You are on page 1of 37

Motor Listrik

MOTOR INDUKSI 3 FASA

1. Pendahuluan

Motor arus balik secra garis besar dapat digolongkan atas dua
jenis yaitu motor serempak (motor sinkron) dan motor induksi
atau motor tak serempak (motor asinkron). Disamping itu motor
arus bolak balik dapat pula digolongkan berdasarkan fasanya,
sehingga kita kenal motor satu fasa dan motor tiga fasa atau
motor fasa banyak. Motor satu fasa terdiri pula dari beberapa
jenis diantaranya, motor induksi, motor komutator dam motor
sinkron.
Dari sekian banyak jenis motor arus bolak balik, motor induksi
tiga fasa adalah jenis yang paling banyak digunakan untuk
keperluan berbagai jenis penggerak. Hal ini tiada lain karena
motor induksi tiga fasa mempunyai beberapa keuntungan seperti
berikut :

1.1 Keuntungan

1. Konstruksinya kuat dan dengan daya yang besar fisik motor


lebih kecil bila dibandingkan dengan motor satu fasa
2. Biaya operasinya murah
3. Mempunyai efesiensi yang cukup tinggi pada kondisi putaran
normal
4. Tidak memerlukan sikat, sehingga rugi gesekan dapat diperkecil
5. Mempunyai factor daya yang agak baik
6. Pengaturan startingnya sederhana (terutama jenis rotor
sangkar)

Namun demikian, disamping beberapa keuntungan di atas, motor


induksi tiga fasa juga mempunyai beberapa kelemahan yang
diantaranya adalah sebagai berikut :

1.2 Kelemahan

1. Putarannya tidak dapat diatur tanpa turunnya efesiensi.


Meskipun saat ini sudh banyak beredar alat pengatur putaran
motor induksi, baik itu variable tegangan maupun variable
frekuensi, namun harganya masih relative mahal.

Instalasi Listrik TEDC Bandung 1


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

2. Konstruksi

Motor induksi seperti juga motor-motor listrik yang lain, pada


dasarnya terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian yang tidak
bergerak yang disebut stator dan bagian yang bergerak atau
berputar yang disebut rotor.

2.1 Stator

Stator adalah bagian yang tidak bergerak dan dibuat sedemikian


rupa berbentuk lingkaran dengan sejumlah alur sebagai tempat
kumparan, seperti ditunjukkan gambar 1.

Gambar 1

Banyaknya kumparan yang terpasang pada stator bersesuaian


dengan jumlah kutub dan ditentukan berdasarkan putaran yang
dikehendaki. Semakin rendah putaran yang dibutuhkan semakin
banyak jumlah kutub, dan sebaliknya semakin tinggi p[utaran yang
dikehendaki, maka semakin sedikit jumlah kutub yang diperlukan.
Dalam pengoperasiannya, bila kumparan stator dihubungakn pada
sumber tegangan tiga fasa, maka pada stator akan terbangkit fluks
magnet yang diputar dengan kecepatan.

120.f
ns = (1)
P

Instalasi Listrik TEDC Bandung 2


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Dimana : ns = kecepatan putar medan stator dalam r/m


f = frekuensi sumber tegangan dalam Hz
P = jumlah kutub
Medan putar tersebut akan menginduksikan ggl pada rotor dengan
cara induksi bersama, yang selanjutnya merupakan dasar prinsip
kerja motor induksi.

2.2 Rotor

Rotor adalah merupakan bagian yang berputar dari motor induksi.


Ada dua jenis rotor motor induksi yaitu rotor sangkar (Squirrel
Cage Rotor) dan rotor lilit (wound rotor). Motor induksi yang
menggunakan rotor jenis rotor sangkar disebut motor induksi rotor
sangkar (Squirrel Cage Induction Motor) dan motor induksi yang
menggunakan rotor jenis rototr lilit disebut motor lilit (Wound
Motor) atau dikenal juga dengan motor slip ring (Slip Ring Motor).

2.2.1 Rotor Sangkar (Squirrel Cage Rotor)


Hampir 90% dari motor induksi menggunakan rotor jenis rotor
sangkar, karena rotor jenis ini mempunyai konstruksi yang
sederhana dan sangat kuat. Rotor jenis ini terdiri dari sebuah inti
berbentuk silinder yang terbuat dari plat yang berlapis-lapis dan
dilengkapi dengan alur-alur paralel untuk menempatkan
penghantar (rotor conductors). Namun perlu diingatkan bahwa
penghantar yang digunakan bukanlah kawat biasa melainkan
berupa batangan yang terbuat dari tembaga, alumunium atau
logam campuran (alloys). Adapun bentuk konstriksinya adalah
seperti ditinjukkan gambar 2.

Gambar 2.

Instalasi Listrik TEDC Bandung 3


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Dari gambar 2 di atas terlihat bahwa batang-batang penghantar


rotor pada ujung-ujungnya disatukan oleh dua buah ring yang
kokoh, dan masing-masingnya terhubunga singkat secara
permanent. Oleh karena itu pada rotor sangkar ini tidak
memungkinkan dilakukan penambahan resistansi luar secara seri
pada rangkaian rotor untuk keperluan starting.
Alur-alur rotor biasanya dirancang tidak tepat paralel dengan
sumbu melainkan sedikit miring. Hal ini bertujuan untuk :
1. Membantu memperkecil kecenderungan tetap beradanya gigi
motor dibawah gigi stator karena daya tarik magnet yang lurus
antara keduanya. Dengan demikian akan memperkecil
kecenderungan terkuncinya rotor.
2. Sedikit memperpanjang batang penghantar rotor.
3. Mengurangi dengung akibat magnit.

3.2.2 Rotor Lilit (Wound Rotor)

Untuk jenis ini, rotor dililit untuk membentuk sejumlah kutub yang
sama dengan jumlah kutub stator. Bagian dalam lilitan rotor ini
dihubungakan secara bintang dan ujung kumparan yang lain
dihubungkan pada tiga buah slip ring (cincin luncur) yang terisolasi
dan terpasang pada sumbu seperti ditunjukkan gambar 3. Kecuali
itu dilengkapi pula dengan sikat yang dipasang menempel atau
menyandar pada slip ring. Selanjutnya bagian luar sikat
dihubungakan pada rheostat bintang tiga fasa.. Dengan demikian
dimungkinkan untuk dilakukan penambahan resistansi pada
rangkaian rotor selama periode starting. Hal ini dimaksudkan untuk
memperbesar torsi start dan untuk merubah karakteristik
kecepatan/torsi/arus.

Gambar 3.

Instalasi Listrik TEDC Bandung 4


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

4. Medan Putar

Berputarnya rotor pada motor induksi tiga fasa adalah karena


adanya medan putar yang dihasilkan oleh kumparan stator. Medan
putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan pada sumber
tegangan tiga fasa, seperti ditunjukkan gambar 4.

ROTATING FLUX

+ 1 1 2 3

(+)

(-)
+ 3 + 2
Flux Reference

CLOCK WISE

Gambar 4.

Seperti diketahui bahwa jaringan tiga fasa masing-masing fasanya


mempunyai geseran sebesar 120º listrik. Adapun bentuk

Instalasi Listrik TEDC Bandung 5


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

gelombang sinusoidalnya (karena arus yang membangkitkan adalah


sinusoidal) adalah seperti ditunjukkan gambar 5a, sedangkan
vector arah positifnya adalah seperti ditinjukkan gambar 5b.

(a) (b)
Gambar 5.

Bila fluks maksimum yang dihasilkan oleh setiap kimparan adalah


фm, maka resultante fluksi (фr) pada stator untuk setiap saat
adalah penjumlahan dari masing-masing ф 1, ф2 dan ф3. Berikut ini
akan dibahas, berapa besarnya resultante fluksi untuk masing-
masing pada t1, t2, t3 dan t4.
Pada saat t1, ωt = 0°

ф1 = 0, ф2 = -½√3 фm, dan ф3 = ½√3 фm

karena pada saat t1, фm harganya negative, maka vektornya harus


dilukis berlawanan dengan vector pada gambar 5b, seperti terlihat
pada gambar 6a. Berangkat dari vector gambar 6a ini maka
besarnya resultante fluks dapat dihitung seperti berikut :

фr = 2 x ½ √3 фm x cos 300

фr = 3/2 фm

Pada saat t2, ωt = 60°

ф1 = ½√3 фm, ф2 = -½√3 фm, dan ф3 = 0

Instalasi Listrik TEDC Bandung 6


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

sama seperti pada saat t1 diatas, maka untuk t2 ini dapat dilukiskan
vektornya seperti gambar 6b. Dari vector gambar 6b, ini dapat
dihitung besarnya resultante fluksi sebagai berikut :

фr = 2 x ½ √3 фm x cos 300

фr = 3/2 фm

Dengan cara yang sama seperti pada saat t1 dan t2 maka untuk t3
dan t4 didapatkan pula harga resultante fluksnya sama dengan
harga pada saat t1 dan t2 sebesar 3/2 фm. Sedangkan vector
diagramnya adalah seperti ditunjukkan gambar 6c dan 6d.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 6.

Instalasi Listrik TEDC Bandung 7


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Dengan mengamati gambar 6 diatas secara cermat, jelas terlihat


bahwa resultante fluks mempunyai harga yang konstan setiap saat
yaitu sebesar 3/2 фm, dan akan berputar mengelilingi stator
dengan kecepatan sinkron sebesar persamaan (1).

5. Prinsip Kerja

Bekerjanya motor induksi tiga fasa berdasarkan pada prinsip gaya


Lorent yaitu, bilamana suatu penghantar yang dialiri arus
ditempatkan dalam medan magnet, maka penghantar tesebut akan
mengalami gaya. Besarnya gaya yang dialami oleh penghantar
tersebut ditentukan oleh besarnya arus yang mengalir pada
penghantar, kerapatan fluksi serta posisi penghantar terhadap
garis-garis gaya magnet. Pada motor induksi tiga fasa terjadinya
putaran rotor adalah mengikuti tahapan seperti berikut :

1. Apabila kumparan stator dihubungkan pada sumber tegangan


tiga fasa, seperti ditunjukkan gambar 7, maka pada stator akan
terbangkit medan putar dengan kecepatan.

120.f R
ns =
P S M

Gambar 7
2. Medan putar yang dibangkitkan kumparan stator akan
memotong batang-batang konduktor rotor, akibatnya pada
penghantar rotor atau jangkar akan terbangkit ggl induksi
sebesar :
E = 4,44.f2.N2.фm

3. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl


induksi yang terbangkit sebesar E akan menghasilkan arus
sebesar I. Adanya arus yang mengalir pada batang-batang
konduktor rotor mengakinatkan batang konduktor tersebut
mengalami gaya karena disekitar batang konduktor tersebut
terdapat medan magnet.

4. Bilamana gaya yang timbul pada rotor menghasilkan kopel mula


yang cukup besar dan mampu memikul kopel beban, maka rotor
akan berputar searah dengan perputaran medan stator.

Instalasi Listrik TEDC Bandung 8


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Seperti diketahui bahwa syarat dapat terbangkitnya ggl induksi


pada sebuah batang penghantar adalah harus ada perpotongan
antara penghantar tersebut dengan medan magnet. Dengan
demikian agar terinduksinya ggl pada kumparan rotor, diperlukan
adanya perbedaan relative antara kecepatan medan putar stator
(ns) dengan kecepatan putar rotor (nr). Perbedaan antara ns dan
nr dikenal dengan slip (S) yang secara matematis dapat ditulis
seperti berikut :

ns - n r
S= x 100% (2)
ns

Dimana :

S = Slip
ns = putaran medan stator
nr = putaran rotor

Dari uraian diatas dapat dimaklumi bahwa bila n s = nr, maka


tegangan tidak akan terinduksi pada kumparan rotor, sehingga
arus tidak akan mengalir, akibatnya tidak akan dihasilkan kopel,
sehingga, motor tidak akan berputar. Dengan demikian motor akan
berputar apabila nr < ns. Artinya kecepatan putar rotor harus lebih
kecil dari kecepatan medan stator. Oleh karena itulah motor induksi
tiga fasa disebut Motor Tak Serempak atau Motor Asinkron, karena
putaran rotornya tidak sinkron dengan medan stator.

6. Frekuensi Arus Rotor

Berubah-ubahnya kecepatan motor (nr) mengakibatkan berubahnya


harga slip dari pada saat start sampai pada saat rotor berputar
penuh. Perubahan slip ini akan mempengaruhi frekuensi arus rotor.
Adapun hubungannya dapat diuraikan seperti berikut :

Bila frekuensi jala-jala (sumber tegangan) adalah f1, maka,

120.f1
ns =
P
Seperti dijelaskan pada uraian sebelumnya bahwa terbangkitnya
ggl pada kumparan rotor adalah karena adanya perbedaan antara
nr dan ns. Oleh sebab itu besarnya frekuensi arus rotor (f 2) sangat

Instalasi Listrik TEDC Bandung 9


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

tergantung pada perbedaan tersebut, secara matematis dapat


dihitung seperti berikut :

( n s – nr ) P
f2 =
120

P
f2 = . (ns – nr)
120

P.ns (ns – nr)


f2 = x
120 ns

Jadi f2 = f1 . S (3)

Dimana : f2 = frekuensi arus rotor


f1 = frekuensi jala-jala
S = Slip

Contoh Soal.

Sebuah motor induksi tiga fasa mempunyai 6 buah kutub,


dihubungkan pada sumber tegangan yang mempunyai frekuensi 50
Hz. Bila kecepatan motor 950 r/m. Hitunglah besarnya slip.

Penyelesaian :

Instalasi Listrik TEDC Bandung 10


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

7. GGL rotor

Pada saat start, yaitu pada saat rotor belum berputar motor induksi
ekivalen dengan transformator yang lilitan sekundernya terhubung
singkat. Karena itu ggl induksi yang terbangkit per fasa pada
kumparan stator dan rotor memenuhi persamaan seperti berikut

E1 N1
= (4)
E2 N2

Dimana : E1 = ggl induksi kumparan stator


E2 = ggl induksi kumparan rotor
N1 = jumlah lilitan stator per fasa
N2 = jumlah lilitan rotor per fasa

Selanjutnya dari persamaan (3) diketahui bahwa pada saat start


(dimana rotor belum berputar) frekuensi arus rotor (f 2) sama
dengan frekuensi jala-jala (f1). Tetapi setelah rotor berputar
frekuensi arus rotor akan dipengaruhi oleh slip. Akibatnya
parameter-parameter yang merupakan fungsi frekuensi seperti ggl
dan reaktansi akan ikut pula mengalami perubahan siring dengan
perubahan frekuensi tersebut. Perubahan tersebut dapat dibahas
seperti berikut :
E2 = 4,44.f2.N2.фm
Saat rotor diam sesaat tegangan diberikan pada stator, f2 = f1,
sehingga persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai berikut :

E2 = 4,44.f1.N2.фm
Setelah rotor berputar f2 = s.f1, dan besarnya ggl rotor menjadi :

E2s = 4,44.sf1.N2.фm
Atau E2s = s.E2 (5)

Dimana : E2 = ggl rotor pada saat start


E2s = ggl rotor pada saat rotor sudah berputar

Bila diamati persamaan 1.08 secara cermat, maka dapat dimengerti


bahwa harga ggl rotor berbanding lurus dengan harga slip. Karena
slip berbanding terbalik dengan kecepatan rotor (perhatikan
persamaan (2) maka ggl rotor akan berbanding terbalik pula

Instalasi Listrik TEDC Bandung 11


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

dengan kecepatan rotor. Artinya ggl rotor akan mempunyai harga


yang tinggi pada saat kecepatan rotor rendah, dan akan rendah bila
kecepatan rotor tinggi. Begitu juga halnya dengan reaktansi,
perubahan frekuensi arus rotor menyebabkan pula berubahnya
reaktansi rangkaian rotor.

X2s = s.X2

8. Arus Rotor

Pada saat start dimana rotor belum berputar, ggl induksi rotor per
fasa adalah E2. Resistansi dan reaktansi rotor per fasa masing-
masing adalah R2 dan X2, maka impedansi rotor per fasa adalah :

Z2 = √ R22 + X22

Dengan demikian besarnya arus rotor ( dalam keadaan sesaat


diam) dapat dihitung sebagai berikut :

E2
I2 =
√ R22 + X22

Dan besarnya arus rotor dalam keadaan berputar adalah :

s.E2
I2 = (6a)
2 2
√R 2 + sX 2

E2
Atau I2 = (6b)
√(R2/s)2 + X22

Bertolak dari persamaan (6a) dan (6b) di atas rotor dapat


digambarkan seperti berikut :

Instalasi Listrik TEDC Bandung 12


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

I2 R2 s X2 I2 R2/s X2

S.E2 E2

(a) (b)
Gambar 8

9. Daya Motor Induksi Tiga Fasa

Seperti diketahui bahwa daya yang diberikan pada motor listrik


tidak seluruhnya dapat diubah menjadi daya mekanik pada poros,
hal ini karena pada stator dan rotor terdapat rugi-rugi daya berupa
panas baik pada inti maupun kumparan stator dan rotor. Klasifikasi
daya pada motor induksi tiga fasa digambarkan dengan bagan
seperi berikut :

Daya Daya
Input Input Daya
Motor Output Daya
Rotor
Rotor Output
Rugi Inti&Rugi Rugi celah
Rugi tembaga Motor
tembaga stator udara &
Rotor (BHP)
Gesekan

Instalasi Listrik TEDC Bandung 13


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Gambar 9

Besarnya daya input (P input) adalah besarnya daya yang diambil


oleh motor dari sumber tegangan, harganya dapat dihitung dengan
rumus :

P = UL.IL.cos .√3 (7)

Besar rugi inti dapat diketahui dari pengujian beban nol atau tanpa
beban, sedangkan rugi tembaga stator dan rotor dapat diketahui
dari pengujian rotor ditahan. Khusus untuk rangkaian rotor
perbandingan daya antara daya input rotor, rugi tembaga rotor dan
daya yang diubah menjadi daya mekanik dapat dianalisa seperti
berikut :

P2 : Pm : Pcu = 1 : (1-S) ; S (8)

Daya masukan rotor (P2)

P2 = 3 . I2’2 . a2. (R2/S) (9)

Daya keluaran rotor (Pm)

Pm = 3 . I2’2 . a2. R2[(1-S)/S] (10)

Daya yang hilang berupa panas (Pcu)

Pcu = 3 . I2’2 . a2. R2 (11)

Contoh Soal.

Sebuah motor slip ring, mempunyai ggl rotor pada saat open circuit
sebesar 55 volt. Rotor terhubung bintang dengan impedensi per
fasa 0,7 + J5. Bila motor berputar dengan slip 5%. Hitunglah :

Instalasi Listrik TEDC Bandung 14


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

a. Arus rotor (I2)


b. Daya yang hilang berupa panas (Pcu)
c. Daya input rotor (P2)
d. Daya yang diubah menjadi daya mekanik (Pm)

Penyelesaian :

10. TORSI

Torsi adalah momen dari suatu gaya yang bekerja pada suatu
sumbu atau poros yang harganya ditentukan oleh hasil perkalian
antara gaya dengan jari-jari sumbu pada mana gaya tersebut
bekerja. Secara matematis dapat dituliskan seperti berikut :

T=F.r Nm (12)

Instalasi Listrik TEDC Bandung 15


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Gambar 10

Jika poros pada gambar 10 berputar satu keliling, maka kerja yang
dilakukan oleh gaya F adalah :

W = F . 2r . n joule (13)

Atau

Selanjutnya apabila poros tersebut berputar dengan kecepatan n


putaran per detik (r/s), maka kerja yang dilakukan gaya F
perdetiknya adalah :

W/s = F . 2r . n joule/detik (14)

Seperti diketaui bahwa kerja yang dilakukan perdetik sama dengan


daya (P), sehingga :

P = F . 2r . n / 60 watt (15)

N = putaran per menit


Persamaan 15 di atas , Karena T = F . r, maka :

P = 2.n.T / 60 watt

atau

T = (60 P) / 2.n Nm

Dimana : P = daya output dalam watt


T = torsi dalam newton meter (Nm)
n = putaran dalam putaran per menit (r/m)

Instalasi Listrik TEDC Bandung 16


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

11. Sambungan Motor Induksi Tiga Fasa

Kumparan tiga fasa motor induksi dapat disambung bintang/star


(y) atau segitiga/delta () sesuai dengan ketersediaan tegangan
sumber dan cara starting motor tersebut.
Ujung-ujung kumparan fasa dihubungkan pada kotak terminal
dengan ditandai huruf sebagai berikut :
- U1,VI,W1 dan U2,V2,W2 untuk motor satu kecepatan dan
- 1U,1V,1W dan 2U,2V,2W untuk motor dua kecepatan
dengan dua lilitan terpisah ataupun Dahlander.

U1 V1 W1 1U 1V 1W

U2 V2 W2 2U 2V 2W

Gambar 11

MOTOR ARUS SEARAH ( MOTOR DC)

Instalasi Listrik TEDC Bandung 17


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 18


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 19


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 20


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 21


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

JENIS MOTOR DC

Instalasi Listrik TEDC Bandung 22


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 23


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 24


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 25


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 26


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

KARAKTERISTIK MOTOR DC

Instalasi Listrik TEDC Bandung 27


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 28


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 29


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 30


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 31


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 32


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC

Instalasi Listrik TEDC Bandung 33


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 34


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 35


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 36


Usman Effendi, 2004
Motor Listrik

Instalasi Listrik TEDC Bandung 37


Usman Effendi, 2004

You might also like