You are on page 1of 3

ANATOMI DAN FISIOLOGI PROSTAT

Prostat berbentuk seperti piramid terbalik dan merupakan organ kelenjar fibromuskuler yang me
ngelilingi uretra pars prostatica. Panjang prostat sekitar 3 cm dan terletak antara collum vesika u
rinaria (atas) dan diaphragma urogenitalis (bawah). Prostat dikelilingi oleh kapsula fibrosa. Di luar
kapsul terdapat selubung fibrosa, yang merupakan bagian dari lapisan visceral fascia pelvis. Pros
tat mempunyai basis, apex, permukaan anterior dan posterior, dan dua permukaan lateral. Prosta
t adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli, di depan rektum dan me
mbungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan b
eratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular dan glandular yang
terbagi dalam beberapa daerah atau zona, yaitu : perifer, sentral, transisional, preprostatik sfingt
er dan anterior (Mc Neal 1970).

1. Batas-batas prostat

Batas superior : basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos berjalan
tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain.

Batas inferior : apex prostat terletak pada permukaan atas diafragma urogenitalis. Uretra mening
galkan prostat tepat diatas apex permukaan anterior.

Anterior : permukaan anterior prostat berbatasan dengan simphisis pubis, dipisahkan dari simphis
is oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat pada cavum retropubica(cavum retziuz). Selubung fi
brosa prostat dihubungkan dengan permukaan posterior os pubis dan ligamentum puboprostatic
a. Ligamentum ini terletak pada pinggir garis tengah dan merupakan kondensasi vascia pelvis.

Posterior : permukaan posterior prostat berhubungan erat dengan permukaan anterior ampula re
cti dan dipisahkan darinya oleh septum retovesicalis (vascia Denonvillier). Septum ini dibentuk pa
da masa janin oleh fusi dinding ujung bawah excavatio rectovesicalis peritonealis, yang semula
menyebar ke bawah menuju corpus perinealis.

Lateral : permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m. levator ani waktu serabu
t ini berjalan ke posterior dari os pubis.

Ductus ejaculatorius menembus bagisan atas permukaan prostat untuk bermuara pada uretra par
s prostatica pada pinggir lateral orificium utriculus prostaticus.
Prostat secara tak sempurna dibagi dalam lima lobus. Lobus anterior, atau isthmus, terletak di d
epan uretra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius, adalah kelenjar yang berbent
uk baji yang terletak antara uretra dan ductus ejaculatorius. Permukaan atasnya dibatasi oleh trig
onum vesicae. Bagian ini kaya akan kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang uretra dan di
baeah ductus ejaculatorius dan juga mengandung jaringankelenjar. Lobus lateral kanan dan kiri t
erletak di samping uretra dan dipisahkan satu sama lain oleh alur vertikal dangkal yang terdapat
pada permukaan posterior prostat. Lobus lateral mengandung banyak kelenjar.

Fungsi prostat adalah menghasilkan cairan tipis seperti air susu yang mengandung asam sitrat d
an fosfatase asam. Kedua zat ini ditambahkan ke caioran semen pada saat ejakulasi. Otot polos
pada stroma dan kapsula berkontraksi dan sekret yang berasawl bersama kelenjar diperas masuk
ke uretra pars prostatid. Sekret prostat bersifat alkali yang membantu menetralkan keasamavagi
na.

Seperti diketahui fungsi utama dari unit vesikouretra adalah menampung urin untuk sementara,
mencegah urin kembali ke arah ginjal dan pada saat-saat tertentu melakukan ekspulsi urin. Unit
vesikouretra terdiri dari buli-buli dan uretra posterior. Uretra posterior terdiri dari uretra pars pro
statika, yang bagian proksimalnya disebut sebagai leher buli-buli dan uretra pars diafragma yang
tidak lain adalah spinkter eksterna uretra. Unit vesikouretra ini dipelihara oleh sistem saraf oton
om yaitu parasimpatis dan simpatis untuk buli-buli dan uretra proksimal dari diafragma serta sar
af somatis melalui nervus pudendus untuk spinkter eksterna. Sistem persyarafan tersebut memun
gkinkan terjadinya proses miksi secara bertahap (fase) yaitu :

1. Fase Pengisian (Resting /Filling Phase)

Fase ini terjadi setelah selesai miksi dan buli-buli mulai diisi lagi dengan urin dari ginjal yang m
asuk melalui ureter. Pada fase ini tekanan di dalam buli-buli selalu rendah, kurang dari 20 cm H
2O. Sedangkan tekanan di uretra posterior selalu lebih tinggi antara 60-100 cm H2O.

2. Fase Ekspulsi

Setelah buli-buli terisi urin sebanyak 200-300 ml dan mengembang , mulailah reseptor “strechtí”
yang ada pada mukosa buli-buli terangsang dan impuls dikirimkan ke sistem saraf otonom paras
impatis di medula spinalis segmen 2 sampai 4 dan sistem syaraf ini menjadi aktif dengan akibat
meningkatnya tonus buli-buli (muskulus detrusor). Meningkatnya tonus detrusor ini dirasakan se
bagai perasaan ingin kencing. Pada saat tonus detrusor meningkat maka secara sinkron leher bu
li-buli dan uretra pars prostatika membuka, bentuknya berubah seperti corong dan tekanannya
menurun. Pada keadaan ini inkontinensia hanya dipertahankan oleh spinkter eksterna yang masih
tetap menutup. Bila yang bersangkutan telah mendapatkan tempat yang dianggap konvivien un
tuk miksi barulah spinkter eksterna secara sadar dan terjadi miksi. Pada saat tonus detrusor men
ingkat sampai terjadinya miksi tekanan intravesikal mencapai 60-120 m

2. Perdarahan, penyaliran limfe, dan persyarafan

Arteri yang memperdarahi prostat berasal dari cabang a. vesicalis inferior dan a. rectalis media.
Vena membentuk pleksus venosus prostatiticus yang terletak antara kapsula prostat dan selubun
g fibrosa. Plexus prostaticus menerima v. dorsalis profundus penis dan banyak v. vesicalis , dan
mengalirkan darah ke v. iliaca interna. Pembuluh limfe dari prostat mengalirakn cairan limfe ke n
odi limfatici iliaca interna. Persarafan prostat berasal dari plexus hipogastricus inferior.

Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat. Cai
ran kelenjar ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemu
dian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Cairan ini merupakan kura
ng lebih 25% dari volume ejakulat. Jika kelenjar ini mengalami hiperplasi jinak atau berubah me
njadi kanker ganas dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi sal
uran kemih.

You might also like