Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan
hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen
dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat
menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi
15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada
tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup
penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun,
pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun,
dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000). Pertambahan
jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 – 2025, tergolong tercepat di dunia
(Kompas, 25 Maret 2002:10). Meningkatnya jumlah lansia akan membutuhkan perawatan
yang serius karena secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik,
biologi maupun mentalnya (Nugroho, 2004).
Usia lanjut (USILA) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Setiap orang yang dikaruniai umur panjang akan mengalami tahapan ini. Dengan
berhasilnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup
maka kesempatan menjadi usila semakin besar sehingga diperkirakan jumlah usila
semakin bertambah.Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah
disepakati bahwa keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat
yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-
kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia”. Dalam hal
ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada
individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup
seluruh kehidupan manusia.Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan
kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta
kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-
hari secara mandiri.
1
Pada makalah ini akan dibahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan lanjut usia,
dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian
(assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan
tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation)
dan melakukan evaluasi (Evaluation). Serta akan menjelaskan pula tentang kebutuhan bio-
psiko-sosial-kultural dan spiritiual, dan tentang dementia pada lansia.
Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka kelompok usila perlu mendapat
perhatian dan pembinaan khusus baik oleh pemerintah atau swasta maupun berbagai disiplin
ilmu termasuk keperawatan, agar para usia lanjut dapat mempertahankan kondisi
kesehatannya sehingga tetap dapat produktif, berperan aktif di masyarakat dan tetap bahagia
di usia lanjut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
C. Tujuan Penulis
A. Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang dokumentasi asuhan keperawatan pada usia
lanjut, bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual, dan daya ingat pada lansia.
1. Tujuan khusus
2. Mahasiswa mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan
3. Mahasiswa mengetahui bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual pada lansia
4. Mahasiswa mengetahui dementia pada lansia
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
mungkin terjadi.Dapat digunakan juga sebagai bahan penelitian, karena data –datanya otentik
dan dapat dibuktikan kebenarannya.Selain itu, dokumentasi dapat digunakan sebagai data
statistic.
1. Sarana pelayanan keperawatan secara individual
Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang kebutuhan terhadap
pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual sehingga individu
dapat merasakan manfaat dari pelayanan keperawatan.
1. Sarana evaluasi
Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan adalah evaluasi tentang hal
– hal yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Dokumentasi Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan
untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat
catatan tentang respon kesehatan klien.Pengkajian adalah awal dari tahapan proses
keperawatan. Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang
didapat dari klien ( sumber data primer ), data yang didapat dari orang lain ( data sekunder ),
catatan kesehatan klien informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan
4
orang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar. Pengumpulan
data menggunakan berbagai metode seperti observasi ( data yang dikumpulkan berasal dari
pengamatan ), wawancara ( bertujuan mendapatkan respons dari klien dengan cara tatap
muka ), konsultasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ataupun pemeriksaan
tambahan. Manusia mempunyai respons terhadap masalah kesehatan yang berbeda sehingga
perawat harus mengkaji respons klien terhadap masalah secara individual.Tujuan
dokumentasi pengkajian adalah :
1. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons pasien terhadap masalah yang
dapat mempengaruhi perawatan
2. Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang didapat dianalisis dan diidentifikasi
3. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mencapai/mendapatkan informasi. Dengan
kata lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk ukuran dan perubahan kondisi pasien.
4. Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi pasien dan respons
yang akan mempengaruhi perencanaan perawatan.
5. Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasi terhadap respons
pasien.
6. Untuk menyediakan dasar pemikiran pada rencana keperawatan.
Jenis Dokumentasi Pengkajian
I. Pengkajian Awal ( Initial Assesment )
Pengkajian awal ( intial assessment ), dilakukan ketika pasien masuk kerumah sakit. Bentuk
dokumentasi biasanya merujuk pada data dasar perawatan.Selama pengkajian umum, perawat
mengidentfikasi masalah kesehatan yang dialami klien, dengan mengumpulkan data
pengkajian baik umum maupun khusus dapat memudahkan perencanaan perawat klien.
Pengkajian kontinu merupakan pengembangan data dasar, informasi yang diperoleh dari
pasien selama pengkajian awal daan informasi tambahan ( berupa tes diagnostic dan sumber
lain ) diperlukan untuk menegakkan data.
5
III. Pengkajian ulang ( Reassesment )
Data pengkajian ulang merupkan pengkajian yang didapat dari informasi selama
evaluasi.Pengkajian ulang berarti perawat mengevaluasi kemajuan data dari masalah pasien
atau pengembangan dari data dasar sebagai informasi tambahan dari pasien.
Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnose dan batasan karakterstik ( Gordon, 1990
), Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnose, batasan karakterstik
menentukan karakteristik yang mengacu pada petunjuk, klinis, tanda subjektif, dan objektif.
Batasan ini juga mengacu pada diagnose keperawatan, yang terdiri dari batasan mayor dan
6
minor. Factor yang berhubungan merupakan etiologi atau factor penunjang.Factor ini dapat
mempengaruhi perubahan status kesehatan. Factor yang berhubungan terdiri dari empat
komponen yaitu :
7
1. Metode dokumentasi diagnosa keperawatan
Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan digunakan pedoman
dokumentasi yaitu :
Gunakan format PES untuk semua masalah actual dan PE untuk masalah resiko
Catat diagnosa keperawatan yang dibuat risiko dan risiko tinggi ke dalam masalah atau
format diagnosa keperawatan
Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA
Mulai pernyataan diagnosa keperawatan dengan mengidentifikasi informasi tentang data
untuk diagnosa
Masukan pernyataan diagnosa keperawatan kedalam daftar masalah
Hubungkan setiap diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah keperawatan
Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan,
intervensi, dan evaluasi
4. Dokumentasi Rencana Keperawatan
Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan tentang penyusunan “ rencana
tindakan keperawatan ” yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi
masalah dengan cara mencegah, mengurangi, dan menghilangkan masalah. Selain itu, untuk
memberikan kesempatan pada perawat, klien, keluarga, serta orang terdekat dalam
merumuskan rencana tindakan.Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapkan pemecahan masalah, dan
menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien. Tujuan rencana
keperawatan :
8
Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan tiga pendekatan yaitu
diagnosa keperawatan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan atau instruksi perawatan
1. Rencana perawatan di cetak berdasarkan diagnosa medic atau prosedur khusus seperti
prosedur katerisasi jantung, pembedahan, dan lain-lain. Tipe ini mengantisipasi respon
terhadap prosedur yang dilakukan
2. Rencana perawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan. Hal ini digunakan
berdasarkan pengkajian pasien yang mendukung diagnosa perawatan. Kemudian perawat
menuliskan secara lengkap etiologi dan masalah
3. Rencana perawatan dibuat dengan menggunakan standar computer. Perawat dapat
menyeleksi masalah klien dari menu yang terdapat dalam computer.
4. 5. Dokumentasi implementasi keperawatan
Dokumentasi implementasi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh
perawat.Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan
kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri, dan tindakan kolaboratif.
Tindakan kolaboratif adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang bekerja sama
dengan anggota tim kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah klien. Tindakan ini
mencakup membahas perencanaan pulang, membahas respons pasien, merujuk klien keterapi
okupasi, memberi obat-obat nyeri sesuai dengan pesanan dokter.
9
Intervensi keperawatan ( tindakan atau implementasi ) merupakan bagian dari proses
keperawatan. Tujuan intervensi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada
manusia.Intervensi keperawatan dicatat untuk mengkomunikasikan rencana perawatan,
mencapai tujuan, dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan masalah, serta tetap
melakukan pengkajian untuk evaluasi efektif terhadap perawatan.
1. Intervensi surveilens
Intervensi ini menyatakan tentang survey data dengan melihat kembali data umum
dan membuktikan kebenaran data. Dengan kata lain, sifatnya tidak langsung karena
menyediakan data lebih dulu.Intervensi keperawatan surveilens :
6. Dokumentasi Evaluasi
Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap
tujuan yang dicapai.Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk
10
mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan. Evaluasi memberikan
informasi, sehingga memungkinkan revisi perawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan.Pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang
menyatakan status kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari
tindakan yang diberikan pada pasien.
Contoh : pasien dapat makan sendiri dengan menghabiskan 1 porsi pada tanggal
30/09/2013
Contoh : pasien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual setelah makan bahkan
kadang muntah
11
Kriteria hasil
Klien mampu mengeluarkan sekresi paru tanpa bantuan tanggal 30/09/2013
Tanggal 30/09/2013
( nama perawat )
12
B. Biopsiko Sosial dan Spiritual Pada Lansia
1. Ruang Lingkup Permasalahan
a. Kesehatan.
Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada usia
setengah baya. Penyakit-penyakit degeneratif mulai menampakkan diri pada usia ini. Namun
demikian kenyataan menunjukkan bahwa kebugaran dan kesehatan pada usia lanjut sangat
bervariasi. Statistik menunjukkan bahwa usia lanjut yang sakit-sakitan hanyalah sekitar 15-
25%, makin tua tentu presentase ini semakin besar.
Demikian pula usia lanjut yang tidak lagi dapat melakukan “aktivitas sehari-hari” (Activities
of Daily Living) hanya 5-15%, tergantung dari umur. Di samping faktor keturunan dan
lingkungan, nampaknya perilaku (hidup sehat) mempunyai peran yang cukup besar. Perilaku
hidup sehat harus dilakukan sebelum usia lanjut (bahkan jauh-jauh sebelumnya). Perilaku
hidup sehat, terutama adalah perilaku individu, dilandasi oleh kesadaran, keimanan dan
pengetahuan.Menjadi tua secara sehat (normal ageing, healthy ageing) bukanlah satu
kemustahilan, tapi sesuatu yang bisa diusahakan dan diperjuangkan.Seyogyanya dianut
paradigma, mencegah dan mengendalikan faktor-faktor risiko sebaik mungkin, kemudian
menunda kesakitan dan cacat selama mungkin.
b. Sosial.
Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan mengalami perubahan-
perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang menduduki jabatan atau
pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua perlakuan yang selama ini didapatkannya
seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan. Bagi orang-orang yang tidak mempunyai
waktu atau tidak merasa perlu untuk bergaul di luar lingkungan pekerjaannya, perasaan
kehilangan ini akan berdampak pada semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya. Di
dalam keluarga, peranannya-pun mulai bergeser.Anak-anaksudah “jadi orang”, mungkin
sudah punya rumah sendiri, tempat tinggalnya mungkin jauh.Rumah jadi sepi, orangtua
seperti tidak punya peran apa-apa lagi.
13
Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktivitas atau kegiatan ( Activity Theory )
1. Ketentuan akan mengingatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan social
2. Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia
3. Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan kelanjut usia
2) Kepribadian berlanjut ( Continuity Theory )
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimilikinya.
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh
Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi social usia lanjut menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingg sering terjadi kehilangan ganda ( triple loos ) yakni :
14
dengan pengembangan hobi maupun pendidikan formal. Bagi mereka yang mencari nafkah
melalui sektor non formal, seperti petani, pedagang dan sebagainya, memasuki usialanjut
umumnya tidak akan banyak berdampak pada penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak
terlalu cepat mengalami kemunduran dan kesehatannya tidak terganggu. Terganggunya
kesehatan berdampak seperti pisau bermata dua. Pada sisi yang satu menjadi kendala : Untuk
mencari nafkah, pada sisi lain menambah beban pengeluaran. Oleh karena itu, jaminan hari
tua, asuransi kesehatan, tabungan, dan sebagainya akan sangat membantu pada kondisi ini.
Perubahan – Perubahan Psikososial
Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan
dalam pekerjaaan, bila seseorang pension ( purna tugas ) ia akan mengalami kehilangan
antara lain :
15
e. Spiritual
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta, tergantung
dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.Spiritual adalah kebutuhan dasar dan
pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-
usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan,
cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual
seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang,
kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow 1970,
dikutip dari Prijosaksono, 2003).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta (Hamid, 1999).Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri
sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi
orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat
perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan
mengakui Tuhan (Nelson, 2002). Menurut Mickley et al (1992) menguraikan Spiritual
sebagai suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksitensial dan dimensi agama.Dimensi
eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih
berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai
konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha
Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan
dengan diri sendiri, dengan orang.
16
Tuhan Yang Maha Penguasa.Spirituailitas sebagai konsep dua dimensi.Dimensi vertikal
adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan
seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri,
dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua
dimensi tersebut (Hawari, 2002).
17
Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam Undang-undang No.12/1998tentang
Kesejahteraan Usia Lanjut adalah sebagai berikut : Usia lanjut adalah seorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (Depsos,1999); batasan ini sama dengan yang dikemukakan
oleh Burnside dkk. Menurut WHO
Elderly (64 – 74 thn)
Old (75 – 90 thn)
Very Old (> 90 thn)
1. c. Usia Lanjut Sehat
Usia lanjut sehat adalah usia lanjut yang dapat mempertahankan kondisi fisik dan mental
yang optimal serta tetap melakukan aktivitas sosial dan produktif. Ciri usia lanjut sehat :
Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa hidupnya bermakna,
mampu menerima kegagalan yang dialaminya sebagai bagian dari hidupnya yang tidak
perlu disesali dan justru mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya.
Memiliki integritas pribadi yang baik, berupa konsep diri yang tepat dan terdorong untuk
terus memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada di antara orang-
orang yang memiliki kedekatan emosi dengannya, yang memberi perhatian dan kasih
sayang yang membuat dirinya masih diperlukan dan dicintai.
Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, didukung oleh kemampuan melakukan
kebiasaan dan gaya hidup yang sehat.
Memiliki keamanan finansial, yang memungkinkan hidup mandiri, tidak menjadi beban
orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri, sehingga dapat menentukan nasibnya
sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Hal ini dapat menjaga kestabilan harga dirinya.
d. Proses Penuaan
Proses penuaan pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi sejak pembuahan/konsepsi
dan berlangsung sampai-pada saat kematian. Dalam perjalanannya proses tersebut akan
dipengaruhi oleh variabel-variabel :
18
Lingkungan, sistem famili dan hubungara kemaknaan lainnya.
Proses penuaan mengakibatkan terganggunya berbagai organ di dalam tubuh seperti system
gastro-intestinal, sistem genito-urinaria, sistem endokrin, sistem immunologis, sistem
serebrovaskular dan sistem saraf pusat, dsb. Perubahan yang terjadi pada otak mulai dari
tingkat molekuler, sampai pada struktur dan fungsi organ otak. Akibat dari perubahan
tersebut maka antara lain akan terjadi penurunan peredaran darah ke otak padadaerah tertentu
dan gangguan metabolisme, neurotransmiter, pembesaran ventrikel sampai akhimy a terjadi
atrofi dari otak dan berat otak mengalami pengurangan kurang lebih 7% dari berat
sebelumnya. Akibat di atas, maka fenomena yang muncul adalah perubahan struktural dan
fisiologis, seperti sulit tidur, gangguan perilaku, gangguan seksual dan gangguan kognitif.
19
Budaya bersifat dinamis, adaptif dan integratif.
Pemahaman akan konsep budaya, membawa kita pada kesimpulan bahwa gagasan, perasaan
dan perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya sangat dipengaruhi oleh budaya yang
berlaku di masyarakat. Demikian pula pergeseran ataupun perubahan pada tatanan budaya
dalam suatu masyarakat akan diiringi denganperubahan perilakudari individu yang hidup di
dalamnya. Budaya tercipta sebagai upaya manusia untuk beradaptasi terhadap
masalahmasalah yang timbul dari lingkungan hidupnya.Selanjutnya budaya mempengaruhi
pembentukan dan perkembangan kepribadian manusia dalam kelompoknya.Interaksi
keduanya membentuk suatu pola spesifik perilaku, proses pikir, emosi dan persepsi individu
atau kelompok dalam bereaksi terhadap tekanan-tekanan kehidupan.Dengan demikian dapat
dimengerti peranan budaya dalam masalah kesehatan jiwa.
Pandangan holistik ini ialah bahwa pribadi seseorang yaitu faktor biologis, psikologis, sosial
budaya, dan agama; keempat faktor inilah yang memberikan warna tertentu pada seseorang
sejak dalarn kandungan sampai usia lanjut. Dengan kata lain apa yang terjadi dan akan
dialami oleh usia lanjut tidak dapat dilepaskan dari pembentukan pengalaman masa lalu di
mana dia akan memperlihatkan wxrna kepribadian tertentu yang akan menentukan seberapa
berhasil dan tidak berhasil dalam memasuki dan menjalani usia lanjut. Misalnya seseorang
yang sebelumnya sudahmemperlihatkan kemampuan penyesuaian diri yang baik, tentunya
diharapkan dapat menjalani usia lanjut dengan lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang
sebelumnya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri.
Persepsi psikologis usia lanjut terhadap dirinya. Seperti yang telah diulas di muka, persepsi
seseorang tentang citra dirinya akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana dia membentuk
kepribadiannya. Seseorang dengan kepribadian yang stabil, hangat, positif dalam menentukan
20
jalan pikirannya, biasanya akan lebih baik dan mudah dalam menghadapi usia lanjutnya.
Walaupun demikian memang tidak dapat dipungkiri bahwa sikap dari masyarakat terhadap
sosial budaya ikut andil dalam menentukan persepsi citra diri usialanjut ini. Secara budaya
ada pandangan bahwa usia lanjut sudah tidak dapat didayagunakan, sudah ada keterbatasan
gerak dan pengambilan keputusan. Budaya sering kali mendudukkan mereka pada peran yang
dituakan, di sini mengandung dua pengertian, yaitu dituakan untuk tempat mencari nasihat
hidup bagi generasi yang lebih muda, atau dituakan dalam arti tidak lagi diajak
berdiskusi, berkomunikasi.Untuk selanjutnya terjadi lingkaran setan antara sikap lingkungan
dan perilaku yang diperlihatkan oleh usia lanjut dengan memasuki dan menjalani usia lanjut,
seseorang akan dituntut untuk mengadakan penyesuaian diri. Beberapa kendala yang bisa
muncul :
1. Sikap dan pandangan masyarakat terhadap usia lanjut dapat memicu munculnya
perilaku/sikap tidak berdaya tidak berguna, tidak bisa membantu apapun.
2. Keadaan yang sulit berkomunikasi disebabkan kurangnya daya pendengaran, kurangnya
kemampuan mengingat, kesulitan menangkap isi pembicaraan orang lain menyebabkan
usia lanjut akan memperlihatkan perilaka menjauh dan menjaga jarak dengan orang
sekitarnya. 8. Pola Tidur Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jagka
waktu yang relatif menetap dan meliputi :
Jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun
Irama tidur
Frekuensi tidur dalam sehari
Mempertahankan kondisi tidur
Kepuasan tidur.
Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara reguler, berulang dan
reversibel dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap rangsangan dari luar lebih tinggi
jika dibandingkan dengan pada keadaan jaga.
21
menyeluruh kemampuan intelek, dengan manifestasisebagai kesulitan dalam ingatan,
perhatian, berpikir, dan penggabungan. Pikun hampir selalu beridentifikasi usia lanjut, namun
sesungguhnya pikun bisa terjadi pada semua segmen umur, yaitu saat usia muda. Proses
terjadinya pikun usia muda berbeda dengan usia tua.
Menurut Harianti (2008: 9), berdasarkan persepsi yang berkembang di masyarakat,
dengan bertambahnya usia, seseorang akan bertambah menjadi pelupa atau demensia, tidak
kreatif dan tidak bisa bekerja lagi. Hal ini tentu saja tidak benar. Demensia sebenarnya bukan
karena faktor usia orang menjadi pikun. Beberapa faktor penyebab demensia antara lain
sering mengonsumsi jenis obat tertentu, penyakit, gizi yang kurang baik dan memercayai
anggapan yang beredar bahwa usia yang menua akan membuat seseorang menjadi pelupa
atau demensia.
Pengelompokan Demensia
1. a. Demensia yang tidak dapat pulih (Irreversible Dementia)
Demensia Tipe Alzheimer (DTA)
Korea Huntington
Penyakit Parkinson
Lain-lain
1. b. Demensia yang dapat pulih (Reversible Dementia)
Demensia vaskuler.
22
Hidrosefalus dengan Tekanan Normal (Normal Pressure Hydrocephalus)
1. c. Demensia menetap yang diinduksi oleh zat
Intoksikasi obat
Tumor Otak
Trauma Otak
Infeksi
Gangguan metabolic
Gangguan jantung, paru, hati dan ginjal.
Tanda & Gejala Demensia
Penurunan memori (daya ingat)
Penurunan daya orientasi
Hendaya (impairment) intelektual
Gangguan daya nilai (judgment)
Gejala psikotik
Hendaya berbahasa
Tanda Dan Gejala Demensia Stadium Dini
1. Perubahan samar-samar kepribadian
2. Hendaya (gangguan) penampilan
3. Minat berkurang
4. Depresi sering terjadi
Tanda Dan Gejala Demensia Stadium Lanjut
1. Penurunan memori (daya ingat)
2. Penurunan daya orientasi
3. Daya intelektual
4. Gangguan daya nilai
5. Gejala psikotik
6. Daya berbahasa
23
1. Encoding, di mana suatu informasi dari dunia luar akan ditera dan didistribusikan ke
beberapa unit penyimpanan di otak sebelum unit tersebut dapat mempelajari materinya.
2. Konsolidasi merupakan Retrieval adalah mengingat kembali penyimpanan informasi
tersebut yang lebih permanen bahan informasi yang telah disimpan.
3. Retrieval adalah mengingat kembali bahan informasi yang telah disimpan.
Memori terdiri atas :
1. Daya ingat sesaat (Immediate Memory) yaitu informasi yang hanya disimpan selama
beberapa detik saja :contoh, memutar nomor telpon sambil melihat nomor tersebut di
buku telpon, di mana kita
langsung lupa nomor tersebut setelah memutarnya.
2. Daya ingat jangka pendek (Short-term Memory) yaitu informasi dapat diingat setelah
beberapa menit memperhatikan dan menghafalnya contoh, memutar nomor telpon sambil
menghafalnya. Dapat bertahan dalam beberapa menit —jam.
3. Daya ingat jangka panjang (Long – term Memory) yaitu informasi masa lampau masih
dapat diingat. Ini merupakan bank memori tentang apa yang kita ketahui dari pendidikan
dan pengalaman, sebagian besar akan hilang setelah beberapa lama.
E. Masalah Daya Ingat (Memori_)
Menurut isinya daya ingat terdiri atas
24
~ Metabolik / Endo krin tuitarisme, penyakit Wilson, hipotiroidi, defisiensi Vit. B1,,B2,
B6, B12.
~ Neurologik : gegar otak, tumor, hidrosefalus tekanan normal, hematoma subdural
kronik, sifilis, meningitis kronik. depresi, gangguan Psikiatrik mood bipolar.
1. Keadaan Irreversibel / Progresif
Neurologik : penyakit Alzheimer, penyakit Lewy – body, demensia vaskular, demensia
fronto-temporal, penyakit Pick, penyakit Prion.Tahap penurunan fungsi kognitif pads usia
lanjut
Age-associated memory impairment (AAMI) atau benign senescent forgetfulness
merupakan gangguan mental ringan yang masih normal pada usia lanjut. Pada mereka
ditemukan perlambatan dalam belajar, sering membutuhkan cue pada retrieval dan
mengalami forget to remember menurut diagnostic criteria of aging – associated cognitive
decline (AACD) – Working Party of the International Psychogeriatric Association in
collaboration with the WHO.
1. Adanya laporan yang dapat dipercaya bahwa fungsi kognitifnya mulai menurun.
2. Timbulnya kemunduran tersebut terjadi bertahap minimal dalam enam bulan.
3. Dijumpai adanya gangguan pada salah satu fungsi yaitu memori dan belajar, atensi dan
konsentrasi, problem solving – abstraksi, bahasa (comprehension, mencari kata yang
tepat) dan visuospasial.
4. Pada asesmen (tes neuropsikologi dan mini mental) memberikan hasil paling sedikit 1 SD
(standar deviasi) di bawah normal.
5. Kriteria eksklusif; penyakit serebral, sistemik, depresi, anxietas, delirium, postensefalitis,
postkontusio dan pengaruh obat-zat.
AAMI disebabkan oleh beberapa keadaan yaitu
1. Proses berpikir yang lamban
2. Kesulitan memusatkan perhatian dan konsentrasi
3. Memerlukan waktu lebih lama untuk belajar sesuatu yang baru
4. Kesulitan menghindari hal yang tidak perlu (distraktor)
5. Memerlukan lebih banyak isyarat (cue) untuk me-recall (mengingat) sesuatu
6. Kurang menggunakan strategi memori yang tepat.
Kriteria Mudah Lupa (Forgetfulness)
7. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
8. Gangguan dalam mengingat kemb ali (Retrieval)
25
9. Gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan dalam memori
(Recall = Active retrieval)
10. Memerlukan isyarat (cue) untuk retrieval
11. Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk ketimbang menyebut namanya.
Tahapan Penurunan Fungsi Memori
1. Memori deklaratif episodik, yaitu mengingat kembali masalah yang berkaitan dengan
waktu dan tempat (kapan dan di mana peristiwa itu terjadi).
2. Penurunan memori deklaratif semantik (masalah yang berkaitan dengan pengetahuan dan
pengalaman).
3. Penurunan memori prosedural (keterampilan motorik yang pemah dipelajari).
26
lain, CDT mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode skrining gangguan
kognitif yang lain yaitu tidak terpengaruh dengan suasana hati, bahasa atau budaya, selain itu
tidak membutuhkan pengetahuan yang tidak semestinya. Selain itu, CDT biasanya menarik
perhatian para penderita karena tidak terlalu lama dan mudah diterima.(Henderson, Scot, &
Hotopf, 2007).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini memberikan gambaran mengenai pengadministrasian Clock
Drawing Test di Indonesia dan fungsinya untuk mengetahui tanda-tanda orang lanjut usia
yang mengalami demensia.
METODE Pemilihan Subjek
Subjek penelitian merupakan responden dari mahasiswa peserta mata kuliah
Psikogeriatri. Mereka mendapatkan tugas untuk mencari orang lanjut usia yang ada di sekitar
mereka untuk dites, diobservasi dan diwawancarai, Orang lanjut usia yang dipilih yang
mempunyai kriteria berumur diatas 55 tahun. Sebelumnya, mahasiswa diberikan pelatihan
selama satu hari (dalam satu kali pertemuan kuliah) untuk memberikan instruksi, aspek yang
diobservasi dan diawawancarai. Para mahasiswa yang bertugas mengambil data sudah
mempunyai bekal pengetahuan tentang orang lanjut usia, baik berkaitan dengan perubahan
fisik, kognitif, emosi dan sosialnya maupun dengan berbagai macam penyakit yang biasa di
alami orang lanjut usia tersebut. Responden yang diberikan CDT sebanyak 140 orang, tetapi
tidak seluruhnya dapat dianalisis karena ada beberapa data yang tidak ditampilkan misalnya
pendidikan, tidak ada hasil wawancara dan observasi mengenai keseharian responden.Jumlah
data yang memadai adalah 133 responden.
Instrumen Penelitian
Untuk mengambil data digunakan Clock Drawing Test dari Shulman, Gold, Cohen,
dan Zucchero (1993). Pengadministrasiannya sebagai berikut :Hartati dan Widayanti, Clock
Drawing
Instruksi
Langkah 1: Memberikan responden sehelai kertas dengan lingkaran yang seperti jam,
besarnya relatif sesuai dengan angka yang akan digambar. Ditunjukkan bagian atas dan
bawah.
27
Langkah 2: Responden diminta untuk menggambar angka-angka di lingkaran tersebut
sehingga berbentuk seperti jam dan menggambar jarum jam yang menunjuk jam ’11 lewat 10
menit’.
b) Skoring
a) kesalahan
membuat spasi angka
yang kecil
b) menggambar
angka jam di luar
lingkaran
c) membalik kertas
saat menuliskan jam
sehingga angka terbalik
d) Menggambar jari-
jari untuk menyesuaikan
angka jam
Kesalahan visual
2 spasial kecil
28
’11 lebih 10 menit’ angka 10
padahal saat
organsasi visual b) Menulis jam 11
spasial terlihat lebih 10 menit
sempurna atau hanya
menunjukkan c) Tidak mampu
kecil waktu
a) Pembuatan spasi
yang tidak akurat
b) Menghilangkan
angka
c) Perseverasi:
mengulang lingkaran atau
melanjutkan lebih 12
dengan 13, 14, 15, dst
29
Tingkat yag parah
pada disorganisasi
tersebut seperti pada Lihat contoh dari skoring
5 skoring 4 4
b) Tidak ada
kemiripan dengan jam
sama sekali
Tanggal 1
1 Bulan 1 1
30
1
1
Sebutkan dimana kita sekarang :
1
1. Negara
2. Propinsi 1
3. Kota
2 4. Rumah sakit (paling dekat dengan rumah) 1 1
5. Bagian rumah (sebutkan)
Registrasi
1
5 Mengingat kembali 5
31
Tanyakan nama benda yang telah disebutkanpada
pertanyaan nomor 3. beri angka 1 bagi tiapjawaban
yang betul. 3
Bahasa
32
BAB III
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Demografi
A. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. S
Golda :O
Agama : Islam
Nama : Ny. D
No. telp : –
33
Hubungan dengan usila/klien : anak
1. Riwayat pekerjaan
Saat ini Ny.S tidak bekerja, sebelumnya Ny.S bekerja sebagai penjahit. Sumber pendapatan
Ny.S yang di dapat dari hasil kebun miliknya dan uang pensiunan suaminya masih dapat
mencukupi kebutuhan Ny.S sehari-hari.
1. Aktivitas rekreasi
Di rumah Ny.S suka masak-masak, Ny.S juga sering memasak untuk cucu-cucunya yang
tinggal dengan klien. Ny.S jarang pergi berwisata. Ny.S sering mengikuti pengajian yang
diadakan di masjid,biasanya diadakan seminggu 2 kali.
1. Riwayat keluarga
A. Saudara/ anak kandung
34
Ny. A Sehat Tidak tinggal serumah
1. Kunjungan keluarga
Setiap lebaran (Idul fitri) keluarga besar Ny.S selalu berkumpul di rumah Ny. S.
Ny.S mengatakan tidak ada riwayat alergi, pantangan ataupun keluhan yang berhubungan
dengan makan.
Eliminasi
à BAK dan BAB
Klien mengatakan biasanya BAK 6x/hari dengan warna putih bening,bau khas. Klien BAB
1x/ 2 hari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan bau khas. Biasanya klien
BAB di pagi hari. Klien tidak mempunyai keluhan mengenai BAK ataupun BAB.
Personal hygiene
A. Mandi
Ny.S mengatakan mandi sehari 2x dengan menggunakan sabun.
Oral hygiene
Ny.S tidak menggosok gigi karena Ny.S sudah tidak mempunyai gigi.
Cuci rambut
Biasanya Ny.S membersihkan rambutnya dengan shampo 2 hari 1x.
35
Kuku dan tangan
Ny.S mengatakan memotong kukunya setiap hari jumat, Ny.S juga sering mencuci tangannya
dengan sabun.
36
Nonton tv 09.00 – 11.00
C. Status Kesehatan
A. Status kesehatan saat ini
i. Keluhan utama 1 tahun terakhir :
Ny.S mengatakan pegal-pegal pada persendian bila Ny.S merasa kecapean.
37
Ny.S mengatakan merasa pegal pada pundak, pinggul dan lutut.
Faktor pencetus
Ny.S mengatakan mungkin penyebabnya karena kelelahan.
Timbulnya keluhan
Ny.S mengatakan pegal-pegal timbul setelah beraktifitas berat.
Upaya mengatasi
Ny.S mengatakan biasanya kalau asam uratnya kambuh Ny.S memanggil tukang pijat,
Mengkonsumsi obat-obatan tradisional, Pergi ke klinik pengobatan atau dokter praktik.
Riwayat alergi
Ny.S mengatakan tidak ada riwayat alergi.
Riwayat kecelakaan
Ny.S mengatakan dulu Ny.S pernah mengalami kecelakaan motor, tapi lukanya tidak serius,
hanya lecet-lecet saja.
38
1. Pengkajian / pemeriksaan fisik (observasi, pengukran, auskultasi, perkusi, palpasi)
A. Keadaan umum (TTV) :TD 110/70 mmHg
N : 90 x / menit
RR : 20 x / menit
S : 36,5 °C
Mulut, gigi dan bibir : keadaan mulut baik, gigi tidak ada, bibir agak
kering.
Dada
– Jantung
Perkusi : pekak
– Paru
39
Palpasi : Taxtil premitus sama, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Redup
Auskultasi : Vasikuler
Abdomen
Inspeksi :Simetris
Perkusi : Timpani
Fungsi kognitif
Berdasarkan analisa hasil, Ny.S tidak bisa menjawab pertanyaan di mana alamatnya. Dengan
jumlah kesalahan total 1 yang menunjukan bahwa fungsi intelektual Ny.Sutuh.
Status fungsional
Analisa hasil dengan jumlah17 yang menunjukan bahwa Ny.S masih bisa melakukan aktifitas
dengan mandiri seperti mandi di kamar mandi, menyiapkan pakaian dan mengenakannya,
40
memakan makanan yang telah di siapkan, memelihara kebersihan diri, dapat mengontrol
pengeluaran fases dan air kemih, berjalan tanpa alat bantu, menjalankan ibadah, melakukan
pekerjaan rumah, berbelanja, dll.
Dukungan keluarga
Ny.S mengatakan selalu puas bahwa Ny.S dapat kembali pada keluarga (teman-teman) Ny.S
untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan Ny.S, Ny.Sselalupuas dengan cara
keluarga (teman-teman) Ny.S membicarakan sesuatu dengan Ny.S dan mengungkapkan
masalah dengan Ny.S, Ny.Sselalu puas bahwa keluarga (teman-teman) Ny.S menerima dan
mendukung keinginan Ny.S untuk melakukan aktivitas atau arah baru, Ny.Sselalu puas
dengan cara keluarga (teman-teman) Ny.S mengekspresikan afek dan berespons terhadap
emosi-emosi Ny.S, Ny.Skadang-kadang puas dengan cara teman-teman Ny.S dan Ny.S
menyediakan waktu bersama-sama.
Dari analisa hasil APGAR yang di peroleh dari Ny.S adalah 9 yang menunjukan bahwa
fungsi sosial Ny.S normal.
41
Pembuangan air kotor
Rumah Ny.S memiliki pembuangan air kotor (got).
Pembuangan sampah
Pembuangan sampah ada di belakang rumah (±10m), di bakar 2 minggu sekali
Sumber pencemaran
asap dari dapur (Ny.S masih menggunakan tungku untukmemasak)
1. Risiko injury
keadaan kamar mandi licin, tidak ada tangga di rumah Ny.S.
Lampiran :
1. Masalah kesehatan kronis
A. Fungsi Penglihatan
V
1. Penglihatan kabur
42
V
1. Mata berair
B. Fungsi pendengaran
V
1. Pendengaran berkurang
V
1. Telinga berdenging
C. Fungsi paru-paru
V
1. Sesak nafas
V
1. Berdahak/sputum
D. Fungsi jantung
V
1. Jantung berdebar-debar
V
1. Cepat lelah
V
1. Nyeri dada
E. Fungsi pencernaan
V
1. Mual/ muntah
43
V
1. Nyeri ulu hati
1. Perubahan kebiasaan
BAK V
(mencret/sembelit)
F. Fungsi pergerakan
V
1. Nyeri kaki saat jalan
G. Fungsi persyarafan
1. Lumpuh/kelemahan V
pada kaki atau tangan
V
1. Kehilangan rasa
V
1. Gemetar/tremor
44
Fungsi saluran
H. perkemihan
V
1. BAK banyak
1. Tidak mampu
mengontrol
pengeluaran air kemih V
(ngompol)
13 6 19
Jumlah
Analisa hasil :
Skor £ 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan
1. Fungsi kognitif
Pengkajian status kognitif dan afektif
Skor
+ – No Pertanyaan Jawaban
45
Senin,07-
V 2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun) 10- 2013
10
Agustus
V 6. Kapan anda lahir 1946
30.000-
5.000=
25.000
46
5000-3000
= 2000
Analisa hasil
1. Status fungsional
Mandiri Tergantung
47
rambut, menggosok gigi, mencukur kumis)
48
Menggunakan sarana transportasi umum
14. untuk bepergian V
Jumlah 17
Analisa hasil :
Skor 13 – 17 : mandiri
Skor 0 – 12 : ketergantungan
1. Status psikologis
Modifikasi skala depresi geriatrik yesavage
49
Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu
No terakhir Jawaban
50
11 Sering merasa gelisah dan gugup? Tidak Tidak
51
Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada
22 harapan? Tidak Tidak
27 Menikmati tidur? Ya Ya
Jumlah 2
Analisa hasil :
= terganggu nilai 1
= normal nilai 0
Nilai : 0 – 5 ; normal
APGAR Keluarga
53
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan
5. Pemecahan saya menyediakan waktu bersama-sama. 1
Analisa hasil :
Analisa Data
Ds :
– Ny.S mengatakan
S = Skala 5
54
kecapean.
Do :
– Ny.S tampak meringis
kesakitan
Ds :
– Ny.S mengatakan tidurnya pergeseran
tidak bisa nyenyak. tahap tidur Deprivasi
2. terkait tidur
– Ny.S mengatakan biasa nonton dengan
55
tv sebelum tidur. proses
penuaan
– Ny.S mengatakan sering
terbangun tengah malam dan merasa
kepalanya pusing.
Do :
– Ny.S tampak mengantuk
– Ny.S terlihat pucat
– Terdapat kantong mata
– Konjungtiva Ny.S terlihat
kemerahan.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi.
Intervensi
56
Dia
N gno
o sa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
Setelah –
dilakukan 1. Kaji nyeri, Menunjuk
1. Matras kan nyeri
tindakan catat lokasi
yang hilang/
keperawatan dan
lembut/ terkontrol.
selama 3×24 intensitas
empuk,
jam (skala 0-
bantal – Terlihat
diharapkan : 10). Catat
yang rileks, dapat
faktor-
– besar tidur/beristira
faktor yang
Menunju akan hat dan
mempercep
kkan nyeri menceg berpartisipasi
at dan
hilang/ ah dalam
tanda-tanda
terkontrol. pemeli aktivitas
rasa sakit
haraan sesuai
non verbal.
Nye – Terlihat kesejaj kemampua.
ri rileks, dapat aran
akut tidur/beristir 1. Berikan tubuh –
ber ahat dan matras/kasu yang Mengikuti
hub berpartisipas r keras, tepat, program
ung i dalam bantal kecil. menem farmakologis
an aktivitas Tinggikan patkan yang
den sesuai linen stress diresepkan.
gan kemampuan. tempat tidur pada Menggabungk
dest sesuai sendi an
ruks – kebutuhan. yang keterampilan
i Mengiku sakit. relaksasi dan
1 sen ti program Pening aktivitas
. di. farmakologi gian hiburan ke
s yang linen dalam
57
diresepkan. tempat program
tidur kontrol nyeri.
– menuru
Mengga nkan
bungkan tekanan
keterampilan pada
relaksasi dan sendi
aktivitas yang
hiburan ke terinfla
dalam masi/ny
program eri.
kontrol 2. Memfo
nyeri. kuskan
kembal
i
perhati
an,
membe
rikan
stimula
si, dan
mening
katkan
rasa
percaya
1. Libatkan
diri dan
dalam
perasaa
aktivitas
n sehat.
hiburan
3. Sebagai
yang sesuai
anti
untuk
inflama
situasi
si dan
individu.
efek
58
analges
ik
ringan
dalam
mengur
angi
kekaku
an dan
1. Kolaborasi:
mening
Berikan
katkan
obat-obatan
mobilit
sesuai
as.
petunjuk.
4. Rasa
dingin
dapat
menghi
langkan
nyeri
dan
bengka
1. Berikan es k
kompres selama
dingin jika periode
dibutuhkan. akut.
5. Penggu
naan
jahe
dapat
mengur
angi
1. Anjurkan
gejala
pasien
inflama
untuk terapi
si dan
59
herbal gejala
dengan rematik
menggunak pada
an jahe pasien.
A. Memba
ntu
dalam
menentu
kan
kebutuh
an
manaje
men
nyeri
dan
keefekti
fan
program
.
–
Dep Setelah 1. Ciptakan Menunjuk
riva dilakukan lingkungan kantidur yang
si tindakan rasa 1. Pember dibuktikan
tidu keperawatan nyaman dan ian dengan
r selama 2×24 rileks untuk analges perasaan segar
ber jam klien. ik setelah tidur
hub diharapkan : untuk
ung klien –
an – 1. Anjurkan yang Penurunan
den Menunj pasien nyeri gejala
2 gan ukkantidur untuk dapat deprivasi tidur
. per yang minum obat memba
ges dibuktikan analgesik ntu – Kualitas
60
eran dengan sebelum klien tidur
taha perasaan tidur. tidur meningkat
p segar setelah nyenya
tidu tidur k. – Tidak
r 2. Kebias ada gangguan
terk – aan tidur.
ait Penurun sebelu
den an gejala m tidur
deprivasi 1. Bantu
gan yang
tidur kebiasaan
pros baik
klien
es dapat
– sebelum
pen membu
Kualitas tidur
uaa at
tidur misalnya
n. pkiran
meningkat mendengark
rileks.
an musik,
– Tidak membaca
ada dan berdoa.
gangguan 2. Hindari
tidur. latihan fisik 1. Latihan
yang fisik
berlebihan yang
sebelum berlebi
tidur han
dapat
menyeb
1. Ajarkan abkan
pada klien kelelah
dan an.
keluarga 2. Membe
tentang rikan
faktor yang informa
dapat si
61
menggangg kepada
u tidur. klien
A. Lingkun dan
gan keluarg
yang a
tenang tentang
dapat faktor
mening apa
katkan saja
kualitas yang
tidur dapat
klien. mengga
nggu
tidur.
Implementasi
1. Mengkaji dan
mencatat lokasi dan Ds: – Ny.S mengatakan
intensitas
P = Pegal-pegal timbul setelah
beraktifitas berat.
62
Do: – Ny.S tampak lebih rileks
aktivitas hiburan
Do: – Ny.S terlihat sibuk
yang sesuai untuk
menonton tv.
situasi individu.
1. Berikan kompres
hangat jika
dibutuhkan.
Ds:- Ny.S mengatakan
nyerinya berkurang
63
mengkonsumsi obat kondisinya sedikit lebih baik.
herbal dengan
menggunakan jahe. Do : –
1. Menganjurkan
pasien minum obat
analgesik yang di
Ds : – Ny.S mengatakan bisa
berikan dokter
tidur nyenyak
sebelum tidur.
Do :- Ny.Sminum analsik
setelah makan 3×1 hari
64
Ds : – Ny.S mengatakan tidak
jarang melakukan aktivitas
1. menghindari latihan yang berat sebelum tidur.
fisik yang
berlebihan sebelum Do : – Ny.S terlihat rileks.
tidur
Ds : – Ny.S dan keluarga klien
mengatakan paham terhadap
1. memberikan apa yang di sampaikan
informasi pada klien perawat.
dan keluarga tentang
faktor yang dapat – Keluarga Ny.S
mengganggu mengatakan bersedia untuk
menerapkan apa yang di
sampaikan perawat.
Evaluasi
S:
– Ny.Smengatakan
65
pinggul dan lutut.
– Ny.Smengatakan terasa
pegal bila gerak.
– Ny.Smengatakan
nyaman
– Ny.Smengatakan
nyerinya berkurang
– Ny.S mengatakan
kondisinya sedikit lebih baik
O:
– Ny.Stampak lebih
rileks
– Ny.Stampak memijat-
mijati kakinya.
– Ny.Sterlihat rileks
66
menonton tv.
– Nyeri berkurang
menjadi skala 4
P : Lanjutkan intervensi
S:
– Ny.Smengatakan lebih
nyaman miring ke kanan.
– Ny.Smengatakan suka
nonton tv sebelum tidur.
– Ny.S mengatakan
selalu membaca doa sbelum
tidur.
– Ny.Smengatakan tidak
jarang melakukan aktifitas
yang berat sebelum tidur.
67
mengatakan bersedia untuk
menerapkan apa yang di
sampaikan perawat.
O:
P : Lanjutkan intervensi
68
BAB IV
KESIMPULAN
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli
yang dapat dijadikan dalam persoalan hokum, dan merupakan bukti pencatatan dalam
pelaporan yang dimiliki perawat dan tim kesehatan lainnya. Dokumentasi keperawatan ini
mengacu pada nursing proses yang terdiri dari pengkajian, dignosa, intervensi, implementasi,
dan evaluasi.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stress lingkungan (Pudjiasti & Utomo, 2003). Salah satu masalah yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup lansia adalah demensia yang lebih dikenal dengan kepikunan. Untuk mencegah
demensia pada lansia tersebut, solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan melakukan tes
MMSE, dimana tes ini sangat mudah di kerjakan dan dilakukan untuk para lansia sehari-
harinya.
69
DAFTAR PUSTAKA
Harvey, Robinson & Rossor. 2003. The prevalence and causes of dementia in people under
the age of 65 years. Journal Neurosurgery Psychiatry, 74: 1206-1209.
Markam, S. Latihan Vitalisasi Otak (Senam untuk Kebugaran Fisik Dan Otak).
Jakarta: Grasindo.
Santoso, H dan A. Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung
Mulia, hal.50.
Suara Merdeka. 30 Juni, 2010. Demensia Pada Lansia. Suara Merdeka.
70