You are on page 1of 7

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.

2 Juli 2007

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI


TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA
DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO

Rahayu Wijayanti 1, Keksi Girindra Swasti 2 , Eva Rahayu 3


1, 2, 3 Program Sarjana Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT
The adolescent’s reproduction health is a trend issue in their community and it becomes
one of primary project of “BKKBN”. If Adolescence doesn’t get right and proper information, they
will fall on into negative side from it, such as: free sex, unwanted pregnancy, abortion, and suffer
from HIV/AIDS. The purpose of this study was to know the relation between knowledge of
adolescent’s reproduction health toward adolescent’s sexual behavior in student of senior high
school around sub district Purwokerto and Baturaden. The population’s research was students of
six senior high school in sub district Purwokerto and Baturaden. The sample’s research was
taken from 367 students according inclusive criteria.
Data analysis method uses the distribution frequency and Perason Correlation’s Statistic
test. Result of research: Respondents who have good knowledge category about adolescent’s
reproduction health is 86, 7%, Respondents who have enough knowledge category is 12%, and
Respondents who have least knowledge category 0, 8%. While, the result of grade sexual
behavior: Respondents who have good sexual behavior category is 72, 8%, Respondents who
have enough sexual behavior category is 24, 2% and Respondents who have least sexual
behavior category is 2, 7%. The obtained result of statistic test using Pearson Correlation is
r=0,179, p=0,001. It’s indicated that there is a meaningful relation between knowledge of
adolescent’s reproduction health and adolescent’s sexual behavior.

Keywords: Adolescence, reproduction health, sexual behavior.

PENDAHULUAN yang merusak seperti seks bebas dan


Usia remaja adalah 12 -24 tahun kehamilan di luar nikah yang dapat
(WHO), yang merupakan masa peralihan mengarah pada pada tindakan aborsi dan
dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. terjadinya Penyakit Menular Seksual (PMS)
Remaja ditandai oleh pertumbuhan dan (Soetjiningsih, 2004).
perkembangan yang pesat, baik fisik, Data UNFPA tahun 2001,
kognitif, psikologis maupun sosial. Secara menunjukkan bahwa terbatasnya
fisik, remaja mengalami kematangan organ pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
reproduksi yang siap menjalankan fungsi telah meningkatkan resiko terjadinya
reproduksinya, seperti menstruasi, hamil kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted
dan melahirkan; secara kognitif pregnancy) yang dapat mengarah pada
keterampilan dan intelektual semakin dilakukannya tindakan aborsi. Walaupun
berkembang dan secara psikososial remaja aborsi dianggap sebagai tindakan ilegal di
cenderung untuk membentuk peer group Indonesia, namun angka terjadinya aborsi
serta mulai adanya ketertarikan terhadap mencapai 750.000 sampai 1.000.000
lawan jenis. Apabila pada masa remaja kejadian per tahun. Sungguh bukan angka
tidak mendapatkan bimbingan dan informasi yang kecil. Antara 40 sampai 50%
yang tepat, maka keadaan ini dapat (sebagian besar adalah aborsi yang tidak
membawa remaja pada perilaku-perilaku aman) dilakukan oleh remaja perempuan.

88
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

Aborsi biasanya dilakukan secara satu kecamatan dengan jumlah siswa SMA
terselubung tanpa ada jaminan terhadap yang tinggi serta dekat dengan pusat kota.
kualitas pelayanan yang diberikan termasuk Sedangkan di Kecamatan Baturraden
tata laksana penanganan komplikasi akibat terdapat area lokalisasi, sehingga
aborsi. Hanya sedikit lembaga di Indonesia meningkatkan resiko siswa SMA di daerah
yang secara profesional menyediakan tersebut untuk mengalami masalah
pelayanan aborsi dan sedikit pula lembaga reproduksi remaja.
yang mampu memberikan pelayanan Berdasarkan rumusan masalah
pengaturan haid (menstrual regulation) tersebut di atas maka pertanyaan penelitian
berkualitas termasuk bagi remaja yang yang ingin diajukan dalam penelitian ini
belum menikah (http://www.pkbi.com. ) adalah : "Apakah ada hubungan antara
Berdasarkan data UNFPA tahun tingkat pengetahuan tentang kesehatan
2001, penderita HIV/AIDS yang dilaporkan reproduksi terhadap perilaku seksual remaja
oleh Departemen Kesehatan pada bulan pada siswa SMA di Kecamatan Baturaden
September tahun 2000 sebagian besar dan Purwokerto ?”
berusia di bawah 20 tahun dan antara 20 – Tujuan umum penelitian ini adalah
29 tahun. Sebagian besar dari mereka untuk mengetahui hubungan tingkat
tertular karena melakukan hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi
seksual secara tidak aman (unsafe sexual terhadap perilaku seksual remaja pada
behaviours) dan melalui penggunaan jarum siswa SMA di Kecamatan Baturraden dan
suntik secara bergantian. Purwokerto. Sedangkan tujuan khususnya
(http://www.pkbi.com. ) adalah untuk mengetahui tingkat
Penelitian UNFPA tahun 2001 juga pengetahuan kesehatan reproduksi remaja,
menunjukkan sedikitnya pengetahuan yang perilaku seksual remaja dan hubungan
dimiliki remaja tentang Penyakit Menular tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
Seksual, selain HIV dan AIDS. Data yang terhadap perilaku seksual remaja pada
ada menunjukkan bahwa sekitar 50% siswa SMA di Kecamatan Baturraden dan
responden pernah mendengar tentang Purwokerto.
HIV/AIDS, namun hanya sedikit sekali yang
tahu dengan benar cara-cara mencegah METODA PENELITIAN
penularan HIV/AIDS, yaitu (a) hanya Metoda penelitian yang digunakan
berhubungan seksual dengan pasangan adalah deskriptif korelatif dengan desainnya
tetap (18%); (b) menggunakan kondom saat adalah survey dan analisis. Variabel dalam
behubungan seksual (4%) dan (c) penelitian ini terdiri dari variabel bebas
menggunakan alat suntik yang steril (9,4%). (independent) dan variabel terikat
Pengetahuan mereka tentang cara untuk (dependent). Variabel bebas dalam
mencegah penularan PMS-pun sangat penelitian ini adalah pengetahuan
rendah. Hanya 14% responden yang kesehatan reproduksi. Variabel terikatnya
menjawab berhubungan seksual dengan adalah perilaku seksual remaja. Penelitian
pasangan tetap dan hanya 5% yang dilaksanakan pada enam SMA di
menyebutkan menggunakan kondom. Kecamatan Purwokerto dan Kecamatan
(http://www.pkbi.com). Baturraden, tiga SMA negeri dan tiga SMA
Berdasarkan keadaan diatas swasta selama 4 bulan. Populasi penelitian
peneliti bermaksud mengadakan penelitian ini adalah siswa SMA di Kecamatan
serupa diwilayah Kabupaten Banyumas, Baturraden dan Purwokerto. Sampel
khususnya di Kecamatan Purwokerto dan penelitian diambil secara Cluster Sampling.
Baturraden. Wilayah ini dipilih karena di Sampel jenis ini dipilih karena objek yang
Kecamatan Purwokerto merupakan salah akan diteliti atau sumber sangat luas.

89
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

Sedangkan jumlah sampel diambil secara Analisa univariat pada penelitian ini
random sampling. Dengan jumlah populasi akan menggambarkan distribusi frekuensi
dalam penelitian ini 7009 siswa, diambil dari variabel karakteristik jenis kelamin,
sampel sebanyak 367 siswa. Kriteria inklusi: usia, agama, tempat tinggal, jumlah uang
(1) Siswa SMA di Kecamatan Baturaden saku, pendidikan orang tua (ayah dan ibu),
dan Purwokerto, (2) Berada di sekolah yang dan pekerjaan orang tua (ayah dan ibu).
menjadi wilayah penelitian pada saat Hasil analisis karateristik responden melalui
penyebaran kuesioner, (3) Bersedia menjadi uji univariat dalam T abel 1 dapat
responden penelitian. Penelitian ini disimpulkan bahwa jumlah keseluruhan
menggunakan kuesioner sebagai instrumen responden sebanyak 367 siswa, dengan
penelitian. Kuesioner yang digunakan pada sebaran jenis kelamin yang hampir
penelitian ini merupakan modifikasi dari seimbang laki-laki 44% dan perempuan
Need Assessment Kesehatan Reproduksi 55%. Lebih dari setengah bagian responden
yang dilakukan oleh BKKBN tahun 2001. berusia antara 14-16 tahun (64,7%) dengan
Kuesioner terdiri dari 3 bagian pertanyaan, mayoritas beragama Islam (94,6%). Tidak
yaitu: data demografi (8 item pertanyaan), seluruh siswa bertempat tinggal di wilayah
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Purwokerto ataupun Baturraden, dimana
remaja (39 pertanyaan) dan perilaku 6,3% responden tinggal bersama famili,
seksual remaja (15 pertanyaan). Metode 12% responden tinggal di tempat kost, dan
analisa data yang digunakan adalah (a) 81,7% tinggal bersama orang tua.
Analisa Univariat, Analisa ini bertujuan Responden berasal dari tingkat sosial
untuk melihat gambaran hasil penelitian ekonomi yang beragam, hal ini terlihat dari
tentang: 1) Variabel kategorik yaitu distribusi uang saku yang dimiliki oleh responden,
frekuensi, rata-rata hitung, median dan dimana mayoritas (53,5%) responden
standard deviasi dan 2) Varibel kontinue, mendapatkan uang saku antara
yaitu untuk melihat central tendency (Sd, Rp.100.000-Rp.300.000, 38,5% responden
Varian, minimum, maksimum dan ditribusi). menerima uang saku < Rp.100.000. Dalam
Data yang telah diperoleh perhitungannya menentukan besarnya uang saku yang
dianalisa secara diskriptif. (b) Analisa diterima dalam sebulan responden
Bivariat, bertujuan untuk melihat adanya mengalami sedikit kesulitan, hal ini
hubungan antara variabel independen dan dikarenakan sebagian responden tidak
variabel dependen. Uji statistik yang mendapatkan uang saku bulanan, ada yang
digunakan adalah dengan uji Pearson untuk harian ataupun mingguan dengan besar
mengetahui korelasi kedua variabel. yang tidak sama. Pendidikan orang tua
berada pada proporsi yang hampir
HASIL DAN PEMBAHASAN seimbang dengan jenis pekerjaan yang
A. Analisa Univariat beragam, namun hampir setengah (49,7%)
1. Karakteristik Demografi ibu tidak bekerja.

90
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

Karakteristik demografi responden secara rinci dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini:
T abel 1. Karakteristik demografi responden pada Siswa SMA di Kecamatan Baturaden
dan Purwokerto T ahun 2007 (n = 367)
V ariabel demografi Jumlah Persentase
Jenis kelamin
Laki-laki 162 44
Perempuan 205 55,7
Usia
14-16 tahun 238 64,7
17-19 tahun 126 34,2
20-22 tahun 3 0,8
Agama
Islam 348 94,6
Protestan 17 4.6
Hindu 2 0,5
Tempat tinggal
Dengan ortu 300 81,6
Kost 44 12
Dengan famili 23 6,3
Uang saku
< Rp. 100.000 142 38,6
Rp. 100.000 – Rp. 300.000 197 53,5
Rp. 300.000 – Rp. 500.000 24 6,5
> Rp. 500.000 4 1,1
Pendidikan ayah
SD 64 17,4
SMP 50 13,6
SMA 133 36,2
PT 120 32,7
Pendidikan ibu
Tidak sekolah 2 0,5
SD 80 21,7
SMP 75 20,4
SMA 130 35,3
PT 80 21,7
Pekerjaan ayah
Tidak bekerja 6 1,6
Buruh/tani 72 19,6
Pedagang 20 5,4
PNS/ABRI 116 31,5
Pegawai swasta 53 14,4
Wiraswasta 81 22
Pensiun 19 5,2
Pekerjaan ibu
Tidak bekerja 183 49,7
Buruh/tani 18 4,9
Pedagang 40 10,9
PNS/ABRI 66 17,9
Pegawai swasta 24 6,5
Wiraswasta 34 9,2

91
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

2. Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gambaran tingkat pengetahuan


Reproduksi Remaja responden tentang kesehatan reproduksi
remaja dijelaskan dalam tabel 2.
T abel 2. Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pada Siswa SMA di Kecamatan Baturraden
dan Purwokerto T ahun 2007 (n = 367)
Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase
Kurang 3 0,8
Cukup 44 12
Baik 319 86,7

T abel di atas menunjukkan bahwa 86,7% mendapatkan informasi dari teman,


responden memiliki pengetahuan yang baik sebagaimana ciri remaja yang lebih dekat
tentang kesehatan reproduksi remaja, 12% dengan peer group daripada orang
berpengetahuan cukup dan hanya 0,8% tuanya.Ketersediaan fasilitas informasi
saja yang pengetahuannya kurang. seperti internet di lingkungan sekolah
Data tersebut menunjukkan bahwa maupun diluar lingkungan sekolah sangat
minat remaja untuk mengetahui tentang membantu remaja untuk memperluas
kesehatan reproduksi sangat tinggi, hal ini wawasan, tidak hanya dalam hal kesehatan
dapat disebabkan karena masalah reproduksi tapi juga wawasan lainnya.
reproduksi merupakan masalah yang Dengan hasil yang ditunjukkan dalam tabel
sedang tren di kalangan remaja, yang di atas maka semakin terbuka kesempatan
ditunjang pula dengan tersedianya fasilitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan
informasi di masyarakat. Informasi tentang dalam International Conference on
kesehatan reproduksi ini dapat diperoleh Population Development/ICDP yang
dari berbagai sumber yang ada di sekitar diselenggarakn di Cairo tahun 1994 yaitu
kita. Sumber yang paling baik adalah orang pada akhir tahun 2015, 90 persen dari
tua dan guru, karena merekalah orang yang seluruh remaja sudah mendapatkan
paling dekat dengan remaja yang informasi tentang kesehatan reproduksi dan
diharapkan dapat memberikan informasi seksual.
yang benar dan tepat. Namun, pada
kenyataannya tidak semua orang tua dapat 3. Perilaku seksual remaja
melakukan hal tersebut, karena masih Gambaran tingkat perilaku seksual
banyak orang tua yang menganggap responden tentang kesehatan reproduksi
masalah ini sebagai hal yang tabu untuk remaja dijelaskan dalam tabel 3.
dibicarakan, sehingga remaja lebih sering

T abel 3. Perilaku seksual remaja pada Siswa SMA di Kecamatan Baturraden dan Purwokerto
T ahun 2007 (n = 367)
Tingkat perilaku seksual n %
Kurang 10 2,7
Cukup 89 24,2
Baik 268 72,8

T abel di atas menunjukkan hampir tiga per yang perilakunya kurang baik. Tingginya
empat bagian (72,8%) responden memiliki angka remaja yang memiliki perilaku
perilaku seksual yang baik, 24,2% seksual yang baik dapat disebabkan oleh
berperilaku cukup dan hanya 2,7% saja adanya kesadaran remaja akan masa

92
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

depan meraka, karena perilaku seksual B. Analisa Bivariat


yang buruk dapat menimbulkan dampak Analisis bivariat ini bertujuan untuk
negatif bagi remaja seperti kehamilan tidak melihat adanya hubungan antara variabel
diinginkan, tindakan aborsi atau terkena independen dan variabel dependen. Uji
penyakit menular seksual yang dapat statistik yang digunakan adalah dengan uji
berujung pada HIV/AIDS. Pearson. Hasil analisisnya dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini.
T abel 4. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan kesehatan reproduksi dan Perilaku
seksual remaja pada Siswa SMA di Kecamatan Baturraden dan Purwokerto T ahun 2007
Pengetahuan tentang Perilaku seksual T otal R P
kesehatan reproduksi Value
Baik Cukup Kurang
N % N % N % N %
Baik 237 74,3 74 23,2 8 2,5 319 100 0,179 0,001
Cukup 29 65,9 13 29,5 2 4,6 44 100
Kurang 1 33,3 2 66,7 0 0 3
Jumlah 267 89 10 366

T abel diatas menggambarkan hubungan faktor yang lain yang dapat mempengaruhi
antara tingkat pengetahuan kesehatan proses transformasi pengetahuan sehingga
reproduksi dengan perilaku seksual remaja remaja dapat memperoleh pengetahuan
yang dianalisis dengan uji Pearson. Hasil uji tentang kesehatan khususnya terkait
analisis diperoleh hasil nilai r = 0,179 dan dengan kesehatan reproduksi, sehingga
nilai p = 0,001 yang berarti terdapat pengetahuan tersebut diharapkan dapat
hubungan yang bermakna antara tingkat berpengaruh terhadap perilaku.
pengetahuan kesehatan reproduksi dengan
perilaku seksual remaja. SIMPULAN DAN SARAN
Hasil ini di dukung oleh survey yang Kesimpulan
dilakukan oleh WHO di beberapa negara Tingkat pengetahuan tentang
yang memperlihatkan, adanya informasi kesehatan reproduksi yang dimiliki
yang baik dan benar, dapat menurunkan responden sebagian besar memiliki tingkat
permasalahan reproduksi pada remaja. pengetahuan baik (86,7%), pengetahuan
Dengan demikian dapat dikatan bahwa cukup (12%) dan sebagian kecil
semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja pengetahuan kurang (0,8%). Sedangkan
maka akan semakin baik perilakunya, perilaku seksual menunjukkan 72,8%
karena pengetahuan atau kognitif responden memiliki perilaku seksual yang
merupakan domain yang sangat penting baik, 24,2% berperilaku cukup dan hanya
untuk terbentuknya tindakan seseorang 2,7% saja yang perilakunya kurang baik.
(overt behavior). Sebagaimana dikatakan T erdapat perbedaan proporsi kejadian
oleh Notoatmojo (2003) bahwa perilaku antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih seksual remaja (ada perbedaan atau
langgeng daripada perilaku yang tidak hubungan yang bermakna), dengan hasil uji
didasari oleh pengetahuan. statistik diperoleh nilai p = 0,001 dan nilai R
Berdasarkan kondisi ini perlu =0,179.
kiranya kegiatan pendidikan kesehatan Saran
kepada remaja dilakukan dengan Penelitian ini hendaknya dapat
perencanaan yang matang dan dikembangkan kembali untuk melihat
dilaksanakan dengan memperhatikan faktor- kemungkinan faktor-faktor lain yang dapat

93
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

mempengaruhi perilaku seksual remaja dan http://www.kespro.com, diperoleh


akan lebih bermakna apabila dengan tanggal 24 Desember 2006.
penelitian kualitatif. Perlunya peningkatan Notoatmodjo S. 1993. Pengantar Ilmu
kuantitas maupun kualitas pendidikan Perilaku Kesehatan. Universitas
kesehatan yang dilakukan oleh petugas Indonesia: Jakarta.
kesehatan khususnya perawat kepada Qomariah. 2002. Penelitian Pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi Kesehatan Reproduksi Siswa SMP
dengan memperhatikan faktor-faktor yang di Jakarta. down load from
berkontribusi dalam perubahan perilaku. http://www.kespro.com, diperoleh
tanggal 24 Desember 2006.
DAFTAR PUSTAKA Sarwono. 1996. Ilmu Kandungan. Penerbit
Dinas Kesehatan Kabupaten. 2006. Data UI: Jakarta.
Siswa se-Kabupaten Banyumas Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang
tahun 2006. Dinas Kesehatan Remaja dan Permasalahannya. CV
Kabupaten, Banyumas. Sagung Seto: Jakarta.
Dinas Pendidikan Kabupaten. 2006. Data Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian.
Siswa SMA se-Kabupaten CV Alfabeta: Bandung.
Banyumas tahun 2006. Dinas Susanto H. 2005. Remaja juga rentan
Pendidikan Kabupaten, Banyumas. terkena HIV/AIDS. Down load from
Ma’shum Y . dan Wahyurini K. 2005. http://www. Kesehatan Reproduksi
Sudahkah kita semua dapat info Remaja.htm. diakses tanggal 24
Kespro? Down load from Desember 2006.

94

You might also like