Professional Documents
Culture Documents
Untuk membedakan anak berkelainan dengan yang tidak berkelainan dalam praktek
kehidupan sehari-hari dikalangan orang awam tidak jarang mengalami kerancuan kriteria
sehingga untuk menetapkan “status” anak dalam kategori tertentu sering kali terjadi salah
tafsir. Hal ini dikarenakan batas antara kondisi normal dan tidak normal sangat tipis.
Misalnya, seseorang yang sebelumya dianggap berkelainan karena tanda-tanda yang menjadi
acuan berkelainan tampak melekat pada dirinya, tetapi setelah melalui proses penanganan
yang intensif ternyata tanda-tanda kelainan tersebut tidak tampak lagi pada dirinya.
Contoh dari kondisi tersebut dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya
seorang anak yang lahir dengan kondisi anggota tubuh tidak normal seperti tidak memiliki
jari-jari tangan yang lengkap, lahir tanpa tangan atau kaki, kelainan pada indra pendengaran
(tuli), kelainan pada indra penglihatan (buta), kelainan pada fungsi organ bicara (bisu),
kelainan otot, tulang dan daerah persendian (Efendi, 2008). Menurut pusat data dan
informasi kementrian kesehatan RI 2014 jenis kecacatan fisik yaitu amputasi pada kaki atau
tangan, cacat tulang persendian, tungkai, tangan dan sebagainya, cacat tulang punggung,
cedera syaraf tulang belakang, cacat akibat sakit polio.
DAFTAR PUSTAKA
Anak berkelainan dalam aspek kognitif adalah anak yang memiliki penyimpangan
kemampuan berfikir secara kritis, logis dalam menganggapi dunia sekitarnya
(Abdullah,2013). Menurut Efendi (2008) Kelainan pada aspek kognitif ini dapat menyebar ke
dua arah, yaitu kelainan kognitif dalam arti lebih (supernormal) dan kelainan kognitif dalam
arti kurang (subnormal). Kelainan kognitif dalam arti lebih atau anak unggul, menurut
tingkatannya dikelompokkan menjadi: (a) anak mampu belajar dengan cepat, (b) anak
berbakat, dan (c) anak genius. Menurut Abdullah (2013) Karakteristik anak yang termasuk
dalam kategori mampu belajar dengan cepat jika hasil kecerdasan menunjukkan, bahwa
indeks kecerdasannya yang bersangkutan berada pada rentang 110-120, anak berbakat jika
indeks kecerdsannya berada pada rentang 120-140, dan anak sangat berbakat atau genius jika
indeks kecerdasannya berada pada rentang di atas 140.
Anak yang berkelainan kognitif dalam arti kurang, yaitu anak yang diidentifikasi
memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal ) sehingga untuk
meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus, terutama di
dalamnya kebutuhan program pendidikan dan bimbingannya. Contoh anak yang kurang
dalam kognitifnya antara lain Kemampuan memecahkan masalah berkurang, Gangguan daya
ingat dan memori, serta menyusun urutan obyek berdasar atas ukuran panjang-pendek, besar-
kecil, tinggi-rendah, berat-ringan, atau berdasar atas pola-pola urutan tertentu, misal berdasar
atas warnanya.
Penyebab anak berkelainan kognitif menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa
sejak lahir dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (Efendi, 2008).
Kondisi anak berkelainan kognitf dalam praktik kehidupan sehari- hari di kalangan
awam seringkali disalah persepsikan, terutama bagi keluarga yang mempunyai anak dengan
kelainan kognitif, yakni berharap dengan memasukkan anak mereka ke dalam lembaga
pendidikan, kelak anaknya dapat berkembang sebagaimana anak normal lainnya.
Sebagai makhluk individu dan sosial anak berkelainan kognitif mempunyai hasrat
untuk memenuhi segala kebutuhan sebagaimana layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya
anak berkelainan kogntif dalam arti kurang, lebih sering mengalamai kegagalan atau
hambatan yang berarti. Akibatnya anak mudah frustrasi lalu muncul perilaku menyimpang
sebagai reaksi dari mekanisme pertahanan diri misalnya
Penyesuaian diri pada anak berkelainan kognitif yang di atas rata-rata dalam proses
belajar, dia akan lebih mudah mengatasi masalahnya dan cenderung bisa mencapai tujuan
pembelajaran. Ini dikarenakan seorang pelajar yang memiliki inteligensi tinggi cenderung
bisa menentukan tujuannya tanpa harus mendapatkan bimbingan lebih dari gurunya, dan
dapat menyesuaikan dirinya untuk mencapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA