Professional Documents
Culture Documents
2.9.1 Pengkajian
1. Identitas pasien.
Nama :
Jenis kelamin : > pada Laki-laki
Agama :
Umur : 40 – 55 thn
Status :
Tanggal lahir :
Suku Bangsa :
2. Keluhan utama.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau
nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan
pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali
RPD.
4. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.
a. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan
dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan
makan dan minum sebelum dan selama MRS.
b. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang banyak orang mondar-mandir.
c. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping
itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya
sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak
bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
5. Pemeriksaan fisik.
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel
pada tempat tidur.
1. Inspeksi
- Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
- Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
- Warna benjolan terlihat kemerahan.
- Benjolan terletak di dalam ( internal ).
2. Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal
tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan
konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
6. Informasi penunjang.
Pemeriksaan laboratorium
- Hb 14,3 N : 14-18 mg/dl
- Lekosit 12-700 N : 4000 – 11.000
- Elektrolit :
1. K 2,8 N : 3,6 – 5,5 mmol/L
2. Na 137,6 N : 135 – 155 mmol/L
3. Cl 107 N : 70 – 108 mmol/L
Diagnostik
- Kolonoscopy
- Anoskopy
POST OPERATIF
1. Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan pada luka
operasi dan terpasangnya cerobong anus.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.
2.9.4 Rencana Tindakan Keperawatan
PRE OPERATIF
Dx
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Konstipasi Setelah dilakukan1.Berikan dan 1.Mencegah dehidrasi
tindakan anjurkan minum secara oral.
berhubungan
keperawatan selama kurang lebih 2
dengan 2 x 24 jamliter/hari.
diharapkan 2.Berikan posisi
pembesaran
konstipasi teratasi. semi fowler pada 2.Meningkatkan usaha
vena KH: tempat tidur. evakuasi feses.
hemoroidalis. a.Pola BAB normal 3.Anjurkan
mengkonsumsi 3.Makanan tinggi
(1-2x/minggu).
makana tinggi serat. serat dapar
b.Konsistensi feses 4.Auskultasi bunyi melancarkan proses
lunak. usus. defekasi.
c.Warna feses
kuning. 5.Hindari makanan 4.Bunyi usus secara
yang membentuk umum meningkat pada
d.Klien tidak takut gas. diare dan menurun
untuk BAB. 6.Kurangi / batasi pada konstipasi.
e.Tidak ada nyeri makana seperti 5.Menurnnkan distres
pada saat BAB. produk susu. gastrik dan distensi
7.Berikan laktasif abdomen.
sesuai program
dokter. 6.Makanan ini
diketahui sebagai
penyebab konstipasi.
7.Membantu
melancarkan proses
defekasi.
2. Nyeri Setelah dilakukan 1.Berikan Posisi 1.Minimalkan
berhubungan tindakan yang nyaman. stimulasi/meningkatkan
keperawatan selama relaksasi.
dengan adanya
3 x 24 jam
hemoroid pada diharapkan nyeri 2.Berikan bantalan 2.Meminimalkan
daerah anal. teratasi. dibawah bokong tekanan di bawah
KH: saat duduk. bokong/meningkatkan
a.Wajah pasien relaksasi.
3.Observasi tanda-
tampak meringis. tanda vital. 3.Untuk menentukan
b.Skala nyeri intervensi selanjutnya.
berkurang 0-3 atau 4.Ajarkan teknik
hilang. untuk menguranyi 4.Pengalihan perhatian
c.Klien dapat rasa nyeri seperti melalui kegiatan-
istirahat tidur. membaca, menarik kegiatan.
d.TTV Normal nafas panjang,
TD: 100/80 mmHg menonton TV, dll.
5.Berikan kompres
dingin pada daerah 5.Meningkatkan
anus 3-4 jam relaksasi.
dilanjutkan dengan
redam duduk hangat
3-4 x/hari.
6.Menurunkan
6.Berikan
ketidaknyamanan fisik.
lingkungan yang
tenang.
7.Kolaborasi dengan 7.Mengurangi nyeri dan
dokter untuk menurunkan rangsang
pemberian saraf simpatis dan
analgesik, pelunak untuk mengangkat
feses dan dilakukan hemoroid.
hemoroidectomi.
POST OPERATIF
3.1 KESIMPULAN
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih
dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah
timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga
aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya
adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga dapat menimbulkan
cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan
gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
b. Anatomi
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan mempengaruhi
timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.
* Gangguan devekasi miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.
3.2 SARAN
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada
penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya hemoroid
dengan cara :
1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.
3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar hemoroid.
4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid.
5. Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah mencapai derajat 3
hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama, Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.