Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Preseptor :
2018
BAB I
PENDAHULUAN
pembiasan sinar tidak difokuskan pada retina.1 Pada kelainan refraksi terjadi
Media refraksi pada mata terdiri atas kornea, aquous humor, lensa, dan korpus
vitreus. Pada mata normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan
tepat di makula lutea pada keadaan mata istirahat, yang disebut sebagai emetropia.
Apabila bayangan benda dibiaskan tidak tepat di makula lutea pada keadaan mata
Perkiraan prevalensi kelainan refraksi secara global berkisar antara 800 ribu
hingga 2,3 juta kasus. Tidak ada data pasti prevalensi kelainan refraksi dari WHO
Miopia adalah salah satu kelainan refraksi apabila bayangan benda yang
terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata dalam keadaan istirahat. Hal
ini sering disebut dengan rabun jauh. Miopia merupakan kelainan mata yang
tersering di seluruh dunia. Kejadian miopia yang terus meningkat dalam 50 tahun
dan diestimasikan bahwa separuh penduduk dunia menderita miopia pada tahun
2020.1,4
pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada dua garis titik api yang
saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.1
bulan pertama kehidupan ketika kelengkungan kornea sangat curam. Sebuah studi
astigmatisme.
mengenai astigmatisme.
TINJAUAN PUSTAKA
Refraksi mata adalah perubahan jalan cahaya yang diakibatkan oleh media
refraksi mata. Media refraksi mata terdiri dari permukaan kornea, aqueous humor,
1. Kornea
dilalui oleh berkas chaya saat menuju retina. Kornea dewasa rata-rata mempunyai
tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5
mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda
mulai dari epitel, membrana Bowman, stroma, membrana Descemet dan endotel.
2. Aqueous Humor
Aqueous humor adalah cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan
belakang serta memiliki volume sekitar 250 µL. Aqueous humor diproduksi oleh
korpus siliaris dan memiliki kecepatan pembentukan rata-rata 2,5 µL. Kecepatan
mengalir melalui pupil menuju bilik mata depan lalu melewati anyaman
Schlemm. Aqueous humor akan mengalir ke dalam kanal Schlemm lalu saluran
eferen dalam kanal tersebut akan mengalirkan cairan ke dalam sistem vena.
Sejumlah kecil aqueous humor akan dikeluarkan dari mata ke dalam sistem vena
3. Lensa
permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memungkinkan air dan elektrolit
masuk.
kurang elastik.
4. Korpus Vitreus
Korpus vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan
yang dibatasi oleh lensa, retina dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus
lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina dan caput nervi
lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata. Perlekatan ke
kapsul lensa dan nervus optikus kuat pada awal kehidupan tetapi segera hilang.
Vitreus berisi air sekitar 99%. Sisanya 1% meliputi dua komponen, kolagen dan
asam hialuronat, yang memberikan bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus
menghasilkan bayangan kecil dan terbalik di retina. Rangsangan ini diterima oleh
sel batang dan kerucut di retina, yang diteruskan melalui saraf optik (CN II), ke
korteks serebri pusat penglihatan. Supaya bayangan tidak kabur, kelebihan cahaya
diserap oleh lapisan epitel pigmen di retina. Bila intensitas cahaya terlalu tinggi
maka pupil akan mengecil untuk menguranginya. Daya refraksi kornea hampir
sama dengan aqueous humor, sedangkan daya refraksi lensa hampir sama pula
dengan badan kaca. Keseluruhan sistem refraksi mata ini membentuk lensa yang
cembung dengan fokus 23 mm. Dengan demikian, pada mata yang emetrop dan
dalam keadaan mata istirahat, sinar yang sejajar yang datang di mata akan
Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah
kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya
sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam reftraktif total
karena perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada
perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan
refraksi kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah
2.3 Astigmatisme3,4
pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi pada 2
garis titik fokus yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan
di kornea.
Astigmatisme juga dapat terjadi akibat jaringan parut pada kornea atau
setelah pembedahan mata. Jahitan yang terlalu kuat pada bedah mata dapat
dan pengenduran jahitan pada kornea maka dapat terjadi astigmatisme akibat
2.3.1 Epidemiologi4
dominasi astigmatisme pada bayi adalah astigmatisme with the rule, yang berarti
berusia 40 tahun, poros astigmatisme bergeser, dari dominasi with the rule ke
2.3.2 Etiologi 4
pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan atau
2.3.3 Klasifikasi1,3,4
1) Astigmatisme regular
Didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang
yang saling tegak lurus pada bidang lain sehingga pada salah satu
bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain.
satu sama lain secara horizontal (180° ±20° ) atau vertikal (90° ±20°)
dapat dikoreksi dengan +axis 180° ±20° atau –axis 90° ±20°.
meridian terletak lebih dari 20° dari meridian vertikal atau horizontal.
2) Astigmatisme Ireguler
yang sama. Principle meridian tidak tegak lurus satu dengan lainnya.
berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya
bias terkuat sedangkan titk B adalah titik fokus dari daya bias terlemah).
Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl – Y
Astigmatisme jenis ini, titk A berada tepat pada retina sedangkan titik B
berada diantara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
A berada diantara titik dan retina. Pola koreksi astigmatisme jenis ini adalah
5. Astigmatisme Mixtus
Pola ukuran lensa koreksi astigatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl –Y
atau Sph –X Cyl +Y, dimana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi
hingga nilai X menjadi nol atau rotasi X dan Y menjadi sama - sama – atau
+.
a. Astigmatisme Ringan
b. Astigmatisme Sedang
c. Astigmatisme Berat
Astigmatisme yang ukuran powernya > 3,00 dioptri. Pada astigmatisme ini
2.3.4 Patogenesis8
memfokuskan sinar pada satu titik. Pada astigmatisme, pembiasan sinar tidak
difokuskan pada satu titik. Sinar pada astigmatisme dibiaskan tidak sama pada
semua arah sehingga pada retina tidak didapatkan satu titik fokus pembiasan.
Sebagian sinar dapat terfokus pada bagian depan retina sedang sebagian sinar lain
Melihat ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi
lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang
dilihat berubah, mengecilkan celah kelopak mata, sering merasa sakit kepala,
membentuk gambar yang terdistorsi karena gambar cahaya fokus pada 2 titik
kabur. Gejala lain yang umum adalah fenomena streak atau sinar di sekitar titik
sumber cahaya, yang paling nyata dalam lingkungan gelap. Jika besarnya
astigmatisma tinggi, hal itu dapat membayangi atau mencoreng tulisan dalam
dan auto-refractor yang hasilnya dapat dilihat atau diukur langsung, tidak
menggunakan phoropter atau lensa coba (trial lens) yang dipakaikan pada
seorang ahli mata, dan alat phoropter termasuk alat yang berat, rentan dan mahal,
maka yang akan dilakukan pada ketrampilan dasar pemeriksaan mata adalah
1.1 Retinoskopi10,11,12
(rabun dekat, rabun jauh, silindris) dan kebutuhan untuk kacamata. Tes cepat,
silindris tambahan dengan intercept yang bersesuaian dengan salah satu meridian
utama.
lensa yang diperlukan untuk menetralkan gerakan adalah kesalahan bias mata dan
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada anak-anak, orang yang tidak dapat
dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, dilakukan di dalam kamar gelap. Jarak
pemeriksa dengan penderita 67 cm. Sumber cahaya terletak di atas penderita agak
pada pemeriksa yang memegang cermin, oleh cermin ini cahaya dipantulkan
penderita.
Arah gerak cermin sama dengan arah gerak reflek fundus. Gerak reflek
fundus yang berlawanan dengan arah gerak cermin didapatkan pada myopia lebih
dari 1 D.17 Selain geraknya juga perhatikan terangnya, bentuknya, dan kecepatan
gerak dari reflek fundus. Reflek yang terang, pinggirnya yang tegas dan gerak
cepat menunjukkan kelainan reflek yang ringan. Bila refleknya suram, pinggirnya
tidak tegas dan geraknya lamban, didapatkan pada kelainan refraksi yang tinggi.
1.2 Autorefraktometer10,11,12
yang digunakan untuk pemeriksaan refraksi mata secara objektif dan peresepan
kacamata atau lensa kontak. Prinsip kerja alat ini berdasarkan bagaimana
tetapi alat ini kurang bermanfaat pada anak atau orang dewasa dengan penyakit
untuk menjaga agar muskulus siliaris dalam posisi yang relaks dan menghindari
dahulu, mata menghadap ke mesin dan mata pasien seperti melihat sebuah gambar
yang jauh dari mesin tersebut. Gambar tersebut bergerak jauh dan dekat untuk
hasil pemeriksaan refraksi mata pasien dapat keluar dan kemudian hasil dicetak
secara elektronik.
Gambar 2.9 Pemeriksaan dengan menggunakan autorefraktometer
matanya.
Tes tajam penglihatan biasanya dicatat sebagai rasio atau fraksi yang
pencatatan, angka pertama ditulis sebagai jarak antara pasien dengan tabel
(biasanya yang dipakai adalah kartu Snellen), angka kedua sebagai jarak huruf
yang dapat dibaca oleh seseorang dengan ketajaman mata yang normal. Tajam
terkecil pada jarak 20 kaki, dimana pada normalnya dapat dibaca pada jarak 80
kaki.
meter. Pada jarak 6 meter karena 6 meter dianggap jarak yang paling ideal bagi
seseorang untuk dapat melihat huruf ataupun angka tanpa mata harus
berakomodasi.
refraksi dimulai dengan mata kanan kemudian mata kiri, Satu mata
ditutup biasanya mulai dengan menutup mata kiri untuk menguji mata
3. Minta pasien untuk membaca baris huruf yang paling besar dan
6. Apabila tajam penglihatan adalah 6/30 atau kurang dari itu, ulangi tes
7. Apabila pasien tidak dapat melihat huruf terbesar pada kartu Snellen
benar. Contoh 2/60 yang berarti pasien hanya dapat melihat 2 meter,
sedangkan orang normal dapat melihat dalam jarak 60 meter.
arah kanan ke kiri atau atas ke bawah. Jika pasien dapat menyebutkan
apabila ia dapat mendeteksi ada atu tidak nya cahaya dan arah
datangnya cahaya. Keadaan ini dicatat sebagai 1/~ (satu per tak
terhingga) yang berarti pasien dapat melihat cahaya pada jarak 1 meter,
10. Bila pasien tidak dapat melihat sinar, maka tajam penglihatan pasien
menentukan lensa bantu yang dapat memberikan penglihatan paling jelas dan
paling nyaman untuk mengoreksi kelainan refraksi pada pasien.
1. Penggaris
2. Optotype Snellen
3. Set alat trial frame dan trial lens (kaca mata dan lensa coba)
4. Keratoskop Plasido
optotype snelen mulai dari deretan huruf terbesar sampai deretan huruf
terkecil yang masih dapat dilihat atau dibaca dengan jelas dan lengkap.
frame kanan dan kiri pada trial frame yang akan dipasangkan kaca mata
atau lensa bantu koreksi nantinya. Tentukan jarak pupil mata kanan dan
cahaya pada kedua kornea mata, kemudian ukur jarak antara kedua reflek
3. Bila hasil visus awal adalah 6/6, maka kemungkinan keadaan mata adalah
coba pada posisi yang tepat yaitu jarak pupil untuk penglihatan dekat.
Pasang penutup (occluder) di depan salah satu mata yang belum akan
diperiksa.
huruf snellen dari yang terbesar hingga terkecil yang masih dapat dibaca
dengan jelas dan lengkap. Bila dengan lensa ini deretan huruf 6/6 yang
diharapkan penderita dapat melihat deretan huruf 6/6 dengan jelas tanpa
akomodasi. Lensa positif terkuat dimana mata hipermetropia masih dapat
hipermetropianya.
5. Bila visus kurang dari 6/6, lanjutkan dengan tes pinhole dengan
meletakkan pinhole didepan mata yang diperiksa. Bila visus kurang dari
6/6 dengan tes pinhole positif (pasien dapat melihat lebih jelas), maka
yang pas untuk digunakan melihat dengan jelas, namun tidak semua lensa tersebut
akan nyaman digunakan sebagai lensa bantu. Hanya akan ada satu jenis kekuatan
lensa yang memberikan penglihatan yang jelas dan kenyamanan saat dipakai
sebagai lensa bantu yaitu lensa yang akan meminimalkan akomodasi penderita.
Untuk melakukan koreksi perlu dicoba beberapa jenis kekuatan lensa secara
berurutan yang tetap memberikan penglihatan yang jelas dan kenyamanan saat
penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi -3.25D, maka sebaiknya diberikan
lensa koreksi -3,0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah
+3,0D memberikan tajam penglihatan 6/6, begitu juga dengan lensa +3,25, maka
yang dapat membiaskan sinar tepat pada retina dengan akomodasi lensa yang
Terutama pada anak-anak yang cepat bosan sehingga perlu banyak dihibur untuk
lingkaran pada kornea. Bila kornea bulat sempurna, yang tampak adalah lingkaran
konsentrik. Bila ada meredian yang lebih melengkung daripada yang lain tegak
dekat dan usia lanjut, karena presbiopia biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun.
Metode yang digunakan adalah near refraction dengan kartu baca dekat.
Sebelumnya sesuaikan jarak pupil penglihatan dekat pada kaca mata coba. Berikan
lensa spheris (+) umumnya disesuaikan umur S+1,00D (usia 40 tahun), S+1,50D
(45 tahun) hingga S+3,00D (60 tahun). Minta penderita untuk membaca kartu baca
malingering terutama pada anak-anak yang hanya ingin memakai kaca mata sepeti
orang tuanya atau pada orang dengan kelainan perilaku. Gunakan plano test pada
lensa coba untuk mengetes adanya malingering dan lihat adanya perbaikan.
Pindahkan anak lebih dekat dengan kartu snellen dan ulangi pemeriksaan tajam
penglihatan. Bila tidak ada perbaikan maka dapat dikatakan penderita berpura-
didapatkan pada mata kanan (OD/Oculi dextra) dan mata kiri (OS/Oculi sinistra),
jarak pupil (PD) penglihatan jauh dan dekat dan besarnya koreksi yang
diperlukan.
Teknik yang digunakan saat ini untuk menentukan sumbu dan kekuatan
(JCC), juga disebut teknik flip-cross. Teknik ini tidak mengharuskan mata
dalam keadaan berkabut untuk tampilan yang tepat. Bahkan teknik ini baik
dengan kekuatan dua kali lebih besar dari kekuaan lensa sferis, dan tanda
kekuatan silinder yang sama dari tanda yang berlawanan. Meridian utama
tampilkan 1-2 garis diatas dari ketajaman visual yang terbaik. Kemudian
Gambar 2.12 Sumbu lensa JCC dapat diubah tanpa dibalik dengan
rotasi lensa JCC searah atau berlawanan dengan arah jarum jam.
terbaik.
silinder pada aksis 90° dan 180°. Jika tidak ada, lakukan
tampak sama.
2.3.8 Penatalaksanaan1,3,4,11
1) Koreksi lensa
bertambah jelas.
2) Orthokeratology
lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar
dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan
memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan
3) Bedah refraksi
pusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi
2.3.9 Komplikasi 1
ketidaknyamanan pada mata, mata menjadi penat dan terkadang sakit kepala.
Rabun pada anak-anak memerlukan perhatian khusus dan penjagaan mata benar.
Hal ini disebabkan karena apabila mata tidak dirawat dengan benar dapat
2.3.10 Prognosis 1
5/5. Operasi mata dapat memperbaiki kelainan mata pada orang yang memenuhi
syarat. Sekitar 30 % dari semua orang memiliki silindris, dalam sebagian besar
kasus kondisi tidak berubah banyak setelah usia 25 tahun. Astigmatisme progresif
dapat terjadi pada trauma kornea , infeksi berulang dari kornea, dan penyakit
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
sehingga tidak jatuh pada retina. Kelainan refraksi juga dapat disebabkan oleh
presbiopia. Astigmatisma terjadi karena bayangan cahaya jatuh pada lebih dari
dengan alat tertentu tanpa perlu adanya kerjasama dengan pasien. Alat yang
dipakai dapat berupa retinoscopy dan auto-refractor yang hasilnya dapat dilihat
atau diukur langsung, tidak tergantung apa yang dikatakan oleh penderita kepada
kekuatan refraksi
BAB IV
LAPORAN KASUS
Nama : Nn. CA
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Padang
4.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
Telah diperiksa di poli mata RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 5
Oktober 2018 seorang pasien dengan keluhan utama kedua mata bertambah kabur
o Pasien mengeluh kedua mata bertambah kabur sejak 2 bulan yang lalu
o Pasien sudah dikenal menderita rabun jauh sejak 8 tahun yang lalu
o Koreksi terakhir sejak 4 bulan yang lalu dengan kacamata sferis negatif
presentasi, benda atau orang dari jarak jauh sehingga pasien sering
o Pandangan ganda (-), mata merah (-), mata berair (-), mata nyeri (-)
menggunakan kacamata
Vital Sign
Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 84 x/menit
Suhu : afebris