You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian
dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut
minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya
para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya
yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang
lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam
memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak
hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk
membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan
potnsi diri dan meningkatkan prestasinya.
Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak
normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu
memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami
gangguan pemusatan perhatian.
Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak
sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan.
Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi
otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma
kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan
alergi makanan. Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa
layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian,
diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang
terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan
kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian definisi ADHD ?
2. Apa saja etiologi Anak ADHD?
3. Apa manifestasi klinik ADHD pada anak ?
4. Apa patofisiologi yang biasa dialami oleh anak ADHD ?
5. Apa pemeriksaan penunjang ADHD pada anak ?
6. Apa penatalaksanaan ADHD pada anak ?
7. bagaimana dengan asuhan keperawatan ADHD pada anak?

C. Tujuan
1. Memahami definisi ADHD pada anak
2. Memahami etiologi ADHD pada anak
3. Memahami manifestasi ADHD pada anak
4. Memahami patofisiologi ADHDpada anak
5. Memahami pemeriksaan ADHD pada anak
6. Memahami penatalaksanaan ADHD pada anak
7. Memahami asuhan keperawatan ADHD pada anak
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
ADHD diadaptasi dari bahasa inggris yaitu Attention Deficit Hyperactivity
Disorder. ADHD merupakan perilaku yang berkembang secara tidak sempurna dan
timbul pada anak-anak dan orang dewasa. Perilaku yang dimaksud berupa
kekurangmampuan dalam hal menaruh perhatian, pengontrolan gerak hati serta
pengendalian motor, keadaan demikian menjadi masalah bagi anak-anak (penderita)
terutama dalam memusatkan perhatian terhadap pelajaran sehingga akan menimbulkan
kesukaran didalam kelas.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan
dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas motorik
anak-anak yang cenderung berlebihan (Erinta 2012).
Landau, dkk dalam Novita (2010:3) menyatakan bahwa sebagian besar anak
dengan ADHDmengalami defisit pada keterampilan sosial. Peters dan Douglas dalam
Novita(2010:3) mendeskripsikan ADHD sebagai gangguan yang menyebabkan individu
memiliki kecenderungan untuk mengalami masalah pemusatan perhatian, kontrol diri,
dan kebutuhan untuk selalu mencari stimulasi.
ADHD ditandai oleh aktivitas motorik berlebih dan ketidakmampuan untuk
memfokuskan perhatian, anak-anak dengan gangguan demikian harus segera diberi
penanganan yang tepat agar gangguannya tidak berlanjut usia remaja bahkan dewasa.
Hiperaktivitas adalah ganguan kurang perhatian (attention deficit hyperactivity
disorder) ditandai dengan kurang perhatian, impulsivitas, perhatian mudah teralihkan dan
hipeaktivitas. Anak yang mengalami ADHD memiliki ganguan kemampuan
pembelajaran, sosialisasi, dan kepatuhan sehingga menimbulkan kebutuhan yang
signifikan pada anak, orangtua, pengajar, dan komunitas. Anak dan remaja yang
mengalami ADHD mengalami frustasi, alam perasaan yang labil, ledakan emosi,
penolakan teman sebaya , performasekolah yang buruk, seperti pengaturan yang buruk,
manajemen meta-kognitif yang buruk, seperti pengaturan yang buruk, manajemen waktu
yang buruk, dan ketidakmampuan untuk memecah proyek menjadi serangkai tugas yang
lebih kecil (Ryan-Krause, 2010).

Ada tiga tipe anak hiperaktif (ADHD) yaitu :


a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau
Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada
anak perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak mampu
memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi,
mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun dan dapat
digambarkan sedang berada “diawang -awang”, tidak bisa diajak bicara atau
menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
b. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa
memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil. Anak
dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari ke sana kemari,
melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara, berisik. Ia juga impulsif:
melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa pertimbangan,
tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat
belajar, ia menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran.
c. Tipe gabungan (kombinasi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini mempunyai
ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan
atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian,
selalu aktif secara berlebihan dan impulsif. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif
adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam,
tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak
hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan
asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka
seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak
kunjung datang.

B. ETIOLOGI
A. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distresfetal, persalinan
dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan
dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi
yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan
minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak
yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut
adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama
dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses
konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di
daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-
prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
B. Faktor toksik
beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki
potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah
(lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon
anak hiperaktif.
C. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan
anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa
kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
D. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara
orang tua dengan anaknya.
C. MANIFESTASI KLINIK
1. Inatensi dan perhatian mudah dialihkan anak tersebut memiliki yang signifikan dalam
menyelesksi stimulus yang sesuai dan memusatka pada tugas yang perlu di dalam
kelas, terutama jika tugas tersebut terlalu lama dan lambat. Perhatian yang mudah
dialihkan mengakibatkan pemfokusan yang berlebihan pada stimulus dan aktivitas
yang tidak sesuai.
2. Impulsivitas. Anak seperti ini bertindak secara cepat dan tanpa mempertimbangkan
konsekuensi tindakan merka. Kurangnya perencanaan merupakan bukti karena
melakukan kesalahan yang sembrono dan pekerjaan menulis yang berantakan
3. Kelelahan motoric dan hiperaktivitas. Anamnesis dini sering menggambarkan
seseorang anak yang temapat tidurnya membentuk lubang, tidak pernah berjalan
tetapi berlari, dan memanjat jeruji tempat tidur walpun telah diperingati. Manifestasi
pada anak usia – pra sekolah dapat meliputi kegelisahan , menggeliat, dan kelelahan.
Ada atau tidaknya tingkah laku hiperaktif dan impulsive membedakan subgroup yang
spesifik pada anak dengan ADHD masih tidak jelas
4. Kesulitan merencanakan dan mengatur tugas. Anak dapat memperlihatkan adanya
kesulitan dengan beberapa hal yang disebutfungsi eksekutif yang mengatur proses
belajar dan adaptasi. Hal ini dapat meliputi masalah dalam merencanakan,
mengorganisasikan, atau menyiapkan tugas dengan cara yang benar, memulai dan
mengakhiri aktivitas secara benar, atau berpindah dari tugas satu ke tugas yang lain.
5. Labilitas emosional tingkah laku yang tidak diinginkan secara social seperti ledakan
emosi, berkelahi, dan kegembiraan yang berlebihan dapat ,merupakan akibat
ketidakmampuan untuk menghadapi tugas yang diharapkan dan toleransi frustasi
yang rendah.

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan DSM IV, GPPH (gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas)
dapat dibagi menjadi beberapa tipe antara lain :
1. GPPH tipe kombinasi kedua criteria A1 dan A2 ditemukan dalam 6 bulan terakhir
2. GPPH degan kesukaran memusatkan perhatian sebagai gejala utama, criteria A1
ditemukan, tetapi A2 tidak ditemukan dalam 6 bulan terakhir
3. GPPH dengan hiperaktivitas impulsivitas sebagai gejala utama
4. Criteria A2 ditemukan , tetapi criteria A1 tidakditemukan dalam 6 bulan terakhir.

E. PATOFISIOLOGI
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan
tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang
hiperaktif, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang
telah memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan,
memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam
susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana
yang berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial
yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai
skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian
mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan,
maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang
diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan
kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan
jumlah gelombang - gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram
mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang
progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang
dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak.

G. PENATALAKSANAAN
A. keperawatan
1) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami
gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan
ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan
psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai
keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.
2) Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur menurut
jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya
selalu diberikan kata-kata pujian.
3) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah
dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah
bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras
4) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara
menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang
keras dan jungkir balik.
5) Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-
barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6) Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan
memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga
mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.

Menurut jurnal efek penerapan terapi gerakan tari dalam menurunkan


hiperaktivitas pada anak ADHD pada terapi dapat diberikan pada anak hiperaktivitas
karena terapi gerakan tari merupakan terapi yang terigentrasi dari stimulus visual,
auditori, dan inestetik yang membuat mereka tidak hanya pasif dalam sesi intervensi ,
melainkan ikut serta secara aktif dalam proses terapi, sehingga anak dapat
menyalurkan energy dalam mengurangi ketengangan tubuhnya. Dengan diberikan
terapi gerakan tari dengan lantunan musik pada anak hiperaktivitas akan merasakan
tenang.

B. Medis
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan
hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin,
metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai
pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut
mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-
gangguan fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh
karena respon yang akan mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat
diramalkan sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik,
mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap
hari untuk menentukan apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.

2) Dosis
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya
memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita.
a) Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-
masing anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis.pada
awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan
siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg
dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis
yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh
lanjut akan memerlukan dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan
berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis.
Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih
dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi
yang diharapkan.
b) Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan
(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg dengan
masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis
saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah
dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam.
c) Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75
mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan
dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat
tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi
hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.
d) Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan,
efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.

Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah
anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur,
anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak
jantung yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian
maka pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan perlu
dihentikan
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien :
ADHD terjadi pada anak usia 3 tahun, laki-laki cenderung memiliki kemungkinan 4x
lebih besardari perempuan untuk menderita ADHD.
2. Keluhan Utama :
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya bergerak terus.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Orang tua atau pengasuh melihat tanda-tanda awal dari ADHD :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasana hati yang mendadak.

4. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Tanyakan pada keluarga apakah anak dulu pernah mengalami cedera otak.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Tanyakan pada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga sebagai penyebab dari
gangguan hiperaktivitas pada anak.

6. Riwayat Psiko, Sosio, dan Spiritual


Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan membina hubungan
dengan teman sebayanya karena hiperaktivitas dan impulsvitas.

7. Riwayat Tumbuh Kembang.


a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alkohol, atau obat-obatan
selama kehamilan.
b. Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama persalinan, lahir
premature, berat badan lahir (BBLR).
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi atau
tidak.
8. Riwayat Imunisasi. Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi
lengkap.
a. Usia <7hari anak mendapat imunisasi hepatitis B.
b. Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio 1.
c. Usia 2 bulan anal mendapat imunisasi DPT/HB 1 dan Polio 2.
d. Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3.
e. Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4.
f. Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak.
9. Pemeriksaan Fisik -> dalam batas normal.
10. Activity daily living (ADL) :
a. Nutrisi
Anak nafsu makannya berkurang (anorexia).
b. Aktivitas
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan.
c. Eliminasi :
Anak tidak mengalami gangguan dalam eliminasi.
d. Istirahat tidur :
Anak mengalami gangguan tidur.
e. Personal Hygine :
Anak kurang memperhatikan kebersihan dirinya sendiri dan sulit diatur.
Menurut Wong 2008 pengkajian pada anak hiperaktivitas :
1. Pengetahuan keluarga tentang ketersediaan sistem pendukung
2. Persepsi keluarga mengenai penyakit/ketidakmampuan
3. Pengetahuan umum anggota keluarga tentang kondisi sebelum diagnosis anak dibuat
4. Pengetahuan tentang stres yang terus-menerus, misalnya keuangan, karier
5. Kesadaran mengenai reaksi anggota keluarga terhadap anak dan penyakit
6. Kaji perasaan anak tentang ketidakmampuan yang dimilikinya. (Wong 2008, p. 670)

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt


Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain:

1. Pengkajian riwayat penyakit


a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat
bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau
masuk sekolah atau daycare.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama,
seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan
perilaku yang membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi
perilaku anak.
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak
atau mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.
2. Penampilan umum dan perilaku motorik
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang saat
mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan sedikit
tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu
percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan
gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang
lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat perkembangannya.
3. Mood dan afek
a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki
sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan
kemarahan.
4. Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mempelajari
anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat perkembangan.
5. Sensorium dan proses intelektual
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi
seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan
secara nyata.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit
pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak
tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak
dapat berhenti memikirkan sesuatu.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas.
6. Penilaian dan daya tilik diri
a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan
sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti
berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali
bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di
sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku
mereka sendiri.
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga
diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan
mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa
terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh.
8. Peran dan hubungan
a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c. Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku
buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan
memukul orang tua atau merusak barang- barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau
babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang
meningkatkan penolakan anak.
9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri Anak yang mengalami ADHD mungkin
kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak
dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga
merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko,
mungkin juga ada riwayat cedera fisik
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan proses keluarga b.d pergeseran pada status kesehatan anggota keluarga
2. Ansietas/ketakutan yang berhubungan dengan diagnosis
3. Ketidak berdayaan yang berhubungan dengan lingkungan perawatan kesehatan
4. Harga diri rendah b.d gangguan psikiatrik
5. Isolasi sosial b.d faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan personal yang
memuaskan
Nanda Noc Nic
(00146) Ansietas (1211) tingkat kecemasan (6040) terapi relaksasi
berhubungan dengan konsep definisi : keparahan dari Definisi :penggunaan teknik
diri, rasa takut terhadap tanda tanda ketakutan, – teknik untuk mendorong
kegagalan, disfungsi system ketegangan, atau kegelisahan dan memperoleh relaksai
keluarga dan hubungan anata yang berasal dari sumber demi tujuan mengurangi
orang tua dan anak yang yang tidak dapat tanda dan gejala yang tidak
tidak memuaskan. diidentifikasi. diinginkan seperti neri, kaku
Definisi : perasaan tidak Setelah dilakukan tindakan otot, dan ansietas.
nyaman atau kekhawatiran keperawatan selama 3x24 Aktivitas – aktivitas :
yang samar disertai respons jam.Pasien dapat memenuhi 1. gambarkan rasionalisasi
otonom (sumber sering kali criteria hasil: dan manfaat relaksasi
tidak spesifik atau tidak 1. Tidak dapat beristirahat serta jenis relaksai yang
diketahui oleh individu), dari skala 2 ditingkatkan tersedia
perasaan takut yang menjadi skala 4 2. ciptakan lingkungan yang
disebabkan oleh antisipasi 2. Berjalan mondar – mandir tenang dan tanpa distraksi
terhadap bahaya. Hal ini dari skala 2 ditingkatkan dengan lampu yang redup
merupakan isyarat menjadi skala 4 dan suhu lingkungan yang
kewasapadaan yang 3. Perasaan gelisah dari nyaman, jika
memperingatkan individu skala 2 ditingkatkan memungkinkan
untuk bertindak menjadi skala 4 3. dorong klien untuk
mengahadapi ancaman. 4. Masalah perilaku dari mengambil posisi yang
skala 2 ditingkatkan nyaman dengan pakaian
menjadi skala 4 longgar dan mata tertutup.
5. Kesulitan berkonsentrasi 4. meminta klien untuk
dari skala 2 ditingkatkan rileks dan merasakan
menjadi skala 4 sensai yang terjadi
6. Rasa takut yang 5. dorong pengulangan
disampaikan secara lisan teknik praktik – praktik
dari skala 2 ditingkatkan tertentu secara berkala
menjadi skala 4 6. Dorong control sendiri
7. Rasa cemas yang ketika relaksasi dilakukan.
disampaikan secara lisan 7. evaluasi dan dokumentasi
dari skala 2 ditingkatkan respon terhadap terapi
skala 4 relaksasi
8. Perhatian yang berlebihan (5850) Pengurangan
terhadap kejadian – kecemasan
kejadian dalam kehidupan Definisi : mengurangi
dari skala 2 ditingkatkan tekanan, ketakutan, firasat,
menjadi skala 4 maupun ketidaknyamanan
9. Gangguan tidur dari skala terkait dengan sumber –
2 ditingkatkan menjadi sumber bahaya yang tidak
skala 4 teridentifikasi.
Aktiitas – aktivitas :
1. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
2. Berada di sisi klien
untuk meningkatkan rasa
aman dan mengurangi
ketakutan
3. Dengarkan klien
4. Dorong verbalisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan
5. Kaji tanda verbal dan
non verbal kecemasan
(000918) gangguan pola (0918) tingkat depresi (5820) pengurangan
tidur berhubungan dengan Definisi : keparahan alam kecemasan
ansietas dan hiperaktif. perasaan melankolis dan Definisi : mengurangi
Definisi : interupsu jumlah kehilangan minat pada tekanan, ketakutan , firasat
waktu dan kualitas tidur peristiwa kehidupan. maupun ketidaknyamanan
akibat factor eksternal. Setelah dilakukan tindakan terkait dengan sumber –
keperawatan selama 3x24 sumber bahaya yang tidak
jam.Pasien dapat memenuhi teridentifikasi.
criteria hasil: Aktivitas – aktivitas :
1. Perasaan depresi dari 1. Gunakan pendekatan
skala 2 ditingkatkan yang tenang dan
menjadi skala 4 menyakinkan
2. Kehilangan minat 2. Nyatakan dengan jelas
pada kegiatan dari harapan terhadap
skala 2 ditingkatkan perilaku klien
menjadi skala 4 3. Pahami suatu krisis
3. Gangguan konsentrasi yang terjadi dari
dari skala 2 persefektif klien.
ditingkatkan menjadi 4. Berada di sisi klien
skala 4 untuk meningkatkan
4. Tidak dapat membuat rasa aman dan
keputusana dari skala mengurangi
2 ditingkatkan ketakutan.
menjadi skala 4 5. Dorong keluarga
5. Rendahnya harga diri untuk mnedampingi
dari skala 2 klien dengan cara
ditingkatkan menjadi yang tepat.
skala 4. 6. Dorong vertibalisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan

BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian
dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut
minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya
para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya
yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang
lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam
memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak
hiperaktif juga tidak bisa maksimal.
Ada tiga tipe anak hiperaktif (ADHD) yaitu : Tipe anak yang tidak bisa
memusatkan perhatian (in-atensi), Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive dan Tipe
gabungan (kombinasi). Factor yang mempengaruhi ADHD yaitu faktor neurologic,
Faktor toksik , Faktor genetik dan Faktor psikososial dan lingkungan

B. Saran
a. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif,
tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh,
meliputi : biopsikososialkultural.
b. Bagi mahasiswa diharapkan data semakin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan dengan
masalah gangguan perilaku (ADHD).
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Nandiah, 2013. Mengenal anak dengan kebutuhan khusus jurnal magistra N0. 86
tahun XXV desember 2013 ISSN 0215-9511

Abraham,M. Rudolph,2014. Buku Ajar Pediatri Rudlof, volume 1. Jakarta : EGC

http://download.portalgaruda.org/article. (diakses pada tanggal 14 September 2018)

Bulecheck. Gloria dkk. 2017. Nursing I NTERVENTIONS Classification (NIC). Sixth


edicatin. Lowa: Mosby Elsevier.

Johnson. Maeion dkk. 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth edicatin. Lowa:
Mosby Elsevier

NANDA Internasional. 2015. Diagnosa Kepwrawatan: Defisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
EGC

Winarsih dkk, 2013 Panduan Penanganan Anak Dengan Kebutuhan Khusus bagi pendamping (
Orang tua, Keluarga, Dan Masyarakat). Kementrian pemberdayaan perempuan dan
pertumbuhan anak. Jakarta

Wong, Dona L. 2008. Wong’s Esential of Pediatric Nursing. Mosby : USA.

You might also like