Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun oleh:
Kelompok 6 / Offering I
Selain itu, secara garis besar interaksi microbial (interaksi antar mikroba)
terbagi menjadi interaksi simbiotik dan non-simbiotik. Dikatakan simbiotik
apabila spesies yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan membutuhkan.
Dalam asosiasi ini, hubungan antar mikroba terbagi menjadi hubungan
mutualisme, komensalisme, dan parasitisme. Sementara asosiasi non-simbiotik
terjadi pada 2 spesies yang tidak saling terkait untuk mendukung kehidupannya.
Dalam hubungan ini terdapat hubungan sinergisme dan antagonism (Talaro, 2001
: 215).
F. Cara Kerja
Diinokulasikan satu ose penuh spora biakan murni Penicillium
chrysogenum ke medium SMA
H. Analisa Data
I. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan untuk mempelajari sifat antagonisme antara
kapang dengan bakteri. Pada praktikum ini digunakan koloni Penicillium
chrysogenum yang menghasilkan cairan berwarna kekuning-kuningan yang
sebelumnya dikembangbiakan di dalam medium SMA (Skim Milk Agar).
Digunakan medium ini karena medium ini kaya akan nutrisi sehingga
pertumbuhan Penicillium chrysogenum akan optimal. Menurut Rathnayaka,
(2013) skim milk merupakan agensia cryprotenctant paling baik. Skim milk 10%
sebagai cryprotectant sel mikroba dikatakan lebih unggul dalam mempertahankan
daya hidup sel dibandingkan gliserol 15%, hal ini di dimungkinkan karena adanya
efek dari skim milk terhadap kandungan asam lemak yang terdapat pada membran
sel sehingga mengubah fluiditas membran mungkin juga di sebabkan adanya
kalsium (Ca) pada skim milk yang berkontribusi terhadap enzim selular (Cody et
al., 2008). Langkah kedua yaitu menginkubasikan pada suhu kamar dengan cawan
dalam keadaan terbalik selama 6-7 x 24 jam pada suhu 25˚C sampai terdapat
bintik cairan kekuningan di sekitar koloni kapang, penerapan rentang waktu
tersebut dikarenakan dalam kisaran waktu 6-7 x 24 jam Penicillium chrysogenum
telah menghasilkan penisillin.
Menurut Volk dan Wheeler, (1993) menyatakan bahwa penisilin
merupakan senyawa metabolit sekunder yang disintesis oleh mikrobia pada fase
stasioner. Selanjutnya ditambahkan oleh Crueger (1990), fase pertumbuhan
stasioner Penicillium terjadi pada inkubasi jam ke-140. Walaupun demikian,
waktu terjadinya fase stasioner dipengaruhi oleh komposisi medium dan faktor
lingkungan. Sedangkan digunakan suhu 25 ˚C pada inkubasi Penicillium
chrysogenum dikarenakan suhu tersebut merupakan suhu optimun kapang jenis ini
tumbuh. Menurut Pitt dan Hocking (1979), koloni Penicillium chrysogenum
tumbuh secara cepat di atas medium standar pada suhu 25˚C. Kemudian
digunakan bakteri Staphyllococcus aureus yang sudah diinokulasikan kedalam
cawan steril dari medium NA. Menurut Baird-Parker, (2000) menyatakan bahwa
Staphyllococcus aureus merupakan suatu bakteri yang dapat memproduksi toksin,
Gram positif, dan termasuk bakteri aerob. Langkah selanjutnya adalah memotong
Penicillium chrysogenum berbentuk lingkaran dengan diameter 5 mm. Pada
potongan tersebut disertakan juga cairan kekuning-kuningan yang merupakan
senyawa antibiotik yang dihasilkan oleh kapang Penicillium chrysogenum.
Setelah itu meletakkan potongan kapang diatas medium NA yang telah
diinokulasikan bakteri Staphyllococcus aureus. Langkah selanjutnya yaitu
menginkubasikan pada suhu 37˚C selama 1 x 24 jam dengan posisi tidak terbalik,
suhu tersebut merupakan suhu pertumbuhan maksimal dari Staphyllococcus
aureus, menurut Baird-Parker, (2000) menyatakan bahwa suhu pertumbuhan
paling baik bakteri Staphyllococcus aureus yaitu 37 ˚C, faktor-faktor pemicu
pertumbuhan Staphyllococcus aureus dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
A A
J. KESIMPULAN