Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada An. A dengan
Diagnosa Medis Asma Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya?
1
3. Merencanakan asuhan keperawatan pada dengan Diagnosa Medis Asma
Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Diagnosa Medis Asma
Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
5. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis
Asma Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien dengan Diagnosa Medis
Asma Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat memberi manfaat :
1. Akademis hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diagnosa Medis Asma Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.
2. Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah sakit
agar dapat melakukan asuhan pasien dengan dengan Diagnosa Medis Asma
Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
3. Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diagnosa Medis Asma Bronkial di Ruang D2 Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
2
jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah ubah, baik secara spontan
maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).
Asma bronkial adalah wheezing berulang dan atau batuk persisten dalam
keadaan dimana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lainyang lebih
jarang telah disingkirkan (Mansjoer, 2008).
Asma bronkial adalah kelainan inflamasi kronis saluran nafas dimana
berbagai sel memainkan perannya, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Pada individu yang rentan, inflamasi ini menyebabkan episode berulang bising
mengi, sesak nafas, dada terasa tegang serta batuk khususnya di waktu malam atau
dini hari (GINA, 2016).
2.2 Etiologi
Menurut Almazini (2012) faktor pencetus yang sering menimbulkan asma
bronkial antara lain :
1. Faktor ekstrinsik (alergik)
Reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal
seperti debu, serbuk-serbuk, bulu- bulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik)
Tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold, infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
3
c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
3. Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan Asma yang sudah ada.
Disamping gejala Asma yang timbul harus segera diobati penderita
Asma yang mengalami stres atau gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum
diatasi maka gejala belum bisa diobati.
4. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
Asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industry tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5. Olah raga atau aktifitas jasmani
Sebagian besar penderita Asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan Asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
2.3 WOC
(terlampir)
4
Untuk mengetahui netrofil dan eosonofil yang terdapat pada sputum,
umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi.
b. Pemeriksaan darah
Pada hyponatremia dan leukosit diatas 15.000/mm3 dimana sebagai
tanda adanya infeksi.
2. Pemeriksaan radiologi
a. Gambaran radiologi pada pasien asma umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru
b. Bila asma disertai bronchitis, maka bercak-bercak dihilus akan
bertambah
c. Bila asma disertai pneumoni dapat dilihat dari bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru
3. Pemeriksaan test kulit
Untuk mengetahui faktor alergi yang dapat reaksi positif pada asma
2.7 Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah :
1. Pneumothoraks
5
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura
yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini
dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan
kegagalan napas.
2. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur
dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini
juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada
otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya
infeksi Aspergillus.
4. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan
pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
5. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian
dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis)
mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi
lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang
dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit
bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya
lendir.
6. Fraktur iga
6
kebebasan dan pembatasan ruang gerak anak. Karena dengan cara itulah anak akan
bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri.
7
4. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
- Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
- Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru, yaitu:
1. Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clock wise rotation.
2. Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (RightBundle branch Block).
3. Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia,
SVES, dan VESatau terjadinya depresi segmen ST negative.
- Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel.
Pemeriksaanspirometri tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis
tetapi juga pentinguntuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
Wheezing
8
Do : menurun
- CRT ≥ 3 detik
- Turgor kulit menurun
- HR meningkat Suplai O2 ke seluruh
- Spo2 : < 95% tubuh menurun
- Akral dingin
Takikardi
CRT ≥ 3 detik
Perfusi jaringan
tidak efektif
Nafsu makan
menurun
Ansietas
9
nafas : wheezing, Pasien terlihat sesak nafas, Takikardi, Terdapat
akumulasi sputum.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen ke jaringan ditandai dengan Ibu pasien mengatakan kuku
berwarna biru, CRT ≥ 3 detik, Turgor kulit menurun, HR meningkat, Spo 2
: < 95%, Akral dingin.
3. Ansietas pada anak berhubungan dengan efek hospitalisasi ditandai
dengan Ibu pasien mengatakan anaknya selalu menangis, Anak terlihat
gelisah, Anak takut, Anak mudah tersinggung.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
psikologis keengganan untuk makan.
10
dokter terhadap dapat
pemberian obat memperlebar
bronkodilator bronkus sehingga
dapat
mengeluarkan
secret
Observasi Mengetahui
karakteristik keadaan umum
pernafasan pasien dan
(frekuensi, otot bantu menentukan
nafas, suara nafas) tindakan
pengobatan yang
sesuai
Observasi TTV (RR, Mengetahui
NR) keadaan umum
pasien
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Jelaskan maksud dan Penjelasan yang
perfusi jaringan tindakan keperawatan tujuan tindakan adekuat dapat
perifer berhubungan selama 3x24 jam membuat pasien
dengan penurunan diharapkan perfusi kooperatif
Atur posisi pasien Meningkatkan
suplai oksigen ke jaringan perifer
senyaman mungkin ekspansi paru
jaringan ditandai menjadi efektif
(semifowler/fowler) sehingga
dengan Ibu pasien dengan kriteria hasil :
1. Pasien kooperatif kebutuhan
mengatakan kuku
2. CRT ≤ 3 detik
oksigen ke
berwarna biru, CRT 3. HR : 65 – 110 x/
jaringan terpenuhi
≥ 3 detik, Turgor menit
4. Turgor kulit baik Observasi TTV Mengetahui
kulit menurun, HR
5. Tidak sianosis pasien (CRT, Turgor, keadaan umum
meningkat, Spo2 : < 6. Spo2 : 95-100 %
HR, Spo2, Sianosis) pasien
95%, Akral dingin.
11
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
1. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
No registrasi : 4757xx
Nama : An. A
Umur : 3,5 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal/ Jam MRS : 23/09/2018 pk. 12:42 WIB
Diagnosis Masuk : Prolog fever dan Suspek Bronkopneumonia
Keluarga yang dapat : Ibu (08581276xxxx)
dihubungi
B. Identitas Keluarga
Nama Ayah : Tn. P
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ayah/Ibu : PNS/IRT
Pendidikan Ayah/Ibu : SMA/SMA
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Sidoarjo
12
Surabaya. Pada tanggal 24/09/2018 ibu pasien mengatakan panas anak naik
turun.
Masalah keperawatan : Hipertermia
6. GENOGRAM
13
3,5
Keterangan :
: Laki- laki
: Perempuan
: Meninggal
3,5
: Pasien
: Tinggal 1 rumah
7. SAAT MASUK RS
Dengan menggunakan kursi roda
8. : Menikah
ALAT MEDIK YANG DIPAKAI SAAT PENGKAJIAN
- Menggunakan infus pada metacarpa dextra dengan cairan D5 ½ NS 1000
cc/24 jam
- Tidak menggunakan alat bantu nafas, folleycathether, Tidak menggunakan
nasogastric tube
Masalah kepreawatan : Resiko infeksi
14
Masalah keperawatan : Hipertermia
15
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
16
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
24. ELIMINASI
a. Pengkajian saat dirumah
- Buang air kecil :
- Lancar dan dibantu
- Frekuensi : 3-7 x/hari
- Warna : Kuning
- Bau : Khas
- Buang air besar :
- Tidak konstipasi dan diare
- Dibantu
- Frekuensi : 1x/hari
- Warna : Coklat
- Konsistensi : lembek
17
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Pengkajian saat dirumah sakit
- Buang air kecil :
- Lancar dan dibantu
- Frekuensi : 3-7 x/7 jam
- Warna : Kuning
- Bau : Khas
- Buang air besar :
- Tidak konstipasi dan diare
- Dibantu
- Frekuensi : 1x/hari
- Warna : Coklat
- Konsistensi : lembek
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
DATA PSIKOSOSIAL
18
- Komunikasi : Verbal
- Kemampuan Bicara : Lancar
- Bahasa yang dipakai : Indonesia
- Pasien dekat dengan : Ibu, Ayah, Saudara Kandung
- Orang yang paling dekat : Ibu
- Orang yang membantu dirumah : Ibu
- Apakah pasien mengerti tentang penyakitnya : Tidak
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
DATA PENUNJANG
- Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Result Range
23/09/2018 WBC 4,04 4,00-12,00
11.25 WIB EOS 0,00 0,02-0,80
Mon % 15,7% 3,0-12,0
EOS % 0,1 % 0,5-5,0
HCT 34,5 35-49
MCV 78 80-100
P-LCC 25 30-90
P-LCR 10,6% 11,0-45,0
PCT 239 100-300
- Foto thorax
Tanggal Hasil
24/09/2018 Cor : Besar dan bentuk normal
10.20 WIB Pulmo : Tampak bronchovaskuler meningkat dan pada
paracardial kanan tampak infiltrate
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam
Hemidiapharga kiri normal
Tulang normal
Kesan :
Bronchitis dengan keradangan (intertial pneumonia)
19
TERAPI MEDIK
Tanggal Nama obat dan dosis Kandungan Indikasi Kontraindikasi Efek samping
24/09/2018 Cinam Ampicilin 1 gr Infeksi kulit Diabetes Ruam Kulit
Dosis anak : Sulbactam 0,5 gr Infeksi saluran pernafasan atas Alergi Mengi
150 mg/KgBB/Hari dalam 6-8 jam Infeksi saluran pernafasan bawah Hipersensitivitas Diare
(bronchitis, PPOK)
Tropidril Dipenhidramin Penyakit saluran nafas Infeksi Jamur asistemik Odema
Dosis anak : Autoimun Imunisasi Glukoma
0,4 -1.6 mg/KgBB/Hari Alergi Laktasi Osteoporosis
Dexamethasone Dexamethasone Penyakit asma bronkial TBC Kelemahan pada otot
Dosis anak : Rematik sendi Osteoporosis Menstruasi tidak lancar
0,08 0,3 mg/KgBB/Hari Inflamasi pada mata dan kulit
27/09/2018 Ambroxol Ambroxol HCL Batuk berdahak Hipersensitifitas Mual
Dosis : 15 mg Emfisema bronchitis Ulkus lambung Dyspepsia
Radang paru kronis Penyakit maag Nyeri ulu hati
Salbutamol Salbutamol Sulfat Asma Bronkial Hipersensitifitas Pusing
Dosis : 1-2 mg Bronkitis Muak
Emfisema paru Muntah
20
ANALISA DATA
Otak
Prostaglandin Otak
Mengigil
Hipertermia
21
Ibu pasien mengatakan rewel Psikosial
setiap ada perawat yang datang
Dampak
Do : hospitalisasi
- Anak selalu minta digendong
Anak rewel dan
ketika dilakukan menangis terus
menerus
pemeriksaan TTV,
memberikan obat, atau Ansietas
pemeriksaan lainnya
- Anak selalu minta keluar
dari ruangan saat diperiksa
untuk jalan-jalan
4 Ds : - Asma Bronkial Resiko Infeksi
Do :
Tindakan Invasif
- Terpasang infus pada
metacarpal dextra Port de entry
- Terpasang cairan D5 ½ Ns
1000/24 jam Resiko Infeksi
- Tidak nampak kemerahan
sekitar infus
- Tidak nampak bengkak
- Terpasang spalk pada daerah
infus
5 Ds : - Asma Bronkial Resiko nutrisi
Do : kurang dari
Sekresi mukosa
- Nafsu makan anak berkurang meningkat kebutuhan tubuh
- BB : 14,5 kg
- TB : 120 cm Produksi sputum
- IMT : 15 meningkat
- Makan 3 x ¼ porsi
Akumulasi secret
Nafsu makan
menurun
Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
22
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mucus ditandai dengan Ibu pasien mengatakan anak sering sesak nafas, RR : 22
x
/mnt, HR : 112 x/mnt, Batuk berdahak, Sputum tidak keluar, Suara nafas
tambahan : Wheezing di kedua lapang dada.
2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit ditandai dengan Ibu mengatakan
pasien panas naik turun, Suhu : 37,9 oC, Akral : hangat, Tidak menggigil, Kulit
tidak kemerahan.
3. Ansietas pada anak berhubungan dengan efek hospitalisasi ditandai dengan Ibu
pasien mengatakan rewel setiap ada perawat yang datang, Anak nampak menangis
ketika dilakukan pemeriksaan TTV, memberikan obat, atau pemeriksaan lainnya,
Anak selalu minta keluar dari ruangan saat diperiksa.
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan diet
kurang.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Jelaskan maksud dan Penjelasan yang
tidak efektif tindakan keperawatan tujuan tindakan adekuat dapat
berhubungan dengan selama 1x24 jam membuat pasien
peningkatan diharapkan bersihan kooperatif
Atur posisi pasien Meningkatkan
produksi mucus jalan nafas tidak
semifowler ekspansi paru
ditandai dengan Ibu efektif dapat teratasi
Anjurkan ibu untuk Dengan dijauhkan
pasien mengatakan dengan kriteria hasil :
1. Pasien kooperatif menjaga anak dari anak dari faktor
anak sering sesak
2. Spo2 : 95-100 % faktor pencetus pencetus alergen
nafas, RR : 22 x/mnt, 3. RR : 20 25 x/
allergen dapat
HR : 112 x/mnt, menit
4. HR : 65 110 x/ meningkatkan
Batuk berdahak,
menit kondisi anak
Sputum tidak keluar, Beri nebulizer sesuai Dapat membuat
5. Tidak wheezing
Suara nafas 6. Tidak ada otot indikasi jalan nafas
tambahan : bantu nafas semakin melebar
7. Tidak sesak
Wheezing di kedua sehingga sputum
8. Tidak ada sputum
lapang dada. 9. Tidak batuk dapat keluar
Lakukan fisioterapi Membantu
dada mengeluarkan
sputum
Kolaborasi dengan Bronkodilator
dokter terhadap dapat
23
pemberian obat memperlebar
bronkodilator bronkus sehingga
dapat
mengeluarkan
secret
Observasi Mengetahui
karakteristik keadaan umum
pernafasan pasien dan
(frekuensi, otot menentukan
bantu nafas, suara tindakan
nafas) pengobatan yang
sesuai
Observasi TTV (RR, Mengetahui
NR) keadaan umum
pasien
2. Hipertermia Setelah dilakukan Jelaskan maksud dan Penjelasan yang
berhubungan dengan tindakan keperawatan tujuan tindakan adekuat dapat
penyakit ditandai selama 3 x 24 jam membuat pasien
dengan Ibu diharapkan hipertermi kooperatif
Anjurkan pasien Mencegah
mengatakan pasien dapat teratasi dengan
minum sedikit tapi dehidrasi
panas naik turun, kriteria hasil:
sering
Suhu : 37,9 oC, Akral 1. Pasien kooperatif
2. S : 36,5 °C 37,5 Berikan kompres Axilla dan lipatan
: hangat, Tidak
°C pada lipatan paha paha terdapat
menggigil, Kulit
3. Akral hangat dan axilla banyak pembuluh
tidak kemerahan. 4. Tidak menggigil
5. Tidak kemerahan darah sehingga
dapat
menurunkan
panas dengan
cepat
24
warna kulit) pasien
3 Ansietas pada anak Setelah dilakukan Ciptakan suasana Dengan suasana
berhubungan dengan tindakan keperawatan yang nyaman yang nyaman
efek hospitalisasi selama 1x24 jam anak dapat
ditandai dengan Ibu diharapkan ansietas beradaptasi
pasien mengatakan pada anak dapat dengan
rewel setiap ada teratasi dengan lingkungan yang
perawat yang datang, kriteria hasil baru
1. Pasien kooperatif Beri dorongan Dengan diberikan
Anak nampak
2. Anak tidak
kepada ibu untuk dukungan kepada
menangis ketika
menangis
tetap memberi ibu, anak dapat
dilakukan 3. Anak tenang
dukungan pada anak tenang
pemeriksaan TTV,
Berikan mainan Dengan diberikan
memberikan obat,
sesuai kesukaan mainan anak tetap
atau pemeriksaan
anak dirumah dapat bermain di
lainnya, Anak selalu
lingkungan baru
minta keluar dari Observasi tingkat Untuk
ruangan saat kecemasan klien mengetahui
diperiksa. keadaan umum
25
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
24/09/2018 11.40 II Menjelaskan, maksud, dan tujuan tindakan yang dilakukan adalah menggunakan pakian yang tipis pada anak. Dwi.K
Tujuannya yaitu untuk membantu mempermudah penguapan panas (evaporasi)
R/ keluarga pasien kooperatif
26
TANGGAL JAM NO. DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN RESPON HASIL PARAF
Menganjurkan ibu untuk menggunakan anak pakaian tipis bila panas tinggi Dwi.K
11.45 II
R/ ibu pasien kooperatif
Menganjurkan ibu untuk memberikan susu/air sedikit demi sedikit Dwi.K
11.50 II
R/ ibu pasien kooperatif
Mengobservasi TTV (suhu, akral, dan warna kulit) Dwi.K
12.00 II
R/ anak kooperatif, suhu = 37,9 °C, akral = panas, warna kulit = merah
Memberikan injeksi antrain 200 mg diencerkan dengan pz 5 cc Dwi.K
12.05 II
R/ anak kooperatif, obat sudah diberikan
Mengobservasi kembali suhu Dwi.K
12.30 II
R/ suhu = 36 °C
Mengobservasi tingkat kecemasan anak Dwi.K
12.35 III R/ Ibu kooperatif, anak selalu rewel bila melihat perawat sedang melakukan tindakan dan meberikan obat, anak selalu
meminta gendong orang tua, anak selalu tidak tenang
Menciptakan suasana yang nyaman Dwi.K
12.40 III R/ ibu dan anak kooperatif, suasana ruangan terutama tempat tidur diletakkan boneka mobil-mobilan dan mainan
diatas kasur. Ibu membawa barang-barang seperti bantal dan guling kesukaan anak.
Memberi dorongan kepada ibu untuk tetap memberi dukungan pada anak Dwi.K
12.45 III
R/ ibu kooperatif, ibu selalu berada di dekat anak selama perawatan
Memberikan mainan sesuai kesukaan anak dirumah Dwi.K
12.50 III R/ ibu kooperatif, ibu membawakan mainan mobil-mobilan dan memberikan anak video kesukaannya untuk ditonton
selama di rumah sakit
25/09/2018 09.00 I Membina hubungan saling percaya Dwi.K
27
TANGGAL JAM NO. DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN RESPON HASIL PARAF
R/ Ibu kooperatif
09.30 Memberikan obat dexa dengan dosis 4.3 mg dioplos dengan NaCl 3 cc Dwi.K
I
R/ anak kooperatif, obat sudah diberikan
09.45 Menganjurkan anak untuk menggunakan pakaian tipis Dwi.K
II
R/ ibu pasien kooperatif
25/09/2018 Menganjurkan anak untuk minum sedikit tapi sering Dwi.K
09.50 II
R/ ibu pasien kooperatif, anak minum susu ± 6 7 botol / hari
Mengobservasi TTV (suhu, akral, dan warna kulit) Dwi.K
10.00 II
R/ anak kooperatif, suhu = 36 °C, akral = hangat, warna kulit = tidak kemerahan, tidak menggigil
10.10 III Mengobservasi tingkat kecemasan anak Dwi.K
R/ Ibu kooperatif, anak tidak rewel bila melihat perawat sedang melakukan tindakan dan meberikan obat. Anak sudah
28
TANGGAL JAM NO. DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN RESPON HASIL PARAF
terlihat dapat bermain sama perawat, anak nampak tenang tidak digendong orang tua
Menciptakan suasana yang nyaman Dwi.K
10.20 III R/ ibu dan anak kooperatif, suasana ruangan terutama tempat tidur diletakkan boneka mobil-mobilan dan mainan
diatas kasur. Ibu membawa barang-barang seperti bantal dan guling kesukaan anak.
Memberi dorongan kepada ibu untuk tetap memberi dukungan pada anak Dwi.K
10.25 III
R/ ibu kooperatif, ibu selalu berada di dekat anak selama perawatan
Memberikan mainan sesuai kesukaan anak dirumah Dwi.K
10.30 III R/ ibu kooperatif, ibu membawakan mainan mobil-mobilan dan memberikan anak video kesukaannya untuk ditonton
selama di rumah sakit
Membina hubungan saling percaya Dwi.K
16.00 I
R/ Ibu kooperatif
Mengobservasi karakteristik pernafasan (frekuensi, otot bantu nafas, suara nafas) Dwi.K
16.00 I R/ anak kooperatif, frekuensi = 22 x / menit, otot bantu nafas = tidak ada, suara nafas = wheezing tidak terdengar,
26/09/2018 pernafasan dada dan simetris
Mengobservasi TTV (RR, HR) Dwi.K
18.00 I
R/ anak kooperatif, RR = 22 x / menit, HR = 106 x / menit
Memberikan injeksi dexa dengan dosis 4.3 mg dioplos dengan NaCl 3 cc Dwi.K
18.10 I
R/ anak kooperatif, obat sudah diberikan
29
EVALUASI KEPERAWATAN
24/09 /2018 13.30 I S : Ibu pasien mengatakan anak masih sesak Dwi.K
O:
- Anak menangis
- RR = 22 x / menit
- HR = 112 x / menit
P : Intervensi dilanjutkan 2, 4, 5, 6
30
TANGGAL JAM NO. DX EVALUASI PARAF
O:
- Anak menangis
P : intervensi dilanjutkan 2, 4, 6
14.00 III S : Ibu pasien mengatakan anak selalu rewel bila melihat perawat Dwi.K
O:
31
TANGGAL JAM NO. DX EVALUASI PARAF
P : Intervensi dilanjutkan
25/09 /2018 S : Ibu pasien mengatakan sesak nafas anak sudah berkurang Dwi.K
O:
- RR = 22 x / menit
- HR = 108 x/mnt
13.30 I
- Suara nafas = wheezing kedua lapang dada
P : Intervensi dilanjutkan 4, 5, 6
O:
- Suhu = 36 °C
- Akral = hangat
32
TANGGAL JAM NO. DX EVALUASI PARAF
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S : Ibu pasien mengatakan anak tidak rewel bila melihat perawat Dwi.K
O:
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
26/09/2018 20.30 I S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak sesak Dwi.K
O:
33
TANGGAL JAM NO. DX EVALUASI PARAF
A : Masalah teratasi
34
BAB 4
PEMBAHASAN
Data yang didapat adalah pasien bernama An. A berusia 3,5 tahun berjenis
kelamin laki-laki. Ayah dari pasien memiliki riwayat alergi debu. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa genetik merupakan faktor predisposisi dari
terjadinya asma bronkial.
Keluhan utama pada kasus asma bronkial yaitu suhu tinggi naik turun. Pada
keluhan utama di tinjauan teori adalah sesak nafas. Terdapat kesenjangan yang terjadi
pada keluhan utama di tinjauan kasus dan teori, ditemukan sesak pada tinjauan teori
kemungkinan bisa disebababkan karena riwayat alergi yang dialami anak.
Pengkajian kasus pada An. A didapatkan Ibu pasien mengatakan anak sering
sesak nafas, RR : 22 x/mnt, HR : 112 x/mnt, batuk berdahak, sputum tidak keluar,
suara nafas tambahan wheezing. Pada pengkajian teori didapatkan juga pada
pengkajian teori yang menyatakan bahwa RR meningkat, HR meningkat dan adanya
suara nafas tambahan.
Intervensi pada kasus An. A untuk masalah keperawatan bersihan jalan nafas,
hipertermia dan cemas dilakukan semua dan yang dilakukan sesuai dengan kondisi
pasien dan ruangan. Pada intervensi teori untuk masalah bersihan jalan nafas tidak
dapat dilakukan pada kasus An. A dikarenakan kondisi An. A. Pada masalah
35
keperawatan hipertemi belum ada di intervensi teori sehingga intervensinya
menyesuaikan dilakukan sesuai dengan teori yang ada.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada anak An. A dengan diagnosa medis asma bronkial di
Ruangan D2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. An. A memiliki 5 masalah
keperawatan yaitu Bersihan jalan nafas, Hipertermia, Cemas, Resiko infeksi, Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Dari setiap masing-masing masalah
keperawatan sudah diberikan intervensi dan diimplementasikan secara realistis. Dari
hal tersebut didapat beberapa kesenjangan mulai dari pengkajian data hingga
intervensi antara teori dengan kasus nyata. Saat pengkajian data kasus didapatkan
suhu tinggi tetapi diteori tidak ada masalah dengan hipertermi.
Pada konsep teori muncul 4 masalah keperawatan, sedangkan pada kasus nyata
hanya didapatkan 5 masalah keperawatan. Itupun dari 2 masalah keperawatan kasus
36
nyata tidak semua nya ada di teori, seperti hipertermia. Untuk pemberian
intervensinya terdapat kesenjangan karena apa yang sudah direncanakan tidak sesuai
dengan teori dan dapat diterapkan secara langsung pada kasus nyata. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kasus nyata semua dapat terjadi, tidak pasti
sama dengan teori yang.
5.2. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan ibu nifas pada An. A, maka
penulits dapat memberikan saran bagi
1. Penulis
Hasil makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai penambah wawasan
dan menjadi acuan penulis khususna dalam penatalaksanaan pada anak
dengan diagnose medis asma bronkial.
2. Keluarga/klien
Senantia selalu meningkatkan kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada seta melaksanakan dan membantu asuhan keperawatan
yang telah diberikan semaksimal mungkin
WOC
Asma Bronkial
Asma Bronkial
B1
B2
Kontraksi otot Permeabilitas
polos meningkat kapiler meningkat Kompensasi
Sekresi mukosa tubuh menurun
meningkat
bronkospasme Oedema mukosa Suplai O2 ke
Produksi mukosa seluruh tubuh
meningkat menurun
Saluran nafas Difusi gas ke Takikardi
menyempit alveoli terganggu Penyempitan
37 saluran nafas
Batuk
B4 kelelahan
Akumulasi Ansietas
sekret
Tidak ada
Intoleransi
masalah
Bau mulut tak aktivitas
keperawatan
sedap
Nafsu makan
menurun
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
38