You are on page 1of 20

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA SAPI PERAH DI UPT

PEMBIBITAN TERNAK DAN HMT SINGOSARI KABUPATEN


MALANG

Laporan Pelaksanaan Magang Profesi

Oleh :
MISRAWATI
NIM. L1A 115 147

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA SAPI PERAH DI UPT
PEMBIBITAN TERNAK DAN HMT SINGOSARI KABUPATEN
MALANG

Laporan Pelaksanaan Magang profesi

Oleh :

MISRAWATI
NIM. L1A 115 147

Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Kelulusan Mata Kuliah Magang


Profesi Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH Subahanahu Wataala atas


segala limpahan rahmat dan karunianya, serta salawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Sallallahu Alaihi
Wasallam, beserta keluarga dan para sahabat Rasul Radiallahu Anhu yang
senangtiasa menemani Rasullullah terus menebar dakwah sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan magang propesi yang berjudul “Manajemen Perkandangan
Kambing Peranakan Etawa (Pe) Di unit Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak
Dan Hijauan Makanan Ternak Malang” ini dengan baik. Oleh karena itu dengan
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dengan rasa
hormat untuk Ayahanda dan Ibunda ku tercinta, atas segala doa, kasih sayang, dan
motivasi serta pengorbanan yang telah kalian berikan kepada saya sehingga saya
tidak akan dapat menggantikan apa yang telah kalian berikan.
Ucapan terimakasih penulis berikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir.Takdir Saili, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Peternakan dan
Bapak Laode Arsad Sani, S.Pt. M.Sc. Selaku Ketua Jurusan Peternakan.
2. Ir. Nuraini. M.P. Selaku Pembimbing Magang Profesi
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan laporan
ini.Penulis berharap laporang magang propesi ini dapat bermanfaat kepada semua
pihak yang terkait.

Kendari, 6 Februari 2018


Penulis

Misrawati
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka menghadapi era globalisasi ini, produktivitas baik kualitas ma

upun kuantitas merupakan syarat mutlak dalam meningkatkan usaha sapi pera Sal

ah satu factor yang menentukan adalah tata laksana pemberian pakan sapi perah p

ada periode kering karena pada periode kering ini sangat menentukan untuk mem

persiapkan kondisi sapi sebaik mungkin untuk masa laktasi mendatang sejak awal

kebuntingan induk perlu mendapatkan perhatian series sampai dengan bunting,tua

umur kebuntingan Day Carried Cal f (DCC).

Sekitar 253 hari yang memerlukan pakan yang baik dan kuantitas yang cukup

untuk kebutuhan fetus dan produksi susu pada masa laktasi berikutnya,(Sudono,2

003).Mempersiapkan induk yang akan melahirkan dalam kondisi tubuh yang sehat

dan kuat serta memiliki produksi susu yang tinggi maka harus diberi kesempatan

induk untuk beristirahat dengan cara dihentikan pemerahan yang dikenal sebagai

periode kering dengan lama waktu istrahatselama 6-8 minggu sebelum melahirkan

(calving).

Lama periode kering tergantung pada baik dan buruknya kondisi induk yang

bunting,bila kondisi induk kurang baik seperti terlalu gemuk atau kurang sehat ma

ka perlu istrahat yang lebih lama agarmendapat kesempatan untuk merekomendasi

kan keadaan tubuhnya termasuk kondisi ambing. Mengistirahatkan ambing bertuj

uan untuk untuk memperbaiki jaringan jaringan ambing yang rusak akibat pemera

han,selain itu asa kering juga bertujuan agar pertumbuhan fetus dalam kandungan

tetap terjamin, sebab fetus akan tumbuh maksimal apabila mendapatkan asupan gi
zi yang cukup dari induknya (Tri,2008).Dalam proses tata laksana pemeliharaan te

rnak, khususnya sapi perah banyak masyarakat yang belum mengerti tentang

manajemen pemberian pakan yang baik dan sesuai kebutuhan ternak.

Sehinggah sering kali peternak tidak mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Hal ini dikarenakan biaya produksi terutama pakan memerlukan anggaran yang

paling besar yaitu sekitar 70%, sehingga diperlukan manajemen yang baik agar

usaha tersebut mendapatkan keuntungan yang maksimal. Unit Pelaksana Teknis

Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan ternak merupakan salah satu lembaga

yang bergerak dibidang pembibitan ternak serta hijauan makanan ternak. Unit

pelaksana teknis pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak ini bertempat di

daerah Singosari Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Sebagai organisasi yang terbuka, maka Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak

dan HMT Singosari merupakan sumber informasi teknologi peternakan dan

kesehatan hewan dan berfungsi sebagai pelayanan masyarakat peternak meliputi

budidaya kambing PE, sapi perah dan sapi bali. Pengolahan hasil ternak serta

pengembangan hijauan makanan ternak.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan magang profesi tentang

tatalaksan pemberian pakan sapi perah pada periode kering di Unit Pelaksana

Teknis Pembibitan Ternak dan HMT Singosari, sehingga dengan adanya magang

profesi ini diharapkan dapat mengkaji tentang manajemen pemberian pakan

yang baik yang pada akhirnya mencapai produksi seoptimal mungkin sesuai

dengan penampilan genetiknya.


1.2 Rumusan Masalah

Manajemen pemberian merupakan salah satu faktor yang menentukan sua

tu keberhasilan suatu usaha peternakan. Jika manajemennya baik, maka produksi

peternakan tersebut akan meningkat, dalam usaha peternakan sapi perah seringkali

manajemen pemberian pakan di abaikan khususnya pada sapi perah periode kerin

g. padahal sapi perah periode kering membutuhkan Manajemen pakan yang baik k

arena mempersiapkan anak dalam kandungan sapi.Berdasarkan uraian diatas maka

rumusan masalah dari laporan ini yaitu bagaimana manajemen pemberian pakan

pada sapi perah periode kering di Unit Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak

dan HMT Singosari Kabupaten Malang Jawa Timur.

1.3 Tujuan Magang Profesi


Pelaksanaan magang profesi selama satu bulan bertujuan untuk:
 Untuk mengetahui tata laksana pemberian pakan pada sapi perah di Unit
Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak dan HMT Singosari Malang
 Membandingkan antara teori yang di dapatkan di kampus dengan keadaan
lapang yang terdapat di Unit Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak dan HMT
Singosari Malang.
1.4 Manfaat Magang Profesi
 Manfaat yang dapat diperoleh dari magang profesi di Unit Pelaksanaan
Teknis Pembibitan Ternak dan HMT Singosari Malang yaitu :
 Mendapatkan pengalaman kerja lapang sebagai bekal untuk kerja setelah
lulus nantinya.
 Meningkatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan manajemen dalam
mengelolah suatu usaha peternakan, khususnya pada pemberian pakan pada sapi
perah.
BAB II
METODE KEGIATAN

2.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan

Kegiatan magang profesi yang berjudul Manajemen Pemberian Pakan

pada Sapi Perah Friesian Holstein (FH), dilaksanakan mulai tanggal 6 Januari

sampai 10 Fabruari 2018 di Unit Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak dan

Hijauan Makanan Ternak Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

2.2 Khalayak Sasaran

Yang menjadi sasaran dilaksanakan magang profesi ini adalah ternak

sapi perah dengan jumlah sapi laktasi 11 ekor, sapi bunting/kering 10 ekor sapi da

ra 14 ekor, dan sapi pedet 3 ekor, serta karyawan yang bekerja di Unit Pelaksanaa

n Teknis Pemibitan Ternak dan HMT Singosari Malang Jawa Timur.

2.3 Metode Kegiatan

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang profesi ini adalah

dengan mengikuti secara aktif semua aktivitas kegiatan yang berkaitan dengan

tatalaksana pemeliharaan sapi perah periode kering yang dilakukan dan

menggunakan metode observasi dan partisipasi.

2.4 Analisa Hasil Kegiatan

Data yang diperoleh dari pelaksanaan magang profesi berupa data primer

dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil pencatatan

kegiatan rutin, dan hasil wawancara dengan karyawan maupun pengurus

peternakan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain

yang ada di lokasi magang profesi.


Data-data yang diperoleh di analisis deskriptif yaitu membandingkan

keadaan sebenarnya dengan teori-teori yang ada, kemudian ditarik kesimpulan

dari hasil kegiatan magang profesi di Unit Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak

dan HMT Malang.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Keadaan Umum Lokasi

3.1.1 Sejarah UPT


Unik Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak dan HMT Malang. Mulai

dirintis tahun 1980 bersama-sama proyek perintis penyesuaian Balai Inseminasi

Buatan milik Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian Jakarta.

Pada awal berdirinya Unik Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak dan

HMT Malang. Mempunyai kedudukan sebagai unsur penunjang diri sebagian

tugas Dinas Peternakan Provinsi yang melaksanakan tugas teknis tertentu untuk

pelayanan masyarakat dengan nama Unit Bibit Ternak dan Hijauan Makanan

Ternak yang berkedudukan di Singosari.

Unit Pelaksanaan Teknis Hijauan Makanan Ternak Singosari mengalami

perubahan struktur dalam rangka penataan dan rekapitulasi unit pelaksana lingkup

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur melalui surat keputusan Gubernur Provinsi

Jawa Timur Nomor: 19 tahun 2000, dengan penekanaan tugas melaksanakan

sebagaian tugas Dinas Peternakan dibidang teknik Pembibitan dan Pembiakan

Ternak serta Hijauan Makanan Ternak.

3.1.2 Lokasi dan Wilayah Kerja


Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (PT-HMT)

Singosari, terletak di Desa Toyomerto, Kec Singosari, Kab. Malang, Provinsi

Jawa Timur. Jarak lokasi sekitar ± 6 km dari jalan raya. UPT PT-HMT Singosari

memiliki luas lahan 29,6 Ha dengan perincian sebagai berikut:


 Untuk kantor dan perumahan : 6,6 Ha

 Untuk tanaman jagung : 4 Ha

 Inseminasi Buatan (Termasuk kandang) : 13 Ha

 Untuk Hijauan Makanan Ternak : 6 Ha

Keadaan geografis dan topografi wilayah UPT Pembibitan Ternak dan

HMT Singosari Malang berada pada ketingian 700-800 m diatas permukaan laut

dengan udara sejuk, temperature udara tertinggi mencapai 290c, terendah

mencapai 140c dengan rata-rata 20-220c. Curah hujan 1500-2000 mm/tahun

dimana musim hujan lebih pendek dari pada musim kemarau. Kelembaban udara

terendah 45% dan tertinggi mencapai 90% dengan rata-rata 60-70%. Stuktur tanah

liat berpasir dengan lapisan ± 20 m dan bentuk tanah miring. UPT PT-HMT

Singosari memiliki batasan wilayah yaitu sebelah barat berbatasan dengan lahan

BBIB Singosari, Timur berbatasan dengan lahan masyarakat, selatan berbatasan

dengan wilayah BBIB dan lahan masyarakat, utara berbatasan dengan Duku

Wonosari dan lahan masyarakat. Danah lokasi UPT BPT-HMT Singosari Malang

dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.1.3 Populasi Ternak


Jumlah ternak sapi yang berada di Unit Pelaksanaan Teknis Pembibitan

Ternak dan HMT Malang. adalah 38 ekor, jenis sapi perah Fresian Holstein (FH).

PFH dapat dilihat pada Tabel 1.


Tabel 1. Populasi sapi perah FH di UPT BPT-HMT Singosari

Kandang Jumlah (Ekor)


Laktasi 11
Kering 10
Dara 14
Pedet 3
Jumlah 38

3.1.4 Struktur Organisasi


Di Unik Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak dan HMT Malang.

Merupakan balai pelaksanaan teknis mempunyai kedudukan sebagai penunjang

dari sebagian tugas Dinas Peternakan Provinsi yang melaksanakan tugas denagan

nama Balai Pembibitan Ternak dan HMT singosari yang dipimpin oleh seorang

Kepala Balai. Struktur organisasi di UPT Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan

Makanan Ternak Singosari.

3.1.5 Kegiatan Rutin


Kegiatan rutin dilakukan setiap hari mulai pukul 04.00 WIB sampai 08.00

WIB dan dilanjutkan pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB. Kegiatan yang

dilakukan meliputi: pembersihan kandang, tempat pakan, pemberian pakan, dan

pemerahan susu sapi.

Gambar 1. Pemerahan Susu


3.1.6 Manajemen Pemberian Pakan Dan Minum
Pakan adalah semua bahan-bahan yang diberikan dan dikonsumsi seluruh

atau sebagian yang tidak dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi ternak

tersebut. Pakan yang bisa diberikan untuk ternak dapat berupa hujauan seperti

rumput, leguminosa, hasil ikutan olahan pertanian, sedangkan untuk konsentar

dapat diberikan berupa polar, bungkil sawit, dan mineral.

Gambar 2. Pemberian Pakan Hijauan

Sapi perah membutuhkan sejumlah zat makanan untuk memenuhi

kebutuhan berbagai fungsi tubuhnya. Pada dasarnya kebutuhan sapi perah terdiri

dari kebutuhan pokok hidup dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan pokok

hidup adalah kebutuhan untuk memenuhi proses-proses hudup saja tanpa

proses pertumbuhan dan produksi susu. Kebutuhan pokok hidup tergantung pada

bobot badan, sedang kebutuhan untuk pertumbuhan tergantung pada kecepatan

pertumbuhan rata-rata perhari.


Gambar 3. Pemberian Air Minum

3.1.7 Pemberian Pakan Untuk Sapi Laktasi

Pakan yang diberikan di UPT PT-HMT Singosari berupa hijauan dan

konsentrat. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput gajah (Pennisetum

purpureum), dengan frekuensi pemberian 42 kg/ekor/hari yang diberikan 2 kali

dalam sehari setelah pemberian konsentrat. Pemberian pertama dilakukan pada

pagi hari pukul 08.00 dan sore hari pukul 14.00. Hijauan rumput gajah

(Pennisetum purpureum) terlebih dahulu disimpan selama satu hari yang

bertujuan untuk mengurangi kandungan kadar air yang terdapat dalam hijauan,

serta rumput di coper dengan panjang sekitar 5-7 cm, dengan tujuan agar seluruh

bagaian rumput dapat termakan oleh ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat

(Siregar, 1995), yang menyatakan bahwa hijauan yang dipotong-potong terlebih

dahulu sebelum diberikan kepada ternak dapat meningkatkan kecernaan dari

hijauan dan dapat meningkatkan konsumsi pakan (palatabilitas).


Gambar 4. Pemberian Konsentrat

Perbandingan hijauan dan konsentrat dalam ransum yang diberikan adalah

60%:40% (dalam BK). Menurut Siregar (1993), imbangan antara hijauan dan

konsentrat yang baik dalam formula ransum sapi yang sedang berproduksi susu

dengan tetap mempertahankan kadar lemak dalam batas normal adalah 60:40.

sapi laktasi di Unit Pelaksana T PT-HMT Singosari diberikan konsentrat dengan

campuran sendiri dari bahan-bahan dasar ransum diantaranya polar, bungkil

kedelai, dedak jagung, bungkil sawit dan mineral. Konsentrat diberikan dua kali

sehari yaitu pada saat sebelum dilakukan pemerahan pada pukul 04.00 WIB dan

pada siang hari pukul 12.50 WIB sebelum dilakukan pemerahan kedua sebanyak 9

kg/ekor/hari. Menurut Blakely dan Bade (1994), pakan konsentrat diberikan lebih

dulu sebelum hijauan, dimaksudkan agar proses pencernaan terhadap konsentrat

bisa relatif lebih singkat waktunya sehingga retensi nutrisi yang diperoleh akan

lebih besar dan mempunyai efek perangsang terhadap mikroba rumen.Pemberian

konsentrat dilakukan sebelum hijauan diberikan dengan tujuan untuk merangsang

kerja mikroba dalam rumen. Konsentrat yang diberikan banyak mengandung

energi. Formulasi dan komposisi bahan penyusun ransum sapi perah di UPT PT-

HMT Singosari dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.


Tabel 2. Komposisi, Persentase Pemberian dan Harga Pakan Konsentrat Di UPT
PT-HMT Singosari
No Bahan Baku Persentase Harga bahan
pemberian (%) baku (Rp/kg)
1 Polar 60 3.300
2 Dedak jagung 15 1.900
3 Bungkil kedelai 13 4.000
4 Bungkil sawit 10 7.500
5 Mineral 2 5.000
Sumber : Data Sekunder UPT PT-HMT Malang

Tabel 3. Kandungan Nutrien Bahan Penyusun Ransum


No Bahan Baku BK PK SK TDN (%) Ca (%) P (%)
(%) (%) (%)
1 Rumput gajah 21 9,6 38,2 50 0,53 0,29
2 Polar 88 16,99 7,40 67,60 0,09 0,75
3 Dedak jagung 85 9 15,88 45.80 0,9 1,09
4 Bungkil kedelai 90 47 8,69 33,29 0,27 0,68
5 Bungkil sawit 88,32 16 10,72 67,43 0.40 0.71
6 Mineral 95 - - - 0,50 0,25
Sumber : Hartadi, dkk, (1997)

3.1.8 Pemberian Pakan Untuk Sapi Bunting/Kering


Pakan yang diberikan untuk sapi kering berupa hijauan dan konsentrat.

Hijuan yang diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 08.00 WIB dan

siang hari pukul 13.00 WIB sebanyak 42 kg/ekor/hari. Sedangkan untuk pakan

konsentrat diberikan 10 kg/ekor/hari. Dengan tujuan pada masa ini sapi lebih

membutuhkan energi dan protein untuk memberi kesempatan kelenjar susu

berisrahat sehingga bisa melakukan regenerasi sel (menganti sel-sel yang telah

rusak) sehingga produksi susu pada masa berikutnya lebih tinggi.

3.1.9 Pemberian Pakan Sapi Dara

Setelah berumur 7 bulan, nafsu makan terhadap rumput semakin tinggi.

Pemberian hijauan harus optimal. Jika kualitas hijauan kurang baik, sapi akan

kekurangan energi, sehingga pertumbuhan dapat mengalami keterhambatan, pada


kondisi tersebut, dapat ditambahkan konsentrat secukupnya. Target bobot badan

pada umur 12 bulan ± 297 kg. sapi dara dapat dikawinkan pertama kali jika berat

tubuh dapat mencapai 185 – 300 kg atau lingkar dada 175 – 177 cm (Faridah,

2004).

Sapi dara yang terdapat di Unit Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak

dan HMT Malang. berjumlah 14 ekor. Pakan konsentrat yang diberikan untuk sapi

dara berkisar 1,8 kg/ekor/hari, sedangkan pakan hijauan sekitar 34 kg/ekor

dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 80.00 WIB

dan pada siang hari pukul 13.00 WIB.

3.1.10 Pemberian Pakan Sapi Pedet

Pakan utama pedet adalah kolostum yang diberikan pada sapi pedet di

UPT PT-HMT Singosari sebanyak 6 liter/ekor dengan frekuensi pemberian

sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 08.00 dan siang hari pukul

13.00. Tujuan diberikan kolostrum karena kolostrum mengandung lebih banyak

protein, vitamin A, B, C, mengandung Globulin yang bersifat sebagai pelindung

untuk mencegah inveksi. Setelah kolostrum selesai diberikan kemudian pedet

diberikan konsentrat sebanyak 1,5 kg/ekor/hari. Sedangkan pemberian hijauan

berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum) diiberikan sebanyak 5 kg/ekor/hari

setelah pemberian konsentrat.

3.1.11 Efisiensi pakan

Efisiensi pakan merupakan pengunaan pakan dalam satuan % yang yang

ditentukan dengan menggunakan konversi pakan dengan jumlah pakan yang di


konsumsi untuk menghasilkan 1 kg susu. Kebutuhan pakan di UPT PT-HMT

Singosari sudah terpenuhi untuk kebutuhan konsentrat maupun hijauannya.

3.1.12 Sisa Pakan

Pakan yang diberikan kepada ternak sapi perah di UPT PT-HMT Singosari

masih belum efisien. Pakan yang diberikan berupa pakan hijauan masih tersisa di

beberapa kandang antara lain kandang sapi dara dengan jumlah sisa pakan rata-

rata 35 kg. begitu pula pada kandang-kandang lain. Hal ini dikarenakan oleh

proses pencacahan pakan yang kurang pendek sehingga pakan tidak dapat

dikonsumsi oleh ternak.

Gambar 5. Sisa Pakan

Hal lain yang menyebabkan pakan tidak tercena adalah pakan yang tersisa

adalah batang dari rumput yang memiliki tektur keras, sehingga hal ini berkaitan

dengan kebutuhan pakan ternak tiap ekornya.

Untuk Pemberian minum pada ternak sapi perah di Unik Pelaksanaan

Teknis Pembibitan Ternak dan HMT Malang. Dilakukan secara ad libitum.

Tempat minum ternak diisi sampai penuh, jika air minum sudah mau habis, diisi

kembali menggunakan keran air yang terdapat di atas tempat minum


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Analisis dan Evaluasi magang profesi dapat disimpulka

n bahwa tata laksana pemeliharaan sapi perah yang dilakukan di UPT PT dan HM

T Singosari Malang sudah baik, mulai dari pemberian pakan nya aspek perkandan

gan, penanganan kesehatan dan biosekuriti yang ketat.Karena sudah sesuai denga

n standar yang ada dan kaidah ilmiah diantaranya sebagai berikut:

 Sapi perah dikeringkan berdasarkan penurunan produksi susu yang dirasa

sangat drastis dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.

 Pemberian pakan diberikan pada pagi hari dan sore hari pukul 08.00 dan pukul

13.00 WIB. Dan konsentrat diberikan lebih awal dari pada hijauan.

 Pemberian pakan sapi kering telah sesuai dengan jumlah kebutuhan nutrisi

yang cukup untuk mempersiapkan kelahiran dan masa laktasi berikutnya yaitu

hijauan sekitar 10% dari jumlah rata-rata bobot badan sapi perah kering.

 Pada saat dikeringkan konsentrat hanya diberikan 2,5 kg/ekor/hari

 Sapi perah periode kering ditempatkan pada kandang kering sampai partus

selama 48-65 hari.

4.2 Saran
Saran dari penulis laporan di UPT PT dan HMT Singosari Kabupaten

Malang yaitu dari segi kandang khususnya di sapi perah agar memperbaiki/mengg

anti lantai kandang yang sudah rusak, karena bias menyebabkan ternak terjatuh,

dan karyawan di Unik Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak dan HMT Malang

masih kurang.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Yogyakarta.


Amoo, I. A., O. T. Adebayo, dan A. O. Oyeleye. 2006. Chemical Evaluation of
Windeg Beans (Psophocarpus tetragonolabus), Pitanga Cherries (Eugenia
uniflora) and Orchid Fruit (Orchid fruit myristica). African. J food Arg
Nutr Dvlpment. 2:1-12
Anonimus . 2002. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Anonimus, 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Blakely, J dan D.H, Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi ke empat. Di terjemahkan
oleh Srigandono, B. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Djarijah, A.S. 1996. Usaha Ternak Sapi. Kanisius.Yogyakata.
Djojowidagdo, S. 1982. Mastitis Mikotik, Radang Kelenjar Susu oleh Cendawan
pada Ternak Perah. Warta Zoa 1 : 9 – 12. Kanisius. Yogyakarta.
Ernawati, dkk, 2000. Laporan Hasil Kegiatan Gelar Teknologi Manajemen Usaha
Pemeliharaan Sapi Perah Rakyat. Badan Litbang Pertanian BPTP Ungaran. Jawa
Tengah
Gleeson, D. E, B. O’Brien, L. Boyle and B. Earley. 2007. Effect of milking
requency and nutritional level on aspects of the health and welfare of
dairy cows. The Animal Consortium. Volume 1. Page 125 – 138.
http://www.google.com/The Animal Consortium diakses 25 Februari 2018
21.00 WIB.
Girisonta. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah .Kanisius. Yogyakarta.
Girisanto. 2006. Beternak Sapi Perah . Kanisius. Yogyakarta.
Hardjosubroto, W. 2004. Alternatif Kebijakan Pengelolaan Berkelanjutan
Sumberdaya Genetik Sapi Potong Lokal Dalam Sistem Perbibitan Ternak
Nasional. Wartazoa 14 (3): 93-97
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1992. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Makin, M. 2011. Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah . Lembaga Pengembangan
Pendidikan (LPP) dan (UNS Press). Surakarta.
Sarwono, B dan H. B. Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S, B. 1993. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha.
Angkasa. Bandung
Siregar, S, B. 1995. Sapi Perah: Jenis, Tekhnik Pemeliharaan, dan Analisis
Usaha. Cetakan IV. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S. B. 1998. Sapi Perah: Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha.
Penerbit Swadaya, Jakarta.
Sitorus, P.E. 1983. Perbandingan Produktivitas Sapi Perah Impor di Indonesia.
Laporan Khusus Kegiatan Penelitian Periode Tahun 1982-1983. Balai
Penelitian Ternak. Bogor
Sugeng, Y. B., 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah
Secara Intensif . Agromedia Pustaka. Jakarta.
Syarief, M. dan Sumoprastowo Z., C.D.A., 1985. Ternak Perah. Yasaguna.
Bandung.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung.
Umiyasih dan Anggraeny, Y. N. 2007. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang,
Strategi Pakan Pada Sapi Potong. Loka Penelitian Sapi Potong Grati
Pasurwan. Jawa Timur
Williamson, G dan W.J.A. Payne., 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah
Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

You might also like