You are on page 1of 65

LAPORAN SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.P DENGAN CA SERVIKS


DI RUANG RAJAWALI 4A RSUP DR.KARIADI SEMARANG
Koordinator : Dwi Susilawati, M.Kep., Sp.Mat

Disusun oleh:
HEMI PUSPA DEWI
PUTRI SARI NUGRAHANING DEWI
PRICHA SABILLA S

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXV


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak
normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Salah satu penyakit
kanker tersebut adalah kanker serviks. Kanker serviks adalah kanker yang terdapat
pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan
rahim dengan vagina (Emilia, 2010).
Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat
493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian
sebanyak 273.505 jiwa per tahun. (Emilia, 2010). Secara nasional prevalensi
penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 diperkirakan
sekitar 347.792 jiwa dengan 15.000 kasus baru kanker serviks yang terjadi setiap
dengan angka kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Berdasarkan
estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi
dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 jiwa (Kementrian
Kesehatan RI, 2015 ; Wijaya, 2010).
Dampak dari penyakit kanker serviks antara lain dapat menyebabkan
kegagalan fungsi reproduksi karena komplikasi pengobatan lesi prakanker. Pada
kanker serviks stadium awal akan menyebabkan kegagalan fungsi reproduksi
khususnya pada penderita usia muda karena pengobatan pembedahan atau radiasi.
Kanker serviks stadium lanjut ataupun kanker serviks yang tumbuh lagi setelah
pengobatan dapat menyebabkan kematian pada penderitanya karena kegagalan
pengobatan. Pada stadium lanjut, kanker dapat menyebar atau metastase ke
berbagai organ lainnya sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi berbagai
organ seperti ginjal, paru-paru, hati, dan organ lainnya. Beberapa dampak inilah
yang juga dapat menimbulkan ketakutan atau kecemasan pada penderita kanker
serviks, sehingga dapat muncul berbagai masalah keperawatan (Nurwijaya, 2010).
Munculnya beberapa dampak negative dan berbagai masalah
keperawatan bagi kesehatan pada penderita kanker serviks inilah yang menjadi

2
latar belakang kami untuk memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif pada Ny.P dengan Ca Serviks di ruang Rajawali 4A RSUP
Dr.Kariadi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk
pelayanan keperawatan profesional kepada pasien dengan penyakit Kanker
Serviks.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada Ny.P
dengan Ca Serviks.
b. Mampu menggambarkan masalah-masalah keperawatan yang timbul pada
Ny.P dengan Ca Serviks.
c. Mampu mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada Ny.P dengan
Ca Serviks.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan
serviks. Kanker serviks merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel
epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher
rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian, yaitu alat reproduksi wanita
bagian dalam dan alat reproduksi wanita bagian luar.
1. Alat genitalia wanita bagian luar

a. Mons veneris
disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian
depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah
dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.
b. Bibir besar (Labia mayora)

4
merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, kedua bibir ini
dibagian bawah bertemu membentuk perineum permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea
(lemak)
c. Bibir kecil (labia minora)
merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar tanpa rambut, dibagian atau
klitoris bibir kecil bertemu membentuk prenulum klitoridis. bibir kecil ini
mengelilingi orifisium vagina.
d. Klitoris
merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh : kedua bibir
kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir
kecil. Kedua bibir kecil yaitu uretra dua lubang saluran kelenjar skene.
f. Kelenjara Bartholin
1) Kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina bersifat rapuh dan
mudah robek
2) pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
g. Himen (Selaput dara)
1) merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan
mudah robek
2) himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang
dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi
3) bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinik setelah mendapat
menstruasi
4) setelah persalinan sisanya disebut karunkel himenalis / karunkel
mirsiformis

5
2. Alat genitalia wanita bagian dalam

a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva
1) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan
2) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum
3) Panjang bagian depannya sekitar 9cm dan dinding belakangnya sekitar
11cm
4) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae
dan terutama di bagian bawah
5) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus
6) Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan
asam susu dengan PH 4,5
7) keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeks
8) Fungsi utama vagina:
a. saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi
b. alat hubungan seks
c. jalan lahir pada waktu persalinan
b. Uterus
1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rectum

6
2) Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih
3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah peer) dan gepeng
1. Corpus uteri: berbentuk segitiga
2. Seviks uteri: berbentuk silinder
3. Fundus uteri: bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal
tuba
4. Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan: peritoneum, lapisan otot, dan
endometrium
c. Tuba Fallopi
Letak : terdapat ditepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral mulai
dari osteum tubae internum pada dinding rahim
Ukuran : panjang 12cm diameter 3-8 cm
Jenis :
a. pars interstitialis ( intramularis ) terletak diantara otot rahim mulai
dari osteum internum tubae
b. Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada diluar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit
c. pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk
“s”
d. pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai
yang disebut fimbriae tubae
Fungsi :
1. untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi
2. sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
3. tempat terjadinya konsepsi
d. Ovarium
Letak : Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo
pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium
Jenis : ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1. Korteks ovarii
a. mengandung folikel primordial

7
b. berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraff
c. terdapat corpus luteum dan albikantes
2. Medula ovarii
a. terdapat pembuluh darah dan limfe
b. terdapat serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara ke dua lembar
ligamentum latum
Batasan Parametrium
Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium
Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
C. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:
a. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin besar
kemungkinan mendapat kanker servik. Menikah pada usia 20 tahun dianggap
masih terlalu muda
b. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Kehamilan yang
optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga. Kehamilan setelah tiga
mempunyai resiko yang meningkat.
c. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker serviks
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus human papiloma (HPV)
diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks
e. Sosial ekonomi

8
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi, imunitas, dan
kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang, sehingga mempengaruhi imunitas
tubuh.
f. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker. Wanita perokok memiliki
resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita
tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat
tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-
karsinogen infeksi virus. Sedangkan pemakaian AKDR akan terpengaruh
terhadap servik yaitu bermula dari adanya erosi servik yang kemudian menjadi
infeksi yang berupa radang yang terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
g. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang mempunyai
kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk
juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan orang normal. Beberapa
peneliti menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya kemampuan untuk
melawan infeksi HPV.

D. PATOFISIOLOGI
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terjadi pada
seluruh lapisan epitel disebut displasia . Displasia merupakan neoplasia serviks
intraepithelial (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat
II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker serviks
perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata. Tetapi gejala ini hanya
ditemukan pada tahap lanjut. Sedang untuk tahap awal tidak. CNI biasanya terjadi
disambungan epitel skuamosa dengan epitel kolumnar dan mukosa endoserviks.
Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan cara panggul rutin, pap smear
dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan. Neoplastik hasil apusan abnormal

9
dilanjutkan dengan biopsy untuk memperoleh jaringan guna memperoleh jaringan
guna pemeriksaan sitologik. Sedang alat biopsy yang digunakan dalam biopsy
kolposkop fungsinya mengarahkan tindakan biopsy dengan mengambil sample,
biopsy kerucut juga harus dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau
dibersihkan dengan laser kanker atau bedah beku. Atau biasa juga dengan
histerektomi bila klien merencanakan untuk tidak punya anak. Kanker invasive
dapat meluas sampai ke jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena. Vagina
ligamentum kardinale. Endometrium penanganan yang dapat dilaksanakan yaitu
radioterapi atau histerektum radiakl dengan mengangkat uterus atu ovarium jika
terkena kelenjar limfe aorta diperlukan kemoterapi.

10
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui vagina,
misalnya:
1. Setelah melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atua timbul
perdarahan menstruasi lebih sering.
2. Timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
3. Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bias terjadi perdarahan
spontan dan nyeri pada rongga panggul.
4. Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami halangan air
seni.
5. Nyeri pada pinggang bagian bawah.
6. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
7. Perdarahan sesudah menopouse

F. KLASIFIKASI
Stadium Karakteristik
0 Lesi belum menembus membrane basalis
I Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 Lesi telah menembus membrane basalis kurang dari 3
mm dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IA2 Lesi telah menembus membrane basalis > 3 mm tetapi
< 5 mm dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4
cm
IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4
cm
II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium
dan sepertiga proksimal vagina)
II A Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina
II B Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak
mencapai dinding panggul
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke
parametrium dan atau sepertiga vagina distal)
III A Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal
III B Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding
panggul
IV Lesi menyebar keluar organ genitalia
IV A Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke
mukosa vesika urinaria
IV B Lesi meluas ke mukosa rectum dan atau meluas ke

11
organ jauh

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher rahim sampai
mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak memberikan
keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari porsi
serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau
ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil
pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap
smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim secara akurat
dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker
leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif
secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap
tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan
yang normal, maka pemeriksaan pap smear
bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear
adalah sebagai berikut :
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar)
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam
atau ke organ tubuh lainnya).
Kategorisasi diagnosis deskriptif Pap smear berdasarkan sistem Bethesda

12
b. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap smear
untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala besar
mendapatkan bahwa Pap smear negatif disertai DNA HPV yang negatif
mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi
pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur di atas 30 tahun
karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV
pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara
infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda.
Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara
seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga,
deteksi DNA HPV yang positif yang ditentukan kemudian lebih dianggap
sebagai HPV yang persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita dengan
usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
c. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupa
kan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan
asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna
putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada
infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
13
d. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan
atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan
suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil
pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsy yang tidak
memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi.
Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks.
Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja.
e. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia.
Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear, karena
kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis dalam
mengetes darah yang abnormal.
f. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks
normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks
karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena
tidak ada glikogen.
g. Radiologi
a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada
saluran pelvik atau peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks
tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter
terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi
kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena
(IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging
(MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai
penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional.

14
H. PENATALAKSANAAN
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi).
Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk
hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri
(pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser
untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau
konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan
selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk
hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun
paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya
sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan
tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan
penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan
untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO).
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung,
ginjal dan hepar.

15
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium
II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar
ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan
tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di
sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya.
Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari
sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit,
penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di
dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini
dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping
dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung
kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya.
Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat
didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal

16
lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang
kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit
dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika
kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai
paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara
kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan
agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan.
Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
(Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin)
dan lain –lain.

I. PENCEGAHAN
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi :
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda,
pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang
berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan
beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup kemungkinan akan
terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.
2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak
perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk
dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini kanker
serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya
yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk melakukan tes
Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan seksual dengan
frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut
menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali setahun. Jika
menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik pemeriksaan terbaru
untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan teknologi Hybrid
Capture II System (HCII).

17
3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom,
karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
4. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan
yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak
mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan
kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya semakin
banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin
kecil risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim.
5. Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe
16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan
cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki
sel-sel serviks. Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini
juga bekerja ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11
yang menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini
baru efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun
yang belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam
jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa
menurun hingga 75%.

J. PENGKAJIAN
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
1. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat
jenis kelamin dan pendidikan terakhir. Terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi
dapat juga terjadi pada usia 18 tahun.
Keluhan utama
Pada umumnya pasien dating dengan keluhan keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyerupai air.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga

18
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah
mengeluarkan cairan putih dari vagina (keputihan). Pada umumnya klien
pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan,
keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid lainnya
dapat menimbulkan berkembangnya masalah fungsional genital pada
keturunannya. Data yang perlu dikaji antara lain: Riwayat abortus, infeksi
pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya
tumor, riwayat keluarga yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya: Ca. Serviks sering dijumpai
pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas
dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh,
serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
3. Pola kesehatan Fungsional
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan
kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur seperti nyeri, ansietas, keringat malam. Pekerjaan/profesi dengan
pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
b. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.
c. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan
eliminasi urinarius misalnya : nyeri.
d. Makanan dan Minuman

19
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi
lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).
e. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
g. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik,
bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida
lebih besar dari usia 30 tahun multigravida pasangan seks multiple,
aktivitas seksual dini.
j. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer,
riwayat pengobatan sebelumnya
4. Pengkajian Fisik
a. Rambut
Rontok karena efek dari kemoterapi
b. Conjungtiva
Anemis
c. Wajah
Pucat

20
d. Abdomen
Distensi abdomen
e. Vagina
Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua, berbau dan kental
f. Serviks
Terdapat nodul
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
HB menurun, Leukosit meningkat, Trombosit meningkat
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pap smear, kalposkopi, biopsy, MRI atau CT-Scan abdomen ataupun pelvis

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan
hubungan dengan pasangan dan keluarga.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ;
paradisis saraf.
d. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status hipermetabolik : kanker dan konsekuensi kemoterapi, radiasi dan
pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, interpretasi
terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

21
L. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1. Ansietas berhubungan NOC : NIC :


dengan diagnosis - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
- Koping (penurunan kecemasan)
kanker, takut akan rasa Kriteria Hasil:
 Gunakan pendekatan yang
nyeri, kehilangan  Klien mampu menenangkan
femininitas dan mengidentifikasi dan  Nyatakan dengan jelas
mengungkapkan gejala harapan terhadap pelaku
perubahan bentuk tubuh. cemas pasien
 Mengidentifikasi,  Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan dan dan apa yang dirasakan
menunjukkan tehnik selama prosedur
untuk mengontol cemas  Temani pasien untuk
 Vital sign dalam batas memberikan keamanan
normal dan mengurangi takut
 Postur tubuh, ekspresi
 Berikan informasi faktual
wajah, bahasa tubuh
mengenai diagnosis,
dan tingkat aktivitas
tindakan prognosis
menunjukkan
 Libatkan keluarga untuk
berkurangnya
mendampingi klien
kecemasan
 Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan tehnik
relaksasi
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat anti
cemas:........

2. Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari  Nutritional Status : Nutrition Managemen
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake - Kaji adanya alergi
berhubungan dengan  Nutritional Status : makanan
status hipermetabolik : nutrient Intake - Kolaborasi dengan ahli

22
kanker dan konsekuensi  Weight control gizi untuk menentukan
kemoterapi, radiasi dan Kriteria Hasil : jumlah kalori dan nutrisi
pembedahan - Adanya peningkatan yang dibutuhkan pasien.
berat badan sesuai - Anjurkan pasien untuk
dengan tujuan meningkatkan intake Fe
- Berat badan ideal - Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tinggi meningkatkan protein dan
badan vitamin
- Mampumengidentifika - Berikan substansi gula
si kebutuhan nutrisi - Yakinkan diet yang
- Tidak ada tanda tanda dimakan mengandung
malnutrisi tinggi serat untuk
- Menunjukkan mencegah konstipasi
peningkatan fungsi - Berikan makanan yang
pengecapan dari terpilih ( sudah
menelan dikonsultasikan dengan
- Tidak terjadi ahli gizi)
penurunan berat badan - Ajarkan pasien bagaimana
yang berarti membuat catatan makanan
harian.
- Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya penurunan
berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwalkan
pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
23
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
3. Nyeri berhubungan NOC : NIC :
dengan agen cidera fisik  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
 pain control, secara komprehensif termasuk
: pembedahan  comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor
 Mampu mengontrol nyeri presipitasi
(tahu penyebab nyeri,  Observasi reaksi nonverbal
mampu menggunakan dari ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi  Bantu pasien dan keluarga
untuk mengurangi nyeri, untuk mencari dan
mencari bantuan) menemukan dukungan
 Melaporkan bahwa nyeri  Kontrol lingkungan yang
berkurang dengan dapat mempengaruhi nyeri
menggunakan manajemen seperti suhu ruangan,
nyeri pencahayaan dan kebisingan
 Mampu mengenali nyeri  Kurangi faktor presipitasi
(skala, intensitas, nyeri
frekuensi dan tanda nyeri)  Kaji tipe dan sumber nyeri
 Menyatakan rasa nyaman untuk menentukan intervensi
setelah nyeri berkurang  Ajarkan tentang teknik non
 Tanda vital dalam rentang farmakologi: napas dala,
normal relaksasi, distraksi, kompres
 Tidak mengalami hangat/ dingin
gangguan tidur  Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ……...
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
24
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
4. Kurangnya pengetahuan NOC: NIC :
berhubungan dengan  Knowledge : disease  Kaji tingkat pengetahuan
process pasien dan keluarga
keterbatasan kognitif,  Kowledge : health  Jelaskan patofisiologi dari
interpretasi terhadap Behavior penyakit dan bagaimana hal
informasi yang salah, Kriteria Hasil : ini berhubungan dengan
 Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi,
kurangnya keinginan menyatakan dengan cara yang tepat.
untuk mencari pemahaman tentang  Gambarkan tanda dan gejala
informasi, tidak penyakit, kondisi, yang biasa muncul pada
prognosis dan program penyakit, dengan cara yang
mengetahui sumber-
pengobatan tepat
sumber informasi  Pasien dan keluarga  Gambarkan proses penyakit,
mampu melaksanakan dengan cara yang tepat
prosedur yang
 Identifikasi kemungkinan
dijelaskan secara benar
penyebab, dengan cara yang
 Pasien dan keluarga
tepat
mampu menjelaskan
 Sediakan informasi pada
kembali apa yang
pasien tentang kondisi,
dijelaskan perawat/tim
dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya
 Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat

25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Tanggal pasien masuk rumah sakit : 26 September 2015
Tanggal pengkajian :17 Oktober 2015

A. Identitas
1. Identitas pasien
Nama : Ny.P
Alamat : Grobogan
Umur : 48 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : swasta (perias pengantin)
Agama : islam
Diagnosa medis : Ca Cerviks uteri 2B

2. Identitas penanggungjawab
Nama : Ny.S
Alamat : Grobogan
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Agama : islam
Hubungan dengan pasien : anak menantu

B. Alasan Kunjungan atau Keluhan Utama


Akan melakukan kemoterapi yang telah dijadwalkan oleh dokter yang memeriksa di
ruamg poli kandungan. Keluhan utama awal yang dirasakan adalah nyeri perut,
keputihan yang banyak, bau dan warna kuning. Keluhan saat pengkajian nyeri perut,
perdarahan pervaginam, mual, muntah, BAK tidak puas dan mudah lemes.

26
C. Status Kesehatan Atau Penyakit Saat Ini
1. Gejala yang dirasakan
a. Gejala awal : nyeri perut yang tidak segera reda meskipun sudah minum
obat pereda nyeri dari dokter nyeri muncul kembali setelah efek obat hilang.
b. Timbulnya gejala
Faktor-faktor yang memperbaiki gejala : saat badan terasa sehat dan tidak
banyak pikiran nyeri tidak begitu terasa (berkurang) dan meminum air jahe
dan kunyit anget.
Faktor-faktor yang memperburuk gejala : jika kelelahan dan stress nyeri
perut sangat sakit.
c. Deskripsi gejala
Lokasi : perut bagian bawah 2cm dibawah umbilikus dan atas simfisis
pubis menyebar sampai pinggang kanan dan kiri.
Kualitas : seperti ada sesuatu yang keras mendesak didalam perut
Kuantitas : nyeri terus menerus tetapi derajatnya naik turun. Skal
kebanyakan 5.
d. Efek pada gaya hidup :sering meminum air kunyit atau jahe anget.
2. Riwayat ginekologik :
a. Karakteristik menstruasi : teratur dengan lama ±5 hari
b. Menarkhe : 15 tahun
c. Periode menstruasi terakhir : lupa persisnya 5 tahun yang lalu
d. Pengalaman menstruasi : kadang sakit perut saat menstruasi
e. Perdarahan tengah siklus : belum pernah mengalami perdarahan tengah
siklus.
f. Menopause : ±5 tahun yang lalu.
g. Kontrasepsi : tidak pernah menggunakan kontrasepsi
h. Usia pada saat kehamilan pertama : 19 tahun
i. Penyakit menular seksual : tidak tahu

3. Status obstetrik : P1A0

27
D. Riwayat Medis Masa Lalu
1. Penyakit dan pengobatan :
2. Alergi : tidak ada
3. Penyakit masa kanak-kanak dan imunisasi: tidak tahu
4. Penyakit dan pembedahan sebelumnya :histerektomi
Tanggal : Mei 2015
Terapi : tidak tahu
Hasil akhir :ovarium terangkat.
5. Riwayat dirawat dirumah sakit sebelumnya
Tanggal : Mei 2015
Alasan : operasi histerektomi.
6. Kecelakaan atau cedera
Kejadian pencetus : tidak ada
Disabilitas yang terjadi : tidak ada
7. Perilaku yang beresiko
Gaya hidup : tidak tahu hal-hal yang menyebabkan kanker, tetapi pasien
tidak tahu jika dari beberapa kosmetik yang dipakai saat merias ada bahan
berbahaya dan dapat menyebabkan kanker.
Konsumsi kafein : tidak
Merokok : tidak
Alkohol : tidak
Obat-obatan : tidak
Praktek seks yang tidak aman :tidak

8. Riwayat kekerasan/penganiayaan
Cedera akibat kekerasan : tidak
Pengalaman diperkosa : tidak
Hasil akhir : tidak

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Penyakit keturunan : tidak tahu penyakit yang diderita orangtua, tidak
pernah periksa ke dokter, puskesmas atau rumah sakit.

28
2. Penyakit saat ini dalam keluarga : tidak ada keluarga yang sakit seperti pasien,
suami mempunyai darah tinggi.
3. Riwayat penyakit jiwa dalam keluarga : tidak ada keluarga yang mempunyai
penyakit jiwa.

4. Genogram keluarga

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: Tinggal serumah
: pasien

F. Riwayat Psikososial
1. Koping individu :
Kesadaran diri dan harga diri : pasien mengatakan penyakit yang diterima
adalah cobaan sehingga harus berusaha untuk mencari pengobatan. Jadi, apapun
yang dierima harus disabari
Penatalaksaan stress : sering berdo’a agar diberi kesabaran
Penyalahgunaan zat : tidak menggunakan obat kimia berbahaya,
obat-obatan terlarang, tetapi tidak tahu jika kosmetik yang dipakai
2. Pola kesehatan
Nutrisi :
BB : 54 kg
TB : 158 cm
IMT = BB (kg)/TB (m)2 = 54/(1,58)2 = 21,63 (normal)

29
Higiene diri : dapat ke ke kamar mandi untuk BAK dan BAB sendiri dengan
bantuan menantu atau suami yang menunggu.

Aktivitas dan latihan :


Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Toileting √
Tingkat mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Kemampuan ROM √
Berjalan √
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Menggunkan alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang dan perawat
4 : Ketergantungan / tidak mampu

3. Spiritual
Agama : islam
Praktek agama : sholat 5 waktu dan dzikir
G. Pemeriksaan Fisik
Bentuk Mesochepal, persebaran rambut merata, warna rambut
hitam dengan tampak uban.
Mata Pupil isokor, reflek cahaya ada, konjungtiva anemis,
Kepala sclera tidak ikterik
Hidung Lubang hidung simetris,tidak tampak pernapasan cuping
hidung,
Telinga Telinga kanan-kiri simetris.
30
Mulut Ada bau mulut, warna bibir pucat, mukosa bibir pucat
kering
Leher Tidak ada massa dan pembesaran kelenjar thyroid dan
kelenjar limfe,dan JVP(jugular vena pressure)
Inspeksi Tak tampak tarikan otot untuk membantu pernafasan RR :
20x/menit.
Dada Palpasi Tidak teraba adanya massa.
(paru) Perkusi Suara sonor di lapang parkiri dan pekak di temukan di
lapang paru kanan dari diafragma sampai intercosta
keempat.
Auskultasi Tidak terdengar ronchi, wheezing maupun krekels,
terdengar suara nafas terdengar vesikuler.
Jantung Inspeksi Ictus cordis tak tampak
Palpasi Ictus cordis teraba kuat di SIC ke-5 midline klavikula
Perkusi Batas kanan atas : parasternal SIC ke 2
Batas kanan bawah : parasternal SIC ke-4
Batas kiri atas : SIC ke 2 midline klavikula
Batas kiri bawah : SIC ke 6 ±2cm darikiri midline
klavikula
Auskultasi Bunyi jantung normal , SI dan S2 murni.
Inspeksi Tampak simetris
Auskultasi Bising usus 7x/menit
Perkusi Terdengar tympani di semua lapang abdomen
Abdomen
Palpasi Tidak teraba ada pembesaran hepar, ada nyeri tekan di
bagian perut bawah, dibawah ±2 cm umbilikus dan diatas
simfisis pubis.
Atas Teraba hangat,
nadikuat,kekuatanototekstrimitasataskanan5,
Ekstrimitas ,kekuatanototekstrimitasataskiri5
Bawah Teraba hangat, kekuatanototekstrimitasbawahkanan5,
,kekuatanototekstrimitasbawahkiri5
Genetalia Inspeksi terdapat darah, tampak bentuk vagina luar labia mayora

31
normal, lubang vagina tidak jelas, lubang uretra tampak
kemerahan, seperti ada bentuk jaringan abnormal
(gelambir-gelambir) di lubang vagina. klien
tampakmenggunakanpempers karena ada perdarahan yang
keluar dari vagina.
Sistem Inspeksi Warna kulit coklat, turgor kulit kurang elastic, capillary
Integumen refill >2 detik
Sistem Inspeksi Tingkat kesadaran compos mentis
Persyarafan

H. Terapi
Infus Ringer laktat 20 tpm
Kalnek 500 mg/8jam intravena
Ondancentron 8 mg/8 jam intravena
Levofloxacin 1 tablet /12 jam peroral
Pct 500 mg/12 jam peroral
Nacl 1 capsul/8jam peroral
KCL 1 tablet /12 jam peroral

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan biopsi jaringan
Pemeriksaan biopsi tanggal 10 Maret 2015
Makros : diterima jaringan sebanyak 3 cc, coklat, kenyal, cetak semua (2
coupe)
Mikros : biopsi dari vagina terdiri dari sel tumor, bentuk spindel, oval, bulat
yang pleimorfi dengan inti bergranula kasar, mitosis banyak ditemukan dan
sitoplasmasebagian dengan pigmen melanoma.
Kesimpulan : melanoma malignan

2. Pemeriksaan rontgent thorak


Tanggal 31 juli 2015
COR : apeks jantung bergeser ke laterocaudal

32
Pulmo : corakan vaskuler normal, tak tampak bercak maupun nodul pada
kedua lapangan paru.
Kesan :
Kardiomegali (left ventrikel)
Tak tampak gambaran metastase di pulmo maupun tulang yang tervisualisasi.
Hasil Pemeriksaan Foto Thoraks
Tanggal 16 Oktober 2015
Klinis : CA CERVIX UTERI II B
COR : Apeks bergeser ke laterocaudal
Pinggang jantung mendatar, elevasi main bronchus kiri
PULMO : Corakan vaskuler tampak normal
Tampak bercak noduler bentuk oval batas tegas tepi regular pada lapangan paru
kanan setinggi ICS 4 posterior
KESAN :
- Kardiomegali
- Bercak noduler bentuk oval batas tegas tepi regular pada lapangan paru kanan
setinggi ICS 4 posterior DD/ Nodus metastasis

3. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 12 Oktober 2015
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Kesan

KIMIA KLINIK
Ureum 11 mg/dL 15 - 39 L
Kreatinin 0,8 mg/dL 0,60 – 1,30
ELEKTROLIT
Natrium 122 mmol/L 136-145 L
Kalium 3,3 mmol/L 3,5-5,1 L
chlorida 89 mmol/L 98-107 L

33
Tanggal 17 Oktober 2015
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Kesan
HEMATOLOGI

Hemoglobin 7,66 g/dl 12,0 – 15,0 L


Hematokrit 22,1 % 35-47 L
Eritrosit 2,55 106/uL 4,4 – 5,9 L
MCH 30,0 pg 27-32
MCV 86,6 fL 76-96
MCHC 34,7 g/dl 29-36
Leukosit 8,35 103/ul 3,6-11
Trombosit 174 103/ul 150 – 400
RDW 16,4 % 11,60-14,80 H
MPV 8,32 Fl 4-11

KIMIA KLINIK
Natrium 127 mmol/L 136-145 L
Kalium 4,1 mmol/L 3,5-5,1
chlorida 93 mmol/L 98-107 L

Tanggal 19 Oktober 2015


Specimen : Sputum
Pemeriksaan Hasil Keterangan
PEWARNAAN
BTA - / NEGATIF Skala IUATLD
BTA (-) / Negatif = 0BTA/100 LP;
(+) / Scanty = 1-9 BTA/100LP;
(1+) / Positif = 10-99 BTA/100LP
(2+) / Positif = 1-10 BTA/LP;
(3+) / Positif = > 10 BTA/LP
>25 / LPK
LEKOSIT

34
Tanggal 20 Oktober 2015
Spesimen : darah
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Kesan
HEMATOLOGI

Hemoglobin 13,8 g/dl 12,0 – 15,0


Hematokrit 39,8 % 35-47
Eritrosit 4,64 106/uL 4,4 – 5,9
MCH 29,6 pg 27-32
MCV 85,7 fL 76-96
MCHC 34,6 g/dl 29-36
Leukosit 6,91 103/ul 3,6-11
Trombosit 186 103/ul 150 – 400
RDW 17,3 % 11,60-14,80 H
MPV 8,68 fl 4-11

Tanggal 20 Oktober 2015


Spesimen : urin
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
SEKRESI-EKSKRESI
URINE LENGKAP
Warna
Kejernihan COKLAT
Berat Jenis KERUH
pH 1,025 1,003 - 1,025
Protein 6,5 4,8 - 7,4
Reduksi 100 mg/dl NEG
Urobilinogen NEG mg/dl NEG
Bilirubin 1,0 mg/dl NEG
Aseton + / POS mg/dl NEG
Nitrit NEG mg/dl NEG
Sedimen +/ POS NEG
Epitel

35
Epitel Tubulus 0-1 / LPK /uL 0,0 - 40,0
Lekosit NEG /uL 0,0 - 6,0
Eritrosit > 100 / LPB /uL 0,0 – 20,0
Kristal 30-35 / LPB /uL 0,0 – 25,0
Sil. Pathologi NEG /uL 0,0 – 10,0
Granula Kasar NEG /uL 0.0 - 0,5
Granula Halus NEG /LPK NEG
Sil. Hilain NEG /LPK NEG
Sil. Epitel NEG /uL 0,00 – 1,20
Sil. Eritrosit NEG /LPK NEG
Sil. Lekosit NEG /LPK NEG
Mucus NEG /LPK NEG
NEG /uL 0,00 – 0,50
SEKRESI– EKSKRESI
Yeast Cell
Bakteri
Sperma NEG /uL 0,0 – 25,0
Kepekatan + / POS /uL 0,0 – 100,0
NEG /uL 1,00 – 3,00
mS/cm 3,00 – 27,00

J. Data Pendukung Lain


Rhodes Index of Nausea and Vomiting
Pertanyaan Jawaban dan Nilai
dalam 12 jam terakhir, 1 muntah 7 atau 5-6 3-4 1-2 Saya tidak
..... kali lebih muntah
Nilai (4) (3) (2) (1) (0)
dalam 12 jam terakhir, dari Tidak Ringan Sedang Berat Parah
muntah dan sesak napas, saya
merasa tertekan ....
Nilai (0) (1) (2) (3) (4)
dalam 12 jam terakhir, dari Parah Berat Sedang Ringan Tidak
muntah atau muntah, saya
36
merasa tertekan ....
Nilai (4) (3) (2) (1) (0)
dalam 12 jam terakhir, saya Tidak 1 jam 2-3 jam 4-6 jam Lebih dari
merasa mual atau sakit perut atau 6 jam
saya .... kurang
Nilai (0) (1) (2) (3) (4)
dalam 12 jam terakhir, mual Tidak Ringan Sedang Berat parah
atau sakit perut saya, saya
merasa ...........tertekan
Nilai (0) (1) (2) (3) (4)
dalam 12 jam terakhir, setiap Sangat Banyak Sedang Sedikit Tidak
kali aku muntah, saya banyak (3 (2-3 (½ – 2 (kurang
menghasilkan sejumlah..... cup atau cup) cup) dari ½
lebih) cup)
Nilai (4) (3) (2) (1) (0)
dalam 12 jam terakhir, saya 7 atau 5-6 3-4 1-2 Tidak
merasa mual atau sakit perut lebih
saya .... kali
Nilai (4) (3) (2) (1) (0)
dalam 12 jam terakhir, saya Tidak 1-2 3-4 5-6 7 atau
harus memiliki periode muntah lebih
atau sesak napas tanpa alasan ...
kali.
Nilai (0) (1) (2) (3) (4)
0 2 6 3
Jumlah
11
Parah 25-32
Berat 17-24
Sedang 9-16
Ringan 0-8

37
Hasil : Ny. P mengalami mual pada kategori sedang
LFG wanita = {(140-umur) x BB/72x kreatinin serum}x 0,85
=( 92 x 54/72 x 0,8 ) x 0,85
= (4968/57,6)x 0,85
= 86,25 x 0,85
= 73,31 mL/min/1,73 m
Masuk dalam kategori CKD stage 2 karena masuk dalam rentang nilai 60-89
mL/min/1,73 m
Sehingga dapat disimpulkan adanya penurunan fungsi ginjal ringan.

K. Kesimpulan
Ca Cervix uteri stadium 2B

38
II. ANALISA DATA
Nama : Ny.P
No. RM : C545266
Diagnosa medis : ca Cervix uteri
NO TGL/JAM DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1 17/10/2015 DS : klien mengeluh lemes. Ketidakefektifanperfusi Perdarahan
13.00 WIB DO : jaringan perifer pervaginam (efek
- Pasien tampak lemes dan hanya tiduran ditempat tidur. (00204) kemoterapi)
- Konjungtiva anemis
- Kekuatan otot ekstremitas atas, bawah, kanan maupun kiri 5/5.
- Wajah tampak pucat
- Post kemoterapi tanggal 15/10/2015
- Perdarahan pervaginam ± 100 cc perhari
- Diagnosa medis Ca Cervix uteri stadium 2B metastasis ke paru kanan.
- HB tanggal 7,6 mg/dl
- Aktivitas dan latihan :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Toileting √

39
Tingkat mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Kemampuan ROM √
Berjalan √
-
2 17/10/2015 DS : pasien mengeluh nyeri di bagian perut bawah menyebar sampai ke Nyeri kronis (00133) Adanya Ca
13.00 WIB pinggang kanan dan kiri. Cerviks uteri
Faktor-faktor yang memperbaiki gejala nyeri : saat badan terasa sehat dan stadium 2B
tidak banyak pikiran nyeri tidak begitu terasa (berkurang) dan meminum
air jahe dan kunyit anget.
Faktor-faktor yang memperburuk gejala nyeri : jika kelelahan dan stress
nyeri perut sangat sakit.
Lokasi : perut bagian bawah 2cm dibawah umbilikus dan atas simfisis
pubis menyebar sampai pinggang kanan dan kiri.
Kualitas : seperti ada sesuatu yang keras mendesak didalam perut.
Kuantitas : nyeri terus menerus tetapi derajatnya naik turun.

DO : pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya ada nyeri tekan di bagian


perut bawah, dibawah ±2 cm umbilikus dan diatas simfisis pubis.
- Diagnosa medis Ca Cervix uteri stadium 2B

40
3 17/10/2015 DS : pasien mengeluh miksi tidak puas, kadang BAK lancar dan kadang Retensi urinarius Hambatan (ada
13.00 WIB tersendat-sendat. (00023) zat lain abnormal
DO : dalam urin) :
Hasil pemeriksaan laboratorium urin tanggal 20 Oktober 2015 proteinuria,
Pemeriksaan Hasil urobilinogen,
SEKRESI-EKSKRESIURINE bilirubinurea,
LENGKAP COKLAT nitriturea,
Warna KERUH leukosit dan
Kejernihan 1,025 eritosit dalam
Berat Jenis 6,5 urin tinggi.
pH 100
Protein (normalnya tidak ada, NEG
proteinuria) 1,0
Reduksi + / POS
Urobilinogen (normalnya negatif) NEG
Bilirubin (normalnya negatif) +/ POS
Aseton
Nitrit (normalnya negatif) 0-2 / LPK
Sedimen NEG
Epitel > 100 / LPB

41
Epitel Tubulus 30-35 / LPB
Lekosit (normalnya 0,0-20,0)
Eritrosit (normalnya 0,0-25) NEG
+ / POS
SEKRESI– EKSKRESI, NEG
Yeast Cell
Bakteri
Sperma
Kepekatan

- Post kemoterapi tanggal 15/10/2015


- Pemeriksaan biopsi jaringan vagina tanggal 10 Maret 2015
menunjukkan ada jaringan tumor di vagina.
- Nilai LFG dari kreatinin serum menunjukkan hasil 73,31 mL/min/1,73
m dan masuk dalam kategori CKD stage 2 karena masuk dalam rentang
nilai 60-89 mL/min/1,73 m sehingga dapat disimpulkan adanya
gangguan fungsi ginjal ringan.

4 17/10/2015 DS : pasien mengeluh mual dan muntah setelah kemoterapi sehingga nafsu Mual (00134) Efek samping
13.00 WIB makan turun. kemoterapi.

42
DO :
- Pengkajian memakai Rhodes Index of Nausea and Vomiting
menunjukkan Ny.P mengalami mual derajat sedang (11)
- Pasien tampak lemes dan hanya tiduran ditempat tidur.
- Konjungtiva anemis
- Wajah tampak pucat
- Post kemoterapi tanggal 15/10/2015
- Makan siang hanya ¼ dari porsi yang diberikan dari rumah sakit.
- Habis makan sering muntah.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan pervaginam (efek kemoterapi).
2. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya Ca Cervix uteri stadium 3B.
3. Retensi urinarius berhubungan denganHambatan dalam urin (ada zat lain abnormal dalam urin) : proteinuria, urobilinogen, bilirubinurea,
nitriturea, leukosit dan eritosit dalam urin tinggi.
4. Mual berhubungan dengan efek samping kemoterapi.

43
IV. RENCANA INTERVENSI
No DiagnosaKeperawatan NOC NIC
1 Ketidakefektifanperfusi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 Bleeding reduction (4020) :
jaringan perifer berhubungan jam maka ketidakefektifanperfusi jaringan perifer 1. Identifikasi penyebab perdarahan.
dengan perdarahan dapatteratasidengankriteriahasil : 2. Monitor tanda-tanda hemoragi dan syok.
pervaginam - Konjungtiva tidak anemis. 3. Monitor perdarahan dari volume, warna, dan bentuk.
- Nilai HB normal 4. Monitor status cairan,intake dan output.
5. Usulkan pemeriksaan darah rutin.
6. Kolaborasi pemberian tranfusi dengan rekomendasi hasil
laboratorium dan pemberian obat yang mengurangi perdarahan.
7. Monitor kebutuhan oksigen tanbahan.
Fluid/electrolyt management (2060):
1. Monitor balnce cairan dan tingkat nilai abnormal serum
elektrolit.
2. Monitoring hasil laboratorium darah rutin.
3. Kolaborasi pemberian cairan atau sediaan sesuai dengan koreksi
serum elektrolit.

2 Nyeri kronis berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 Pain management (1400) :
dengan adanya Ca Cervix jam nyeri kronisdapatteratasidengankriteriahasil: 1. Kaji nyeri secara komprehensive dari lokasi, persebaran,
uteri stadium 3B. - Skala nyeri rata-rata 3 kualitas, skala, durasi, faktor pencetus dan presipitasi.
2. Eksplore pengalaman, pengetahuan dan kepercayaan pasien
tentang nyeri.
3. Dampingi keluarga untuk membantu dan memberikan support
dalam setiap aktivitas pasien.
4. Beri informasi tentang nyeri yang dirasakan klien.
5. Ajarkan prinsip manajement nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analgesik jika diperlukan.
7. Ajarkan tekniknonfarmakologi untuk mengurangi nyeri seperti
relaksasi nafas dalam dan SEFT

3 Retensi urinarius Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 Urinary retention care (0620) :
berhubungan dengan jam retensi urindapatteratasidengankriteriahasil: 1. Kaji penyebab retensi urin pada pasien.
44
Hambatan dalam urin (ada - Miksi puas 2. Kaji urin dan status BAK (frekuensi, nyeri, miksi) warna, bau,
zat lain abnormal dalam urin) - BAK lancar adanya residu, volume dam kepuasan miksi.
: proteinuria, urobilinogen, 3. Ajarkan tehnik power suggestion by running water untuk BAK
bilirubinurea, nitriturea, di toilet.
leukosit dan eritosit dalam 4. Monitor input dan intake cairan.
urin tinggi. 5. Instruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat dan
melaporkan saat BAK.
Urinary catheterization care (0580) :
1. Kaji kebutuhan cateter urin padas pasien
2. Jelaskan prosedur dan intervensi yang akan dilakukan.
3. Pasang kateter sesuai prosedur.
4 Mual berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 Nausea management (1450) :
denganefek samping jam mualdapatteratasidengankriteriahasil: 1. Identifikasi penyebab mual.
kemoterapi. - Mual berkurang dengan derajat ringan (0-6) 2. Kaji pengalaman mual sebelumnya.
3. Kaji mual dengan komplit dengan alat ukur mual.
4. Identifikasi efeksamping treatment dan terapi yang diterima.
5. Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengontrol mual dengan
mengurangi konsumsi makanan yang meningkatkan mual
(makanan yang meningkatkan asam lambung, yang rasanya
asam, beraroma kuat, bersantan, berlemak).
6. Berikan saran agar pasien duduk saat makan meskipun lemes
dengan memposisikan tempat tidur fowler atau semifowler.
Teaching prescribed diet(5614):
1. Identifikasi pengetahuan pasien tentang nutrisi yang harus
dipenuhi saat ini.
2. Jelaskan diet dan nutrisi yang harus dipenuhi dengan kondisi
saat ini.
3. Informasikan tujuan diet pada pasien.
4. Instruksikan pasien untuk mengikuti diet yang dianjurkan.
5. Ingatkan pasien dan keluarga unrtuk mensupport nutrisi untuk
meningkatkan kondisi kesehatan tubuh.

45
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal
Implementasi Respon TTD
Dx /Jam (WIB)
1,2,3,4 20/10/2015 1. Mengikuti operan jaga malam ke pagi untuki S:-
07.00 mengetahui program terapi Ny.P. O: program Ny.P adalah transfusi PRC 2 kolf untuk
perbaikan KU dan mengambil sampel urin untuk
pemeriksaan urin.
1 07.30 2. Mengambil darah PRC 2 ke bank darah. S :-
O: darah PRC 2 kolf telah dibawa ke ruangan setelah cek
penerimaan.
1 07.35 3. Menanyakan jumlah, warna dan konsistensi darah S : klien mengatakan darah yang keluar sudah berkurang ±75
yang keluar dari vagina. cc/24 jam, merah tua, agak kental.
O : klien masih menggunkansoftekganti 3x perhari tidak
penuh.
1,4 08.00 4. Memberikan terapi kalnek 500 mg dan S :-
ondancentron 8mg intravena serta capsul NaCL O : kalnex 500 mg dan ondancentron 8 mg masuk melalui
peroral beserta penjelasan obatnya. intravena dan NaCL telah diminum oleh pasien.
1,2,3,4 08.10 5. Mengukur TD, suhu, dan HR pasien sebelum S:Klien mengatakan masih sering nyeri perut, lemes dan
memberikan transfusi PRC dan menanyakan pusing, serta BAK masih belum puas.
keluhan yang masih dirasakan. O: TD : 140/90 mmHg, 37, 5 oC, RR : 23x/menit, HR :
78x/menit.
1 08.15 6. Melakukan doble chek sebelum memberikan S :-
tranfusi dan memasang tranfusi mlalui infus. O : transfusi PRC kolf pertama terpasang di infus pasien
Ny.P.
2 08.20 7. Membuat janji untuk memberikan pelatihan terapi S : Ny.P mengatakan “ya mbak,nanti gapapa”
SEFT untuk mengurangi nyeri kronis pada pasien. O : pasien menyetujui dan tertarik dengan terapi SEFT yang
ditawarkan mahasiswa.
1,2,3,4 08.25 8. Melaporkan hasil pengukuran TTV dan keluhan S : -
pasien. O : hasil TTV dan keluhan pasien diterima perawat dan akan
usul cek laboratorium urin.
1 10.00 9. Mengganti flabot PRC yg kosong dengan infus S :-
NaCl 0,9% O : NaCl 0,9% 20 tpm terpasang di infus pasien.
46
1 10.30 10. Memberikan 1 kolf PRC kedua pada pasien. S : klien berkata “masih tambah lagi ya mbak darahnya”
O: PRC 1 kolf kedua terpasang di infus pasien.
3 10.35 11. Instruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat S : klien mengatakan “iya, mbak”
dan melaporkan saat BAK. O : pasien kooperatif.
1,3 12.30 12. Memberikan obat levofloxacin, Pct dan KCL peroral S : pasien mengatakan iya mengerti obat yang harus diminum
serta memotivasi pasien untuk banyak minum air karena sama seperti kemaren.
putih dan menghabiskan porsi makan siang. O: obat levofloxacin, Pct dan KCL peroral diterima pasien.
1,2,4 13.00 13. Menyiapkan leaflet dan meminta ijin pada perawat S:-
untuk melakukan edukasi pasien tentang diet yang O: perawat mengijinkan, memberi kesempatan waktu untuk
dianjurkan, cara mengatasi mual dan melatih SEFT. mahasiswa untuk memberikan edukasi pasien tentang
informasi diet yang dianjurkan, cara mengatasi mual dan
melatih terapi SEFT.
1,2,4 13.15 14. Memberikan informasi tentang diet yang dianjurkan S : Pasien menanyakan hal yang belum dipahami.
yaitu menu lengkap, tinggi kalori dan protein, O : edukasi pasien tentang informasi diet yang dianjurkan
sehubungan dengan mual mahasiswa juga dan cara mengatasi mual telah diterima oleh pasien.
memberikan trik agar mual dapat dihindari seperti :
saat makan harus dalam posisi duduk (jika lemes
bednya yang diposisikan semifowler atau fowler),
jika makananya berbau menyengat atau membuat
merasa mual tunggu dingin saat makananfaatkan
kulit jeruk yang tekan-tekan didepan hidung agar
baunya menyegarkan dan memakan makanan yang
tidak meningkatkan asam lambung (berasa asam
atau kecut),
2 13.25 15. Memberikan pelatihan SEFT untuk menurunkan S : pasien mengatakan akan mencoba mempraktekan terapi
nyeri kronis yang diderita pasien sebagian agar SEFT.
pasien tidak lelah dan membuat janji untuk O : setengah prosedur SEFT telah diajarkan kepada pasien.
melanjutkan latihan SEFT esok hari.
1,2,3,4 14.10 16. Mengikuti operan jaga malam ke pagi untuk S:-
mengetahui program terapi Ny.P. O : klien tampak lemah, pucat, tampak terpasang transfusi
PRC kedua. Sampel urin (+), menunggu hasil sampel urin,
kolaborasi pengecekan laboratorium post transfuse 2 PRC
1,2,3,4 15.00 17. Memonitor tanda-tanda vital S:Klien mengatakan perut masih terasa nyeri, klien
megatakan badan lemes dan pusing, serta BAK masih belum

47
puas.
O: TD : 140/80 mmHg, Suhu 37oC, RR: 22x/menit, HR :
80x/menit.
1 15.15 18. Memonitor adanya perdarahan pervaginam S : Klien mengatakan darah masih keluar dan muncul flek-
flek pada pampers.
O : Tampak adanya darah pada pampers dan muncul flek-flek
darah.
1,3 15.20 19. Memonitor status cairan,intake dan output. S : Keluarga klien mengatakan nafsu makan klien menurun.
Keluarga mengatakan bahwa klien hanya makan ½ porsi
makan yang diberikan RS, minum sedikit
O : makanan tampak tidak dihabiskan.
1,4 16.00 20. Memberikan terapi kalnek 500 mg dan S : Klien mengatakan bersedia diberikan obat suntik
ondancentron 8mg intravena O : Telah diberikan terapi kalnek 500 mg/8jam dan
ondancentron 8mg/8jam intravena
1 17.00 21. Monitoring hasil laboratorium darah post transfuse S : Keluarga bertanya apakah sudah keluar hasil laborat
2 PRC darah? Berapa nilai Hb klien?
O : Hasil laborat menunjukkan, Hb : 13,8 g/dl, eritrosit : 4,64
106/ul, Ht : 39,8 %, leukosit : 6,91 103/ul, trombosit : 186
103/ul semua nilainya normal. Usul program kemoterapi
lanjut hubungi residen atau DPJP.
1,2,3,4 21.00 22. Mengikuti operan jaga siang ke malam untuk S:-
mengetahui program terapi Ny. P O: Ny. P telah mendapat transfusi PRC 2 kolf, menunggu
hasil laboratorium
1 21.30 23. Menanyakan jumlah, warna dan konsistensi darah S : Klien mengatakan masih keluar darah disertai flek
yang keluar dari vagina. O: klien menggunakan softek ganti 3x perhari tidak penuh
1,2,3,4 21.40 24. Memonitor keadaan umum dan tanda-tanda vital S : Klien mengatakan tidak dapat tertidur dengan mudah
O : klien tampak lemah, TD : 140/90 mmHg, suhu : 37,3 oC,
RR : 23x/menit, HR : 78x/menit

1,2,3,4 22.00 25. Memberikan terapi kalnek 500 mg dan S: Klien mengatakan masih sering nyeri perut, lemas dan
ondancentron 8mg intravena serta capsul NaCL pusing, serta BAK masih belum puas.
peroral. O : kalnex 500 mg dan ondancentron 8 mg masuk melalui
intravena dan NaCL telah diminum oleh pasien.
2 23.30 26. Memonitor terapi cairan infus S:-

48
O: Tampak infus RL 20 tpm terpasang
2 23.40 27. Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan nyeri di bagian perut bawah menyebar
sampai ke pinggang kanan dan kiri.
O:
P : Klien mengatakan nyeri saat kelelahan dan stress
Q : Klien mengatakan seperti ada sesuatu yang keras
mendesak didalam perut.
R : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
2cm dibawah umbilikus dan atas simfisis pubis menyebar
sampai pinggang kanan dan kiri.
S : Skala nyeri 3
T : Klien mengatakan nyeri terus-menerus tetapi
derajatnya naik turun
2 23.50 28. Memberikan informasi mengenai pentingnya tidur S : Klien mengatakan nyeri perut muncul tiba-tiba
yang adekuat dan mengajarkan teknik relaksasi O : Klien tampak kooperatif mengikuti instruksi yang
nafas dalam diberikan

1,2,3,4 21/10/2015 1. Mengikuti operan jaga malam ke pagi untuk S : -


07.00 mengetahui program terapi Ny.P. O: evaluasi kondisi umum pasien dan hasil lab bagus Hb :
13,8 g/dl, eritrosit : 4,64 106/ul, Ht : 39,8 %, leukosit : 6,91
103/ul, trombosit : 186 103/ul semua nilainya normal. Usul
program kemoterapi lanjut hubungi residen atau DPJP.
3 07.30 2. Menanyakan jumlah, warna dan konsistensi darah S : klien mengatakan darah yang keluar sudah berkurang ±50
yang keluar dari vagina. cc/24 jam, merah tua, agak kental.
O : klien masih menggunakansoftek ganti 2x perhari tidak
penuh.
1,3,4 08.00 3. Memberikan terapi kalnek 500 mg dan S :-
ondancentron 8mg intravena serta capsul NaCL O : kalnex 500 mg dan ondancentron 8 mg masuk melalui
peroral beserta penjelasan obatnya. intravena dan NaCL telah diminum oleh pasien.
2 08.10 4. Membuat janji untuk memberikan pelatihan terapi S : Ny.P mengatakan “ya mbak,nanti gapapa”
SEFT untuk mengurangi nyeri kronis pada pasien. O : pasien menyetujui dan tertarik dengan terapi SEFT yang
ditawarkan mahasiswa.
S :-
1,3 08.15 5. Mengganti RL kosong dengan infus RL 20 tpm O : RL 20 tpm terpasang di infus pasien.

49
3 08.20 6. Menanyakan warna, jumlah dan konsistensi urin S : klien mengatakan kuning keruh, jumlah ±500 cc, cair ada
yang keluar. endapan.
O: miksi masih belum puas.
1,2,3,4 08.25 7. Memberikan obat levofloxacin, Pct dan KCL S : pasien mengatakan iya mengerti obat yang harus diminum
peroral serta memotivasi pasien untuk banyak karena sama seperti kemaren.
minum air putih O: obat levofloxacin, Pct dan KCL peroral diterima pasien.
1,2,3,4 10.00 8. Mengukur TD, suhu, dan HR pasien sebelum S:Klien mengatakan nyeri perut frekuensinya berkurang,
memberikan transfusi PRC dan menanyakan lemes dan pusing berkurang, serta BAK masih belum puas.
keluhan yang masih dirasakan. O: TD : 130/90 mmHg, 37 oC, RR : 20x/menit, HR :
80x/menit.
1,2,3,4 10.30 9. Melaporkan hasil pengukuran TTV dan keluhan S : -
pasien. O : hasil TTV dan keluhan pasien diterima perawat dan akan
usul cek laboratorium urin.
2 12.30 10. Memintaijin pada perawat untuk melatih SEFT S : -
melanjutkan yang kemaren. O: perawat memberikan waktu untuk melanjutkan terapi
SEFT.
2 13.00 11. Mengingatkan SEFT yang telah diberikan kemaren S : Pasien menanyakan hal yang belum dipahami.
dan melatih sisa bagian SEFT yang belum O : pasien mengatakan mempraktekan terapi SEFT yang
diajarkan dan membuat janji untuk evaluasi diberikan kemarin yaitu setengah prosedur SEFT.
keseluruhan terapi.
1,2,3,4 14.10 12. Mengikuti operan jaga S:-
O : Terapi lanjut, rencana dilakukan kemo ke 2 dan ER ke 6,
tunggu panggilan
1,2,3,4 14.30 13. Mengantarkan pasien kemoterapi S : klien mengatakan siap dilakukan kemoterapi kedua
O : Observasi ku, efek kemoterapi, kolaborasi pemberian
terapi farmakologi untuk mencegah efek kemoterapi
1,2,3,4 20.30 14. Menjemput pasien kemoterapi S : klien mengatakan mual
O : telah dilakukan kemoterapi kedua, obeservasi Ku post
kemoterapi. Rencana ER ke 6 post kemo, tunggu panggilan
1,2,3,4 20.45 15. Memonitor TTV S : Klien mengatakan masih sedikit mual
O : TD 130/90 mmHg, RR 20x/menit, HR 88x/menit
1,2,3,4 21.00 16. Mengikuti operan jaga S:-
O: Evaluasi kondisi umum klien dan hasil laboratorium. Hb

50
: 13,8 g/dl, eritrosit : 4,64 106/ul, Ht : 39,8 %, leukosit : 6,91
103/ul, trombosit : 186 103/ul semua nilainya normal.
1 21.30 17. Menanyakan jumlah, warna dan konsistensi darah S : Klien mengatakan masih keluar darah disertai flek
yang keluar dari vagina. O: klien menggunakan softek ganti 2x perhari tidak penuh
1,2,3,4 21.40 18. Memonitor keadaan umum dan tanda-tanda vital S : Klien mengatakan tidak dapat tertidur dengan mudah
O : klien tampak lemah, TD : 130/90 mmHg, suhu : 37 oC,
RR : 20x/menit, HR : 80x/menit
1,2,3,4 22.00 19. Memberikan terapi kalnek 500 mg dan S: Klien mengatakan masih sering nyeri perut, lemas dan
ondancentron 8mg intravena serta capsul NaCL pusing, serta BAK masih belum puas.
peroral. O : kalnex 500 mg dan ondancentron 8 mg masuk melalui
intravena dan NaCL telah diminum oleh pasien.
2 22.15 20. Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan nyeri di bagian perut bawah menyebar
sampai ke pinggang kanan dan kiri.
O:
P : Klien mengatakan nyeri saat kelelahan dan stress
Q : Klien mengatakan seperti ada sesuatu yang keras
mendesak didalam perut.
R : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
2cm dibawah umbilikus dan atas simfisis pubis menyebar
sampai pinggang kanan dan kiri.
S : Skala nyeri 3
T : Klien mengatakan nyeri terus-menerus tetapi
derajatnya naik turun
2 22.30 21. Mengingatkan klien mengenai pentingnya tidur S : Klien mengatakan nyeri perut muncul tiba-tiba.
yang adekuat dan mengajarkan teknik relaksasi O : Klien tampak lemas dan lelah. Klien tampak lebih rileks
nafas dalam setelah melakukan relaksasi nafas dalam
1 22.40 22. Memonitor terapi cairan infus dan mengganti infus S:-
RL yang habis O : Tampak infus RL 20 tpm terpasang
1,2,3,4 22.45 23. Mengantar pasien radioterapi ke 6 S : klien siap untuk dilakukan radioterapi
O : klen tampak menuju ruang radioterapi, rencana
radioterapi ke 7 besok pagi, tunggu panggilan
24. Menjemput pasien radioterapi S:-
O : telah dilakukan tindakan radioterapi pada klien

51
1,2,3,4 22/10/2015 1. Mengikuti operan jaga pagi ke siang untuk S : -
14.00 mengetahui program terapi Ny.P. O: menjemput klien di ruang cendrawasih program
kemoterapi ke-3 telah selesei.
3 14.30 2. Menanyakan jumlah, warna dan konsistensi darah S : klien mengatakan darah yang keluar sudah berkurang ±10
yang keluar dari vagina. cc/24 jam, coklat
O : klien masih menggunakan softek ganti 2x hanya rembes
di tengah saja.
1,2,3,4 15.00 3. Menjemput klien di ruang cendrawasih. S : klien mengatakan mual sedikit.
O : klien tampak lelah dan mual sedikit
1,3,4 16.00 4. Memberikan terapi kalnek 500 mg dan S :-
ondancentron 8mg intravena serta capsul NaCL O : kalnex 500 mg dan ondancentron 8 mg masuk melalui
peroral beserta penjelasan obatnya. intravena dan NaCL telah diminum oleh pasien.
2 16.10 5. Membuat janji untuk melakukan evaluasi pelatihan S : Ny.P mengatakan “ya mbak,nanti gapapa”
terapi SEFT. O : pasien menyetujui dan mau mempraktekan SEFT
didepan mahasiswa.
1,3 16.15 6. Mengganti RL kosong dengan infus RL 20 tpm S :-
O : RL 20 tpm terpasang di infus pasien.
3 16.20 7. Menanyakan warna, jumlah dan konsistensi urin S : klien mengatakan kuning keruh, jumlah ±1000 cc
yang keluar. selamadi cendrawasih dari pagi telah dibuang.
O: terpasang kateter urin di urin bag 50 cc, kuning keruh, ada
endapan.
1,2,3,4 16.25 8. Memotivasi pasien untuk banyak minum air putih S : pasien mengatakan” iya mbak sudah”.
dan mengingatkan untuk meningkatkan asupan O: pasien tampak mlelah dan lesu setelah kemoterapi.
makanan.
9. Mengukur TD, suhu, dan HR pasien sebelum S:Klien mengatakan nyeri perut frekuensinya berkurang,
1,2,3,4 19.00 memberikan transfusi PRC dan menanyakan lemes,capek dan, mual sedikit, serta BAK masih belum puas.
keluhan yang masih dirasakan. O: TD : 130/90 mmHg, 37 oC, RR : 20x/menit, HR :
80x/menit.
1,2,3,4 19.15 10. Melaporkan hasil pengukuran TTV dan keluhan S : -
pasien. O : hasil TTV dan keluhan pasien diterima perawat dan akan
usul cek laboratorium urin.

2 19.30 11. Meminta ijin pada perawat melakukan evaluasi S:-


terapi SEFT. O: perawat memberikan waktu untuk melanjutkan terapi

52
SEFT.
2 19.40 12. Meminta pasien untuk mempraktekkan SEFT yang S : Pasien menanyakan gerakan yang lupa.
telah diberikan danmeminta mempraktekkan untuk O : pasien masih lupa beberapa gerakan dan perlu di ingatkan
mengurangi nyeri. oleh mahasiswa.
21.00 13. Mengikuti operan jaga S:-
O : terapi lanjut, post kemoterapi ketiga. Pro radioterapi ke 7,
tunggu panggilan, observasi KU.
21.15 14. Memonitor TTV S : klien mengatakan badan demam.
O : Suhu tubuh 38,70C, kolaborasi pemberian terapi
farmakologi, observasi suhu tubuh. Jika suhu tubuh naik,
tunda radioterapi
21.18 15. Memberikan obat paracetamol 500mg S:-
O : Telah diberikan Paracetamol 500mg (extra)
21.30 16. Memonitor TTV S : keluarga mengatakan badan masih panas.
O : Suhu tubuh 390C. Lapor DPJP, tunda radioterapi
17. Memotivasi pasien untuk banyak minum air putih
21.35 dan mengingatkan untuk meningkatkan asupan S : Klien mengatakan akan minum air putih banyak dan
makanan. makan banyak
O : klien tampak susah makan. Klien tampak hanya memakan
18. Menganjurkan klien untuk istirahat buah. Klien tampak sedikit minum
22.00 S : klien bersedia istirahat
19. Memberikan terapi kalnek 500 mg dan O : klien tampak nyaman, rileks, dan memejamkan mata
ondancentron 8mg intravena untuk tidur.
23.00 S:-
O : Telah diberikan terapi kalnek 500 mg dan ondancentron
8mg intravena

VI. EVALUASI
Tanggal/Jam No.Dx Evaluasi Sumatif TTD
53
20 Oktober 2015 1 S:
00.00 WIB Klien mengatakan masih ada perdarahan dan flek-flek
O:
1. Tampak adanya darah pada pampers dan muncul flek-flek darah ±100cc
2. Klien tampak masih lemas
3. Post tranfusi 2 PRC. Hb sebelum transfuse 7,6 g/dl : , Hasil laborat post transfuse 2 PRC : Hb : 13,8
g/dl, eritrosit : 4,64 106/ul, Ht : 39,8 %, leukosit : 6,91 103/ul, trombosit : 186 103/ul.
4. Telah dilakukan kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi kalnex 500mg/8jam
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi, Observasi KU, rencana dilakukan kemoterapi dan radioterapi. Tunggu panggilan.

2 S:
Klien mengatakan masih merasa nyeri dibagian perut yang menyebar ke pinggang kanan kiri. Pengkajian
nyeri :
P : Klien mengatakan nyeri saat kelelahan dan stress
Q : Klien mengatakan seperti ada sesuatu yang keras mendesak didalam perut.
R : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah 2cm dibawah umbilikus dan atas simfisis pubis
menyebar sampai pinggang kanan dan kiri.
S : Skala nyeri 3
T : Klien mengatakan nyeri terus-menerus tetapi derajatnya naik turun
O:
Klien tampak merintih menahan nyeri, Skala nyeri 3. Telah dilakukan SEFT untuk mengurangi nyeri
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi, monitor nyeri secara komprehensif.

3 S:
Pasien mengeluh miksi tidak puas, kadang BAK lancar dan kadang tersendat-sendat.
O:
Urin berwarna kuning keruh, tidak ada endapan, bau khas, jumlah ±500cc, hasil laborat menunjukkan urin
berwarna coklat keruh, protein urin 100mg/dl (HIGH), lekosit >100/LPB (HIGH), Bakteri +/POS
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

4 S:

54
Klien mengatakan masih merasa mual dan ingin muntah.
Keluraga mengatakan bahwa nafsu makan klien berkurang
O:
1. Tmpak bahwa klien tidak pernah menghabiskan posrsi makan
2. Telah dilakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk melakukan edukasi pasien tentang informasi diet
yang dianjurkan.
3. Telah dilakukan kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi ondancentron 8mg/8jam untuk
mencegah mual muntah sebagai efek dari kemoterapi.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi, obsrvasi KU, observasi efek samping kemoterapi

21 Oktober 2015 1 S:
00.00 WIB Pasien mengeluh miksi tidak puas, kadang BAK lancar dan kadang tersendat-sendat. klien mengatakan darah
yang keluar sudah berkurang ±50 cc/24 jam, merah tua, agak kental. Klien mengatakan masih
menggunakansoftek ganti 2x perhari tidak penuh.
O:
1. Tampak masih terdapat perdarahan
2. Hb : 13,8 g/dl, eritrosit : 4,64 106/ul, Ht : 39,8 %, leukosit : 6,91 103/ul, trombosit : 186 103/ul
3. Klien post kemoterapi kedua, dan radioterapi ke 6.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi, monitor perdarahan, monitor KU. Rencana radioterapi ke 7 hari ini.

2 S:
Klien mengatakan masih merasa nyeri dibagian perut yang menyebar ke pinggang kanan kiri. Pengkajian
nyeri :
P : Klien mengatakan nyeri saat kelelahan dan stress
Q : Klien mengatakan seperti ada sesuatu yang keras mendesak didalam perut.
R : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah 2cm dibawah umbilikus dan atas simfisis pubis
menyebar sampai pinggang kanan dan kiri.
S : Skala nyeri 3
T : Klien mengatakan nyeri terus-menerus tetapi derajatnya naik turun

O:
Klien tampak merintih menahan nyeri, Skala nyeri 3. Telah dilakukan kolaborasi dalam pemberian terapi

55
farmakologi kalnex 500mg/8jam untuk mengurangi nyeri
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi, monitor nyeri secara komprehensif.

3 S:
Pasien mengeluh miksi tidak puas, kadang BAK lancar dan kadang tersendat-sendat.
O:
Urin berwarna kuning keruh, tidak ada endapan, bau khas, jumlah ±500cc, hasil laborat menunjukkan urin
berwarna coklat keruh, protein urin 100mg/dl (HIGH), lekosit >100/LPB (HIGH), Bakteri +/POS.
Belum ada cek laborat urin ulang
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi, anjurkan pasien untuk banyak minum

4 S:
Klien mengatakan mual berkurang
O:
1. Nafsu makan belum meningkat, klien belum dapat menghabiskan 1 posrsi makan yang diberikan RS
2. Telah dilakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk melakukan edukasi pasien tentang informasi diet
yang dianjurkan.
3. Telah dilakukan kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi ondancentron 8mg/8jam untuk
mencegah mual muntah sebagai efek dari kemoterapi.
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi, obsrvasi KU, observasi efek samping kemoterapi

22 Oktober 2015 1 S:
00.00 WIB klien mengatakan darah yang keluar sudah berkurang ±10 cc/24 jam, coklat
O:
1. Tampak masih terdapat perdarahan
2. Hb : 13,8 g/dl, eritrosit : 4,64 106/ul, Ht : 39,8 %, leukosit : 6,91 103/ul, trombosit : 186 103/ul
3. Klien post kemoterapi ketiga
4. TTV : TD : 130/90 mmHg, 39oC, RR : 20x/menit, HR : 80x/menit.
5. Tunda radioterpai, perbaikan KU
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi , perdarahan, monitor KU.

56
2 S : Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang,
O : Skala nyeri 2. Telah dilakukan kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi kalnex 500mg/8jam untuk
mengurangi nyeri
A : Masalah teratasi
P : Observasi KU, rencana aff DC, anjurkan banyak minum

3 S : Klien mengatakan urin kurang jernih, klien mengatakan akan lebih banyak minum air putih
O : Urin tampak masih berwarna kuning sedikit keruh, bau khas, jumlah ±200cc
A : Masalah teratasi
P : Aff DC, observasi KU, observasi adanya retensi urin

57
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan


pervaginam (efek kemoterapi).
Kemoterapi merupakan terapi kanker menggunakan obat-obatan dengan tujuan
untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel secara
langsung maupun denggan menghentikan pembelahan selnya. Tidak hanya seperti
antibiotic yang hanya membunuh bakteri dan membiarkan sel normal di sekitar
kanker tetap hidup, namun kemoterapi juga dapat membunuh sel normal. Kejadian
inilah yang disebut dengan efek sampaing kemoterapi yang dapat mengenai sel
darah (eritrosit, leukosit, trombosit), sel rambut, kulit, organ-organ tubuh lain
(jantung, paru, hati) dan sel di dalan saluran cerna.
Kemoterapi akan mengakibatkan penurunan jumlah sel darah putih atau yang
biasa disebut dengan leukosit tubuh pasien. Sedangkan sel darah putih dibuat di
sumsum tulang yang bekerja sebagai antitiksin. Penurunan jumlah sel darah putih
tersebut mengakibatkan kekebalan seorang individu akan menurun (Smeltzer, 2002).
Kekebalan tubuh yang menurun mengakibatkan individu mudah sekali terserang
berbagai macam penyakit yang dapat menimbulkan infeksi
Kemoterapi juga berdampak pada rendahnya trombosit. Jumlah trombosit yang
sangat rendah pada kasus berat dan dapat menyebabkan perdarahan spontan atau
dapat menyebabkan keterlambatan proses pembekuan. Penurunan produksi
trombosit biasanya terkait dengan masalah di sumsum tulang (agranulositosis). Obat
kemoterapi dapat menekan produksi trombosit pada sumsum tulang, sehingga
pasien dapat mengalami trombositopenia.
Penanganan efek samping dari kemoterapi salah satunya dapat dilakukan dengan
memperbaiki asupan nutrisi. Asupan protein dan kalori yang kurang merupakan
masalah nutrisi yang paling sering terjadi pada pasien kanker dalam kemoterapi.
Protein dan kalori peting untuk proses pemulihan, pencegahan terhadap infeksi, dan
sebagai sumber energy. Kurangnya asupan nutrisi mengakibatkan pasien merasa
lemas, lesu, dan rentan terhadap infeksi. Pada Ny.P terjadi penurunan nafsu makan.
Tampak bahwa klien tidak menghabiskan makanan yang diberikan dari RS, tampak

58
bahwa klien menolak makan dan minum banyak, klien tampak lemas, pucat. Dari
data yang didapat tersebut, penting bagi kita sebagai perawat untuk membantu
mencegah terjadinya dampak kemoterapi yang berkepanjanagan. Pencegahan
tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan kesehatan maupun motivasi
untuk meningkatkan asupan nutrisi sehingga dapat mempercepat proses pemulihan
klien.

2. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya Ca Cervix uteri stadium 3B.


Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2015,
diperoleh data bahwa Ny. P mengeluh nyeri pada perut bagian bawah menyebar
sampai ke pinggang kanan dan kiri. Faktor yang dapat mengurangi gejala nyeri
yaitu saat badan terasa sehat dan tidak banyak pikiran. Sedangkan faktor-faktor
yang dapat memperburuk gejala nyeri antara lain jika kelelahan dan stress.
Pada pasien dengan ca cervix stadium lanjut, dapat mengakibatkan nyeri
perut, punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf
lumbokalis. Proses perkembangan kanker serviks itu sendiri berlangsung lambat,
diawali dengan adanya perubahan dysplasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Dysplasia serviks merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan
pertumbuhan sel yang abnormal yang melapisi permukaan serviks. Dysplasia ini
dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Pada umunya, infeksi virus yang dapat menimbulkan
kanker serviks dikenal dengan virus HPV (human papillomavirus). Akibatnya dapat
berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke jaringan
pada serviks dan pada akhirnya dapat menginvasi ke rectum dan atau vesika
urinaria, serta menimbulkan infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf. Jika sel
karsinoma atau kanker ini sudah mendesak pada jaringan syaraf, maka dapat
menimbulkan masalah keperawatan nyeri.
Pada kasus yang dialami Ny. P, Ny. P mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah menyebar sampai ke pinggang kanan dan kiri. Intervensi yang diberikan

59
adalah dengan memberikan terapi relaksasi nafas dalam dan terapi SEFT untuk
mengurangi nyeri kronis pada pasien. Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan
oleh Sri Utami dengan judul “Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri pada Asuhan Keperawatan Ny. S dengan Post Operasi
Apendiktomi” menunjukkan bahwa teknik nafas dalam memberikan pengaruh
terhadap tingkat nyeri yang dirasakan. Menurut Smeltzer, teknik relaksasi
merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan intensitas
nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Tujuan
nafas dalam itu sendiri menurut Brunner dan Suddarth adalah untuk mencapai
ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi kerja nafas,
meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, melambatkan frekuensi
pernafasan dan menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernafasan yang tidak
berguna dan tidak terkoordinasi.
Evaluasi yang dilakukan pada Ny. P setelah dilakukan intervensi
keperawatan, diperoleh data bahwa Ny. P merasa lebih rileks dan nyaman setelah
melakukan relaksasi nafas dalam dan terapi SEFT. Nyeri yang dirasakan oleh Ny. P
juga berkurang.

3. Retensi urinarius berhubungan denganHambatan dalam urin (ada zat lain abnormal
dalam urin) : proteinuria, urobilinogen, bilirubinurea, nitriturea, leukosit dan
eritosit dalam urin tinggi.
Pada kasus, Ny. P mengeluh miksi tidak puas, terkadang BAK lancar dan
terkadang tersendat-sendat. Hasil laboratorium urine menunjukkan positif pada
bilirubin dan nitrit, serta menunjukkan adanya keabnormalan dalam urine, yaitu
terdapat proteinuria, urobilinogen, bilirubinurea, nitriturea, leukosit dan eritrosit
dalam urine tinggi. Pemeriksaan biopsi jaringan vagina yang dilakukan pada
tanggal 10 Maret 2015 menunjukkan adanya jaringan tumor di vagina. Nilai LFG
dari kreatinin serum menunjukkan hasil 73,31 mL/min/1,73 m dan masuk dalam
kategori CKD stage 2 karena masuk dalam rentang nilai 60-89 mL/min/1,73 m,
sehingga dapat disimpulkan adanya gangguan fungsi ginjal ringan.

60
4. Mual berhubungan dengan efek samping kemoterapi
Keluhan pasien mual dan muntah setelah kemoterapi sehingga nafsu makan
turun, data objektif yang ditemukan yaitu pasien tampak lemes dan hanya tiduran
ditempat tidur, Konjungtiva anemis, wajah tampak pucat, adanya penurunan porsi
makan hanya ¼ dari porsi yang diberikan dari rumah sakit. Setelah dikaji dengan
alat ukur memakai Rhodes Index of Nausea and Vomiting menunjukkan Ny.P
mengalami mual derajat sedang dengan terapi post kemoterapi kedua pada tanggal
15 Oktober 2015 sehingga ditarik kesimpulan adanya diagnosa keperawatan mual
berhubungan dengan efek samping kemoterapi dan radioterapi, karena pasien
mengalami mual setelah periode terapi kemoterapi dan radioterapi. Pasien
mendapatkan program terapiconcomitant yaitu terapi gabungan antara kemoterapi
dengan radioterapi dengan siklus 1 kemoterapi 5 radiasi begitu seterusnya hingga 5
kali. Kami menyimpulkan adanya mual juga dikarenakan oleh efek samping terapi
radiasi karena telah disebutkan bahwa efek samping radioterapi salah satunya
adalah mual meskipun efek ini jarang sekali terjadi.
Penatalaksanaan untuk kanker serviks ada beberapa macam yaitu melalui
pembedahan,radioterapi dan kemoterapi. Kemoterapi memiliki dampak dalam
berbagai bidang kehidupan antara lain dampak terhadap fisik dan psikologis. Efek
samping kemoterapi dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien kanker servik. Efek
samping kemoterapi pada pasien kanker serviks menurut Ambarwati dan Wardani
(2011) secara fisik antara lain adalah mual muntah, konstipasi, perubahan rasa,
penurunan berat badan, toksisitas kulit, Alopecia, penurunan nafsu makan, nyeri,
dan neuropati perifer.
Menurut beberapa penelitian waktu terjadinya mual dan muntahsangat
beragam yaitu pada saat selamapemberian kemoterapi, setengah sampai 2jam
setelah pemberian kemoterapi danbahkan mual dan muntah dapat terjadisehari
setelah pemberian kemoterapi.Frekuensi terjadinya mual dan muntahjuga meliputi
hilang timbul dan terus menerus.Oleh karenanya perawat perlu mengkaji lebih
dalam mual muntah yang terjadi dengan alat ukur yang jelas seperti Rhodes Index
nausea, vomiting and recting’s sehingga dapat menentukan klasifikasi mual dan
muntah secara jelas sehingga intervensi yang diberikan dapat lebih tepat.

61
Menurut Gralla, Grunberg dan Messner(2008), mual dan muntah akut terjadi
pada24 jam pertama setelah kemoterapisedangkan mual dan muntah yang
terlambatmerupakan efek samping yang terjadi seharisetelah kemoterapi atau
bahkan beberapahari setelah kemoterapi. Pasien sering tidakmengetahui bahwa hal
tersebut adalah efeksamping dari kemoterapi.Faktor pemicu rasa mual dan
muntahmeliputi aroma masakan dari Rumah Sakit,makanan yang berminyak,
makanan yangberlemak, makanan dan minuman yangmanis, bau yang menyengat,
makanandengan tekstur yang basah, makanan yangberbau amis. Menurut Hawkins
&Grunberg (2009), mual dan muntah dapatdipicu oleh selera, bau, pikiran
dankecemasan terkait dengan kemoterapi. Setelah diukur dengan alat ukur yang
jelas hasil Rodhes Indeks pada Ny.A adalah 11 dimana mual muntah yang terjadi
termasuk pada kategori sedang dan masuk dalam klasisfikasi mual muntah yang
terlambat karena terjadi sehari setelah kemoterapi bahkan setelah beberapa hari
setelah kemoterapi.
Muntah dapat diinduksi olehberbagai zat kimia, obat sitostatik dan
yangdiperantai melalui Chemoreceptors triggerzone (CTZ). CTZ berlokasi di
medulla yangberperan sebagai chemosensor. Area inikaya akan berbagai
reseptorneurotransmitter. Contoh dari reseptor-reseptor tersebut antara lain
reseptorkolinergik dan histamin, dopaminergik,opiate, serotonin, neurokinin
danbenzodiazepine. Agen kemoterapi,metabolitnya, atau komponen emetik
lainmenyebabkan proses muntah melalui salahsatu atau lebih dari reseptor tersebut.
Mualdan muntah antisipatif merupakan responyang timbul karena riwayat mual
danmuntah yang tidak terkontrol. Ini mungkindipicu oleh selera, bau, pikiran,
ataukecemasan yang berhubungan dengankemoterapi. Mual terdiri dari
doronganuntuk muntah. Ini bisa disertai dengangejala otonom seperti pucat,
takikardia,diaphoresis dan mukosa bibir kering(Hawkins & Grunberg, 2009).
Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa mual dan muntahdengan
mengkonsumsi makanan yang segardan makanan yang tidak terlalu manis. Edukasi
bagi pasien yang mual dan muntah karena efek kemoterpai perlu dilakukan dari
mulai memberikan cara-cara agar mual tidak mengganggu makan dan tidak sampai
pada muntah, dengan mengkonsusmsi makanan yang segar, tidak terlalu manis,
jika makanan yang akan dimakan berbau yang memicu mual maka tunggu agak

62
dingin agar aroma berkurang, berikan aroma segar di hidung (seperti : memeras
kulit jeruk didepan hidung) sebelum makan agar makan tetap terjaga sehingga
kondisi tubuh tetap stabil, sehingga program terapi dapat berjalan lancar. Selain itu,
perawat juga perlu memberikan informasi tentang program diit yang harus diikuti
agar kondisi pasien tetap terjaga sehingga anemia, trombositopenia, leukopenia
maupun leukositosis dapat ditanggulangi dimana asupan nutrisi yang buruk akan
membuat status nutrisi buruk dan mempengaruhi kondisi daya tahan tubuh yang
buruk pula. Bila daya tahan tubuh buruk, dampak yang akan terjadi adalah tubuh
menjadi rentan pada perubahan-perubahan kearah penurunan kondisi kesehatan jika
terpapar pada faktor resiko. Beberapa faktor resiko paparan yang dapat
menurunkan kondisi kesehatan pasien diantaranya adalah paparan zat toksis dari
kemoterapi dan lingkungan yaitu karena tinggal dirumah sakit sehingga resiko
infeksi tinggi.
Hal kecil tersebut dapat sangat berarti pada pasien mengingat jika sudah
terjadi anemia, trombositopenia, leukopenia maupun leukositosis, upaya untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dan sel-sel darah pasien kanker serviks uteri yang
menjalani kemoradiasi, biasanya tim medis menggunakan obat Neupogen,
Granocyte, Eritropoetin (EPO) dan transfusi darah. Peningkatanjumlah sel-sel
darah yang signifikan setelah menggunakan obat tersebut membuat kondisi pasien
membaik dan dapat melanjutkan program terapi. Masalahnya adalah harga obat
tersebut cukup mahal sehingga sangat memberatkan pasien mengingat status
ekonomi yang pada umumnya kurang mampu, sehingga edukasi tentang nutrisi dan
mengatasi mual dapat mempertahankan kondisi tubuh yang stabil dapat
mengurangi biaya dan waktu perawatan yang harus dikeluarkan dalam program
kemoradiasi concomitant.

63
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada
jaringan serviks. Kemoterapi merupakan terapi kanker menggunakan obat-obatan
dengan tujuan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan
membunuh sel secara langsung maupun denggan menghentikan pembelahan selnya.
Beberapa masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan Ca Serviks
yang menjalani kemoterapi antara lain :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
pervaginam (efek kemoterapi).
2. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya Ca Cervix uteri stadium 3B.
3. Retensi urinarius berhubungan denganHambatan dalam urin (ada zat lain
abnormal dalam urin) : proteinuria, urobilinogen, bilirubinurea, nitriturea,
leukosit dan eritosit dalam urin tinggi.
4. Mual berhubungan dengan efek samping kemoterapi.
Penting bagi kita sebagai perawat maupun tenaga kesehatan lain untuk
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh
pasien.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
a. Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Ca Serviks secara menyeluruh.
b. Melalui laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran dan
pokok pembahasan/diskusi terkait dengan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Ca Serviks
2. Bagi Bidan maupun Perawat
Dalam melakukan pengkajian diharapkan mampu melakukan pengkajian
secara komperehensif yang mencakup bagaimana cara pencegahan timbulnya
dampak dari penyakit maupun program terapi yang diberikan.

64
DAFTAR PUSTAKA

Emilia, Ova, dkk, 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: MedPress.
Gralla, J. R., Grunberg, M. S., Messner, C.2008. Coping with Nausea aVomiting from
Chemotheraphy.www.cancercare.com
Hawkins, R., & Grunberg, S. 2009.Chemotherapy Induced Nausea
andVomiting:Challenges andOpportunities for Improved PatientsOutcomes.
Journal of OncologyNursing or the Oncology NursingSociety. Vol. 13, No. 1.
Nurwijaya, Hartati, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex Media
Komputindo
Smeltzer C. Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC
Sutandyo, Noorwati. 2007. Nutrisi pada Pasien Kanker yang Mendapat Kemoterapi.
Indonesian Journal of Cancer (4); 144-148.
Wijaya, Delia, 2010. Pembunuh Ganas itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar
Kejora.

65

You might also like