You are on page 1of 8

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR III

“Komentar Karya Arsitektur”

Disusun Oleh :
Andri Nur Aziz
1641020249

Arsitektur
Fakultas Teknik
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
PURWOKERTO
2018
ANALISA BANGUNAN DEKONSTRUKSI
( Gedung Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta)

Dari kejauhan, gedung itu berwarna abu-abu. Bentuknya, paling beda sekaligus paling unik, bila
dibandingkan dengan gedung-gedung jangkung lain yang ada di sekitarnya. Mirip seperti batu koral,
seperti kepompong, berwarna abu-abu, dan melengkung cenderung oval. Inilah Gedung New Media
Tower milik Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang berlokasi di Scientia Garden, Jalan
Boulevard Gading Serpong, Tangerang, Banten.

Gedung NMT ini diresmikan oleh Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama,
pada September 2012 lalu. Mungkin sudah banyak yang tahu, setahun kemudian, gedung ini
meraih penghargaan dengan menjadi juara pertama Gedung Hemat Energi. Selanjutnya
Penghargaan Efisiensi Energi Nasional pada 2013, Se Energy Efficient
Building kategori Tropical Building yang dilombakan pada ASEAN Energy Award 2014 di
Vientiane, Laos. Tahun sebelumnya, predikat ini diraih oleh Sukhotai Heritage Resort di
Thailand.
Komentar :

Menurut Saya, Bangunan New Media Tower adalah contoh tepat bangunan bergaya arsitektur
Dekontruksi. Hal ini dikarenakan,

1. Bentuk bangunan yang tidak lazin yaitu berbentuk kapsul, hal ini tidak biasa digunakan
dalam bangunan tinggi atau tower yang biasanya hanya berbentuk kotak-kotak.

2. Bentuk ruang kelas setengah oval di lantai paling atas dari Gedung New Media Tower
UMN merupakan bentuk unik yang tidak biasa digunakan dalam ruang – ruang kelas
pada umumnya, hal ini yang menurut saya merupakan hasil dekonstruksi.

3. Penggunaan alumunium pada sisi-sisi kulit bagian luar dari bagian ini, mengakibatkan
bangunan ini sangat hemat energy. Bangunan ini mampu mendekonstruksi sehingga
menghasilkan arsitektur yang hemat energy.

4. Penggunaan vegetasi di bangunan ini tidak hanya terletak pada lantai dasar saja.
Penggunaan vegetasi Rerumputan dan pepohonan yang menghijau ini hamper ada di
setiap lantai. Menurut Saya bangunan ini juga erat kaitannya dengan arsitektur ekologi
yang sedang dibutuhkan saat ini.
ANALISA BANGUNAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULER
( Masjid Agung Sumatra Barat)

Masjid Raya Sumatera Barat adalah masjid terbesar di Sumatera Barat, terletak
menghadap Jalan Khatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Masjid ini masih
dalam tahap konstruksi sejak peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007. Kompleks Masjid
Raya Sumatera Barat menempati area seluas 40.343 meter persegi di perempatan Jalan Khatib
Sulaiman dan Jalan Ahmad Dahlan. Bangunan utama yakni masjid terdiri dari tiga lantai dengan
denah seluas 4.430 meter persegi. Peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya
pembangunan dilakukan pada 21 Desember 2007 oleh Gubernur Sumatera Barat Gamawan
Fauzi.. Arsitektur Masjid Raya Sumatera Barat memakai rancangan yanng dikerjakan oleh
arsitek Rizal Muslimin, pemenang sayembara desain yang diikuti oleh 323 arsitek dari berbagai
negara pada 2007. Dari ratusan peserta, 71 desain masuk sebagai nominasi dan diseleksi oleh tim
juri yang diketuai oleh sastrawan Wisran Hadi.
Komentar Arsitektur :

Menuruta Saya bangunan Masjid Sumatra Barat ini layak disebut sebagai contoh
bangunan neo-vernakuler Indonesia, karena berhasil memadukan gaya bangunan modern dengan
ciri khas gaya bangunan tradisional. Hal ini ditunjukan oleh beberapa aspek :

1. Pemilihan jenis atap Gandang, merupakan pilihan yang tepat mengingat jenis atap ini
merupakan ciri khas daerah Sumatra Barat yang biasa dipakai di Rumah Gadang.

2. Atap masjid ini juga menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan empat
kabilah suku Quraisy saat berselisih pendapat mengenai pemindahan batu Hajar
Aswad di Mekkah. Bila diperhatikan, keempat sudut dari atap masjid ini berbentuk
gonjong yang seperti yang terdapat pada rumah adat Minangkabau.

3. Kemudian yang tak kalah menarik menurut saya adalah dinding masjid berbentuk
ukiran tempat Al-Quran dengan empat sudut yang mengandung arti dalam budaya
Minangkabau sebagai tau di nan ampek. Tersirat juga makna adat nan ampek, yaitu
adat nan subana adat, adat nan diadatkan, adat nan taradat dan adat istiadat. Hal ini
menurut Saya merupakan sebuah bukti bahwa “Masjid ini tidak hanya mengadopsi
arsitekturnya saja tetapi juga memasukan aspek kebudayaan di dalamnya”.

4. Terdapat ukiran yang menampilkan kaligrafi dan motif kain songket yang merupakan
khas Minangkabau.

. 5. Pemilihan kostruksi atap pipa baja yang kemudian didistribusikan oleh empat
kolom empat kolom utama, menurut saya sangat tepat, karena baja merupakan knstruksi
atap yang sangat cocok ketika menghadapi bentangan yang lebar. Masjid ini dirancang
mampu menahan gempa hingga 10 SR sekaligus bisa dijadikan shelter lokasi evakuasi
bila terjadi tsunami.
ANALISA BANGUNAN NEO-VERNAKULER
( Menara Pinisi, Universitas Negeri Makasar)

Sejak diresmikan pada 2 Mei 2016 . Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar (UNM)
kini menjadi gedung pusat pelayanan akademik. Salah satu gedung yang berjuluk ikon kota
Makassar ini tak pernah sepi. Nyaris setiap hari berbagai agenda kemahasiswaan maupun yang
diselenggarakan oleh masyarakat umum dihelat di gedung 17 lantai ini. Namun, tak jarang masih
banyak yang tidak tahu letak beberapa ruangan strategis yang terdapat dalam setiap lantai
gedung rancangan Arsitek bernama Yu Sing in.

Komentar Arsitektur :

Menurut Saya desain menara Pinisi ini sangat cocok ditakan sebagai arsitektur neo-vernakuler
Indonesia, hal ini dikarenakan :

1. Penggunaan aspek arsitektural khas rumah trasidional Makasar yang cukup melekat pada
bangunan ini, terlihat dari pengaplikasian Rumah Tradisional Makassar yang terdiri dari
3 bagian (kolong/awa bola, badan/lotang, dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi struktur
kosmos (alam bawah, alam tengah, dan alam atas). Hal ini menunjukan bahwa menara
pinisi ini menggali kearifan local kemudian digunakan sebagai konsep dasar bangunan.

2. Bangunan terbelah menjadi 4 bagian (yang terinspirasi dari deretan perahu pinisi di
pinggir pantai) menciptakan lorong angin dan jalur masuk bagi cahaya matahari ke dalam
seluruh ruang-ruang dalam podium. Tepat di tengah sumbu axis bagian belakang
bangunan menara, terdapat void kosong berbentuk elips yang memotong bangunan
podium. Menurut Saya Hal ini menujukan bahwa bangunan ini sangat melekat dengan
kota makasar karena “Perahu Pinisi” merupakan Perahu khas Makasar yang berasal dari
suku bugis.
3. Menurut Saya keindahan dari bangunan ini terletak pada pasad bangunannya. Dinding
bangunan menyerupai sirip ikan khas makasar. Bangunan menara juga merupakan
metafora dari unsur angin dan api. Façade layar mewakili unsur angin, sedangkan puncak
menara merupakan penyederhanaan dari bentuk lidah api.

You might also like