Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS JEMBER
2012
Description: Unejbaru
MAKALAH
diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Dasar IIIA
oleh
NIM 112310101035
UNIVERSITAS JEMBER
2012
PEMBAHASAN
1.1.1 Definisi
A. Istirahat
Menurut Asmadi (2008), Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun yang
membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat
merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas).
Menurut Wong (2008) tidur merupakan fungsi protektif yang dimiliki semua organisme memungkinkan
terjadinya perbaikan dan pemulihan jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat
bila:
B. Tidur
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama
periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah
pulih, hal ini diyakini bahwa tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh
untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan suatu keadaan tidak
sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup.
Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga
keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur
apabila terdapat tanda tanda sebagai berikut:
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis. Perubahan tersebut, antara
lain:
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas
system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam system saraf peripheral, endokrin,
kardiovaskuler, pernapasan dan muscular (Robinson, 1993). Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respon
fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur
aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan
elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis
tidur.
Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang
mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga.
Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur.
System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercaya terdiri atas sel khusus
yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri
dan taktil. Aktivasi korteks serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat
terbangun merupakan hasil neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin
( Sleep Research Society, 1993 ).
Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam system tidur raphe pada pons
dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar
synchronizing region, BSR ). Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada
dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR
selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur, selama orang
terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal
berakhir 10-30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu
jam atau lebih. Berikut ini adalah gambar siklus tidur:
1. Tahap I NREM
a. Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
c. Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan
metabolisme
2. Tahap II NREM
4. Tahap IV NREM
c. Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada
tahap ini
d. Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat
terjadi pada tahap yang lain.
c. Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan
kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang kebutuhannya
terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang bisa tidur maupun tidak
dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut (Asmadi, 2008):
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur dengan nyenyak. Tetapi pada
orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada
sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirabat
dan tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang
memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan
gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada
kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan
mengurangi tahap IV NREM dan REM.
Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun 2011 tentang “Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap
Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi
dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres
hospitalisasi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila masalah
tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan kesembuhan anak itu sendiri.
Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang
Anak Rumah Sakit Baptis Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia
prasekolah.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat
menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun alkohol
akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur
dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih
pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada pula yang sebaliknya
mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM
1. Insomnia
Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan seseorang yang
terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia. Dengan
demikian, insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas
maupun kuantitas. Kenyataannya, insomnia bukan berarti sama sekali seseorang tidak dapat tidur atau
kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lama dari yang mereka
perkirakan, tetapi kualitasnya kurang.
b.Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering
terjaga dari tidur
c. insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia di antaranya adalah rasa
nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan dan kondisi vang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat
membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang
nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya.
Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:
a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu. Diperkirakan bahwa
triptofan, yang merupakan suatu asam amino dari protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah
tidur
b. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kuntuk dan tidak pada waktu kesadaran
penuh.
d. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur.
e. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha untuk tidur.
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis
dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur,
menabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan
kembali tidur (Japardi 2002). Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan
orang dewasa. Seseorang vang mengalami somnambulisme mempunyai risiko teriadinya cedera. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi somnambulisme yaitu dengan membimbing anak untuk
mengantisipasi risiko teriadinya cedera pada anak, maka anak harus dibimbing untuk kembali ke tempat
tidur. Selain itu membuat lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan menggunakan
obat seperti Diazepam dan Valium.
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaia (mengompol). Tejadi pada anak-anak dan remaja, paling
banyak terjadi pada laki-laki. Penvebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya vang
dapat dilakukan untuk mencegah enuresis antara hindari stres, hindari minum yang banyak sebelum
tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
Menurut Wong (2008), usia anak dalam mencapai kontinensia urine sangat bervariasi. Misalnya anak
kulit putih di amerika serikat cenderung mencapai kontinensia lebih awal dari pada anak-anak afrika
amerika. Selain itu, anak-anak d inggris dan swedia lebih awal dr amerika serikat. Anak-anak digos afrika
mencapai control kandung kemihnya usia 12 bulan.
Berdasarkan penelitian , beberapa fktor yang mempengaruhi enuresis yaitu riwayat enuresis pada
keluarga merupakan faktor genetik terjadinya enuresis, Umur diajarkan toilet training pada anak, Lama
pemberian ASI 57%. Anak yang mendapatkan ASI selama 6 bulan atau lebih tidak mengalami enuresis.
Enuresis sering dihubungkan dengan adanya keterlambatan perkembangan anak. Stabilitas dan kontrol
sphingter urinarius akan tercapai melalui maturasi dan perkembangan saraf. Pada anak yang
mendapatkan ASI dapat meningkatkan perkembangan saraf dan anak akan mempunyai kemampuan
perkembangan yang lebih baik.
4. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak terkendali untuk tidur. Dapat
dikatakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur
pada setiap saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Serangan narkolepsi ini dapat
menimbulkam bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada
alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk
mengendaljkan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur di antaranya jenis
amfetamin.
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnva terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih. Setelah tidur
beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut.
Amandel yang membengkak dan adenoid dapat meniadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur.
Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut
mengendur bergetar jika dilewati udara pernapasan.
1.2.1 Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan
tidur meliputi pengkaiian mengenal:
A. Riwayat tidur
1. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan
keteraturan pota tidur klien;
2. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil, dan lain-
lain;
5. lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah kondisinva bising, gelap, atau
suhunya dingin? dan lain lain;
6. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah peristiwa, yang dialami
klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur?;
7. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi terhadap kemampuan klien
untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya
apakah klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
8. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat gangguan
istirahat tidur, seperti:
a. Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di kclopak mata, konjungtiva
kemerahan, atau mata yang terlihat cekung;
b. Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung,
selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung;
d.
B. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya kehitaman di daerah
sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.
C. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors,
mendengkur, dll
D. Pemeriksaan fisik
2. Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah, semangat
3. Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok mata, bicara lambat, sikap loyo
4. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas, deviasi septum, TD
rendah, RR dangkal dan dalam
1.2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan gangguan pemenuhan istirabat tidur
menurut Asmadi (2008), antara lain:
disebabkan karena ansietas yang klien, lingkungan yang tidak kondusif untuk tidur (misalnya, lingkungan
yang bising), ketidakmampuan mengatasi stres yang dialami, dan nyeri akibat penyakit yang diderita,
Insomnia, hiperinsomnia, kehilangan tidur REM, ketakutan
Gangguan harga diri terutama diatami pada klien yang mengalami enuresis.
d. Risiko cedera
Resiko cedera terutama pada klien yang menderita somnambulisme. Klien melakukan aktivitas tanpa
disadari sehingga berisiko terjadinya kecelakaan, bisa berupa jatuh dari tempat tidur, turun tangga, atau
membentur tembok.
1.2.3 Perencanaan
No
Diagnosa
Intervensi
1.
Gangguan pola tidur b/d perubahan siklus, ketidakmampuan mengatasi stres yang berlebihan
1. Data subjektif
b. klien mengatakan tidurnya sering terbangun dan susah untuk tidur kembali
c. klien mengatakan saat terbangun kepalanya pusing dan sat pertama kali tidur kepala seperti
berputar-putar
f. klien mengatakan butuh waktu 2-4 jam untuk tertidur namun 1-3 kemudian terbangun dn susah
untuk tidur kembali
2. Data objektif
d. Terlihat gelisah
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam, klien dapat mempertahankan pola tidur
dalam batas rentang normal ±6 jam
Kriteria hasil:
c. Diet
1. Aniurkan klien untuk memakan makanan yang mengandung tinggi protein, seperti susu dan keju.
e. Hindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan sebelum tidur. Maksudnya, usahakan
psikologis klien tenang, tidak cemas, ataupun stres sebelum tidur.
1.2.4 Implementasi
Hari/tanggal
Diagnosa
Jam
Tindakan
Gangguan pola tidur b/d perubahan siklus, ketidakmampuan mengatasi stres yng berlebihan
08.00
08.20
08.25
08.30
08.40
08.50
09.00
2. Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya dengan mendengarkan musik, membaca, dan
berdoa. Pada klien anak anak, dilakukan dengan membacakan dongeng, memegang boneka atau benda
yang disukainya.
3. Diet
a. menganjurkan klien untuk makanan yang mengandung tinggi protein, seperti susu dan keju.
5. Menganjurkan klien menghindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan sebelum tidur.
Maksudnya, usahakan psikologis klien tenang, tidak cemas, ataupun stres sebelum tidur.
1.2.5 Evaluasi
Hari/tanggal
Diagnosa
Jam
Evaluasi
Gangguan pola tidur b/d perubahan siklus, ketidakmampuan mengatasi stres yng berlebihan
14.00
S: Pasien mengatakan dapat tidur dalam jangka waktu 20-30 menit, pada waktu tidur tidak sering
terbangun, jika terbangun akan mudah tidur kembali, meningkatnya waktu tidur sesuai yang diharapkan,
mengingat kembali mimpi yang dialaminya, menyatakan perasaannya tenang sesudah tidur, bebas dari
kecemasan dan depresi, dapat bekerja dengan baik dan penuh konsentrasi, Klien dan keluarga mampu
menjelaskan faktor2 yang dapat meningkatkan tidur
P: intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika
Febriana, Desita. 2011. Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah
Di Ruang Anak Rs Baptis Kediri.
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/download/18429/18244. [11 Desember
2012]
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4.
Jakarta: EGC
Soetjiningsih, I Gusti Ayu Trisna Windiani. Prevalensi dan Faktor Risiko Enuresis pada anak Taman Kanak-
Kanak di Kota madya Denpasar. http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/10-3-2.pdf. [12 Desember 2012]
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC