Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi bakteri kokus gram positif?
2. Apa saja jenis bakteri kokus gram positif ?
3. Bagaimana morfologi dan identifikasi bakteri dari jenis kokus gram positif ?
4. Bagaimana patogenesis bakteri dari jenis kokus gram positif ?
5. Bagaimana patologi bakteri dari jenis kokus gram positif ?
6. Bagaimana gambaran klinis bakteri dari jenis kokus gram positif ?
7. Bagaimana uji laboratorium diagnostik untuk bakteri jenis kokus gram positif ?
8. Bagaimana resistensi dan imunitas bakteri dari jenis kokus gram positif ?
9. Apakah penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari jenis kokus gram positif ?
10. Bagaimana pengobatan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari jenis
kokus gram positif ?
11. Bagaimana epidemiologi, pencegahan dan pengendalian untuk bakteri dari jenis
kokus gram positif ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari bakteri kokus gram positif.
2. Mengetahui jenis-jenis bakteri kokus gram positif.
3. Mengetahui serta memahami morfologi dan identifikasi dari berbagai jenis
bakteri kokus gram positif.
4. Mengetahui dan memahami patogenesis dari berbagai jenis bakteri kokus
gram positif.
5. Mengetahui dan memahami patologi dari berbagai jenis kokus gram positif.
6. Mengetahui dan memahami gambaran klinis dari berbagai jenis kokus gram
positif.
7. Mengetahui dan memahami uji laboratorium diagnostik untuk berbagai jenis
kokus gram positif.
8. Mengetahui dan memahami resistensi dan imunitas dari berbagai jenis kokus
gram positif.
9. Mengetahui penyakit apa pada manusia yang disebabkan oleh berbagai jenis
kokus gram positif.
10. Mengetahui dan memahami pengobatan bagi penyakit yang disebabkan oleh
berbagai jenis kokus gram positif.
11. Mengetahui dan memahami epidemiologi, pencegahan dan pengendalian dari
berbagai jenis kokus gram positif..
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu
proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop.
Sedangkan Kokus adalah bakteri yang berbentuk bulat. Bakteri kokus ada yang tersusun
sendiri (monokokus), ada juga yang berbentuk seperti rantai (streptokokus). Sehingga
Bakteri kokus gram positif merupakan bakteri yang berbentuk bulat yang termasuk dalam
golongan bakteri gram positif.
Micrococcus
Micrococcus lylae, Micrococcus kristinae, Micrococcus nishinomiyaensis,
Micrococcus sedentarius dan Micrococcus halobius
Staphylococcus
Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus auereus
Streptococcus
Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae
Leuconostoc
Methanosarcina
Thiosarcina
Sarcina
Ruminococcus
3
Jenis bakteri gram positif yang paling sering menimbulkan penyakit
A. Ciri-ciri organisme
Bakteri staphylococcus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang
tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain.Sifat dari bakteri ini umumnyaa sama dengan
bakteri coccus yang lain yaitu :
- Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5-1,5 µm.
- Sel-selnya bersifat positif-gram , dan tidak aktif
melakukan pergerakan (non motile)
- Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang
oportunistik.
- Bersifat anaerob fakultatif
- Menghasilkan katalase
- Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam
bebas,namun habitat alamiahnya adalah
pada permukaan epitel golongan prismatic/mamalia.
- Bersifat -hemolitik
- Toleran gram ( halodurik )
- Memiliki protein A pada permukaannya yang mengikat Fe Ig ( menghambat fagositosis )
- Menghasilkan pigmen kuning dan mungkin memproduksi eksotoksin.
4
B. Biakan
Staphylococcus mudah tumbuh pada berbagai macam-macaam
media,bermetabolisme aktif dengan meragikan kaarbohidrat dan menghasilkan pigmen
yang bervariasi mulai dari pigmen berwarna putih sampai kuning tua.Bakteri
Staphylococcus sebagian menjadi anggoota flora normal kulit dan selaput lendir pada
manusia,sebagian lagi menjadi bakteri pathogen yang menyebabkan bermacam-
maacam penyakit atau gangguaan dalaam tubuh seperti radang bernanah,sampai sepsis
yang isa berakibat fatal.Sehungga bakteri ini dapat menyebabkan hemolysis yaitu
pemecahan sel-sel darah , menggumpalkan plasma karena sigat koagulasinya dan
menghasilkan berbagai macam enzim-enzim yang daapat merusak system imun daan
kaandungan toksin pada bakteri tersebut yang bersifat destruktif.Staphylococcus aure
tumbuh pada kebanyakan perbenihan dalam keadaan aerobik atau mikroaerofilik.
Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu 370C, tetapi membentuk pigmen paling
baik pada suhu kamar ( 20-250C). Koloni pada perbenihan padat berbentuk bundar,
halus, menonjol, dan berkilau dengan koloni berwarna abu-abu sampai kuning emas
tua.
C. Sifat-sifat Pertumbuhan
Staphylococcus aureus yang patogen menghasilkan beberapa zat ekstraseluler.
Staphylococcus aureus relatif resisten terhadap pengeringan, panas (bakteri ini tahan
terhadap suhu 50 C selama 30 menit), dan terhadap natrium klorida 9% tetapi mudah
dihambat oleh zat kimia tertentu, seperti heksaklorofen 3%.
D. Variasi
Suatu biakan Staphylococcus
aureus mengandung beberapa bakteri
tertentu yang dibedakan dari sebagian
besar populasi bakteri lainnya dalam
penampilan sifat-sifat khas koloni
(ukuran koloni, pigmen, hemolisis),
perlengkapan enzim, resistensinya
terhadap obat, dan sifat patogennya.
5
Secara in vitro, penampilan sifat khas seperti dipengaruhi oleh kondisi
pertumbuhan. Bila Staphylococcus aureus yang resisten terhadap nafsilin di eram pada
suhu 37oC di atas agar darah, maka satu dari 107 organisme akan menunjukkan
resistensi terhadap nafsilin, bila bakteri tersebut di eram pada suhu 37oC di atas agar-
agar yang mengandung 2-3 % natrium klorida, maka satu dari 103 organisme
menunjukkan resistensi terhadap nafsilin.
6
2.2.1.3 Patologi Staphylococcus Aureus
Kelompok Staphylococcus aureus yang menetap di folikel rambut menyebabkan
nekrosis jaringan (faktor dermonekrotik). Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi
fibrin di sekitar lesi dan di dalam limfatik membentuk dinding yang menghambat
proses penyebaran dan diperkuat lagi oleh akumulasi sel inflamasi dan kemudian
jaringan fibrosa. Di dalam pusat lesi, terjadi likuefaksi dan nekrosis jaringan (dipacu
oleh hipersensitivitas tipe lambat) pada bagian abses yang lemah. Drainase cairan
pusat jaringan nekrotik diikuti dengan pengisian secara kavitas oleh jaringan dan
akhirnya terjadilah penyembuhan.
Supurasi lokal (abses) adalah khas untuk infeksi stafilokokus. Dari tiap fokus
manapun, organisme dapat menyebar melalui aliran limfatik dan aliran darah ke
bagian lain dalam tubuh. Pada osteomielitis, fokus primer pertumbuhan
Staphylococcus aureus khas adalah di pembuluh darah tepi dari metafisis tulang
panjang, mengakibatkan nekrosis tulang dan supurasi kronik. Staphylococcus aureus
dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, empiema, endokarditis atau sepsis dengan
supurasi di tiap organ. Stafilokokus yang mempunyai kemampuan invasi yang rendah,
terlibat dalam banyak infeksi kulit (misalnya akne, pioderma atau impetigo).
Stafilokokus juga menyebabkan penyakit melalui produksi toksin tanpa infeksi
invasif yang nyata. Eksfoliasi bulosa, sindroma kulit terkelupas disebabkan oleh toksin
eksfoliatif. Sindroma syok toksik berhubungan dengan toksin sindroma syok toksik
(TSST-1) (Jawetz, dkk, 2005 : 323).
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit apabila pada keadaan
abnormal seperti infeksi folikel (akar) rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada
luka, meningitis, pneumonia (Entjang, 2001 : 96).
7
Infeksi S. aureus dapat juga disebabkan oleh kontaminasi langsung pada luka,
misalnya luka pasca bedah atau infeksi setelah trauma. Bila S. aureus menyebar dan
terjadi bakteriemi, dapat terjadi endokarditis, osteomielitis akut hematogen,
meningitis, atau infeksi paru-paru. Gambaran klinisnya mirip dengan gambaran klinis
yang terlihat pada infeksi lain yang melalui aliran darah. Lokalisasi sekunder dalam
suatu organ atau sistem diikuti oleh tanda-tanda dan gejala disfungsi organ dan
pernanahan setempat yang hebat.
Keracunan makanan yang disebabkan enterotoksin ditandai oleh masa inkubasi yang
pendek (1-8 jam), rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat, dan penyembuhan
yang cepat. Tidak ada demam.
B. Sediaan
Ciri khas Staphylococcus terlihat pada sediaan apus nanah atau sputum yang
diwarnai. Tidak mungkin membedakan organisme saprofitik (Staphylococcus
epidermidis) dengan organisme patogen (Staphylococcus aureus) berdasarkan sediaan
apus.
C. Biakan
Bahan yang ditanam pada lempeng agar darah akan menghasilkan koloni khas
dalam 18 jam pada 370C, tetapi hemolisis dan pembentukan pigmen mungkin tidak
terjadi sampai beberapa hari sesudahnya dan akan optimal pada suhu kamar. Bahan
yang terkontaminasi flora campuran dapat ditanam dalam pembenihan yang
mengandung NaCl 7,5%; garam akan menghambat pertumbuhan kebanyakan flora
normal lainnya, kecuali Staphylococcus aureus.
8
D. Tes Katalase
Setetes larutan hidrogen peroksida diletakkan di atas kaca objek, dan sedikit
pertumbuhan bakteri diletakkan di atas larutan tersebut. Pembentukan gelembung
udara (pelepasan oksigen) menunjukan tes positif. Tes juga dapat dilakukan dengan
menuangkan larutan hidrogen peroksida di atas bakteri yang tumbuh subur pada agar
miring dan meneliti gelembung yang muncul.
E. Tes Koagulase
Plasma kelinci (atau manusia) yang telah diberi sitrat dan diencerkan 1 : 5
dicampur dengan biakan kaldu yang sama banyaknya dan kemudian dieramkan pada
370C. Sebagai kontrol, dalam suatu tabung dicampurkan plasma dan kaldu steril,
kemudian dieramkan. Jika terjadi pembekuan dalam waktu 1 – 4 jam, tes itu positif.
Semua Staphylococcus yang bersifat koagulase–positif dianggap patogen bagi
manusia. Infeksi alat-alat prostetik dapat disebabkan oleh organisme golongan
Staphylococcus epidermidis koagulase– negatif.
F. Tes Kepekaan
Tes pengenceran mikro kaldu atau tes kepekaan lempeng di gusi sebaiknya
dilakukan secara rutin pada isolat Staphylococcus dari infeksi yang bermakna secara
klinik. Resistensi terhadap penisilin G dapat diperkirakan melalui tes positif untuk -
laktamase; kurang lebih 90 % Staphylococcus aureus menghasilkan - laktamese.
Resistensi terhadap nafsilin (dan oksasilin dan metisilin terjadi pada 10 – 20 %
Staphylococcus aureus) dan kurang lebih 75 % isolat S. epidermidis. Resistensi
nafsilin berkorelasi dengan adanya mec A, suatu gen yang menjadi protein terikat –
penisilin yang tidak dipengaruhi oleh obat ini. Gen dapat dideteksi dengan
menggunakan reaksi rantai polimerase, tetapi hal ini tidak berguna karena
Staphylococcus yang tumbuh pada agar Mueller – Hinton mengandung 4 % NaCL dan
6 ug/mL oksasilin yang secara khas merupakan mec A positif dan resisten oksasilin.
9
Pola kepekaan antibiotika dapat membantu untuk melacak infeksi
Staphylococcus aureus dan dalam menentukan apakah isolate staphylococcus
epidermidis ganda dari biakan darah mewakili bakterimia yang disebabkan strain
yang sama, yang berasal dari suatu tempat infeksi.
Penentuan tipe faga hanya dipakai untuk melacak infeksi dalam penelitian
epidemielogi pada wabah infeksi Staphylococcus aureus yang luas, yang dapat terjadi
di rumah sakit
10
B. Struktur Antigen
Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat
antigen yang merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel (Gambar
2–1). Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit
yang terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan
dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim.
Hal ini penting dalam patogenesis infeksi: zat ini menyebabkan monosit
membuat interleukin –1 (pirogen – endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini juga
dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit polimorfonuklir,
mempunyai aktivitas mirip endotoksin, menghasilkan fenomena Shwartzman lokal,
dan mengaktifkan komplemen.
Asam teikoat, yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat, berkaitan
dengan peptidoglikan dan menjadi bersifat antigenik. Antibodi antiteikoat, yang
dapat dideteksi dengan difusi gel, dapat ditemukan pada penderita endokarditis
aktif yang disebabkan Staphylococcus aureus.
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain
Staphylococcus aureus yang terikat pada bagian Fc molekul Ig G, kecuali Ig G3.
Bagian Fab pada Ig G yang terikat pada protein A bebas untuk berikatan dengan
antigen spesifik. Protein A merupakan reagen penting dalam imunologi dan
teknologi diagnostik laboratorium; contohnya, protein A yang berikatan dengan
molekul Ig G yang diarahkan terhadap antigen bakteri tertentu akan mengaglutinasi
bakteri yang mempunyai antigen itu (“koaglutinasi“).
Beberapa Staphylococcus aureus mempunyai simpai yang dapat
menghambat fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir, kecuali kalau ada antibodi
spesifik. Kebanyakan strain Staphylococcus aureus mempunyai koagulase, atau
faktor penggumpal, pada permukaan dinding sel; koagulase terikat secara non
enzimatik dengan fibrinogen, sehingga bakteri beragregasi.
Kegunaan tes serologi dalam mengidentifikasi Staphylococcus terbatas.
Penentuan tipe faga didasarkan pada lisis Staphylococcus aureus oleh satu atau satu
seri bakteriofaga khusus; hal ini hanya dilakukan di laboratorium rujukan dan
digunakan untuk penelitian epidemiologik.
11
2.2.1.7 Penyakit pada manusia yang disebabkan oleh mikroorganisme jenis
Staphylococcus Aureus
a. Penyakit miokarditis merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan
peradangan pada otot jantung yang terletak di lapisan tengah dinding jantung
(miokardium). Dalam perjalanan penyakitnya, penyakit miokarditis bisa terjadi akut,
sub akut, atau kronis. Bakteri staphylococcus aureus, yang juga dapat menyebabkan
infeksi pada katup jantung, dan orang yang menderita infeksi bakteri difteri
mengalami miokarditis.
b. Toxic shock syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh racun-racun yang
dikeluarkan bakteri-bakteri Staph aureus yang tumbuh dibawah kondisi-kondisi
dimana ada sedikit atau tidak ada oksigen. Toxic shock syndrome dikarakteristikan
oleh penimbulan tiba-tiba dari demam yang tinggi, muntah, diare, dan nyeri-nyeri
otot, diikuti oleh tekanan darah rendah (hipotensi), yang dapat menjurus pada
guncangan (shock) dan kematian. Mungkin ada ruam kulit yang menirukan terbakar
sinar matahari, dengan terkupasnya kulit. Toxic shock syndrome pertamakali
digambarkan dan masih terjadi terutama pada wanita-wanita yang bermenstruasi
yang menggunakan tampons.
c. Bisul (Furunkel), adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi
Staphylococcus aureus melalui folikel rambut dan dua kelenjar minyak-keringat.
Bisul berupa benjolan yang mengandung nanah dan dapat tumbuh di semua bagian
tubuh terutama di bagian yang lembap.
d. Impetigo, adalah penyakit kulit yang diakibatkan oleh bakteri dan cenderung
menular. Gejala awal adalah rasa gatal, melepuh seperti cacar yang mengandung
cairan, dan cenderung berwarna merah.
Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan infeksi pada folikel rambut
dan kelenjar keringat,infeksi pada luka,meningitis,pneumonia,pyelonipritis dan
osteomyelitis.
Bakteri ini dapat menimbulkan infeksi bernanah dan abses.Infeksi nya akan
lebih berat bila menyerang anak-anak,usia lanjut dan orang daya tahan tubuhnya
menurun seperti penderita diabetes mellitus,luka bakar dan AIDS.
Sedangkan di rumah sakit sering menimbulkan nosocomial infection pada
bayi,pasien luka bakar atau bedah yang sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh
personel rumah sakit ( medis dan paramedis ).
12
2.2.1.8 Pengobatan penyakit akibat Staphylococcus Aureus
Pengobatan terhadap infeksi S. aureus dilakukan melalui pemberian
antibiotik, yang disertai dengan tindakan bedah, baik berupa pengeringan abses
maupun nekrotomi. Pemberian antiseptik lokal sangat dibutuhkan untuk
menangani furunkulosis (bisul) yang berulang. Pada infeksi yang cukup berat,
diperlukan pemberian antibiotik secara oral atau intravena, seperti penisilin,
metisillin, sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin, dan rifampisin.
13
d. Infeksi nosokomial: Methicillin resisten stafilokokus aureus (MRSA) adalah strain
dari bakteri yang biasa terlibat dalam infeksi nosokomial. Faktor risiko untuk
kolonisasi MRSA atau infeksi dalam pengaturan rumah sakit mencakup paparan
sebelum antibiotik, masuk ke unit perawatan intensif, sayatan bedah, dan paparan
pasien yang terinfeksi.
14
2.2.2.1 Streptococcus pneumoniae
Diplokokus positif gram yang berbentuk lanset ini ditemukan dalam saliva manusia
oleh Sternbergdan Pasteur pada tahun 1881 di tempat yang terpisah. Meskipun kedua orang
tersebut masing-masing berhasil membuat septikimia dengan jalan menyuntikkan kuman ini
pada kelinci, namun mereka tidak menghubungkannya dengan penyakit pneumonia, mungkin
karena tidak tahu bahwa orang sehat dapa menjadi karier kokus virulen. Baru pada tahun 1886
diketahui bahwa kuman ini dapat menyebabkan pneumonia lobaris, oleh Frunkel dan
Weichselbaum di tempat yang terpisah pula.
15
Faktor lain yang mengidentifikasikan pneumokokus antara lain adalah hampir semua
bersifat virulen bagi tikus bila disuntikkan secara intraperitoneal dan “tes pembengkakan
kapsule (capsule swelling test)”, atau reaksi quellung
B. Biakan
Pneumokokus membentuk koloni bulat yang bulat yang kecil, awalnya
berbentuk kubah dan kemudian timbul lekukan di bagian tengahnya dengan pinggiran
yang meninggi. Pneumokokus bersifat α-hemolitik pada agar darah. Pertumbuhan
bakteri ditingkatkan oleh 5-10% CO2.
C. Sifat Pertumbuhan
Sebagian besar energi didapatkan dari fermentasi glukosa; proses ini disertai
oleh produksi asam laktat secara cepat, yang membatasi pertumbuhan. Bila pada
selang waktu tertentu dilakukan netralisasi biakan kaldu dengan basa, akan
menyebabkan pertumbuhan yang masif.
D. Variasi
Isolat pneumokokus yang menghasilkan banyak kapsul menumbuhkan koloni
mukoid yang besar. Produksi kapsul tidak diperlukan untuk pertumbuhan pada
medium agar sehingga tidak terjadi produksi kapsul sesudah dilakukan beberapa
subbiakan. Namun, pneumokokus akan menghasilkan kapsul lagi dan meningkatkan
virulensi bila diijeksikan pada tikus.
E. Transformasi
Bila organisme berkoloni kasar (kurang polisakarida) dari satu tipe
ditumbuhkan dengan ekstrak ADN dari tipe pneumokokus lain, organisme halus
(berkapsul) dari tipe yang terakhir terbentuk. Reaksi transformasi yang sama pernah
dilakukan dalam hal perubahan dalam resistensi obat.
16
2.2.2.2 Patogenesis Streptococcus pneumoniae
A. Tipe – Tipe Pneumokokus
Pada orang dewasa, tipe 1-8 menyebabkan sekitar 75% kasus pneumonia
pneumokokus dan menyebabkna lebih dari separuh kasus bakteremia
pneumokokus yang fatal; pada anak-anak, tipe 6, 14, 19, dan 23 merupakan
penyebab setting.
B. Produksi Penyakit
Pneumokokus menimbulkan penyakit melalui kemampuannya bermultiplikasi
di jaringan. Organisme ini tidak menghasilkan toksin yang bermakna. Virulensi
organisme ditentukan oleh kapsulnya, yang mencegah atau menghambat
fagositosis. Serum yang mengandung antibodi mengandung polisakarida spesifik-
tipe melindungi dari infeksi. Jika serum seperti ini diabsorbsi oleh polisakarida
spesifik-tipe, serum ini akan kehilangan fungsi proteksinya. Hewan atau manusia
yang diimunisasi dengan polisakrida pneumokokus tipe tertentu akan kebal
terhadap pneumokokus tipe yang sama dan memiliki antibodi presipitasi dan
opsonisasi untuk tipe polisakarida tersebut.
17
2.2.2.3 Patologi Streptococcus pneumoniae
Infeksi pneumokokus menyebabkan melimpahnya cairan edema
fibrinosa ke dalam alveoli, diikuti oleh sel darah merah dan leukosit, yang
menyebabkan konsolidasi beberapa bagian paru. Banyak neumokokus
ditemukan di seluruh eksudat ini, dan organisme tersebut dapat mencapai
peredaran darah melalui drainase limfatik paru. Dinding alveoli tetap utuh
normal selama terjadinya infeksi. Kemudian, sel mononuklear melakukan
fagositosis terhadap debris secara aktif, dan fase liquid ini secara berangsur-
angsur akan diabsorbsi. Pneumokokus dibawa oleh sel fagosit dan dicerna di
dalam sel.
18
2.2.2.5 Uji Laboratorium Diagnostik Streptococcus pneumoniae
Darah diambil untuk biakan, dan sputum dikumpulkan untuk melihat
pneumokokus dengan apusan dan biakan. Pemeriksaan antibodi serum tidak
praktis dilakukan. Sputum dapat diperiksa dengan berbagai cara.
C. Biakan
Sputum dibiakkan pada agar darah dan diinkubasi dalam CO2 atau
tabung lilin. Biakan darah.
E. Meningitis Pneumokokus
Pemeriksaan secara saksama dan biakan cairan serebrospinal akan
menegakkan diagnosis ini.
19
2.2.2.6 Resistensi dan Imunitas Streptococcus pneumoniae
A. Imunitas
Kekebalan terhadap infeksi pneumokokus bersifat spesifik terhadap
setiap tipe dan bergantung pada antibodi terhadap polisakarida kapsular
dan keutuhan fungsi fagosit. Vaksin dapat menginduksi produksi antibodi
terhadap polisakarida kapsular.
C. Struktur Antigen
Antigen terpenting adalah polisakarida, yang menentukan virulensi dan
lima jenis tipe spesifik. Jika kuman dicampur dengan serum anti spesifik,
maka selubung akan membengkak. Reaksi ini disebut reaksi quellung.
20
2.2.2.8 Pengobatan penyakit akibat Streptococcus pneumoniae
Antiserum tipe-spesifik dahulu diberikan intravena pada penderita yang tidak
memiliki antibodi. Tidak adanya adanya antibodi ditentukan oleh tidak adanya
reaksi pada penyuntikan polisakarida tipe-spesifik secara intradermal (tes
Francis).
Karena pneumokokus sensitif terhadap berbagai obat antimikroba, pengobatan
dini biasanya menimbulkan pemulihan yang cepat dan respons antibodi
tampaknya sangat berperan dalam menghilangkan organisme ini. Penisilin G
merupakan obat pilihan, tetapi di Amerika Serikat, 5-10% pneumokokus resisten
terhadap penisilin (MIC ≥ 2 µg/mL) dan sekitar 20% pneumokokus memiliki
resisten sedang (MIC 0,1-1 µg/mL). Penisilin G dosis tinggi dengan MIC 0,1-2
µg/mL tampaknya efektif untuk mengobati pneumonia yang disebabkan oleh
pneumokokus tetapi tidak efektif untuk pengbatan meningitis yang disebabkan
oleh strain yang sama. Beberapa strain yang resistan terhadap penisilin, juga
resisten terhadap seftizoksime. Juga terjadi resistensi terhadap tetrasiklin dan
eritromisin. Pneumokokus tetap sensitif terhadap vankomisin.
1. Bakteri fakultatif.
2. Koagulase negatif, katalase positif, gram
positif.
3. Berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5 –
1,5 µm.
4. Hidup pada kulit dan membran
mukosa manusia.
22
S. epidermidis keluarga memberikan kontribusi sekitar 65-90% dari semua
staphylococci pulih dari tumbuhan aerobik manusia . Orang yang sehat dapat dimiliki
hingga 24 strain dari spesies, beberapa di antaranya dapat bertahan di permukaan yang
kering untuk waktu yang lama. (Nilsson, et al. 1998). Ini adalah sekitar 0,5 sampai 1,5
mikrometer diameter. Sementara S. epidermidis adalah anaerob fakultatif, tumbuh
terbaik dalam kondisi aerobik. Tuan rumah bagi organisme adalah manusia dan hewan
berdarah panas lainnya. (Nilsson, et al. 1998).
25
b) Antibiotika golongan sefalosporin
Data hasil uji kepekaan kuman terhadap antibiotika golongan ini menunjukkan
sampel yang diuji juga dalam jumlah kecil, kepekaan tertinggi terlihat terhadap
sefotaksim dan seftizoksim pada Staphylococcus epidermidis (100%), seftizoksim
dan seftriakson untuk Streptococcus β haemoliticus (100%) sedangkan
Staphylococcus aureus terhadap semua antibiotika yang diuji masih sensitif.
Resistensi tertinggi terlihat terhadap seftriakson untuk Staphylococcus epidermidis
(50,0%) sefaleksin untuk Streptococcus β haemoliticus (75,0%).
26
2.2.3.7 Penyakit akibat bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi yang terkait dengan alat intravaskular (katup jantung prostetik,
shunt, dll) tetapi juga sering terjadi pada sendi prostetik, kateter, dan luka
besar. Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI menyebabkan
peradangan serius dan sekresi nanah. Dalam hal ini, buang air kecil sangat
menyakitkan. Septicemia dan endokarditis juga penyakit yang berhubungan
dengan S. epidermidis. Gejala mereka menjalankan keseluruhan dari demam,
sakit kepala, dan kelelahan anoreksia dan dyspnea. Septikemia sangat lazim
dihasilkan dari infeksi neonatal, terutama dalam berat lahir sangat rendah.
Endokarditis adalah infeksi pada katup jantung dan bagian dari lapisan dalam
dari otot jantung. S. epidermidis sangat mungkin mencemari peralatan
perawatan pasien dan permukaan lingkungan, mungkin menjelaskan tingginya
insiden S. epidermidis di rumah sakit. Organisme ini menghasilkan lapisan
lendir, yang membentuk biofilm hidrofobik. Film ini adalah perekat untuk
biopolimer hidrofobik prosthetics, menciptakan penyakit seperti endokarditis.
Gen icaADBC telah ditemukan kode untuk kedua kapsul polisakarida dan
polisakarida intraseluler adhesin digunakan dalam pembentukan biofilm.
Biofilm S. epidermidis terdiri dari kelompok sel yang tertanam dalam
ekstraseluler lendir zat yang hingga 160 mikrometer tebal, lebih dari 50 sel.
Biofilm sebagai tindakan tersebut sebagai penghalang difusi terhadap
antibiotik dan pertahanan tuan rumah. (Nilsson, et al. 1998)
Potensi faktor virulensi lain yang saat ini sedang diteliti adalah
pengikatan fibrinogen S. epidermidis. Lengkap gen, disebut FBE, ditemukan
terdiri dari open frame pembacaan 3.276 nukleotida pengkodean protein, yang
disebut FBE, dengan massa molekul disimpulkan dari ~ 119 kDa. (Nilsson, et
al. 1998) biomaterial Implan akan segera ditutupi oleh sirkulasi komponen
plasma, seperti fibrinogen, mempromosikan adhesi sel inang. Salah satu
komplikasi yang mungkin timbul adalah ketika bakteri mengkontaminasi
mematuhi komponen yang sama pada permukaan biomaterial, yang
menyebabkan infeksi. (Nilsson, et al. 1998)
Meskipun ada banyak penelitian tentang faktor virulensi S.
epidermidis, sedikit yang telah dilakukan untuk memahami cara kerjanya.
27
2.2.3.8 Pengobatan penyakit akibat Staphylococcus epidermidis
Seperti S. epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia, telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik banyak umum seperti methicillin,
novobiocin, klindamisin, dan benzil penisilin. Akibatnya, vankomisin atau rifampisin
digunakan untuk mengobati infeksi. Infeksi Staphylococcus epidermidis berhubungan
dengan perangkat intravaskular (katup jantung buatan, shunts, dll), tetapi biasanya
terjadi pada sendi buatan, kateter, dan luka besar. Infeksi kateter bersama dengan
kateter-induced UTI menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah. Dalam hal
ini, buang air kecil sangat menyakitkan.
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
Staphylococcus epidermidis. Gejala yang timbul adalah demam, sakit kepala, dan
kelelahan untuk anoreksia dan dyspnea. Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal,
terutama ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah.Sedangkan, Endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung.
Staphylococcus epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan
permukaan lingkungan.
Sebuah studi besar infeksi neonatal dilakukan di Naples antara Januari 1996 dan
Desember 1998. Hasil yang ditemukan menunjukkan bahwa dari total 184 infeksi, 56
secara langsung dikaitkan dengan S. epidermidis (30,4%). Dari jumlah tersebut, S.
epidermidis adalah patogen penyebab utama yang mengarah ke infeksi aliran darah
(39,8%), infeksi permukaan (29,8%), dan meningitis (58,3%). Persentase disediakan
menunjukkan jumlah infeksi yang disebabkan oleh S. epidermidis dari total infeksi dari
tipe tersebut. (Villari, et al. 2000).
28
2.2.4 Streptococcus Pyogenes
A. Sifat Pertumbuhan
Streptokokus umumnya bersifat anaerob fakultatif, hanya beberapa
jenis yang bersifat anerob obligat. Pada umumnya tekanan O2 harus dikurangi,
kecuali untuk enterokokus. Pada perbenihan biasa, pertumbuhannya kurang
subur jika kedalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini
tumbuh baik pada PH (7,4 – 7,6), suhu optimum untuk pertumbuhan 37oC,
pertumbuhannya cepat berkurang pada 40oC. Streptococcus pyogenes mudah
tumbuh dalam semua enriched media.
29
Untuk isolasi primer harus dipakai media yang mengandung darah
lengkap, serum atau transudat misalnya cairan asites atau pleura. Penambahan
glukosa dalam konsentrasi 0,5% meningkatkan pertumbuhannya tetapi
menyebabkan penurunan daya lisisnya terhadap sel darah merah. Dalam
lempeng agar darah yang dieram pada 37oC setelah 18-24 jam akan
membentuk koloni kecil ke abu-abuan dan agak opalesan, bentuknya bulat,
pinggir rata, pada permukaan media, koloni nampak sebagai setitik cairan.
Streptococcus membentuk dua macam koloni, mucoid dan glossy. Yang
dahulu disebut bentuk matt, sebenarnya bentuk mucoid yang telah mengalami
dehidrasi. Koloni berbentuk mucoid dibentuk oleh kuman yang berselubung
asam hialuronat. Tes katalasa negative untuk streptokokus, ini dapat
membedakan dengan stafilokokus dimana tes katalase positif.
Fenol 1/200
Kresol 1/175
HgCl2 1/200-1/500
Merkurokrom 1/50
Heksilerosorsinol 1/1000
30
Praktis semua varietas streptokokus yang pathogen peka terhadap efek
bakteriostatik sulfonamide, kecuali Streptococcus faecalis. Resistensinya terhadap
obat ini terjadi apabila obat diberikan dalam dosis yang tidak adekuat. Jenis yang
resisten ini dapat menyebabkan epidemic. Penisilin dalam dosis yang relative rendah
sangat efektif terhadap Streptococcus hemolyticus tipe beta dari lancefield group A,
tetapi kurang efektif terhadap streptokokus yang termasuk kedalam grup B, C, E, F
dan G. banyak jenis yang perlu dosis yang sangat besar, sedang enterokokus semua
resisten. Streptococcus hemolyticus yang anerob jauh lebih resisten terhadap penisilin
daripada yang aerob. Streptokokus umumnya rentan terhadap tetrasiklin dan
kloramfenikol. Aktivitas streptomisis sangat variabel, beberapa jenis terhambat oleh 1
mikrogram dan yang lain memerlukan 120 mikrogram/ml cairan perbenihan.
Basitrasin agaknya efektif terhadap jenis yang anaerob dan mikroaerofilik telah
resisten terhadap penisilin dengan antibiotika lainnya.
C. Struktur Antigen
Jika dibandingkan dengan Pneumokokus, Streptokokus mempunyai struktur
atntigen yang jauh lebih kompleks ,
- Karbohidrat C
Zat ini terdapat dalam dinding sel dan oleh Lancefield dipakai sebagai dasar
untuk membagi Streptokokus dalam grup-grup spesifik dari A sampai T. Sifat khas
dari karbohidrat C secara serologic ditunjukkan oleh suatu amino sugar.
31
- Protein M
Protein ini ada hubungannya dengan virulensi kuman Streptokokus grup A,
kerjanya menghambat fagositosis.
Terutama dihasilkan oleh kuman dengan koloni tipe mukoid. Pembentukannya
berkurang jika kuman telah mengalami penanaman berulang-ulang, dan
pembentukannya akan pulih kembali jika kuman disuntikan pada binatang
percobaan berulang kali.
- Substansi T
Antigen ini tidak ada hubungannya dengan virulensi kuman. Rusak pada
ekstrasi dengan asam atau pemanasan. Antigen ini merangsang pembentukan
agglutinin. Atas dasar antigen ini Streptokokus grup A juga dibagi dalam tipe
spesifik.
- Protein R
Antigen R tipe 20 tahan terhadap tripsin, tetapi tidak tahan pepsin dan dirusak
secara perlahan-lahan oleh asam dan pemanasan. Antigen R dirusak oleh enzim
proteolitik.
- Nukleoprotein
Ekstrasi Streptokokus dengan basa lemah, menghasilkan suatu campuran yang
terdiri dari protein dan substansi P yang mungkin merupakan bagian dari badan sel
kuman.
- Bakteriofaga
Krause dan McCarty berhasil menemukan bakteriofaga yang dapat melisiskan
tipe 1, 6, 12, 25, dan Streptococus hemolyticus grup C human. Bakteriofaga
lainnya berhasil ditemukan pada Streptokokus grup D.
- Metabolit Bakteri
Jika pada seekor binatang percobaan disuntikkan kuman Streptokokus yang
masih utuh, tetapi telah dicuci dan dimatikan dengan pemanasan, maka sebagai
akibatnya hanya akan terjadi reaksi sedikit. Sebaliknya jikia kuman ditanam dalam
suatu perbenihan yang sesuai, maka akan dihasilkan metabolit ekstraseluler baik
yang bersifat toksik maupun nontoksik.
32
2.2.4.2 Patogenesis Streptococcus pyogenes
33
Penyakit yang terjadi karena invasi Streptococcus beta hemolyticus grup A.
Port d’entrée sangat mempengaruhi gambaran klinik. Pada setiap kasus
dapat terjadi selulitis yang cepat meluas secara difus kejaringan sekitarnya dan
saluran getah bening, tetapi peradangan setempatnya sendiri hanya terjadi
secara ringan. Dari saluran getah bening infeksi cepat meluas kedalam
peredaran darah, sehingga terjadi bakterimia.
- Erisipelas
- Spesis puerpuralis
34
- Sepsis
Sepsis terjadi karena luka bekas operasi atau karena trauma, terkena
infeksi oleh kuman Streptokokus. Ada yang menyebut penyakit ini sebagai
surgical scarlet fever.
35
- Pioderma Stretokokus (Impetigo)
Endokarditis Bakterialis
Penyakit ion ini terutama mengenai katup jantung yang abnormal, lesi
rematik, klasifiaksi ataupun penyakit jantung congenital. Penyebabnya
terutama Streptococcus viridians dan Streptococcus faecalis; stafilokokus
kadang-kadang dapat menjadi penyebabnya, tetapi pada hakikatnya setiap
mikroorganisme termasuk fungsi, dapat menjadi penyebabnya. Setelah ekstrasi
gigi, paling sedikit pada 30% dari penderita terjadi bakteremia oleh
Streptococcus alpha hemolyticus. Kuman ini merupakan flora normal pada
traktus respiratorius bagian atas dan penyebab utama ebdokarditis subakut.
Sedangkan 5-10% dari kasus disebabkan oleh streptococcus
faecalis(enterokokus). Lesinya bersifat progesif, suatu penyembuhan yang
sedang terjadi akan disertai suatu peradangan yang aktif. Timbul suatu vegetasi
yang terdiri dari fibrin, trombosit dan bakteri yang melekat padda daun katup
jantung.
36
Pada pengobatan penyakit bersifat fatal. Klinis akan ditemukan adanya
demam, anemia, kelelahan, bising jantung yang abnormal, kelainan ginjal,
pembesaran limpa dan emboli.
Infeksi Lainnya
- Glomerulonefritis akut
37
Pada pmeriksaan urin akan ditemukan gross hematuria, protein, silinder
yang terdiri dari sel darah merah, hialin dan granula, dan ditemukannya juga adanya
sel darah putih dan sel epitel. Pada pemeriksaan darah, titer ASO meningkat dan
ada retensi nitrogen. Beberapa penderita dapat meninggal atau dapat timbul
glomerulonefritis kronik dengan payah ginjal, tetapi sebagian besar dari penderita
sembuh sepenuhnya.
- Jantung Rheuma
Diagnosis jantung rheuma hamper pasti jika ditemukan dua kriteria mayor atau
lebih. Pada penyakit ini terdapat penebalan dan deformitas katup jantung, dan
pembentukan badan-badan Aschoff dalam miokardium, yang berupa granuloma
perivaskuler yang kecil-kecil yang selanjutnya akan diganti oleh jaringan parut.
38
2.2.4.3 Patologi Streptococcus Pyogenes
A. Bahan Pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara swabbing dari hidung
atau tenggorokan, atau langsung dari darah, pus, sputum, likuor serebrospinalis,
eksudat dan urin.
B. Pemeriksaan Langsung
Pemeriksaan langsung dari sputum seringkali hanya menemukan kokus
tunggal atau berpasangan, jarang ditemukan dedalam bentuk rantai . Jika pemeriksaan
langsung terlihat adanya Streptokokus tetapi tidak tumbuh dalam suatu perbenihan,
harus dipikirkan kemungkinan kumannya bersifat anaerob. Pemeriksaan langsung dari
usap tenggorokan kurang begitu bernilai, karena normal selalu ditemukan adanya
Streptococcus viridans ditempat ini. Sediaan yang di warnai : sediaan dari nanah lebih
sering menunjukan kokus tunggal atau berpasangan daripada rantai. Kokus kadang-
kadang bersifat negatif, , karena organism tidak lagi aktif (non viable) dan kehilangan
kemampuannya untuk menahan pewarnaan biru (kristal violet) sehingga tidak terjadi
gram positif. Bila sedian nanah menunjukkan streptokokus tetapi biakan tidak
tumbuh, harus diperkirakan organism anaerobic. Sediaan dari biakan kaldu usap
tenggorokan berumur 2-3 jam dapat diberi pewarnaan khususuntuk pemeriksaan
imunofluoresensi. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya Streptokokus grup A
secara baik pada pendeerita ataupun karier.
C. Perbenihan
Bahan pemriksaan ditanam pada lempeng agar darah, jika diduga kumannya
bersifat anaerob juga ditanam dalam perbenihan tioglikoat. Pada lempeng agar darah
Streptococcus hemolyticus grup A akan tumbuh dalam beberapa jamatau hari. Didalm
perbenihan dari bahan darah kuman Streptococcus viridians dan enterococcus
tumbuhnya dapat sangat lambat, jika diduga ada endokarditis perbenihan dibiarkan
dieram selama 1-2 minggu baru dibuang. Kadar CO2 10% dapat mempercepat
terjadinya hemolisis. Cakram basitrasin yang mengandung 0,2 unit menghambat
pertumbuhan streptococcus grup A.
40
D. Uji Deteksi Antigen
Beberapa alat komersial tersedia untuk menguji antigen Streptokokus grup
Adari usapan tenggorok secara cepat. Peralatan ini menggunakann metode enzimatik
atau kimiawi untuk mengekskresikan antigen dari usapan, lalu menggunakan EIA atau
tes aglutinasi untuk menunjukan adanya antigen. Tes ini dapat selesai dalam beberapa
menit atau jam setelah specimen diambil. Sensitivitas tes ini adalah 60-90% dan
spesifitasnya 98-99% bila dibandingkan dengan metode biakan. Tes ini lebih cepat
dari pada biakan.
E. Pemeriksaan Serologi
Peningkatan titer antibodi terhadap berbagai antigen Streptokokus grup A
dapat dihitung : Antibodi tersebut antara lain adalah anti Dnase dan antihialuronidase,
khususnya pada infeksi kulit; antistreptokinase, antibodi sspesifik tipe anti-M; dan
lain-lain. Di antara semua ini yang paling sering digunakan adalah titer anti-ASO.
41
2.2.4.7 Penyakit pada Manusia yang disebabkan Streptococcus pyogenes
42
Surveilans berbasis populasi infeksi S. pyogenes parah didiagnosis selama
tahun 2003 dan 2004 dilakukan di 11 negara di Eropa (Siprus, Republik Ceko,
Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Rumania, Swedia, dan Britania
Raya) menggunakan definisi kasus standar. Sebanyak 5.522 kasus telah diidentifikasi
di 11 negara selama periode ini. Harga infeksi melaporkan bervariasi, menjangkau 3 /
100, 000 penduduk di negara-negara Eropa bagian utara. Pola musiman infeksi
menunjukkan keselarasan antara negara yang luar biasa. Resiko infeksi tertinggi di
antara orang tua, dan tingkat lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan di banyak
negara. Lesi atau luka pada kulit merupakan faktor predisposisi yang paling umum,
dilaporkan pada 25% kasus; 21% tidak memiliki faktor predisposisi dilaporkan. Kulit
dan jaringan lunak adalah fokus infeksi paling umum, dengan 32% dari pasien
mengalami selulitis dan 8% necrotizing fasciitis. Temuan dari Strep-EURO
mengkonfirmasi insiden tinggi penyakit S. pyogenes parah di Eropa. Selanjutnya, hasil
ini telah mengidentifikasi target intervensi kesehatan masyarakat, terhadap S.
pyogenes yang telah menyebabkan penyakit yang cukup parah di seluruh Eropa.
Sebagai bagian dari inisiatif Eropa-lebar untuk mengeksplorasi pola
epidemiologi saat ini penyakit parah yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes,
Britania Raya melakukan peningkatan surveilans berbasis populasi selama 2003-2004.
Sebanyak 3.775 dikonfirmasi kasus infeksi S. pyogenes parah diidentifikasi selama 2
tahun, 3.33/100, 000 penduduk, jauh lebih banyak daripada yang sebelumnya
diperkirakan. Kulit atau infeksi jaringan lunak adalah manifestasi yang paling umum
(42%), diikuti oleh infeksi saluran pernafasan (17%). Penggunaan narkoba suntikan
diidentifikasi sebagai faktor resiko sebesar 20% dari kasus-pasien. Satu dari 5 pasien
yang terinfeksi kasus-meninggal dalam waktu 7 hari diagnosis; tingkat kematian
tertinggi untuk kasus necrotizing fasciitis (34%). Obat nonsteroid antiinflamasi,
alkoholisme, usia muda, dan infeksi dengan emm/M3 jenis secara independen terkait
dengan peningkatan risiko sindrom syok toksik streptococcus. Memahami pola
penyakit dan prediktor dari hasil pasien miskin akan membantu dengan identifikasi
dan penilaian terhadap dampak potensial dari intervensi yang ditargetkan.
Sejumlah kuman streptokokus, misalnya Streptococcus viridians dan
enterokukus, merupakan sebagian flora normal pada tubuh manusia. Kuman-kuman
ini hanya akan menimbulkan penyakit jika terdapat diluar tempat-tempat dimana
mereka biasnya berada, misalnya pada katup jantung.
43
Untuk mencegah kemungkinan terjadi hal itu, terutama pada waktu melakukan
tindakan-tindakan operatif pada traktus respiratorius, traktus gastrointestinalis dan
traktus urinarius, dimana sering menyebabkan terjadinya bekterimia temporer,
pemberian obat-obat antibiotika sangat diperlukan untuk mencegah atau untuk
pengobatandini terhadap infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup A pada
penderita yang diketahui kelainan katup jantung.
Sumber infeksi lkuman Streptokokus dapat berasal dari penderita atau dari
karier. Penularan terjadi secara droplet dari traktus respiratorius atau dari kulit. Susu
sapi mengandung Streptococcus hemolyticus dapat terjadi penyebab epidemic. Dalam
hal ini penentuan grup dan tipe kuman Streptokokus penting untuk mencari jejak dan
sumber penularannya.
1. Pada penderita dengan infeksi Streptokokus grup A pada traktus respiratorius ataupun
kulitnya harus diberikan pengobatan antibiotika secara intensif. Ini memerlukan kadar
penisilin secukupnya secara terus-menerus dalam jaringan selama 10 hari (misalnya
benzatin penisilin G 1,2 juta satuan diberikan sekali saja secara intramuskuler).
Eritromisin adalah pilihan alternatif lainnya. Pemberantasan streptokokus yang cepat
dari infeksi dini secara efektif dapat mencegah timbulnya penyakit pasca streptokokus.
2. Pada penderita yang pernah mendapat serangan demam rheuma harus diberikan
antibiotika dalam dosis profilaksis. Pada penderita glomerulonefritis tidak diberikan
profilaksis, karena jumlah kuman Streptokokus tipe nefritogenik tidak banyak.
3. Eradikasi Streptokokus grup A dari dari karier. Ini khususnya penting bila pembawa
berada dalam daerah yang “peka” misalnya kamar bersalin, kamar bedah, bangsal,
atau kamar perawatan bayi. Sayangnya, Streptokokus hemolitik sering kali sulit
diberantasi dari pembawa permanen, dan kadang-kadang selama beberapa waktu
individu dapat disingkirkan dari daerah “sensitif”.
4. Untuk mencegah penyebaran kuman Streptokokus, dapat dilakukan dengan cara
mencegah pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, saringan udara, sinar ultraviolet,
dan pemakaian aerosol. Susu sapi harus selalu di pasteurisasikan.
44
5. Saat ini, streptokokus golongan B merupakan penyebab ada kebanyakan kasus sepsis
neonatal. Kuman ini berasal dari saluran kelamin ibu, dimana pembawa kuman
bersifat asimptomatik. Penyakit-penyakit neonatal dapat dipermudah oleh defisiensi
antibodi ibu. Profilaksis dengan obat pada ibu dan anak telah menunjukan sukses
sedikit.
6. Vaksin-vaksin terhadap Streptokokus grup A masih dalam penyelidikan.
45
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet
sewaktu proses pewarnaan gram sehingga akan berwarna biru atau ungu dibawah
mikroskop. Sedangkan Kokus adalah bakteri yang berbentuk bulat. Bakteri kokus ada
yang tersusun sendiri (monokokus), ada juga yang berbentuk seperti rantai
(streptokokus). Sehingga Bakteri kokus gram positif merupakan bakteri yang
berbentuk bulat yang termasuk dalam golongan bakteri gram positif. Staphylococcus
adalah kokus gram positif dimana tumbuh dalam kelompok mirip buah anggur
Staphylococcus ini dibagi atas golongan Staphylococcus albus, Staphylococcus
citreus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dll. Staphylococcus
aureus dapat menyebabkan penyakit apabila pada keadaan abnormal seperti infeksi
folikel (akar) rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis,
pneumonia (Entjang, 2001 : 96). Strestococcus adalah kokus gram positif yang
tumbuh dalam bentuk rantai juga merupakan patogen penting karena banyak infeksi
hebat yang disebabkan dan karena komplikasi yang mungkin terjadi setelah sembuh
dari infeksi akut. Streptococcus ini dibagi atas beberapa jenis Strestococcus pyogenes,
faecalis, Streptococcus vitidans, Streptococcus pneumoniae, dll. Septicaemia dan
endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan Staphylococcus
epidermidis.
3.2 Saran
Kami menghimbau kepada para pembaca agar dapat hidup lebih bersih dan
Higienis, sebab tanpa diawali dari diri kita sendiri maka kita tidak dapat menghindar
dari serangan penyakit-penyakit yang ada disekitar kita. Kita harus waspada terhadap
bakteri patogen karena bakteri ini ada dimana-mana dan dapat menyebabkan penyakit
yang fatal bagi tubuh kita. Kita harus mengenali gejala infeksi serta jalur infeksi
daripada bakteri-bakteri patogen. Dengan begitu, kita dapat mencegah dan bertindak
cepat dan tepat jika ada yang terkena infeksi bakteri patogen seperti Staphylococcus
aureus, Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus
epidermidis.
46
DAFTAR PUSTAKA
E.Jawetz, J.L dkk. 1986. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan (Review of medical
microbiology) edisi 16. Jakarta : EGC.
Radji, Maksum dkk. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta : 2010.
Staf Pengajar bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran edisi revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
Total kesehatan anda, Infeksi Staph (Staphylococcus Aureus), diakses 2 April 2014,
http://www.totalkesehatananda.com/infeksistaph1.html
(Pembagian Tugas)
48