You are on page 1of 29

KONSEP DASAR DAN ASUHAN

KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS

OLEH KELOMPOK 5:

PUTU INDAH JELITA LESTARI


NI WAYAN KENDRANITI
NI PUTU SUYATI NINGSIH
NI WAYAN SUTARNI
NI LUH WIDARSIH
NI MADE WIDYANTHI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkatNya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Konsep
Dasar dan Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis” tepat pada waktunya.
Makalah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis
sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang sudah membantu baik bantuan secara fisik maupun batin yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini ini. Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 25 Desember 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Konsep Dasar................................................................................................3
1. Pengertian..................................................................................................3
2. Etiologi......................................................................................................3
3. Patofisiologi...............................................................................................4
4. Klasifikasi..................................................................................................7
5. Tanda dan Gejala.......................................................................................8
6. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................10
7. Penatalaksanaan.......................................................................................11
B. Asuhan Keperawatan..................................................................................13
1. Pengkajian Keperawatan.........................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................14
3. Intervensi Keperawatan...........................................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................23
A. Simpulan.....................................................................................................23
B. Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi,
pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk
dalam tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul
apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami
perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (firosis)
di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis didefinisikan
sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan
strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Di negar maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga
pada pasien yang berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan
kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab
kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini.
Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang
perawatan penyakit dalam. Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai
pada laki – laki dari pada perempuan. dengan perbandingan 2 – 4 : 1.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar sirosis hepatis?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan sirosis hepatis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang konsep dasar sirosis hepatis.
2. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan sirosis hepatis.

1
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa maupun pembaca
yang membaca makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang
konsep dasar dan asuhan keperawatan sirosis hepatis yang ada dan
menyesuaikan dengan setiap asuhan keperawatan. Dapat menambah wawasan
dan pengetahuan penulis beserta civitas akademika tentang konsep dan prinsip
kebutuhan eliminasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan
distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative.
(Sudoyo Aru, dkk). Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati
kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui
bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis
dan terjadinya pengerasan dari hati.
Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi arsitektur hati yang
normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel
hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. (Sylvia A. Price).
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur
hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi
tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne
C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).

2. Etiologi
Penyebab Chirrosis Hepatis :
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan.
Tapi ada dua penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan
Chirrosis hepatis adalah:
a. Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu
penyebab chirrosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen
oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan
penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan yang besar
untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara

3
klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai
kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta
menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan
hepatitis virus A
b. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut
akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan
kronis akan berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-
sebut ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat
jarang, namun peminum yang bertahun-tahun mungkin dapat
mengarah pada kerusakan parenkim hati.
c. Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua
kemungkinan timbulnya hemokromatosis, yaitu:
1) Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari
Fe.
2) Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai
pada penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya
absorpsi dari Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis
hati.

3. Patofisiologi
Pada kondisi normal, hati merupakan sistem filtrasi darah yang
menerima darah yang berasal dari vena mesenterika, lambung, limfe, dan
pankreas masuk melalui arteri hepatika dan vena porta. Darah masuk ke
hati melalui triad porta yang terdiri dari cabang vena porta, arteri hepatika,
dan saluran empedu.
Kemudian masuk ke dalam ruang sinusoid lobul hati. Darah yang
sudah difilter masuk ke dalam vena sentral kemudian masuk ke vena
hepatik yang lebih besar menuju ke vena cava inferior.
Pada sirosis, adanya jaringan fibrosis dalam sinusoid mengganggu
aliran darah normal menuju lobul hati menyebabkan hipertensi portal yang
dapat berkembang menjadi varises dan asites. Berkurangnya sel hepatosit

4
normal pada keadaan sirosis menyebabkan berkurangnya fungsi metabolik
dan sintetik hati. Hal tersebut dapat memicu terjadinya ensefalopati
hepatik dan koagulopati.

5
6
WOC Sirotsis Hepatis

Multifaktor, penyebab : Sirosis Hepatis Nyeri

 Malnutrisi
 Kolestasis kronik
Kelainan jar, Fungsi hati Inflamasi akut
 Toksik/ infeksi
parenkim hati terganggu
 Metabolic : DM
 Alcohol Kronis Risiko gangguan fungsi
 Hepatitis virus B dan C hati
Hipertensi portal Ansietas

Varises esovagus Gangguan Gangguan Gangguan


metabolism metabolism metabolism zat besi
bilirubin protein
Bilirubin tak Asam amino Gangguan asam
terkonjungsi relative folat
Ikterik Feses pucat, Gangguan Penurunan produksi
urin gelap sintesis vit K sel darah merah
Gangguan Penumpukan Faktor
citra tubuh garam pembekuan Kelemahan
Peningkatan empedu darah terganggu
Intoleransi aktivitas
tekanan dibawah kulit
hidrostatik, Kerusakan Risiko
peeningkatan integritas kulit perdarahan
permeabilitas Gangguan
Ketidakseimba Lemak tidak
vaskuler
Asites dan pembentukan
ngan nutrisi dapat
edema perifer empedu
kurang dari diemulsikan
Kelebihan kebutuhan dan tidak
volume cairan tubuh dapat diserap
oleh usus
halus

7
8
4. Klasifikasi
a. Secara makroskopik, sirosis dibagi atas :
1) Sirosis mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa
parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata diseluruh
lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis mikronodular ada
yang berubah menjadi makronodular.
2) Sirosis makronodular Ditandai dengan terbentuknya septa dengan
ketebalan bervariasi, dengan besar nodul lebih dari 3 mm.
3) Sirosis campuran Umumnya sinosis hepatis adalah jenis campuran
ini.
b. Selain klasifikasi diatas, sirosis hepatis terbagi dalam 3 pola yaitu :
1) Sirosis laennec/sirosis alkoholik, portal dan sirosis gizi
Sirosis ini berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronik.
Sirosis jenis ini merupakan 50% atau lebih dari seluruh kasus
sirosis. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol
adalah akumulasi lemak secara gradual didalam sel-sel
hati (infiltrasi lemak). Akumulasi lemak mencerminkan adanya
sejumlah gangguan metabolik. Pada kasus sirosis laennec yang
sangat lanjut, membagi parenkim menjadi nodula-nodula halus.
Nodula-nodula ini dapat membesar akibat aktifitas
regenerasi sebagai usaha hati untuk mengganti sel-sel yang rusak.
Hati tampak terdiri dari sarang-sarang sel-sel degenerasi +
regenerasi yang dikemas padat dalam kapsula fibrosa yang tebal.
Pada keadaan ini sirosis sering disebut sebagai sirosis nodular
halus. Hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki
parenkim normal pada stadium akhir sirosis, dengan akibat
hipertensi portal dan gagal hati.
2) Sirosis post nekrotik
Terjadi menyusul nekrosis berbercak pada jaringan hati,
menimbulkan nodula-nodula degeneratif besar dan kecil yang
dikelilingi dan dipisah-pisahkan oleh jaringan parut, berselang-

9
seling dengan jaringan parenkim hati normal. Sekitar 25% kasus
memiliki riwayat hepantis virus sebelumnya. Banyaknya
pasien dengan hasil tes HbsAg positif menunjukkan bahwa
hepatitis kronik aktif agaknya merupakan peristiwa yang besar
peranannya. Beberapa kasus berhubungan dengan intoksikasi
bahan kimia industri, dan ataupun obat-obatan seperti fosfat,
kloroform dan karbon tetraklorida/jamur beracun. Sirosis jenis ini
merupakan predisposisi terhadap neoplasma hati primer.
3) Sirosis Billaris
Kerusakan sel hati dimulai disekitar duktus billaris, penyebabnya
obstruksi billaris post hepatik. Sifat empedu menyebabkan
penumpukan empedu didalam masa hati dengan akibat kerusakan
sel-sel hati, terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus.
Sumber empedu sering ditmukan dalam kapilr-apiler, duktulus
empedu dan sel-sel hati seringkali mengandung pigmen hijau.

5. Tanda dan Gejala


a. Gejala
Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama
di liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu:
1) Spider angiomata atau spider nevi, lesi vaskular terdiri dari
arteriola pusat yang dikelilingi oleh pembuluh yang lebih kecil
(seperti laba – laba) biasanya pada daerah dada dan punggung.
2) Pembengkakan atau penumpukan cairan pada kaki (edema) dan
pada perut (ascites).
3) Hipogonadisme, dengan gejala seperti impotensi, infertilitas,
hilangnya dorongan seksual, dan atrofi testis (mengecilnya buah
zakar).
4) Gynecomastia, proliferasi (pembesaran) jaringan kelenjar payudara
pada pria, terlihat seperti karet atau padat yang meluas secara
konsentris dari puting. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
estradiol sebagai akibat sekunder dari sirosis.

10
5) Jaundice, yaitu menguningnya kulit, mata, dan selaput lendir
karena bilirubin yang meningkat. Urin juga terlihat menjadi lebih
gelap seperti air teh.
Gejala lain seperti: Kebingungan atau keterlambatan dalam berpikir,
lemah, warna tinja pucat / tinja menjadi hitam, kehilangan nafsu
makan, mual & muntah darah, mimisan & gusi berdarah, kehilangan
berat badan.
b. Tanda Klinis
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
1) Adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis.
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan
tanda bahwa ia sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada
kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap
bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel
hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama
perjalanan penyakit
2) Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin,
air menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor
utama asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler
usus . Edema umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai
akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
3) Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah.
Hati membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan
menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
4) Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal
yang memetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal
adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang untuk klien dengan sirosis hepatis antara lain :
a. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal :
1) Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari
destruksi jaringan hepar)

11
2) Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan
metabolisme protein)
3) Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan
matabolisme bilirubin)
4) PT memanjang (akibat kerusakan sintess protombin dan faktor
pembekuan)
b. Biopsy hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan
pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkan
c. Scan CT, atau MRI dilakukan utuk mengkaji ukuran hepar, derajat
obstruksi dan aliran darah hepatic
d. Elektrolit serum menunjukkan hypokalemia, alkalosis, dan
hiponatremia (disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosterone pada
respon terhadap kekurangan volume cairan ekstraseluler sekunder
terhadap asites)
e. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematocrit,
trombosit,hematocrit dan SDP (hasil dari depresi sumsum sekunder
terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan metabolism nutrien)
f. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria
g. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
h. Endoskopi retrogad kolangiopankreatogafi (ERCP) obstruksi duktus
koledukus
i. Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi
j. Biopsy hepar
k. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi
kelaianan di hati, termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada
tingkat berat ringannya penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan
tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada
fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan
permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak membesar dan
sebagian lagi dalam batas nomal.
l. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan
fototoraks, splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography
(PTP)
m. Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati
akan jelas kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul

12
yang besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi
biasanya tumpul. Seringkali didapatkan pembesaran limpa.

7. Penatalaksanaan
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
a. Simtomasis
b. Suportif antara lain :
1) Istirahat yang cukup
2) Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang, misalnya : cukup
kalori, protein 1 gr/kgBB/hari dan vitamin
3) Pengobatan berdasarkan etiologi, misalnya pada sirosis hati akibat
infeksi virus Hepatitis C dapat dicoba dengan interferon
c. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah
terjadi komplikasi seperti :
1) Asites
2) Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
Adanya kecurigaan akan SBP bila dijumpai keadaan sebagai
berikut :
a) Dicurigai sebagai sirosis tingkat B dan C dengan asites
b) Gambaran klinis mungkin tidak ada dan leukosit tetap normal
c) Protein asites biasanya <1 g/dl
d) Biasanya monomicrobial dan bakteri Gram- Negative
e) Mulai pemberian antibiotic jika asites >250 mm polymorphs
f) 50 % mengalami kematian dan 69% sembuh dalam 1 tahun
Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporin Generasi
III (Cefotaxime), secara parental selama lima hari atau Qinolon
secara oral. Mengingat akan rekurennya tinggi maka untuk
Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400 mg/hari) selama 2-
3 minggu
3) Hepatorenal syndrome
Adapun kriteria diagnostic dapat dilihat sebgai berikut :
a) Majo : penyakit hati kronis dengan asites glomerular fitation
rate yang rendah, serum creatin > 1,5 mg/dl, creatine clearance
(24 jam) <4,0 ml/menit, tidak ada syok, infeksi berat,
kehilangan cairan dan obat0obatan Nephotoxic, Proteinuria <
500 mg/hari, tidak ada peningkatan ekspansi volume plasma
b) Minor : volume urin <1 liter / hari, sodium urin < 10
mmol/liter, osmolaritasurin > osmolaritas plasma, konsentrasi
sodium serum <13 mmol/liter

13
Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian Diuretik
yang berlebihan , pengenalan secara dini setiap penyakit seperti
gangguan elektrolit, perdarahan dan infeksi. Penanganan secara
konservatif dapat dilakukan berupa : retriksi cairan, garam,
potassium, dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang
nefrotik. Manitol tidak bermanfaat bahkan dapat menyebabkan
asidosis intraseluler. Diuretic dengan dosis yang tinggi juga tidak
bermanfaat dapat mencetuskan perdarahan dan shock. Pilihan
terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti dengan perbaikan dan
fungsi ginjal.

14
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data dasar
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan
alkohol dalam jangka waktu yang lama
2) Pola penggunaan alkohol-alkohol (durasi dan jumlahnya)
3) Riwayat kontak dengan zat-zat toksik
4) Terpapar obat-obat hepatotoksik
c. Aktifitas/istirahat
Kelemahan, kelelahan, letargi
d. Sirkulasi
Riwayat Gagal jantung koroner kronis, perikarditis, penyakit jantung,
reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati), Distrimia,
bunyi jantung ekstra (S3, S4).
e. Eliminasi
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan/
tidak adanya bising usus, kesesuaian warrna tanah liat, melena, urine
gelap, pekat
f. Makanan/cairan
Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, edema, kulit kering,
turgor buruk, ikterik, nafas bau (fetor hepatikus) perdarahan gusi.
g. Neurosensori
Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma, bicara lambat/tak jelas.
h. Kenyamanan
Nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas, pruritus.
i. Pernafasan
Dispnea, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, expansi
paru terbatas hipoxia.
j. Keamanan
Pruritus, Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), Ikterik,
ekimosis, petekia. Angioma spider/teleangiektasis, eritema palmar.

15
k. Seksualitas
Gangguan menstruasi , atrofi testis , ginekomastia.

2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain :
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
yang tidak adekuat sekunder terhadap anorexia
c. Kelebihan volume cairan b.d portal sekunder terhadap Sirosis Hepatis
d. Nyeri akut
e. Kerusakan intergitas kulit b.d imobilisasi sekunder terhadap
kelemahan
f. Gangguan citra tubuh b.d perubahan peran fungsi
g. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
h. Risiko perdarahan

3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi

16
1. Ketidakef NOC NIC
Respiratory status :
ektifan Airway Management
ventilation
pola nafas - Buka jalan nafas, gunakan teknik
Respiratory status :
chin lift atau jaw thrust bila perlu
airway patency
- Posisikan pasien untuk
Vital sign status
Kriteria hasil memaksimalkan ventilasi
 Mendemonstrasi - Indentifikasi pasien perlunya
kan batuk pemasangan alat jalan nafas
efektif dan suara buatan
- Pasang mayo bila perlu
nafas yang
- Lakukan fisioterapi dada jika
bersih, tidak ada
perlu
sianosis dan - Keluarkan secret dengan batuk
dispneu (mampu atau suction
- Berikan bronkodilator bila perlu
mengeluarkan
- Atur intake untuk cairan
sputum, mampu
mengoptimalkan keseimbangan
bernafas dengan
Oxygen Therapy
mudah)
- Bershkan mulut, hidung dan
 Manunjukka
secret trakea
jalan nafas yang
- Pertahankan jalan nafas yang
paten (klien
paten
tidak merasa - Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
tercekik, irama
- Pertahankan posisi pasien
nafas, frekuensi - Monitor adanya kecemasan
pernafasan pasien terhadap oksigenasi
dalam rentang Vital Sign Monitoring
normal, tidak - Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan
ada suara nafas
darah
abnormal)
- Monitor frekuensi dan irama
 Tanda tanda
pernafasan
vital dalam
- ,monitor suhu warna dan
rentang normal
kelembaban kulit
(tekanan darah, - Monitor sianosis perifer
nadi,
pernafasan)

17
2 Ketidaksei NOC : NIC :
Nutrition Management
mbangan Nutrition status
- Kaji adanya alergi makanan
Nutrition status : food
nutrisi - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
and fluid
kurang menentukan jumlah kalori dan
Intake
dari Nutrition status : nutrisi yang dibutuhkan pasien
- Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrient intake
Weight control meningkatkan intake Fe
tubuh
- Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil :
meningatkan protein dan vitamin
 Adanya
C
penungkatan
- Berikan substansi gula
berat badan - Yakinkan diet yang dimakan
sesuai dengan mengandung tinggi serat untuk
tujuan mencegah konstipasi
 Berat badan - Berikan informasi tentang
ideal sesuai kebutuhan nutrisi
dengan tinggi Nutrition Monitoring
badan - BB pasien dalam batas normal
 Mampu - Monitor adanya penurunan berat
mengidentifikas badan
- Monitor jumlah dan tipe aktivitas
i kebutuhan
yang dilakukan
nutriri
- Monitor lingkungan selama
 Tidak ada tanda
makan
malnutrisi
- Monitor turgor kulit
menunjukkan - Monitor kekeringan, rambut
peningkatan kusam, dan mudah patah
- Monitor mual muntah
fungsi
- Monitor kadar albumin , total
pengecapan dari
protein Hb dan kadar Ht
menelan - Monitor pucat , kemerahan dan
 Tidak terjadi
kekeringan jaringan konjuntiva
penurunan berat
badan
3 Kelebihan NOC : NIC :
Fluid Management
volume Electolit and acid base
- Timbang popok atau pembalut
cairan balance
jika diperlukan

18
Fluid balance - Pertahankan catatan intake dan
hydation otput yang akurat
- Pasang kateter urine bila perlu
Kriteria Hasil :
- Monitor vital sign
 Terbebas dari - Monitor indikasi retensi/
edema, efusi, kelebihan cairan (cracles, CVP,
anasarka edema, distensi vena lebar, asites)
 Bunyi nafas - Monitor masukan makanan/
bersih, tidak ada cairan dan hitung intake kalori
- Kolaborasi pemberian diuretic
dispneu/ortopne
sesuai intruksi
u
 Terbebas dari Fluid Monitoring
kelelahan, - Tentukan riwayat jumlah dan tipe
kecemasan, atau intake cairan dan eliminasi
- Tentukan kemungkinan faktor
kebingungan
 Menjelaskan risiko dari ketidakseimbangan
indicator cairan
- Monitor serum dan elektrolit
kelebihan cairan
urine
- Monitor tanda dan gejala dari
oedema
- Catat secara akurat intake dan
output
4 Nyeri NOC : NIC :
Pain Management
Akut Pain Level
- lakukan pengkajian nyeri secara
Pain Control
Comfort Level komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, frekuensi, kualitas,
 mampu dan faktor presipitasi
- observasi reaksi nonverbal dari
mengontrol
ketidaknyamanan
nyeri (tahu
- gunakan teknik komunikasi
penyebab nyeri,
terapeutik untuk mengetahui
mampu
pengalaman nyeri pasien
menggunakan - kaji kultur yang memperngaruhi
tehnik respon nyeri
- evaluasi pengalaman nyeri masa
nonfarmakologi
lampau

19
untuk - evaluasi bersama pasien dan tim
mengurangi kesehatan lain tentang
nyeri, mencari ketidakefektifan control nyeri
bantuan) masa lampau
 melaporkan - bantu pasien dan keluarga untuk
bahwa nyeri mencari dan menemukan
berkurang dukungan
- control lingkungan yang dapat
dengan
memperngaruhi nyeri seperti
menggunakan
sushu ruanagan, pencahayaan dan
manajemen
kebisingan
nyeri
- kurangi faktor presipitasi nyeri
 mampu
- pilih dan lakukan penanganana
mengenali nyeri
nyeri (farmakologi, non
(skala,
farmakologi dan interpersonal)
intensitas, - ajarkan tentang teknik non
frekuensi dan farmakologi
- kaji tipe dan sumber nyeri untuk
tanda nyeri)
 menyatakan rasa intervensi
- berikan analgetik untuk
nyaman setelah
mengurangi nyeri
nyeri berkurang
- evaluasi keefektifan control nyeri
- tingkatkan istirahat
- kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
5 Kerusakan NOC NIC
Pressure Management
integritas Tissue Integrity : Skin
- anjurkan pasien untuk
kulit and Mucous
menggunakan pakaian yang
Hemodyalis Akses
longgar
Kriteria Hasil : - hindari kerutan pada tempat tidur
- jaga kebersihan kulit agar tetap
 integritas kulit
bersih dan kering
yang baik bisa
- mobilisasi pasien (ubah posisi
diertahankan
pasien) setiap dua jam sekali

20
(sensasi, - monitor kulit akan adanya
elastisitas, kemerahan
- oleskan lotion atau minyak / baby
temperature,
oil pada daerah yang tertekan
hidrasi,
- monitor aktivitas dan mobilisasi
pigmentasi)
pasien
 tidak ada lukka /
- monitor status nutrisi pasien
lesi pada kulit - memandikan pasien dangan sabun
 perfusi jaringan
dan air hangat
baik
Insision Site Care
 menunjukkan
- membersihkan, mamantau dan
pemahaman
meningkatkan proses
dalam proses
penyembuhan pada luka yang
perbaikan kulit
ditutp dengan jahitan klip atau
dan mencegah
straples
terjadinya
- monitor proses kesembuhan area
cedera berulang
insisi
 mampu
- monitor tanda dan gejala infeksi
melindungi kulit
pada area insisi
dan - bersihkan area sekitar jahitan atau
mempertahanka staples menghunakan lidi kapan
n kelembaban streril
- gunakan preparat antiseptic sesuai
kulit dan
program
perawatan alami
- ganti balutan pada interval waktu
yang sesuai atau biarkan luka
tetap terbuka (tidak dibalut)
sesuai program
6 Gangguan  Mendiskripsika NIC
Body image enhancement
citra n secara factual
- Kaji secara verbal dan non verbal
tubuh perubahan
respon klien terhadap tubuhnya
fungsi tubuh - Monitor frekuensi mengkritik
 Mempertahanka
dirinya
n interaksi - Jelaskan tetang pengobatan,
sosial perawatan, kemajuan, dan
prognosis penyakit

21
- Dorong klien mengungkapkan
perasaanya
- Identifikasi arti pengurangan
melalui pemakaian alat bantu
- Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil
7 Intoleransi NOC NIC
aktivitas Energy Conservation Activity Therapy
Activity Tolerance - Kolaborasi dengan tenaga
Self Care : ADL rahabilitasi medic dalam
Kriteria Hasil : merencanakan program terapi
 Berpartisipasi yang tepat
- Bantu klien untuk
dalam aktivitas
mengidentifikasi aktivitas yang
fisik tanpa
mampu dilakukan
disertai
- Bantu untuk memilih aktivitas
peningkatan
konsisten yang sesuai dengan
tekanan darah,
kemapuan fisik psikologis dan
nadi dan RR
social
 Mampu
- Bantu klien mengidentifikasi dan
melakukan
mendapatkan sumber yang
aktivitas sehari-
diperlukan untuk aktivitas yang
hari secara
diinginkan
mandiri - Bantu untuk mendapatkan alat
 Tanda-tanda
bantu seperti kursi roda , krek
vital normal - Bantu untuk mengidentifikasi
 Mampu
aktivitas yang disukai
berpindah : - Sediakan penguatan positif bagi
dengan atau yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk
tanpa bantuan
 Sirkulasi status mengembangkan motovasi diri
baik dan penguatan
 Status respirasi : - Monitor respon fisik emosi, social
pertukaran gas dan spiritual
da ventilasi
adekuat

22
8 Risiko NOC NIC
perdaraha Blood Lose Severuty Bleeding Precautuons
n Blood Koagulasi - Monitor ketat tanda-tana
Kriteria Hasil : perdarahan
- Catat nilai Hb dan Ht sebelum
 Tidak ada
dan sesudah terjadinya
hematuria dan
perdarahan
hematemesis
- Monitor nilai lab yang meliputi
 Kehilangan
PT, PTT, trombosit
darah yang
- Monitor TTV
terlihat - Pertahankan bed rest selama
 Tekanan darah
perdarahan aktif
dalam batas - Kolaborasi dalam pemberian
normal sistol produk darah
- Lindungi pasien dari trauma yang
dan diastole
 Tidak ada dapat menyebabkan perdarahan
- Hindari mengukur suhu lewat
perdarahan per
rectal
vaginam
- Hindari pemberian aspirin dan
 Tidak ada
antikoagulan
distensi
- Anjurkan pasien untuk
abdominal
meningkatkan intake makanan
 Hemoglobin dan
yang banyak mengandung
hematocrit
vitamin K
dalam batas
Bleeding Reduction : Gastrointestinal
normal
- Observasi adanya darah dalam
sekresi cairan tubuh
- Monitor complete blood count
dan leukosit
- Kolaborasi pemberian terapi
- Lakukan pemasangan NGT untuk
memonitor sekresi dan
perdarahan lambung
- Lakukan bilas lambung dengan
NaCl
- Dokumentasi warna, jumlah dan

23
karakteristik feses
- Kurangi faktor stress
- Pertahankan jalan nafas
- Hindari penggunaan anticoagulasi
- Monitor status nutrisi pasien

24
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan
disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul
regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis. Sirosis didefinisikan
sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan
struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Sirosis hati
adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Sirosis hepatis disebabkan oleh
Hepatitis virusat, hepatotoksik atau Alkoholisme, Hemokromatosis. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Pada sirosis dini
biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila
ditekan.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan sirosis
hepatis. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Terima Kasih.

25
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta:
EGC.
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek. 2006. Nursing Interventions
Classification (NIC). St. Louis: Mosby Year-Book.
Marion Johnson, dkk. 2000. Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis:
Mosby Year-Book.
Nanda Internasional.2014. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. EGC: Jakarta
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Price, Syivian Anderson. 2001. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 8, Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan medikal bedah 2.
(Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Soeparman. 2004. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

26

You might also like