You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR

OLEH:
MU’AWANAH
G3A015107

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BARU LAHIR

A. KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR


1. Neonatus normal
a. Berat badan
Berat rata-rata bayi aterm normal atau sekitar 2500-4000 gram.
Kehilangan BB sampai 10% selama 2-4 hari pertama merupakan
keadaan normal, dan BB tersebut akan naik kembali pada hari ke-10
sampai ke-14.
b. Pengukuran
1) Dari puncak kepala hingga tumit (kedua tungkai
diekstensikan) 50 cm
2) Lingkar kepala 35 cm
3) Lingkar dada 34 cm
c. Warna kulit
Bayi harus berwarna merah muda yang bersih.
Mungkin terdapat sedikit sianosis pada kaki dan tangan selama 24 jam
pertama.
d. Respirasi
Pada jam pertama respirasi agak menyimpang antara 40-60x/ menit,
setelah 2 jam berkisar antara 40x/menit.
e. Postur
Bayi yang normal akan mengambil sikap fleksi yang serupa dengan
sikap meringkuk di dalam rahim
f. Gerakan
Bayi harus dapat menggerak-gerakkan anggota geraknya dengan kuat
dan bebas, leher harus dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tonus otot
kencang.
g. Refleks
Refleks moro, refleks menggenggam, refleks mengisap, mencari
sentuhan (rooting), melangkah (steping).
h. Defekasi
Bayi memiliki feses yang lengket dan hitam kehijau-hijauan pada hari
pertama yang disebut mekonium. Bayi baru lahir umumnya sudah bisa
BAB (buang air besar) dalam waktu 24 jam setelah persalinan. Pada
hari ketiga, feses atau tinjanya sudah bercampur dengan susu atau
kotoran peralihan. Perlu diketahui, bayi yang diberi ASI, bisanya pada
hari-hari pertama atau minggu-minggu pertama akan lebih sering
buang air besar bisa sampai 6 kali atau lebih. Kalau dalam waktu lebih
dari 48 jam mekoniumnya tidak keluar, bisaanya bayi diduga
menderita hirschprung. Kelainan hirschprung terjadi pada persarafan
usus besar paling bawah, mulai anus hingga ke bagian usus atasnya,
termasuk ganglion parasimpatis yang membuat usus bisa bergerak,
melebar dan menyempit. Pada bayi yang mempunyai kelainan
hirschprung, persarafan ini tak ada sama sekali atau kalaupun ada
jumlahnya sedikit sekali. Akibat selanjutnya, kotoran akan menumpuk
dan menyumbat usus di bagian bawah hingga bayi tidak bisa BAB.
i. Tidur : Bayi memerlukan waktu yang banyak untuk tidur.
j. Makan : Bayi akan merasa lapar setiap 2-4 jam.
k. Berkemih : Bayi akan mengompol sedikitnya 4-5 kali/ hari.
2. Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir :
a. Pertahankan kebersihan jalan napas
b. Jaga bayi tetap hangat
c. Perlihatkan bayi pada orang tuanya dan tempatkan pada perut ibu
d. Catat nilai APGAR 1 dan 5 menit pertama
e. Tanda-tanda vital
f. Berat badan
g. Mandi dan perawatan kulit
h. Perawatan tali pusat
3. Tanda bayi dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa
tanda:
a. Bayi berat lahir rendah di bawah 2000 gram
b. Bayi tidak mau minum ASI
c. Tangan dan kaki bayi teraba dingin
d. Bayi mengalami gangguan/kesulitan bernafas
e. Bayi mengalami perdarahan atau tersangka perdarahan
f. Bayi mengalami kejang-kejang
g. Bayi mengalami gejala ikterus yang meningkat
h. Bayi mengalami gangguan saluran cerna disertai muntah-muntah diare
atau tidak buang air besar sama sekali dengan perut membuncit.
i. Bayi menunjukkan tanda infeksi berat seperti meningitis atau sepsis.
4. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
Pada periode pascapartum, bayi baru lahir mengalami perubahan
biofisiologis dan perilaku yang kompleks akibat transisi ke kehidupan
ekstrauterin. Memulai segera pernapasan dan perubahan dalam pola
sirkulasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan ekstrauterin.
Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal (GI),
hematologi, metabolik, dan sistem neurologis bayi baru lahir harus
berfungsi secara memadai untuk maju ke arah, dan mempertahankan
kehidupan ekstrauterin.
Pada waktu lahir bayi sangat aktif. Bunyi jantung dalam menit-
menit pertama kira-kira 180/menit yang kemudian turun sampai 140-
120/menit pada waktu bayi berumur 30 menit. Pernafasan cepat pada
menit-menit pertama disertai pernafasan cuping hidung, reaksi
suprasternal dan interkostal, serta rintihan berlangsung hanya 10 – 15
menit. Kelanjutan keaktifan yang berlebih-lebihan ialah bayi menjadi
tegang dan relatif tidak memberi reaksi terhadap rangsangan dari luar dan
dari dalam. Dalam keadaan ini bayi tertidur untuk beberapa menit sampai
4 jam. Pada saat bayi pertama kali bangun dari tidurnya ia menjadi mudah
terangsang, dengan frekuensi bunyi jantung meningkat, dan dengan
perubahan warna, serta kadang-kadang dengan keluarnya lendir dari
mulut. Sesudah masa ini dilampaui, keadaan bayi mulai stabil, daya isap
serta refleks telah mulai teratur.
5. Periode Transisi
a. Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6 sampai 8 jam
pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi, dengan
mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan dan melahirkan.
b. Pada periode I reaktivitas (segera setelah lahir), pernapasan cepat
(dapat mencapai 80 kali per menit) dan pernapasan cuping hidung
sementara, retraksi, dan suara seperti mendengkur dapat terjadi.
Denyut jantung dapat mencapai 180 kali per menit selama beberapa
menit pertama kehidupan.
c. Setelah respon awal ini, bayi baru lahir menjadi tenang, relaks, dan
jatuh tertidur; tidur pertama ini (dikenal sebagai fase tidur) terjadi
dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai
beberapa jam.
d. Periode II reaktivitas, dimulai waktu bayi bangun, ditandai dengan
respon berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah
muda menjadi agak sianosis, dan denyut jantung cepat.
e. Lendir mulut dapat menyebabkan masalah besar, misalnya
tersedak, tercekik, dan batuk.
6. Adaptasi Pernapasan
a. Pernapasan awal dipicu oleh faktor-faktor fisik, sensorik, dan kimia.
1) faktor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk
mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps
(misalnya perubahan dalam gradien tekanan)
2) faktor-faktor sensorik meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan
penurunan suhu
3) faktor-faktor kimia meliputi perubahan dalam darah (misalnya
penurunan kadar O2, peningkatan kadar CO2, dan penurunan pH)
sebagai akibat asfiksia sementara selama kelahiran.
b. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar antara 30 sampai 60 kali
per menit.
c. Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah,
terutama selama 12 sampai 18 jam pertama.
d. Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respon refleks
terhadap obstruksi nasal, membuka mulut untuk mempertahankan jalan
napas, tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah
kelahiran.
7. Adaptasi Kardiovaskuler
a. Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir; beberapa
perubahan terjadi dengan cepat, dan sebagian lagi terjadi seiring
dengan waktu
b. Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (sianosis
pada tangan dan kaki dan sekitar mulut)
c. Denyut nadi adalah 120 sampai 160 kali per menit saat bangun dan
100 kali per menit saat tidur
d. Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai
dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi
8. Perubahan Termoregulasi dan Metabolik
a. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran
karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan di dalam
uterus.
b. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang
besar dibandingkan dengan BB menyebabkan bayi mudah
menghantarkan panas pada lingkungan.
c. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi
melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
d. Trauma dingin/cold stres (hipotermia) pada bayi baru lahir, dalam
hubungannya dengan asidosis metabolik, dapat bersifat mematikan
bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.

9. Adaptasi Neurologis
a. Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna
b. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,
pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut,
dan tremor pada ekstremitas
c. Perkembangan neonatus terjadi cepat; sewaktu bayi tumbuh,
perilaku yang lebih kompleks (misalnya kontrol kepala, tersenyum,
dan meraih dengan tujuan) akan berkembang.
d. Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting
perkembangan normal
10. Adaptasi Gastrointestinal
a. Enzim-enzim digestif aktif pada waktu lahir dan dapat menyokong
kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36 sampai 38 minggu
b. Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk menghantarkan
makanan sudah terbentuk waktu lahir.
c. Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai; pencernaan dan
absorbsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim
pankreas dan lipase
d. Kelenjar saliva imatur waktu lahir; sedikit saliva diolah sampai bayi
berusia 3 bulan
e. Pengeluaran mekonium, yang merupakan tinja berwarna hitam
kehijauan, lengket, dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam
waktu 24 jam setelah persalinan pada 90% bayi baru lahir yang
normal.
f. Variasi besar terjadi di antara bayi baru lahir tentang minat terhadap
makanan, gejala-gejala lapar, dan jumlah makanan yang ditelan pada
setiap kali pemberian makan
g. Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada
payudara; sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu secara
efektif
h. Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jari telah diamati di
dalam uterus; tindakan-tindakan ini berkembang baik pada waktu lahir
dan diperkuat dengan rasa lapar.
11. Adaptasi Ginjal
a. Laju filtrasi glomerulus secara relatif rendah pada waktu lahir
disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus
b. Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang
normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespon terhadap
stresor
c. Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan
kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan
d. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah
lahir dan dua sampai enam kali sehari pada 1 sampai 2 hari pertama;
setelah itu mereka berkemih 5 sampai 20 kali dalam 24 jam.
e. Urine dapat keruh karena lendir dan garam asam urat; noda kemerahan
(debu batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.
12. Adaptasi Hati
a. Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati
terus membantu pembentukan darah
b. Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk
pembekuan darah
c. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai lima bulan
kehidupan ekstrauterin; pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan
terhadap defisiensi zat besi
d. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang
bersirkulasi, pigmen berasal dari Hb dan dilepaskan bersamaan dengan
pemecahan sel-sel darah merah
e. Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vaskular dan
menembus jaringan ekstravaskuler lainnya (misalnya kulit, sklera, dan
membran mukosa oral) mengakibatkan warna kuning (jaundice atau
ikterus)
f. Pada stres dingin yang lama, glikolisis anaerobik terjadi, yang
mengakibatkan peningkatan produksi asam. Asidosis metabolik terjadi
dan jika terdapat defek fungsi pernapasan, asidosis respiratorik dapat
terjadi. Asam lemak yang berlebihan menggeser bilirubin dari tempat-
tempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak
berikatan yang bersirkulasi mengakibatkan peningkatan resiko
kernikterus bahkan pada kadar bilirubin serum 10 mg/dl atau kurang.
13. Adaptasi Sistem Imun
a. Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang di
pintu masuk.
b. Imaturitas sejumlah sistem pelindung secara signifikan
meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
1) respon inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2) fagositosis lambat
3) keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum
berkembang sempurna sampai usia 3 sampai 4 minggu.
4) Imunoglobulin A (IgA) hilang dari saluran pernapasan dan
perkemihan; kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA juga
tidak terdapat dalam saluran GI.
c. Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
selama periode neonatus.
14. Kebutuhan Nutrisi pada Bayi Baru Lahir
Memberikan ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai
kewajiban seorang ibu yang mengasuh anaknya. Dari sudut bayi adalah
hak bayi untuk mendapatkan ASI karena ASI merupakan makanan utama
umur 0-4 bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan
ASI sudah mulai saat terjadi kehamilan, karena bersamaan dengan hamil,
payudara telah disiapkan setelah bayi lahir untuk segera memberikan ASI..
15. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah leukosit : 18.000 /mm³
b. Hb : 15-20 mg/dl
c. Hematokrit : 43-61%
d. Bilirubin total : 6 mg/dl
e. Dekstrosix tetes glukosa I selama 4-6 jam I setelah kelahiran rata-rata
40-50 mg/dl, meningkat 60-70 mg/dl pada hari III.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR
1. Pengkajian
a. Penilaian awal
1) Nilai Kondisi Bayi :
a) Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan ?
b) Apakah bayi bergerak dg aktif/lemas?
c) Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru?
2) Apgar Score
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah
lahir meliputi 5 variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus
otot & iritabilitas reflek)
ASPEK 0 1 2
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) extermitas biru kemerah merahan
Pulse Rate Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
(Frekuensi
nadi)
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/ bersin
(reaksi mimik
rangsangan) (Grimace)
Activity Tidak ada Lemah/ tidak Baik/ menangis
(tonus otot) teratur
Respiration Tidak ada Lemah/ tidak Baik/ menangis
(pernafasan) teratur
Catatan :
Nilai 7-10 : Bayi mampu beradaptasi dengan baik (bayi normal)
Nilai 4-6 : Asfiksia ringan sampai sedang
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
3) Dilakukan pada :
a) 1 menit kelahiran
yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai
perubahan
b) Menit ke-5
c) Menit ke-10
penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah
& perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan
indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yg rendah
berhubungan dg kondisi neurologis
b. Pengkajian Lanjutan
1) Aktivitas/istirahat
Bayi tampak semi–koma saat tidur dalam; meringis atau
tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM);
tidur sehari rata-rata 20 jam.
2) Sirkulasi
a) Rata-rata nadi apikal 120 – 160 x / menit
b) Nadi perifer mungkin lemah
c) TD berentang dari 60 – 80 mmHg (sistolik)/ 40 – 45
mmHg (diastolik)
3) Eliminasi
a) Abdomen lunak tanpa distensi, bising usus aktif.
b) Pergerakan feses mekonium dalam 24 – 48 jam kelahiran
c) Urine tidak berwarna atau kuning pucat.
4) Makanan/Cairan
a) BB rata – rata 2500 – 4000 gram
b) Mulut : saliva banyak
c) Penurunan BB di awal 5% - 10%
5) Neurosensori
a) Lingkar kepala 32 – 37 cm, fontanel anterior dan
posterior lunak dan datar
b) Mata dan kelopak mata mungkin edema
c) Adanya refleks moro, plantar, genggaman palmar
6) Pernafasan
a) Pola pernafasan diafragmatik dan abdominal
b) Pernafasan dangkal atau cuping hidung ringan kadang-
kadang dapat terlihat
7) Keamanan
a) Warna kulit : akrosianosis mungkin ada, kemerahan atau
area ekomotik dapat tampak di atas pipi atau di rahang
bawah atau area parietal
b) Ekstremitas : gerakan rentang sendi normal ke segala
arah, gerakan menunduk ringan atau rotasi medial dari
ekstremitas bawah, tonus otot baik.
8) Seksualitas
Genitalia wanita : Labia vagina agak kemerahan atau edema.
Genitalia pria : Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae.
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada BBL adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menggigil, permukaan tubuh luas, dalam
hubungannya dengan massa, keterbatasan jumlah lemak subkutan,
sumber lemak coklat yang tidak dapat diperbaharui dan simpanan
lemak putih sedikit, epidermis tipis dengan pembuluh darah dekat pada
kulit.
Tujuan :
 Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
 Bebas dari tanda-tanda stress dingin atau hipotermia
Intervensi :
1) Pantau aksila bayi, kulit, suhu timpanik, dan
lingkungan sedikitnya 30 – 60 menit selama periode stabilisasi.
2) Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural
yang ditetapkan (TNZ) dengan mempertimbangkan BB neonatus,
usia gestasi dan pakaian yang bisa diberikan.
3) Kaji frekuensi pernafasan; perhatikan takipnea
(frekuensi lebih besar dari 60/menit)
4) Tunda mandi pertama sampai suhu tubuh stabil dan
mencapai 36,50C.
5) Perhatikan tanda-tanda sekunder stress dingin
6) Kaji tanda-tanda perilaku berkenaan dengan
hipertermia
7) Buat pengaturan untuk pemindahan neonatus ke unit
perawatan intensif neonatus (NICU) bila diindikasikan
b. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
stressor perinatal/intrapartum, produksi mukus berlebihan, fluktuasi
temperatur tubuh
Tujuan :
 Bebas dari tanda-tanda distress pernafasan
 Mempertahankan jalan nafas paten dengan frekuensi pernafasan
dalam batas normal antara (30 – 60/menit)
Intervensi :
1) Perkirakan usia gestasi
2) Tinjau ulang kejadian prenatal dan intrapartum
3) Kaji frekuensi dan upaya pernafasan
4) Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk untuk
menyokong punggung
5) Auskultasi bunyi nafas dan catat kesamaan dan
kejelasannya, perhatikan adanya krekels atau ronkhi
6) Kaji terhadap a
7) danya lokasi dan derajat sianosis dan hubungannya
dengan aktivitas
8) Observasi dan catat tanda-tanda distress pernafasan
9) Berikan suplemen oksigen, sesuai indikasi kondisi
bayi baru lahir
c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan laju metabolik, kebutuhan kalori
tinggi, kelelahan, simpanan nutrisi minimal
Tujuan :
 Bebas dari tanda-tanda hipoglikemia dengan kadar glukosa darah
dalam batas normal
 Menunjukan penurunan BB sama dengan atau kurang dari 5% - 10
% BB waktu lahir pada waktu pulang
Intervensi :
1) Perhatikan APGAR Skor, kondisi saat lahir.
2) Observasi bayi terhadap tremor, iritabilitas, takipnea, diaforesis,
sianosis, pucat dan aktivitas kejang
3) Timbang BB bayi saat menerima di ruang perawatan dan setelah
itu setiap hari
4) Periksa hipoglikemia pada waktu usia 1 jam dengan menggunakan
dextrostik
5) Auskultasi bising usus. Perhatikan adanya distensi abdomen
6) Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5 – 15 ml air steril,
kemudian dekstrosa dan air
7) Dapatkan glukosa darah segera bila keadaan dextrostik < 45 mg/dl
8) Berikan glukosa dengan segera per oral atau intra vena
d. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pemberian makan terlambat, keterbatasan masukan oral.
Tujuan :
 Menghasilkan urine bebas kristal asam urat dan urat
 Berkemih 2 – 6 kali dengan haluaran 15 – 60 ml/kg/hari dari hari
kedua kehidupan
Intervensi :
1) Lakukan pemberian makan oral.
2) Catat berkemih pertama dan selanjutnya
3) Pantau pasukan dan haluaran cairan
4) Perhatikan adanya edema; Kaji tingkat hidrasi bayi
5) Palpasi adanya distensi kandung kemih dalam 24 jam
setelah kelahiran.
6) Bantu dengan aspirasi kandung kemih suprapubis bila
diindikasikan.
e. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pola obstruksi intestinal.
Tujuan :
 Mengeluarkan feses mekonium dalam 48 jam pertama setelah
kelahiran
Intervensi :
1) Catat komplikasi maternal yang mempengaruhi
pasase mekonium secara negatif
2) Auskultasi bising usus
3) Perhatikan pasase mekonium awal
4) Catat frekuensi, warna, konsistensi, dan bau feses.
5) Kaji abdomen terhadap adanya distensi konstan atau
intermiten.
6) Perhatikan kelompok tanda-tanda GI seperti distensi
abdomen dan nyeri tekan.
7) Bantu dengan pemeriksaan diagnostik.
8) Pindahkan bayi ke lingkungan perawatan akut
(NICU) bila diindikasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Juall.2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.


Doenges, M.E. Moorhouse, M.R. 2001. Rencana Keperawatan Maternal/Bayi:
Pedoman Perencanaan dan Dokumentasi Keperawatan, Alih Bahasa
Monica Ester. EGC : Jakarta.

Farer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas edisi 2. EGC : Jakarta.

Stright, Barbara R. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir


edisi 3. EGC : Jakarta

You might also like