You are on page 1of 3

ABSTRACT

DETERMINANTS OF CHOOSING PLACE OF DELIVERY IN HEALTH


CARE FACILITIES IN INDONESIA
By: Ani Rihlatun Ni’mah
Introduction: The biggest challenge in the health sector is reducing maternal
mortality ratio in line with the Indonesia’s Sustainable Development Goals (SDGs)
target of 70 per 100,000 live births. The latest data on 2015, the maternal mortality
ratio in Indonesia is 216 per 100,000 live births. The high rate of maternal mortality
is related to underutilization of health facilities for deliveries. Methods: This study
used the Indonesia Demographic and Health Survey of 2012 data with cross
sectional design. This study was aimed to determine factors associated with
choosing place of delivery. The number of samples included in this research was
17,401 samples. An adjusted odds ratio (AOR) with 95% confidence intervals (CI)
was used to outline the independent predictors. Statistical significance was set at
p=0.05. Result: The multivariate analysis showed that mother with highest
education level are 3.03 times more likely to deliver in health care facilities
compared to mother with no education. Mother with richest wealth index are 6.69
times more likely to deliver at health facilities. While, mother with ≥4 antenatal
visit are 1.91 times more likely to deliver in health care facilities. Discussion:
Education level, wealth index were found associated with the choice of delivery at
health facilities. Socialize about the importance of birth attended by skilled health
care at health facilities are needed for mother with low education and poor
background.
Keywords: determinants, place of delivery, health facilities, IDHS
ABSTRAK
DETERMINAN PEMILIHAN PERSALINAN DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA
Oleh: Ani Rihlatun Ni’mah
Pendahuluan: Tantangan terbesar di sektor kesehatan adalah mengurangi rasio
kematian ibu yang sejalan dengan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia (SDGs) sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup. Data terakhir pada 2015,
rasio kematian ibu di Indonesia adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya
angka kematian ibu berkaitan dengan kurangnya penggunaan fasilitas kesehatan
untuk melahirkan. Metode: Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2012 dengan desain cross sectional. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan
tempat persalinan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 17.401 sampel. Odds
ratio yang disesuaikan (AOR) dengan interval kepercayaan 95% (CI) digunakan
untuk menguraikan prediktor independen. Signifikansi statistik ditetapkan pada p =
0,05. Hasil: Analisis multivariat menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat
pendidikan tinggi 3,03 kali lebih mungkin melahirkan di fasilitas pelayanan
kesehatan dibandingkan ibu yang tidak sekolah. Ibu dengan indeks kekayaan
terkaya 6,69 kali lebih mungkin melahirkan di fasilitas kesehatan. Sementara, ibu
dengan ≥4 kunjungan antenatal adalah 1,91 kali lebih mungkin untuk melahirkan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Diskusi: Tingkat pendidikan, indeks kekayaan
ditemukan terkait dengan pemilihan persalinan di fasilitas kesehatan. Diperlukan
sosialisasi tentang pentingnya melakukan persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan
yang terampil di fasilitas kesehatan untuk ibu dengan pendidikan rendah dan latar
belakang ekonomi rendah.

Keywords: determinan, tempat persalinan, fasilitas kesehatan, SDKI


Birth planning was also associated with the utilisation of mother-child healthcare.
In the present study, women who planned their pregnancy, whether alone or with
their partners,were more inclined to make use of preand postnatal consultations than
those whose pregnancy was unplanned. This association shows the need to have
and reinforce family-planning services. (ML, 2012)
Perencanaan kelahiran juga terkait dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan ibu dan
anak. Dalam penelitian ini, wanita yang merencanakan kehamilan mereka, apakah
sendirian atau dengan pasangan mereka, lebih cenderung untuk menggunakan
konsultasi sebelum dan sesudah melahirkan daripada mereka yang kehamilannya
tidak direncanakan. Asosiasi ini menunjukkan kebutuhan untuk memiliki dan
memperkuat layanan keluarga berencana.

Studi ini menemukan tingkat ketidakadilan moderat hingga yang relatif tinggi
dalam penggunaan layanan pengiriman kelembagaan di semua negara penelitian,
yang pada tahap yang berbeda dari program asuransi kesehatan mereka. Hasil
menunjukkan bahwa peningkatan cakupan asuransi kesehatan tidak secara otomatis
diterjemahkan untuk menurunkan ketidaksetaraan terkait kekayaan dalam
pemanfaatan layanan, meskipun memiliki asuransi kesehatan mungkin telah
meningkatkan akses keseluruhan ke layanan kesehatan. Ketidakadilan dalam
pemanfaatan layanan mungkin sebagian hasil dari ketidakadilan dalam status
asuransi kesehatan. Studi ini mengadvokasi intervensi pemerintah untuk
memperluas cakupan asuransi kesehatan, terutama di kalangan masyarakat miskin
untuk mengurangi ketidakadilan dalam asuransi kesehatan dan meningkatkan
pemanfaatan layanan pengiriman kelembagaan. (do, 2014)

You might also like