tinggi naik turun. Pada
keluhan utama di tinjauan teori adalah sesak nafas. Terdapat kesenjangan yang terjadi
pada keluhan utama di tinjauan kasus dan teori, ditemukan sesak pada tinjauan teori
kemungkinan bisa disebababkan karena riwayat alergi yang dialami anak.

Pengkajian kasus pada An. A didapatkan Ibu pasien mengatakan anak sering
sesak nafas, RR : 22 x/mnt, HR : 112 x/mnt, batuk berdahak, sputum tidak keluar,
suara nafas tambahan wheezing. Pada pengkajian teori didapatkan juga pada
pengkajian teori yang menyatakan bahwa RR meningkat, HR meningkat dan adanya
suara nafas tambahan.

Masalah keperawatan pada kasus An. A di temukan 5 masalah keperawatan


selama pengkajian, antara lain bersihan jalan nafas, hipertermia, cemas dan resiko
infeksi dan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah keperawatan pada
teori yang muncul ada 4 masalah keperawatan antara lain bersihan jalan nafas,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, cemas dan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Terdapat kesenjangan antara kasus dan teori dimana pada kasus nyata hanya
ditemukan 5 masalah keperawatan, pada kasus nyata tidak diambil perfusi jaringan
perifer dikarenakan pada kasus nyata tidak ditemukan masalah tersebut. Untuk
masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di ambil pada kasus nyata tetapi hanya
resiko dikarenakan pada kondisi An. A tidak mengalami penurunan BB hanya saja
nafsu makan saja yang berkurang.

Intervensi pada kasus An. A untuk masalah keperawatan bersihan jalan nafas,
hipertermia dan cemas dilakukan semua dan yang dilakukan sesuai dengan kondisi
pasien dan ruangan. Pada intervensi teori untuk masalah bersihan jalan nafas tidak
dapat dilakukan pada kasus An. A dikarenakan kondisi An. A. Pada masalah

35
keperawatan hipertemi belum ada di intervensi teori sehingga intervensinya
menyesuaikan dilakukan sesuai dengan teori yang ada.

BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada anak An. A dengan diagnosa medis asma bronkial di
Ruangan D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. An. A memiliki 5 masalah
keperawatan yaitu Bersihan jalan nafas, Hipertermia, Cemas, Resiko infeksi, Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Dari setiap masing-masing masalah
keperawatan sudah diberikan intervensi dan diimplementasikan secara realistis. Dari
hal tersebut didapat beberapa kesenjangan mulai dari pengkajian data hingga
intervensi antara teori dengan kasus nyata. Saat pengkajian data kasus didapatkan
suhu tinggi tetapi diteori tidak ada masalah dengan hipertermi.
Pada konsep teori muncul 4 masalah keperawatan, sedangkan pada kasus nyata
hanya didapatkan 5 masalah keperawatan. Itupun dari 2 masalah keperawatan kasus

36
nyata tidak semua nya ada di teori, seperti hipertermia. Untuk pemberian
intervensinya terdapat kesenjangan karena apa yang sudah direncanakan tidak sesuai
dengan teori dan dapat diterapkan secara langsung pada kasus nyata. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kasus nyata semua dapat terjadi, tidak pasti
sama dengan teori yang.

5.2. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan ibu nifas pada An. A, maka
penulits dapat memberikan saran bagi
1. Penulis
Hasil makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai penambah wawasan
dan menjadi acuan penulis khususna dalam penatalaksanaan pada anak
dengan diagnose medis asma bronkial.
2. Keluarga/klien
Senantia selalu meningkatkan kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada seta melaksanakan dan membantu asuhan keperawatan
yang telah diberikan semaksimal mungkin

WOC
Asma Bronkial

Faktor ekstrinsik Faktor instrinsik


(bulu, binatang, debu) (Virus Influenza,
Ditangkap oleh sel mast Pneumonia)
Masuk ke saluran nafas
Peningkatan Ig E atas
Berkoloni dan
bereplikasi pada mukosa
Reaksi antigen-antibody
Terjadi infeksi saluran
Produksi substansi
nafas atas
vasoaktif

Asma Bronkial

B1
B2
Kontraksi otot Permeabilitas
polos meningkat kapiler meningkat Kompensasi
Sekresi mukosa tubuh menurun
meningkat
bronkospasme Oedema mukosa Suplai O2 ke
Produksi mukosa seluruh tubuh
meningkat menurun
Saluran nafas Difusi gas ke Takikardi
menyempit alveoli terganggu Penyempitan
37 saluran nafas

Ventilasi Pertukaran O2 dan


terganggu CO2 terganggu
CRT ≥ 3 detik

Batuk

dispnea Hipoksemia Wheezing Perfusi jaringan


tidak efektif
Pola Nafas Tidak Gangguan Bersihan jalan
B3
Efektif Pertukaran
B5 Gas B6 tidak
nafas psikosial
efektif
Suplai O2 ke
Tidak ada Sekresi mukosa Dampak
jaringan menurun
masalah meningkat hospitalisasi
keperawatan
Anak rewel dan
Produksi sputum Hipoksia menangis terus
meningkat menerus

B4 kelelahan
Akumulasi Ansietas
sekret
Tidak ada
Intoleransi
masalah
Bau mulut tak aktivitas
keperawatan
sedap

Nafsu makan
menurun

Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

38

You might also like