You are on page 1of 15

Abu Abdullah Muhammad al-Bukhari

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Imam al-Bukhari
Gelar
Amir al-Mu'minin fi al-Hadith
Muhammad ibn Ismail al-
Nama Bukhari
‫محمد بن اسماعيل البخاري‬
Muhammad
Lahir 19 Agustus 810
Bukhara, Khurasan
1 September 870 (umur 60)
Wafat
Khartank, dekat Samarkand
Khartank (Samarkand,
Dimakamkan di
Uzbekistan)
Etnis Persia
Zaman Kekhilafahan Abbasiyyah
Jabatan Muhaddits
Firkah Sunni
Minat utama Ilmu Hadits
Karya yang
Sahih al-Bukhari
terkenal
Dipengaruhi oleh[tampilkan]
Mempengaruhi[tampilkan]

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi
al-Bukhari atau lebih dikenal Imam Bukhari (Lahir 196 H/810 M - Wafat 256 H/870 M)
adalah ahli hadits yang termasyhur di antara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama
dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam kitab-
kitab Fiqih dan Hadits, hadits-hadits dia memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya
dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits).
Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.

Dia diberi nama Muhammad oleh ayahnya, Ismail bin Ibrahim. Yang sering menggunakan
nama asli dia ini adalah Imam Turmudzi dalam komentarnya setelah meriwayatkan hadits dalam
Sunan Turmudzi. Sedangkan kuniah dia adalah Abu Abdullah. Karena lahir di Bukhara,
Uzbekistan, Asia Tengah; dia dikenal sebagai al-Bukhari. Dengan demikian nama lengkap dia
adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi
al-Bukhari. Ia lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Tak lama setelah lahir, dia
kehilangan penglihatannya.

Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hibban
menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti berhati hati terhadap hal hal
yang bersifat syubhat (ragu-ragu) hukumnya terlebih lebih terhadap hal yang haram. Ayahnya
adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan murid dari Imam Malik, seorang
ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.

Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. pada
usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutama Mekkah dan Madinah, di
mana di kedua kota suci itu dia mengikuti kajian para guru besar hadits. Pada usia 18 tahun dia
menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi'in, hafal kitab-kitab hadits karya Mubarak
dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun hadits-hadits shahih
dalam satu kitab, di mana dari satu juta hadits yang diriwayatkan 80.000 perawi disaring menjadi
7275 hadits.

Bukhari memiliki daya hafal tinggi sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid bin Ismail. Sosok
dia kurus, tidak tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan, ramah dermawan dan banyak
menyumbangkan hartanya untuk pendidikan.

Daftar isi
 1 Penelitian Hadits
 2 Karya
 3 Wafat
 4 Lihat pula
 5 Catatan

Penelitian Hadits
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16
tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan
menyeleksi haditsnya. Di antara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz
(Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering
bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota
itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah dia mengumpulkan dan menghafal satu
juta hadits.

Namun tidak semua hadits yang ia hafal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu
diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat di antaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits
tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat/pembawa) hadits itu tepercaya dan tsiqqah
(kuat). Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis
dalam karya monumentalnya Al Jami'al-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari. Banyak
para ahli hadits yang berguru kepadanya seperti Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi,
Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim.

Karya
Karya Imam Bukhari antara lain:

 Al-Jami' ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari


 Al-Adab al-Mufrad[2][3]
 Adh-Dhu'afa ash-Shaghir[4]
 At-Tarikh ash-Shaghir
 At-Tarikh al-Ausath[5]
 At-Tarikh al-Kabir[6]
 At-Tafsir al-Kabir
 Al-Musnad al-Kabir
 Kazaya Shahabah wa Tabi'in
 Kitab al-Ilal
 Raf'ul Yadain fi ash-Shalah
 Birr al-Walidain
 Kitab ad-Du'afa
 Asami ash-Shahabah
 Al-Hibah
 Khalq Af'al al-Ibad[7]
 Al-Kuna
 Al-Qira'ah Khalf al-Imam

Di antara guru-gurunya dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits adalah Ali ibn Al Madini,
Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma'in, Muhammad ibn Yusuf Al Faryabi, Maki ibn Ibrahim Al
Bakhi, Muhammad ibn Yusuf al Baykandi dan ibnu Rahawaih. Selain itu ada 289 ahli hadits
yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya

Dalam meneliti dan menyeleksi hadits dan diskusi dengan para perawi. Imam Bukhari sangat
sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun tajam. Kepada
Perawi yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, "perlu dipertimbangkan, para ulama
meninggalkannya atau para ulama berdiam diri dari hal itu" sementara kepada para perawi yang
haditsnya tidak jelas ia menyatakan "Haditsnya diingkari". Bahkan banyak meninggalkan perawi
yang diragukan kejujurannya. Dia berkata, "Saya meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan
oleh perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadits-hadits dengan jumlah yang
sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam pandanganku perlu
dipertimbangkan".

Banyak para ulama atau perawi yang ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri dan
sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai
sebuah hadits, mencek keakuratan sebuah hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi
meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz
seperti yang dikatakan dia "Saya telah mengunjungi Syam, Mesir, dan Jazirah masing-masing
dua kali; ke Basrah empat kali, menetap di Hijaz selama enam tahun, dan tidak dapat dihitung
berapa kali saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits."

Di sela-sela kesibukannya sebagai ulama, pakar hadits, ia juga dikenal sebagai ulama dan ahli
fiqih, bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan rekreatif seperti belajar memanah
sampai mahir. Bahkan menurut suatu riwayat, Imam Bukhari tidak pernah luput memanah
kecuali dua kali.

Wafat
Kebesaran akan keilmuan dia diakui dan dikagumi sampai ke seantero dunia Islam. Di Naisabur,
tempat asal imam Muslim seorang Ahli hadits yang juga murid Imam Bukhari dan yang
menerbitkan kitab Shahih Muslim, kedatangan dia pada tahun 250 H disambut meriah, juga oleh
guru Imam Bukhari Sendiri Muhammad bin Yahya Az-Zihli. Dalam kitab Shahih Muslim, Imam
Muslim menulis. "Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, saya tidak melihat kepala daerah,
para ulama dan warga kota memberikan sambutan luar biasa seperti yang mereka berikan kepada
Imam Bukhari". Namun kemudian terjadi fitnah yang menyebabkan Imam Bukhari
meninggalkan kota itu dan pergi ke kampung halamannya di Bukhara.

Seperti halnya di Naisabur, di Bukhara dia disambut secara meriah. Namun ternyata fitnah
kembali melanda, kali ini datang dari Gubernur Bukhara sendiri, Khalid bin Ahmad Az-Zihli
yang akhirnya Gubernur ini menerima hukuman dari Sultan Uzbekistan Ibn Tahir.

Tak lama kemudian, atas permintaan warga Samarkand sebuah negeri tetangga Uzbekistan,
Imam Bukhari akhirnya menetap di Samarkand. Tiba di Khartand, sebuah desa kecil sebelum
Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana dia jatuh sakit
selama beberapa hari, dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada
malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Ia dimakamkan selepas Salat Dzuhur pada
Hari Raya Idul Fitri.
Lihat pula
 Shahih Bukhari

Catatan
1. ^ Ibn Rāhwayh, Isḥāq (1990), Balūshī, ʻAbd al-Ghafūr ʻAbd al-Ḥaqq Ḥusayn, ed.,
Musnad Isḥāq ibn Rāhwayh (1st ed.), Tawzīʻ Maktabat al-Īmān, pp. 150–165
2. ^ (Arab) Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Al-Adab al-Mufrad (pranala unduhan,
unduhan 200 KB).
3. ^ (Inggris) -----. Al-Adab al-Mufrad.
4. ^ (Arab) -----. Adh-Dhu'afa ash-Shaghir (pranala unduhan, unduhan 30.1 KB).
5. ^ (Arab) -----. At-Tarikh al-Ausath (pranala unduhan, unduhan 220 KB).
6. ^ (Arab) -----. At-Tarikh al-Kabir (pranala unduhan, unduhan 1.14 MB).
7. ^ (Arab) -----. Khalq Af'al al-Ibad (pranala unduhan, unduhan 590 KB).

[tutup]
Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook, Instagram, dan Telegram

Imam Muslim
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Muslim bin al-Hajjaj
Era Abad Pertengahan
Aliran Syafi'i
Minat utama hadits
Dipengaruhi[tampilkan]

Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi(bahasa Arab: ‫أبو‬
‫)الحسين مسلم بن الحجاج القشيري النيشابوري‬, atau sering dikenal sebagai Imam Muslim (821-875)
dilahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab tahun
261 Hijriah dan dikuburkan di Naisaburi.

Dia juga sudah belajar hadis sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah mendengar dari guru-
guru Al Bukhari dan ulama lain selain mereka. Orang yang menerima hadis dari dia ini,
termasuk tokoh-tokoh ulama pada masanya. Ia juga telah menyusun beberapa tulisan yang
bermutu dan bermanfaat. Yang paling bermanfaat adalah kitab Shahihnya yang dikenal dengan
Shahih Muslim. Kitab ini disusun lebih sistematis dari Shahih Bukhari. Kedua kitab hadis
shahih ini; Shahih Bukhari dan Shahih Muslim biasa disebut dengan Ash Shahihain. Kadua
tokoh hadis ini biasa disebut Asy Syaikhani atau Asy Syaikhaini, yang berarti dua orang tua yang
maksudnya dua tokoh ulama ahli hadis. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat
istilah akhraja hu yang berarti mereka berdua meriwayatkannya.
Ia belajar hadis sejak masih dalam usia dini, yaitu mulai tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz, Irak,
Syam, Mesir dan negara-negara lainnya.

Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia berguru
kepada Muhammad bin Mahran dan Abu `Ansan. Di Irak ia belajar hadis kepada Imam Ahmad
dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa`id bin Mansur dan Abu Mas`Abuzar; di
Mesir berguru kepada `Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadis
yang lain.

Dia berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadis, dan
kunjungannya yang terakhir pada 259 H, di waktu Imam Bukhari datang ke Naisabur, dia sering
datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan ketika terjadi
fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung kepada Bukhari, sehingga hal
ini menjadi sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli. Muslim dalam Sahihnya maupun
dalam kitab lainnya, tidak memasukkan hadis-hadis yang diterima dari Az-Zihli padahal ia
adalah gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadis dalam
Sahihnya, yang diterimanya dari Bukhari, padahal iapun sebagai gurunya. Nampaknya pada
hemat Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalam Sahihnya hadis-hadis yang
diterima dari kedua gurunya itu, dengan tetap mengakui mereka sebagai guru.

Imam Muslim wafat pada Minggu sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah satu
daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H / 5 Mei 875. dalam usia 55 tahun.

Daftar isi
 1 Karya
 2 Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
 3 Referensi
 4 Pranala luar

Karya
Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya :

1. Al-Jami` ash-Shahih atau lebih dikenal sebagai Sahih Muslim


2. Al-Musnad al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadis)
3. Kitab al-Asma wal-Kuna
4. Kitab al-Ilal
5. Kitab al-Aqran
6. Kitab Su`alatihi Ahmad bin Hambal
7. Kitab al-Intifa` bi Uhubis-Siba`
8. Kitab al-Muhadramin
9. Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid
10. Kitab Auladish-Shahabah
11. Kitab Auhamil-Muhadditsin
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengulas kelebihan Shahih Bukhari atas Shahih Muslim, antara lain,
karena al-Bukhari mensyaratkan kepastian bertemunya dua perawi yang secara struktural sebagai
guru dan murid dalam hadis mu'an'an; agar dapat dihukumi bahwa sanadnya bersambung.
Sementara Muslim menganggap cukup dengan "kemungkinan" bertemunya kedua rawi tersebut
dengan tidak adanya tadlis.

Al-Bukhari mentakhrij hadis yang diterima para perawi tsiqqat derajat utama dari segi hafalan
dan keteguhannya. Walaupun juga mengeluarkan hadis dari rawi derajat berikutnya dengan
sangat selektif. Sementara Muslim, lebih banyak pada rawi derajat kedua dibanding Bukhari.
Disamping itu kritik yang ditujukan kepada perawi jalur Muslim lebih banyak dibanding kepada
al-Bukhari.

Sementara pendapat yang berpihak pada keunggulan Shahih Muslim beralasan - sebagaimana
dijelaskan Ibnu Hajar, bahwa Muslim lebih berhati-hati dalam menyusun kata-kata dan
redaksinya, karena menyusunnya di negeri sendiri dengan berbagai sumber pada masa kehidupan
guru-gurunya. Ia juga tidak membuat kesimpulan dengan memberi judul bab sebagaimana
Bukhari lakukan. Dan sejumlah alasan lainnya.

Namun prinsipnya, tidak semua hadis Bukhari lebih shahih ketimbang hadis Muslim dan
sebaliknya. Hanya pada umumnya kesahihan hadis riwayat Bukhari itu lebih tinggi daripada
kesahihan hadis dalam Shahih Muslim.

[tutup]
Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook, Instagram, dan Telegram

Imam Muslim
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Muslim bin al-Hajjaj
Era Abad Pertengahan
Aliran Syafi'i
Minat utama hadits
Dipengaruhi[tampilkan]

Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi(bahasa Arab: ‫أبو‬
‫)الحسين مسلم بن الحجاج القشيري النيشابوري‬, atau sering dikenal sebagai Imam Muslim (821-875)
dilahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab tahun
261 Hijriah dan dikuburkan di Naisaburi.

Dia juga sudah belajar hadis sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah mendengar dari guru-
guru Al Bukhari dan ulama lain selain mereka. Orang yang menerima hadis dari dia ini,
termasuk tokoh-tokoh ulama pada masanya. Ia juga telah menyusun beberapa tulisan yang
bermutu dan bermanfaat. Yang paling bermanfaat adalah kitab Shahihnya yang dikenal dengan
Shahih Muslim. Kitab ini disusun lebih sistematis dari Shahih Bukhari. Kedua kitab hadis
shahih ini; Shahih Bukhari dan Shahih Muslim biasa disebut dengan Ash Shahihain. Kadua
tokoh hadis ini biasa disebut Asy Syaikhani atau Asy Syaikhaini, yang berarti dua orang tua yang
maksudnya dua tokoh ulama ahli hadis. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat
istilah akhraja hu yang berarti mereka berdua meriwayatkannya.

Ia belajar hadis sejak masih dalam usia dini, yaitu mulai tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz, Irak,
Syam, Mesir dan negara-negara lainnya.

Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia berguru
kepada Muhammad bin Mahran dan Abu `Ansan. Di Irak ia belajar hadis kepada Imam Ahmad
dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa`id bin Mansur dan Abu Mas`Abuzar; di
Mesir berguru kepada `Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadis
yang lain.

Dia berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadis, dan
kunjungannya yang terakhir pada 259 H, di waktu Imam Bukhari datang ke Naisabur, dia sering
datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan ketika terjadi
fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung kepada Bukhari, sehingga hal
ini menjadi sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli. Muslim dalam Sahihnya maupun
dalam kitab lainnya, tidak memasukkan hadis-hadis yang diterima dari Az-Zihli padahal ia
adalah gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadis dalam
Sahihnya, yang diterimanya dari Bukhari, padahal iapun sebagai gurunya. Nampaknya pada
hemat Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalam Sahihnya hadis-hadis yang
diterima dari kedua gurunya itu, dengan tetap mengakui mereka sebagai guru.

Imam Muslim wafat pada Minggu sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah satu
daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H / 5 Mei 875. dalam usia 55 tahun.

Daftar isi
 1 Karya
 2 Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
 3 Referensi
 4 Pranala luar

Karya
Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya :

1. Al-Jami` ash-Shahih atau lebih dikenal sebagai Sahih Muslim


2. Al-Musnad al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadis)
3. Kitab al-Asma wal-Kuna
4. Kitab al-Ilal
5. Kitab al-Aqran
6. Kitab Su`alatihi Ahmad bin Hambal
7. Kitab al-Intifa` bi Uhubis-Siba`
8. Kitab al-Muhadramin
9. Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid
10. Kitab Auladish-Shahabah
11. Kitab Auhamil-Muhadditsin

Shahih Bukhari dan Shahih Muslim


Al-Hafizh Ibnu Hajar mengulas kelebihan Shahih Bukhari atas Shahih Muslim, antara lain,
karena al-Bukhari mensyaratkan kepastian bertemunya dua perawi yang secara struktural sebagai
guru dan murid dalam hadis mu'an'an; agar dapat dihukumi bahwa sanadnya bersambung.
Sementara Muslim menganggap cukup dengan "kemungkinan" bertemunya kedua rawi tersebut
dengan tidak adanya tadlis.

Al-Bukhari mentakhrij hadis yang diterima para perawi tsiqqat derajat utama dari segi hafalan
dan keteguhannya. Walaupun juga mengeluarkan hadis dari rawi derajat berikutnya dengan
sangat selektif. Sementara Muslim, lebih banyak pada rawi derajat kedua dibanding Bukhari.
Disamping itu kritik yang ditujukan kepada perawi jalur Muslim lebih banyak dibanding kepada
al-Bukhari.

Sementara pendapat yang berpihak pada keunggulan Shahih Muslim beralasan - sebagaimana
dijelaskan Ibnu Hajar, bahwa Muslim lebih berhati-hati dalam menyusun kata-kata dan
redaksinya, karena menyusunnya di negeri sendiri dengan berbagai sumber pada masa kehidupan
guru-gurunya. Ia juga tidak membuat kesimpulan dengan memberi judul bab sebagaimana
Bukhari lakukan. Dan sejumlah alasan lainnya.

Namun prinsipnya, tidak semua hadis Bukhari lebih shahih ketimbang hadis Muslim dan
sebaliknya. Hanya pada umumnya kesahihan hadis riwayat Bukhari itu lebih tinggi daripada
kesahihan hadis dalam Shahih Muslim.

[tutup]
Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook, Instagram, dan Telegram

Abu Dawud
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Imam Abu Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16 Syawal 275 H; umur 70–71
tahun) adalah salah seorang perawi hadits, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu
memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan Abu Dawud. Nama lengkapnya
adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Untuk mengumpulkan hadits, dia
bepergian ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat
lain, menjadikannya salah seorang ulama yang paling luas perjalanannya.

Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits
dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk
seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman
perjalanan dia dalam menuntut hadits dari para ulama ahli hadits.

Abu Dawud sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini
diketahui mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana dia menemui
kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: "Aku menyaksikan jenazahnya dan
mensholatkannya".[1] Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sijistan,
seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.

Setelah dia masuk kota Baghdad, dia diminta oleh Amir Abu Ahmad Al Muwaffaq untuk tinggal
dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tidak membuat dia berhenti
dalam mencari hadits.

Daftar isi
 1 Guru
 2 Murid
 3 Penyusunan Sunan Abu Dawud
 4 Referensi

Guru
Kemudian mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia
langsung berguru selama bertahun-tahun. Di antara guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-
Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Abu Zakariya
Yahya bin Ma'in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa'id bin Manshur,
Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.

Murid
Demikian pula murid-murid dia cukup banyak antara lain, yaitu:

1. Imam Turmudzi
2. Imam Nasa'i
3. Abu Ubaid Al Ajury
4. Abu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari dia).
5. Abu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari dia).
6. Abu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
8. Abu Bakr bin Abi Daud (anak dia).
9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
10. Abu Bakr Ibnu Abid Dunya.
11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari dia).
12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari dia).
13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari dia).
14. Abu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari dia).
15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari
dia).

Penyusunan Sunan Abu Dawud


Imam Abu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, jadi kumpulan
hadits-nya berfokus murni pada hadits tentang syariat. Setiap hadits dalam kumpulannya
diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur'an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan
kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran perbaikan.

Kitab Sunan Abu Dawud diakui oleh mayoritas dunia Muslim sebagai salah satu kitab hadits
yang paling autentik. Namun, diketahui bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah
(yang sebagian ditandai dia, sebagian tidak).

Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari dia, di antaranya Imam Turmudzi dan Imam
Nasa'i. Al Khatoby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan isinya
lebih banyak memuat fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul A'raby
berkata, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur'an dan kitab "Sunan Abu Dawud", maka dia
tidak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Imam Al-Ghazali juga mengatakan bahwa kitab "Sunan
Abu Dawud" sudah cukup bagi seorang mujtahid untuk menjadi landasan hukum.

Ia adalah imam dari imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota
berkembangnya kelompok Qadariyah, demikian juga berkembang disana pemikiran Khowarij,
Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dan lain-lainnya, tetapi walaupun
demikian dia tetap dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan diapun membantah Qadariyah
dengan kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al
Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang menyimpang dari kemurnian ajaran
Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah. Maka tentang hal itu bisa dilihat pada kitabnya
As Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji'ah dan
Mu'tazilah.

Dia lahir sebagai seorang ahli urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur
akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika mengkritik sejumlah hadits
yang bertalian dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sejumlah
karyanya, seperti Sunan Abu Dawud.

Al-Imam al-Muhaddist Abu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di
Bashrah.
Sepanjang sejarah telah muncul para pakar hadist yang berusaha menggali makna hadist dalam
berbagai sudut pandang dengan metode pendekatan dan sistem yang berbeda, sehingga dengan
upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan bagi generasi selanjutnya guna
memahami as-Sunnah dengan baik dan benar.

Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan
dan menyelaraskan di antara hadits yang tampak saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan
untuk menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Abu Muhammad bin Qutaibah
(wafat 267 H) dengan kitab dia Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits telah membatah habis pandangan
kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan
rasio mereka.

Selanjutnya upaya untuk memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang merupakan hadits
palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa
penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Abu
Dawud yaitu sunan Abu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.

Dia sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui
mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi berbagai
negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-
tahun. Di antaraguru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Abu Amr adh-
Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu
Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan
lain-lain.

Sebagai ahli hukum, Abu Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu:
Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang
adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah keadaan seorang mukmin itu menjadi
mukmin, hingga ia ridho terhadap saudaranya apa yang ia ridho terhadap dirinya sendiri; yang
halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan di antara keduanya adalah
syubhat.

Dia menciptakan karya-karya yang bermutu, baik dalam bidang fiqh, ushul,tauhid dan terutama
hadits. Kitab sunan dialah yang paling banyak menarik perhatian, dan merupakan salah satu di
antara kompilasi hadits hukum yang paling menonjol saat ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul
Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani
rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan
sunannya, di dalam banyak pembahasan yang bisa menjadi hukum di antara ahli Islam, maka
kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq
merasa ridho, karena sesungguhnya ia telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam, dan
menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik aturan
bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sejumlah hadits dari para
perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem-
berikannya pula atas para pelanjutnya.


[tampilkan]

 l
 b
 s

Ulama-Ulama Ahli Fiqih Mazhab Syafi'i

1. ^ (Arab) Tarikh Al-Baghdadi (IX/56).

Kategori:

 Kelahiran 817
 Kematian 888
 Meninggal usia 71
 Cendekiawan Muslim
 Perawi hadits
 Ulama Syafi'i Abad ke-3 H

Menu navigasi
 Belum masuk log
 Pembicaraan
 Kontribusi
 Buat akun baru
 Masuk log

 Halaman
 Pembicaraan

 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Versi terdahulu

Pencarian

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang

Komunitas
 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan

Wikipedia

 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir

Bagikan

 Facebook
 Twitter
 Google+

Cetak/ekspor

 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak

Perkakas

 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Item di Wikidata
 Kutip halaman ini
 Pranala menurut ID

Bahasa lain

 ‫العربية‬
 বাাংলা
 Deutsch
 English
 Français
 Bahasa Melayu
 Русский
 Türkçe
 ‫اردو‬

Sunting interwiki

 Halaman ini terakhir diubah pada 9 Oktober 2016, pukul 03.34.


 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan
tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

 Kebijakan privasi
 Tentang Wikipedia
 Penyangkalan
 Pengembang
 Cookie statement
 Tampilan seluler

You might also like