You are on page 1of 16

Makalah Perundang-Undangan

(Perizinan dan Pengelolaan Apotek)

Dosen Pembimbing:

Yulyuswarni,Apt., M.Kes

Disusun Oleh :

Meliyani Putri Pertiwi (1748401015)

PROGRAM STUDY D3 FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI TANJUNG


KARANG

T.A 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah Perundang-undangan tepat pada waktunya. Saya
menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha
Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,untuk itu dalam kesempatan ini saya menghaturkan
rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing dan semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Saya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya,
untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, atas kritik dan sarannya, saya
mengucapkan terimakasih

Bandar Lampung, 27 September 2018

Penulis

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perizinan Apotek............................................................................................................6
2.2 Pengelolaan Apotek........................................................................................................8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004
pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada
Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada
pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004).
Menurut PP RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, pelayanan kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien (PP RI No 51 Tahun 2009).

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.Pelayanan
Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien. (Permenkes RI No.73 Tahun 2016 ).

Apotek merupakan salah satu media pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan
tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap
upaya yang diselenggarakan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang


Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 1 ayat (a), Apotek adalah suatu tempat
tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Salah satu realisasi pembangunan dibidang farmasi oleh
pemerintah dan swasta adalah dengan menyediakan sarana pelayanan kesehatan salah satunya
apotek (Permenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002). Jadi, apotek adalah suatu bisnis
eceran/retail yang komoditinya terdiri atas: perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan
perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Sebagai perantara apotek dapat mendistribusikan
perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari supplier kepada konsumen, memiliki beberapa
fungsi kegiatan yaitu : pembelian, gudang, pelayanan dan penjualan, keuangan dan pembukuan,
sehingga dapat dikelola dengan baik. Apotek bukanlah suatu badan usaha yang semata – mata
hanya mengejar keuntungan saja tetapi apotek mempunyai fungsi sosial yang menyediakan,
menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya.

Apotek dibentuk dan didirikan untuk memperluas akses obat murah dan terjamin kepada
masyarakat. Apotek bertujuan untuk menertibkan peredaran obat-obat palsu dan illegal, serta
memberikan kesempatan pada para apoteker untuk memberikan pelayanan kefarmasian. Dalam
upaya usaha untuk memajukan kesejahteraan umum yang berarti mewujudkan suatu tingkat
kehidupan secara optimal, yang memenuhi kebutuhan manusia termasuk kesehatan, maka
pendirian apotek ini dapat menyebarkan obat secara merata sehingga dapat memudahkan
masyarakat untuk mendapatkan obat yang bermutu dengan harga terjangkau.

4
Apotek dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang telah diberi ijin
mengelola apotek. Dalam mengelola apotek, Apoteker dibantu oleh beberapa Asisten Apoteker
(AA) (Anonim, 2004 dalam Satubi dkk, 2007). Demikian Apoteker Pengelola Apotek (APA)
dalam menjalankan profesi apotekernya di apotek tidak hanya pandai sebagai penanggung jawab,
melainkan juga dapat mengelola apotek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis tanpa memberikan
keuntungan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan / stake holder semata melainkan juga
memiliki fungsi sosial di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja alur, skema pendirian dan perizinan apotek bedasarkan Kepmenkes?
b. Apa saja syarat, cara pendirian dan perizinan apotek yang baik?
c. Apa saja cara pengelolaan apotek yang baik.

1.3 Tujuan
Bedasarkan latar belakang di atas maka tujuan makalah ini adalah :

a. Mengetahui alur, skema pendirian dan perizinan apotek bedasarkan Kepmenkes


b. Mengetahui syarat, cara pendirian dan perizinan apotek yang baik.
c. Mengetahui cara pengelolaan apotek yang baik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perizinan apotek

A. Pengertian Apotek
Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kepmenkes RI No.
1027/MENKES/SK/IX/2004).
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh apoteker (PP RI No 51 Tahun 2009).
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker. (Permenkes RI No.73 Tahun 2016).

Apotek merupakan salah satu media pelayanan kesehatan dalam membantu


mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri-sendiri atau bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
atau masyarakat.

Pada apotek online point yang perlu diperhatikan adalah terkait hal-hal sebagai
berikut:

Pengiriman Resep

Penggunaan yang dimaksudkan. Standar ini harus dipenuhi dalam setiap situasi di mana
resep tangan atau surat-dikirim ke pasien atau agen pasien.

Pengiriman resep harus berlangsung sesuai dengan berikut:

1. Semua pertimbangan penyimpanan harus diperhitungkan termasuk kerusakan dan


pendinginan.
2. Kerahasiaan pasien harus dilindungi setiap saat dengan memastikan paket luar hanya
berisi nama pasien dan alamat.
3. Pasien meminta pengiriman resep untuk orang lain selain diri mereka sendiri harus
memberikan apotek dengan delegasi tertulis dari otoritas untuk orang tersebut untuk
bertindak sebagai agen pasien. Delegasi tersebut tertulis kewenangan untuk agen harus
menyertakan nama agen yang ditunjuk dan nama dan tanda tangan dari pasien, dan
harus disimpan pada file di apotek dan dicatat dalam profil pasien.

6
4. Setiap pasien kepada siapa resep disampaikan masih harus diberi konseling yang tepat
dan memadai.
5. Sebuah didokumentasikan “kertas” jejak (baik fisik atau elektronik) dari semua resep
yang disampaikan, termasuk pasien atau tanda tangan agen yang ditunjuk harus
dipertahankan di apotek.

B. Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan PP No 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek yaitu :
1. Tempat pengabdian tenaga kefarmasian yaitu Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian oleh tenaga kefarmasian
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain
obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional

C. Persyaratan Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 6:
1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan
pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan
termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau
milik pihak lain
2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
komoditi lainnya diluar sediaan farmasi
3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi

D. Pendirian Apotek
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 4:
1. Izin Apotek diberikan oleh Menteri;
2. Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin Apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota;
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin,
pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotik sekali setahun kepada
Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi;

7
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon agar dapat memperoleh surat izin pendirian
apotek

Surat Permohonan Izin usaha pendirian Apotek


Surat Perjanjian Akta Notaris Apoteker dengan PSA (Pemilik Sarana Apoteker)
Surat Pernyataan Apoteker tidak Terlibat UU Kefarmasian bermaterai 6000
Surat Penugasan
Surat Sumpah
Ijazah Apoteker
Surat Penyataan Apoteker Tidak Bekerja di Apotek Lain Bermaterai 6000
Fotocopy KTP Pemohon
Ijazah Asisten Apoteker
Surat Penugasan Asisten Apoteker
Surat Pernyataan Asisten Apoteker bekerja Full Time di Apotek tersebut bermaterai
6000
Surat Pernyataan Asisten Apoteker Tidak Bekerja di Apotek lain bermaterai 6000
KTP Asisten Apoteker
SITU( Surat Izin Tempat Usaha )
Daftar Ketenagaan
Pas Photo Ukuran 4 x 6 sebanyak 3 lembar
E. Perizinan Apotek
1. Tata Cara Pengurusan Izin Apotek
Tata cara mengurus izin Apotek berdasarkan Kepmenkes No.1332/Menkes/SK/X/2002
yaitu:
a) Yang berwenang member izin SIA : Kadinkes Kabupaten/Kota
Surat Izin Apotek atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada
Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk
menyelenggarakan Apotekdi suatu tempat tertentu.

b) Yang berhak memperoleh izin: Apoteker


Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.

2.2 Pengelolaan Apotek

1. Pengelolaan Obat
a. Perencanaan

8
Apotek Kimia Farma pada umumnya dalam proses perencanaan obat dan perbekalan
kefarmasian lainnya menggunakan campuran dari metode epidemiologi dan metode
konsumsi. Namun dapat dikatakan lebih dominan pada menggunakan metode konsumsi.
Perencanaan pembelian dilakukan seminggu sekali yakni pada hari senin berdasarkan data
yang tercatat pada buku defecta yang berisi data persediaan barang yang hampir habis atau
sudah habis dan pareto bulan sebelumnya, yang disebut juga sebagai order besar, kecuali
barang-barang yang bersifat mendesak karena permintaan pasien. Selain itu diperhatikan juga
tingkat keterjualan barang agar tidak terjadi kekosongan persediaan atau penumpukkan
barang di apotek. Daftar sediaan farmasi yang telah direncanakan ditulis dalam Bon
Permintaan Barang Apotek (BPBA).Adapun format dari BPBA ini terlampir pada lampiran 1.
b. Mekanisme penyaluran
Pada tahap pengadaan, Apotek Kimia Farma memberlakukan tiga bentuk diantaranya
order besar, order kecil dan pembelian mendesak. Untuk order besar, pengadaan dilakukan
melalui Bisnis Manajer (BM). Permintaan barang diawali dengan pengiriman Bon Permintaan
Barang Apotek (BPBA) secara online melalui email ke Kantor BM di Kimia Farma
Malioboro yang rutin dilakukan pada hari selasa pagi di setiap minggunya. Namun untuk
golongan obat narkotika, psikotropika dan precursor yang memerlukan Surat Pesanan (SP)
Khusus sebelumnya dilakukan pengiriman SP yang sudah ditanda tangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek setempat secara langsung ke kantor BM.
Untuk order kecil dapat dilakukan setiap hari senin, rabu, kamis, jum’at dan sabtu
dengan jumlah item barang terbatas yakni biasanya tidak lebih dari 15 item obat. Permintaan
order kecil ini dilakukan jika obat atau perbekalan farmasi lainnya benar-benar habis, terdapat
resep Tinggal Ambil (TA) atau tertinggal/terlewat saat dilakukan penyusunan order besar.
Selain metode di atas, karena berbentuk jaringan dalam pengadaannya juga dapat dilakukan
dengan melakukan permintaan barang ke sesama Apotek Kimia Farma biasanya disebut
permintaan obat intern yang sistemnya berputar di seluruh Apotek Kimia Farma tanpa
membayar secara tunai namun dengan pemindahan aset yang ada.
Apotek juga dapat melakukan pembelian mendesak jika obat atau perbekalan farmasi
lainnya dibutuhkan segera namun tidak ada persediaan.Pembelian ini dilakukan ke Apotek
lain.Untuk pengadaan alat kesehatan (Alkes), semuanya menggunakan system konsinyasi
yaitu perbekalan farmasi yang dititipkan kepada apotek.Kontrol dan pembayarannya
dilakukan setiap tiga sampai empat bulan atau pada periode tertentu.
BPBA yang terkirim akan terbaca secara otomatis di komputer BM dan kemudian
bagian pembelian Kantor BM akan menyortir BPBA secara keseluruhan dan membuat SP ke
distributor yang sesuai atas nama apotek pemesan.Pendistribusian barangnya dapat berupa
dropping dari BM yang disertai dengan 3 rangkap bukti dropping (1 di pegang BM, 2 dibawa
ke Apotek dimana satunya dikembalikan ke BM setelah dilakukan pengecekkan di Apotek

9
sebagai tanda terima barang) atau PBF datang ke apotek secara langsung dengan membawa
faktur. Dropping disini dimaksudkan untuk proses distribusi dimana PBF atau distributor
tertentu memberikan barangnya ke BM sehingga apotek jaringan yang bersangkutan perlu
mengambil sendiri barangnya ke BM.
Saat barang yang dipesan datang dilakukan penerimaan dan pemeriksaan nama,
kemasan, jumlah dan kondisi barang serta dilakukan pencocokan antara faktur dan salinan
faktur dengan surat pesanan yang meliputi nama distributor, nama barang, kemasan, jumlah,
harga barang, no. batchdan expired date dan. Kemudian faktur ditandatangani dan diberi
stempel apotek.Faktur asli diserahkan kembali kepada petugas pengantar barang atau
distributor untuk kemudian dijadikan bukti pada waktu pembayaran.Adapun faktur yang
dimaksud disini dapat dilihat pada lampiran 2.
c. Penyimpanan
Pada tahap penyimpanan, obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan, jenis sediaan
stabilitas dan kelas terapi.Untuk obat yang dapat dibeli bebas diletakkan di swalayan farmasi
sementara yang lainnya(obat-obat etichal) disimpan di ruang peracikkan.Selain itu, untuk
memudahkan pencarian setiap kelompok memiliki warna yang berbeda dan disusun secara
alfabetis.Pengelompokkan penyimpanan obat/barang di ruang peracikan disusun sebagai
berikut:
1) Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi.
2) Lemari penyimpanan obat psikotropika.
3) Obat narkotika disimpan dalam lemari khususdouble pintu yang terkunci.
4) Lemari penyimpanan obat InHealth.
5) Lemari penyimpanan obatethical.
6) Lemari penyimpanan obat tetes/drops, salep dan tetes mata.
7) Lemari penyimpanan ampul, syringe dan infus.
8) Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria, serum
dan vaksin.
9) Lemari penyimpanan bahan baku.
Setiap pemasukan danpenggunaan obat/barang harus diinput ke dalam komputer dan
untuk ketelitian pencatatan juga dilakukan pada kartu stok yang meliputi tanggal
pengisian/pengambilan, nomor dokumennya, jumlah barang yang diisi/diambil, sisa barang dan
paraf petugas yang melakukan pengisian/pengambilan barang.Kartu stok ini diletakkan di
masing-masing obat/barang.Setiap karyawan di apotek bertanggung jawab terhadap stok barang
yang ada di lemari.
Obat atau barang yang dapat dibeli secara bebas disimpan pada rak penjualan obat bebas
swalayan farmasi.Pengaturan penyimpanannya didasarkan pada bentuk dan jenis sediaan, serta
kegunaannya untuk memudahkan petugas dalam mengambil obat atau barang yang diinginkan

10
oleh pembeli.Sementara untuk pengontrolan stoknya dilakukan setiap 3 bulan. Penyimpanan obat
di Apotek Kimia Farma Palagan dapat dilihat pada lampiran 3.
d. Pemusnahan
Untuk pemusnahan obat dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan obat yang rusak
atau kadaluarsa.Sementara prosedurnya APA membuat dan menandatangani berita acara
pemusnahan obat kadaluarsa yang ditujukan ke BM.

2. Pengelolaan Resep
a. Alur
Pengelolaan resep dilakukan dengan alur, resep datang kemudian dilakukan skrining
resep terkait persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Resep
kemudian diberi harga dan menanyakan kesetujuan pasien mengenai jumlah obat yang akan
diambil, jika pasien setuju maka obat akan disiapkan, ditimbang atau diracik dan kemudian diberi
etiket. Selain itu jika diperlukan, kwitansi atau salinan resep juga disiapkan.Sebelum obat
diserahkan pada pasien, dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan
resep.Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian konseling, informasi dan
edukasi terkait terapi obatnya.Sementara untuk resep asli disimpan di apotek.

Resep
datang
Skrining resep

Cek ketersediaan
obat
Resep diberi
Pasien tidak harga Pasien setuju
setuju
Diajukan obat alternative dengan jenis, jumlah,
jumlah item dan harga sesuai kemampuan pasien

Pasien tidak Pasien setuju


setuju
Resep Dalam Resep Luar Penyiapan/peracikan obat
hanya Resep
Pemeriksaan akhir
dikenakan biaya dikembalikan
konsultasi pada pasien Penyerahan obat
dokter
Pemberian konseling, informasi,
edukasi
Monitoring penggunaan
obat
11
Gambar 1.Skema alur pelayanan resep

b. Penyimpanan
Dalam penyimpanannya resep yang masuk tiap harinya dikumpulkan dan dipisahkan
untuk resep yang mengandung obat narkotik dan psikotropik.Untuk resep yang mengandung
obat narkotika diberikan garis merah di bawah nama obat, dan untuk resep yang mengandung
psikotropika apotek ini memberikan garis warna hijau di bawah nama obat atau diberikan
tanda ceklist. Setiap bulannya resep obat disatukan dan disimpan.Resep narkotika dan resep
psikotropika dapat dilihat pada lampiran 4.
Namun berbeda bagi resep kredit yakni resep klaim yang berasal dari instansi tertentu
yang telah melakukan kerjasama dengan apotek Kimia Farma.Resep kredit ini setiap harinya
dipisahkan dan dikumpulkan, pada hari berikutnya resep diserahkan ke BM untuk dilakukan
penagihan disetiap bulannya.
c. Pemusnahan
Resep disimpan selama 3 sampai 5 tahun kemudian dilakukan pemusnahan yang
dilakukan sendiri oleh apotek.

3. Administrasi Keuangan
1) Buku Setoran
Berisi data keuangan hasil penjualan tunai dari setiap shift per hari dan bukti setoran
ini dicetak setiap shiftnya.
2) Buku Kas
Pada buku kas ini berisi data keuangan pemasukan dan pengeluaran yang ada pada
apotek pada setiap harinya.
3) Buku Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)
Laporan ini dibuat pada akhir transaksi di setiap harinya.Laporan ini memberikan
informasi jumlah penjualan tunai (OTC, UPDS, HV) dan kredit(resep
kredit).Laporan ini dibuat dan divalidasi oleh APA.Khusus untuk laporan konsinyasi
dibuat terpisah dan dicetak per supplier serta direkap tiap bulan.
4) Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil (LRPDKK)
Laporan ini merupakan laporan mengenai penggunaan kas kecil (petty cash) untuk
keperluan operasional apotek, misalnya untuk pembayaran listrik, air, bensin,
keamanan dan lain-lain. Laporan ini dibuat oleh bagian administrasi yang
ditunjuk dan diketahui oleh APA, biasanya laporan ini divalidasi tiap 2 minggu.
Administrasi pengelolaan obat
Macam-macam buku administrasi apotek :
a) Buku pelanggan

12
Buku ini berisi daftar pelanggan pembeli tetap diapotek.Pada dasarnya pelanggan
adalah aspek penting yang dimiliki apotek.
b) Buku defekta
Karyawan Apotek Kimia Farma 316 mencatat barang dan obat yang habis atau
hampir habis, sehingga segera dipesan agar dapat tersedia secepatnya sebelum stok
habis.
c) Pencatatan Stok Barang
Apotek Kimia Farma 316 melakukan pencatatan berupa pencatatan jumlah barang
yang masuk dan jumlah barang yang keluar, serta jumlah barang yang masih
tersedia di apotek dengan mengisi kartu stok yang tersedia disetiap rak obat.
d) Pencatatan Permintaan Barang.
Permintaan barang dicatat dalam BPBA (Bon Pemintaan Barang Apotek) berupa
kebutuhan barang apotek, yang kemudian diajukan atau dikirimkan ke Unit
Business Manager Yogyakarta.
e) Pencatatan Rekap Resep
Perekapan resep merupakan resep yang dikumpulkan dan dipisahkan berdasarkan
tanggal dibuat atau dikeluarkannya resep.Resep asli beserta struk harga obat
disimpan sebagai arsip.Resep ini dipisahkan berdasarkan antara resep kredit dan
resep tunai serta antara resep narkotika dan psikotropika.
f) Bukti Droping
Berupa kumpulan bukti – bukti obat yang telah didroping dari apotek KF lain.

Administrasi pelaporan penggunaan obat


1. Narkotika dan psikotopika
Pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika dilakukan setiap
bulan..Laporan tersebut ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dan dicap
apotek. Laporan dikirim via online ke SIPNAP sebelum tanggal 5 bulan berikutnya.
2. Laporan Stock Opname
Stock opname adalah pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik barang. Apotek
Kimia Farma 316 ini melakukan stock opname setiap tiga bulan. Laporan stok opname
dapat dilihat pada lampiran 5.

4. Sumber Daya Manusia (SDM)


a. Tenaga kerja di Apotek Kimia Farma 316 berjumlah 8 orang yang terdiri dari 1 orang
APA, 1 orang Apoteker Pendamping, 5 orang Asisten Apoteker (AA),dan 1 orang non-
AA. Posisi Apoteker Pendamping memiliki garis koordinasi dengan apoteker pengelola

13
apotek. Sedangkan karyawan lainnya kedudukannya sama/sejajar, dimana kesemuanya
langsung bertanggung jawab kepada APA.
Sedangkan tenaga kerja di Apotek Kimia Farma 225 berjumlah 7 orang yang terdiri
dari 1 orang APA, 1 orang Apoteker Pendamping, 3 orang Asisten Apoteker (AA), dan
2 orang non-AA
b. Masing-masing personil telah menjalankan tugasnya sesuai dengan tugasnya masing-
masing yang dibuat oleh APA, sehingga kegiatan di apotek menjadi lancar. Dalam
menjalankan usahanya, Apotek Kimia Farma no. 316 dan no. 225 buka 24 jam, dimana
terbagi menjadi 3 shift secara umum, dimana shift pagi pada pukul 07.30-15.00 WIB,
siang pukul 15.00-22.00 WIB, dan malam 22.00-07.30 WIB. Pada masing-masing shift
harus terdapat seorang apoteker, misalnya pada shift I dihadiri APA maka Apoteker
Pendamping masuk pada shift II, begitu pun sebaliknya. Rata-rata jam kerja karyawan
adalah 7 jam kerja setiap harinya, dan mendapatkan 6 shift dalam seminggu.
Pembuatan jadwal kerja dilakukan setiap bulan. Sementara untuk perhitungan jam kerja
dilakukan secara adil yakni berjumlah sama untuk semua karyawan. Perhitungan
didasarkan pada jumlah hari dalam satu bulan yang dikurangi jumlah jatah liburnya dan
dikalikan jumlah waktu per-shiftnya. Karyawan umum tersebut telah diberi pelatihan
dan pengetahuan dasar tentang obat-obatan maupun administrasi oleh Apoteker
Pengelola Apotek sehingga diharapkan mereka dapat memberikan pelayanan memadai
kepada pasien.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 . Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal yang telah dimuat pada bab pembahasan, maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:

Tata cara mengurus izin Apotek berdasarkan Kepmenkes No.1332/Menkes/SK/X/2002


yaitu:
a. Yang berwenang member izin SIA : Kadinkes Kabupaten/Kota
Surat Izin Apotek atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada
Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan
Apotek disuatu tempat tertentu.

b. Yang berhak memperoleh izin : Apoteker


Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.
Berdasarkan pembahasan diatas tentang pengelolaan apotek, dapat disimpulkan bahwa:

1. Peran, fungsi, dan tugas apoteker di apotek adalah sebagai retailer, manager, dan
professional dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsi
pengawasan dan pengendalian semua komponen yang ada di apotek.
2. Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus mampu menerapkan pengetahuan dan
keahlian dalam bidang teknis kefarmasian maupun bidang non teknis kefarmasian. Dimana
pelaksanaanya memerlukan kerjasama antara APA dengan semua personel apotek.
3. Pengelolaan Apotek yang meliputi kegiatan administrasi, manajemen keuangan, pengadaan,
penerimaan dan penyimpanan, penyalur perbekalan farmasi serta pelayanan kefarmasian
terhadap pasien telah dilakukan dengan baik serta sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Penyediaan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan di Apotek sudah dapat memenuhi
permintaan pasien. Hal ini karenaApotek Kimia Farma merupakan Apotek jaringan yang
memiliki banyak cabang sehingga dapat meminimalisir penolakan pelanggan.
5. Pengendalian perbekalan farmasi di Apotek dilakukan dengan membuat laporan dan
pencatatan menggunakan kartu stok barang, stock opname dan data base computer.

15
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek

Hartono, Rudi. 2008. Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas/Apotek. Medan : Fak
Farmasi USU

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan
Tata cara Pemberian Izin Apotik.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara
Pemberian Izin Apotik.

Satubi, Nova Hasani Furdiyanti dan Maya Rahmawati, 2007. Evaluasi kinerja suatu apotek X di
Yogyakarta dengan pendekatan Balanced Scorecard, Majalah Farmasi Indonesia,
18(2), 71 – 80, 2007. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

16

You might also like