Professional Documents
Culture Documents
Purwono's Blog
About
Arsip
Pengumpan RSS
balantidium.
In Uncategorized on 29 Juni 2009 at 10:50 am
Rate This
BAB III
GENUS BALANTIDIUM
Domain: Eukarya
Kingdom: Chromalveolata
Superphylum: Alveolata
Phylum: Ciliophora
Class: Litostomatea
Order: Vestibuliferida
Family: Balantiididae
Genus: Balantidium
Species: B. coli
MORFOLOGI
Pada balantidium yang berbentuk kista, bentuk tubuhnya lonjong dan berdinding
tebal dan berlapis dua dan diantar dua lapisan dinding tersebut terdapat cilia
namun dapat menghilang bila dalam bentuk yang matang. Dan berukuran 45 – 65
mikron. Bentuk kista hanya mempunyai makronukleus, kista yang hidup masih
mempunyai bulu getar yang masih bergerak.
Bentuk vegetatif selain bentuk yang masih makan, juga merupakan bentuk yang
berfungsi untuk berkembangbiak dengan cara belah transversal. Mula – mula
mikronukleus yang membelah diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma sehingga
menjadi dua organisme yang baru. Kadang – kadang tampak pertukaran kromatin
( konjugasi ). Reproduksi berlangsung seksual dan aseksual.
Perkembang biakan secara aseksual yaitu dengan belah pasang, yaitu dengan
membelah jadi dua parasit yang sama bentuknya. Hanya terjadi bila situasi kurang
menguntungkan. Misalnya tidak ada pejantan.
EPIDIMIOLOGI
Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara ( yang berkisar antara 60
– 90%). Penularan antar babisatu ke babi yang lainnya mudah terjadi, sekali –
sekali dapat menular pada manusia ( zoonosis).
Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang
terkontaminasi, misalnya pada orang yang memelihara babi dan yang
membersihkan kandang babi ; bila tangan ini terkontaminasi dengan tinja babi
yang mengandung bentuk kista dan kista ini tertelan, maka terjadilah infeksi.
Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya
penularan.
Penyakit yang ditimbulkan oleh balantidium coli hampir irip dengan penyakit
yang disebabkan oleh Entamoeba Histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk
vegetatif membentuk abses- abses kecil yang kemudian pecah. manjadi ulkus
yang menggaung. Penyakit ini dapat berlangsung akut dengan ulkus merata pada
selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini dapat menjadi gangrenyang
berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom disentri. Penyakit dapat menjadi
menahun dengan diare yang di sertai konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan,
muntah, dan kakeksia ( cachexia ). Infeksi ringan Balantidium coli biasanya idak
menampakkan gejala, bila parasit hidup dirongga usus besar.
Balantidium coli kadang – kadang dapat menimbulkan infeksi eksterintestinal,
misalnya dapat menyebabkan peritonitis dan uretritis. Pernah ditemukan bahwa
Balantidium coli di hepar dan pulmo. Bahkan di ekuador Balantidium coli
ditemukan sebagai sindrom disentris dan abses hepar.
Balantidiasis
1. Identifikasi
Protozoa yang menginfeksi usus besar dan menyebabkan diare atau disenteri
diikuti dengan kolik abdominal, tenesmus, nausea dan muntah-muntah. Biasanya
disenteri disebabkan oleh amebiasis, dengan kotoran yang berisi banyak darah dan
lendir tapi sedikit pus. Invasi ke peritoneum atau saluran urogenital jarang terjadi.
Diagnosa dibuat dengan menemukan trofozoit dari parasit atau kista dari
balantidium coli pada kotoran segar, atau trofozoit ditemukan melalui
sigmoidoskopi.
2. Penyebab penyakit.
3. Distribusi penyakit.
Tersebar di seluruh dunia, infeksi pada manusia jarang terjadi namun wabah yang
bersifat “water borne” biasa terjadi pada daerah yang sanitasi lingkungannya
sangat buruk. Kontaminasi lingkungan dengan tinja dapat mengakibatkan
peningkatan jumlah kasus. Wabah besar pernah terjadi di Equador pada tahun
1978.
4. Reservoir.
Babi, kemungkinan juga hewan lain, seperti tikus dan primata selain manusia.
5. Cara Penularan.
Dengan menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang terinfeksi; pada saat
wabah, penularan terutama melalui air yang terkontaminasi. Penularan sporadis
terjadi karena masuknya kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui air, dan
makanan yang terkontaminasi.
6. Masa Inkubasi.
A. Cara Pencegahan :
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi : pemeriksaan mikroskopis tinja dari
anggota rumah tangga dan kontak yang dicurigai. Lakukan investigasi terhadap
mereka yang kontak dengan babi; bila perlu berikan tetrasiklin pada babi yang
terinfeksi.
Terkait
PLATYHELMINTHES
cestoda
▶ Satu Tanggapan
« Before cestoda 29 Juni 2009
AfterFISIOLOGI IMUN DAN MEKANISME PERTAHANAN 5 Juli 2009 »
o About
This is an example of a WordPress page, you could edit this to put
information about yourself or your site so readers know where you
are coming from. You can create as many pages like this one or
sub-pages as you like and manage all of your content inside of ...
Baca lebih lanjut →
o Arsip
Juni 2012
Mei 2012
April 2012
Maret 2012
Februari 2012
Januari 2012
Desember 2011
November 2011
Oktober 2011
Juli 2011
Februari 2011
Desember 2010
Juli 2009
Juni 2009
April 2009
Maret 2009
cerita ku
Uncategorized
Profesi
Puisi
tentang aku
o Blog Stats
64,655 hits
o Top Posts & Halaman
FISIOLOGI IMUN DAN MEKANISME PERTAHANAN
bahasa latin
fasciolosis
PLATYHELMINTHES
serosis hepatis
o Twitter Terbaru
Kesalahan: Twitter tidak merespons. Tunggulah beberapa menit
dan perbarui halaman.
o member
o
o poerwono purkinje
Blog di WordPress.com.
Ikuti