Professional Documents
Culture Documents
SKIZOFRENIA PARANOID
Pembimbing:
Disusun Oleh:
1.4 Penatalaksanaan
− Farmakologi : I.M Haloperidol 5 mg/24 jam, I.M Diazepam 5 mg/24 jam,
P.O Trihexyphenidyl 2 mg/12 jam.
− Non Farmakologi: rawat inap, pemantauan pemberian obat.
− Electroconvulsive therapy (ECT).
1.5 Follow-up
Rabu, 19 September 2018
S Pasien tampak lebih tenang dibanding sebelumnya, agresif (+), tidur
nyenyak, perilaku infantil (+) makan & minum (+), merasa curiga, takut
dan cemas serta gelisah. Pasien juga tampak mondar mandir. Mendengar
suara bisikan (+), melihat bayangan (+).
O TD: 110/70 mmHg, HR 76x/m, RR 20x/m, T 36,5 ºC.
CM, dekorum buruk, autistik, agresif, afek tumpul, halusinasi visual,
halusinasi auditorik, asosiasi longgar, negativistik
A Skizofrenia
P I.M Haloperidol 5 mg/24 jam, I.M Diazepam 5 mg/24 jam, P.O
Trihexyphenidyl 2 mg/12 jam, P.O Hepabalance 2x1 tablet
Kamis,20 September 2018
S Tenang (+) terkadang agresif (+), tidur (+), makan & minum (+), merasa
curiga, perilaku halusinasi (+), mondar mandir (+).
O TD: 110/70 mmHg, HR 82x/m, RR 20x/m, T 36,5 ºC.
CM, dekorum buruk, autistik, agresif, afek tumpul, halusinasi visual,
halusinasi auditorik, asosiasi longgar, negativistik
A Skizofrenia
P I.M Haloperidol 5 mg/24 jam, I.M Diazepam 5 mg/24 jam, P.O
Trihexyphenidyl 2 mg/12 jam, P.O Hepabalance 2x1 tablet
Jumat, 21 September 2018
S Tenang (+) terkadang agresif (+), tidur (+), makan & minum (+), mondar
mandir (+). Pasien tidak mau berbicara.
O TD: 120/80 mmHg, HR 76x/m, RR 20x/m, T 36,5 ºC.
CM, dekorum buruk, autistik, agresif, afek tumpul, halusinasi visual,
halusinasi auditorik, mutisme, negativistik
A Skizofrenia
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 25 mg
(1-0-1)
Minggu, 23 September 2018
S Pasien melempar barang-barang dan berteriak. Makan (+) minum (+).
Tidur (-)
O Tanda vital belum dapat diperiksa
CM, mutisme, dekorum buruk, autistik, agresif, afek tumpul, halusinasi
visual, halusinasi auditorik, mutisme, negativistik, infantil
A Skizofrenia
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 25 mg
(1-0-1)
Senin, 24 September 2018
S Bingung (+), tidur (+), malas beraktivitas
O Tanda vital tidak diperiksa
Autistik, dekorum buruk, agresif, impulsif, perilaku halusinasi (+),
bingung, negativistik.
A Skizofrenia
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(½-0-½)
Selasa, 25 September 2018
S Tenang (+) Bingung (+), tidur (+), kooperatif saat diperiksa
O TD 100/60 mmHg, HR 68x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, bingung,
negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(½-0-½)
Rabu, 26 September 2018
S Pasien berbicara sendiri, seolah-olah ada lawan bicara imaginatif.
Tenang, kooperatif saat diperiksa
O TD 100/60 mmHg, HR 68x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, bingung,
negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(½-0-½)
Kamis, 27 September 2018
S Berbicara sendiri (+) Tenang (+) Bingung (+), tidur sering terbangun pada
malam hari, seperti ada yang membangunkan.
O TD 110/80 mmHg, HR 72x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi auditorik (+) visual (+),
impulsif, agresif, bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(1-0-1)
Jum’at, 28 September 2018
S Berbicara sendiri (+) Tenang (+) Bingung (+), makan& minum (+), mandi
(-) mondar-mandir (+)
O TD 108/60 mmHg, HR 72x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi auditorik (+) visual (+),
impulsif, bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(1-0-1)
Sabtu, 29 September 2018
S Tidur terganggu, berbicara dan tertawa sendiri, makan&minum (+),
mandi (-)
O TD 110/80 mmHg, HR 72x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi auditorik (+) visual (+),
impulsif, agresif, bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(1-0-1)
Minggu, 30 September 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-)
O TD 110/80 mmHg, HR 72x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi auditorik (+) visual (+),
impulsif, agresif, bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(1-0-1)
Senin, 1 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-),
perilaku halusinasi disangkal
O TD 110/60 mmHg, HR 78x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, impulsif, agresif, bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Selasa, 2 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-), sering
mondar-mandir dan berbicara sendiri.
O TD 110/70 mmHg, HR 70x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, agresif,
bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Rabu, 3 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-),
berbicara sendiri (+), kontak mata kurang adekuat.
O TD 110/70 mmHg, HR 70x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), bingung,
negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Rencana ECT
Rontgen thorax, EKG
Konsul anestesi, gigi, kardiologi
Kamis, 4 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-),
berbicara sendiri (+)
O TD 110/70 mmHg, HR 68x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
Rontgen thorax: dalam batas normal
EKG: normal sinus rythm
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), bingung,
negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Rencana ECT
Jum’at, 5 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-),
berbicara sendiri (+), kadang mondar-mandir.
O TD 110/70 mmHg, HR 68x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
Rontgen thorax: dalam batas normal
EKG: normal sinus rythm
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), bingung, gelisah,
negativistik
Persiapan ECT
Pre ECT: kesadaran CM, TD 125/70 mmHg, HR 80x/m, RR 24x/m, T
36.5 ºC, Saturasi O2 100%
Pemberian energi 10,6 J: kesadaran: dibawah pengaruh obat anestesi, TD
102/68 mmHg, HR 106x/m
Hasil: charge 60 mC, energi 8,2 J
Post ECT/RR: kesadaran CM, TD 103/70, HR 106x/m, RR 26x/m
A Skizofrenia + Treatment Persistent
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Rencana ECT kedua tanggal 09/10/2018.
Sabtu, 6 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-), sering
mondar-mandir dan berbicara sendiri.
O TD 110/70 mmHg, HR 70x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, agresif,
bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Treatment Persistent
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Minggu, 7 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-), sering
mondar-mandir dan berbicara sendiri.
O TD 110/70 mmHg, HR 70x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, agresif,
bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Treatment Persistent
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Senin, 8 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-), sering
mondar-mandir dan berbicara sendiri, perilaku halusinasi disangkal.
O TD 110/70 mmHg, HR 70x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, agresif,
bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Treatment Persistent
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Selasa, 9 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-),
berbicara sendiri (+), kadang mondar-mandir.
O TD 110/70 mmHg, HR 68x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
Rontgen thorax: dalam batas normal
EKG: normal sinus rythm
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), bingung, gelisah,
negativistik
Persiapan ECT
Pre ECT: kesadaran CM, TD 143/98 mmHg, HR 99x/m, RR 20x/m, T
36.5 ºC, Saturasi O2 98%
Pelaksanaan ECT: kesadaran: dibawah pengaruh obat anestesi, TD
145/97 mmHg, HR 112x/m, SpO2 86%.
Pemberian energi 10.6 J -> hasil 10,3 J
Post ECT/RR: KU stabil, kesadaran CM, TD 118/78, HR 96x/m, RR
20x/m, SpO2 95%.
A Skizofrenia + Treatment Persistent
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Acc rawat jalan
Kontrol ke poli jiwa tanggal 12/09/2018.
1.5 Prognosis
Quo ad vitam: bonam
Quo ad functionam: dubia ad malam
Quo ad sanationam: dubia ad malam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Diagnosis
Skizofrenia terdiri dari dua kata, yaitu skizo=pecah dan frenia=kepribadian.
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar
pada kepribadian, distorsi proses pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek
yang abnormal. Meskipun demikian, kesadaran pasien tetap jernih, kapasitas
intelektual biasanya tidak terganggu. Pasien mengalami hendaya berat dalam
menilai realita.
Skizofrenia menyerang sekitar 1% dari populasi dunia, dengan persentase
yang sama antara pria dan wanita. Namun untuk usia puncak awitan berikisar antara
10-25 tahun untuk pria dan 25-35 tahun untuk wanita.
Skizofrenia terbagi menjadi beberapa subtype berdasarkan variabel
klinisnya yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia disorganisasi, skizofrenia
katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, depresi
pasca skizofrenia, skizofrenia yang tak tergolongkan, dan depresi pasca
skizofrenia.1,2
Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:
a. Dua atau lebih gejala berikut, setiap gejala spesifik dialami selama
kurang lebih 1 bulan. Di antaranya: 1) waham, 2) halusinasi, 3) berbicara
kacau (sering berbicara melantur atau inkoherensia), 4) tingkah laku
katatonik, 5) gejala negatif.
b. Sejak onset gangguan, dalam porsi waktu yang signifikan mengganggu
level fungsional dalam satu atau dua area utama seperti pekerjaan,
hubungan interpersonal, atau perawatan diri sendiri, ditandainya dengan
penurunan fungsi-fungsi tersebut dibanding sebelum onset gangguan.
c. Tanda yang berulang selama kira-kira 6 bulan.
d. Gangguan skizoaktif dan depresi atau gangguan bipolar, tetapi tidak
sering.
e. asalah yang menyangkut penggunaan zat ataupun obat-obatan.3
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksan
status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang mengarah dengan
diagnosis Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid adalah tipe paling stabil dan
paling sering. Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis skizofrenia paranoid:
1. Halusinasi yang harus menonjol yaitu suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa.
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-
lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
2. Waham dapat berupa hamper setiap jenis, tetapi waham dikendalikan atau
“passivity” dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
3. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak
bertindak sesuai dengan wahamnya.4
Pada pasien ini, didapatkan waham curiga, paranoid, thought of insertion (+),
thought of control (+). Pasien berbicara sendiri, mengatakan ada seorang anggota
Kopassus yang selalu mengikuti dan berbicara dengannya, serta memerintahkan
untuk melakukan hal seperti melempar barang-barang. Keluhan sudah berlangsung
sejak ± 3 tahun yang lalu, sehingga dari hasil anamnesis psikiatri mengarah ke
diagnosis skizofrenia paranoid.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan dekorum buruk,
pasien tampak tidak menjaga kebersihan diri, dan mengenakan pakaian kotor. Sikap
terhadap pemeriksa yaitu tidak kooperatif, dengan karasteristik bicara inkoheren,
yaitu tidak berhubungan antara pertanyaan dan jawaban. Perilaku dan aktivitas
psikomotor yaitu agresif, sering melempar barang-barang disekitarnya (tempak
makanan, dll). Mood pasien labil, dengan penurunan intensitas tonus perasaan
(afek tumpul). Terdapat ketidaksesuaian antara mood dan afek. Pasien juga
cenderung negativistik.
2.2 Rencana Terapi
A. Psikofarmaka
Terapi farmakologi utama skizofrenia adalah antipsikotik. Pada pasien ini
awalnya diberikan terapi haloperidol 5 mg/IM. Haloperidol merupakan anti-
psikosis tipikal golongan butyrophenone, yang bekerja dengan memblokade
dopamin pada reseptor pasca sinapstik neuron di otak, khususnya sistem limbik dan
sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk
gejala positif, yaitu halusinasi, waham dan perilaku agresif pada pasien. Namun
haloperidol paling mudah menimbulkan efek samping berupa gejala
ekstrapiramidal, sehingga diberikan bersama dengan trihexyphenidyl yang
termasuk golongan antimuskarinik.
Anti-psikotik selanjunya yang diberikan adalah risperidon dan clozapin, yang
merupakan anti-psikosis atipikal. Anti-psikosis atipikal bekerja dengan
memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di
system limbic dan system ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists) dan
juga berafinitas terhadap “Serotonin 5HT2 receptors” (Serotonin-dopamine
antagonists), sehingga efektif untuk gejala positif dan negatif.
B. Psikoterapi
1. Psikoterapi supportif
− Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
− Konseling : memberikan penjelasan kepada pasien sehingga dapat
membantu pasien dalam memahami penyakit dan cara mengatasinya
2. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang disekitar tentang
penyakit pasien sehingga dapat memberikan dukungan moral dan
menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu proses
penyembuhan.
C. Electroconvulsive Therapy (ECT)
Ladislas von Meduna (1896-1964) berhasil mengamati otak epileptik
mempunyai jumlah sel glia lebih banyak dibanding otak normal, dimana orang
dengan skizofrenia memiliki lebih sedikit sel glia. Beliau memiliki hipotesis
terdapat efek “biological antagonism” antara kejang dan skizofrenia. Pasien
dengan skizofrenia yang memiliki gejala positif, katatonia, atau ganggun afek
dinilai lebih berespon terhadap ECT. Pada pasien tersebut, ECT memiliki efek yang
hampir sama dengan antipsikosis, namun peningkatan terjadi lebih cepat.1
2.3 Prognosis
Dubia ad malam karena:
− Premorbid : memiliki ciri kepribadian pendiam jelek
− Perjalanan penyakit : kronis jelek
− Umur permulaan sakit : usia dewasa muda jelek
− Riwayat pengobatan : sudah mendapat pengobatan baik
− Faktor keturunan : (-) baik
− Faktor pencetus : diketahui baik
− Perhatian keluarga : tidak ada keluarga yang memperhatikan jelek
− Ekonomi : kurang jelek
− Jenis kelamin : Laki-laki jelek.
BAB III
KESIMPULAN
Pasien Tn. RS, umur 37 tahun, datang ke IGD RS Dustira dengan keluhan
mengamuk. Dari hasil pemeriksaan psikiatri didapatkan diagnosis skizofrenia
paranoid. Pasien dirawat inap dan mendapatkan terapi berupa terapi farmakologis
(antipsikosis), psikoterapi dan electroconvulsive terapi (ECT). Prognosis pasien
adalah dubia ad malam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, Benjamin J. Sadock, Virginia Alcot. Ruiz, Pedro. Kaplan & Sadock’s
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11th
Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2015.
2. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders (Fifth Edition ed.). Washington, DC: American
Psychiatric Publishing Inc.
3. Maslim, Rusli. Buku Saku Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan
Ringkas dari PPDGJ III & DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Universitas Atma Jaya. 2013.
4. Maslim, Rusli. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik. Jakarta: 2007.