You are on page 1of 18

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Pembimbing:

dr. Lollytha C.S, Sp. KJ

Disusun Oleh:

Hendri Saputra, S. Ked


NIM. I4061171002

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RS TK. II DUSTIRA CIMAHI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui laporan kasus dengan judul:


Skizofrenia Paranoid

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

Disetujui Oleh Penyusun

dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp. KJ Hendri Saputra, S. Ked


Mayor CKM (K) NRP. 11030015310177 NIM. I4061171002
BAB I
PENYAJIAN KASUS

I.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. RS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 37 tahun
Alamat : KP. Dungus Purna, RT 02/018, Bandung Barat
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Pernikahan : Belum menikah
Status Pasien : Jamkesmas/PBI
Ruang : XII/Halimun
Tanggal Masuk RS : 18/09/2018

I.2 Riwayat Psikiatrik (autoanamnesis pada tanggal 25 September 2018)


A. Keluhan Utama
Mengamuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dibawa ke IGD RS Dustira dengan keluhan mengamuk, mudah marah
dan tersinggung serta mondar mandir dan melempar barang-barang disekitarnya.
Keluhan berlangsung sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga
berbicara sendiri, mengatakan ada seorang anggota Kopassus yang selalu mengikuti
dan berbicara dengannya, serta memerintahkan untuk melakukan hal seperti
melempar barang-barang.
C. Riwayat Gangguan Dahulu
1. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien terdiagnosis skizofrenia sejak ± 3 tahun yang lalu. Pernah
beberapa kali dirawat di RS Jiwa Cisarua, dan ini merupakan ketiga kalinya
pasien dirawat di RS Dustira. Terakhir kontrol di Poli Jiwa RS Dustira bulan
Februari (8 bulan yang lalu). Pasien tidak meminum obat psikotropika secara
rutin.
2. Kondisi medis umum
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, meningitis dan penyakit sistem
saraf pusat lainnya disangkal.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Riwayat penggunaan alkohol, opioid, kanabinoida, kokain disangkal.
D. Riwayat Keluarga
Tidak didapatkan keluhan yang serupa pada keluarga pasien.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
Pasien tinggal sendiri di rumahnya. Ibu pasien meninggal pada tahun 2017,
tidak lama kemudian disusul ayahnya yang meninggal saat 40 hari setelah kematian
ibunya. Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara, kedua kakaknya tidak
peduli dengan keadaan pasien sehingga tidak ada yang mengontrol pasien dalam
meminum obat. Pendidikan terakhir pasien SMP.

1.3 Status Psikiatrikus (diperiksa tanggal 25 September 2018)


A. Gambaran Umum
1. Penampilan: dekorum buruk
2. Sikap terhadap pemeriksa: tidak kooperatif
3. Karasteristik bicara: tidak spontan, inkohoren
4. Perilaku dan aktivitas psikomotor: agresif, infantil, negativistik
B. Mood dan Afek
1. Mood: labil
2. Afek: tumpul
3. Kesesuaian afek: tidak sesuai
C. Persepsi
1. Ilusi: (-)
2. Halusinasi: visual (+), auditorik (+)
3. Depersonalisasi dan derealisasi: (-)
D. Pikiran
1. Bentuk pikiran: autistik
2. Jalan pikiran: asosiasi longgar
3. Isi pikiran: waham curiga (+), paranoid (+), thought of insertion (+),
thought of control (+)
E. Sensori dan Kognisi
1. Kesadaran: compos mentis
2. Orientasi: buruk
3. Memori: buruk
4. Konsentrasi dan perhatian: buruk
5. Membaca dan menulis: buruk
6. Berpikir abstrak: buruk
7. Informasi dan intelegensi: buruk
8. Penilaian: buruk
9. Wawasan terhadap penyakit: tilikan 1

1.3 Pemeriksaan Fisik


− Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
− Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
− Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respirasi : 22x/menit
d. Suhu : 36.2 ºC
− Status Gizi
a. Berat Badan : 55 kg
b. Tinggi Badan : 162 cm
c. BMI : 21
d. Kesan Gizi : Baik
− Status Generalis
a. Kepala : normocephale, deformitas (-)
b. Mata : sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), pupil isokor 3
mm/3 mm
c. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-,-), massa (-,-)
d. Thorax : simetris saat statis maupun dinamis, suara napas dasar
vesikuler, wheezing (-,-), rhonki (-,-). Suara jantung 1 & 2 tunggal
reguler, murmur (-) gallop (-).
e. Abdomen : soepl, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
f. Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik.
− Status Neurologis
a. GCS : E4V5M6
b. Pupil : isokor, diameter 3mm/3mm. RCL (+/+), RCTL (+/+).
c. Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk (-), brudzinki I & II (-), kernig
(-), laseque (-)
d. Motorik : 5555 5555
5555 5555
e. Refleks fisiologis: bicep, tricep, patella & achilles normorefleks
f. Refleks patologis: babinsky, oppenheim, chaddock, hofmann-tromner
negatif
g. Sensorik : dalam batas normal
h. Otonom : inkontinensia urin (-) inkontinensia alvi (-).
− Kesimpulan : hasil pemeriksaan fisik, yaitu tanda-tanda vital, status
generalis dan status neurologis dalam batas normal.
1.4 Pemeriksaan Penunjang
− Darah rutin: eritrosit 4.3x106/µL, hemoglobin 13.1 g/dL, leukosit 9.4
x103/µL, hematokrit 37.9%, trombosit 270 x103/µL.
− EKG: normal sinus rythm
− Rontgen thorax: dalam batas normal
− Kesimpulan : hasil pemeriksaan penunjang berupa darah rutin,
rontgen thorax dan EKG dalam batas normal
− Usulan pemeriksaan: PET scan.
1.5 Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : masalah dengan primary support group
Aksis V : GAF Score: 30-21.

1.4 Penatalaksanaan
− Farmakologi : I.M Haloperidol 5 mg/24 jam, I.M Diazepam 5 mg/24 jam,
P.O Trihexyphenidyl 2 mg/12 jam.
− Non Farmakologi: rawat inap, pemantauan pemberian obat.
− Electroconvulsive therapy (ECT).

1.5 Follow-up
 Rabu, 19 September 2018
S Pasien tampak lebih tenang dibanding sebelumnya, agresif (+), tidur
nyenyak, perilaku infantil (+) makan & minum (+), merasa curiga, takut
dan cemas serta gelisah. Pasien juga tampak mondar mandir. Mendengar
suara bisikan (+), melihat bayangan (+).
O TD: 110/70 mmHg, HR 76x/m, RR 20x/m, T 36,5 ºC.
CM, dekorum buruk, autistik, agresif, afek tumpul, halusinasi visual,
halusinasi auditorik, asosiasi longgar, negativistik
A Skizofrenia
P I.M Haloperidol 5 mg/24 jam, I.M Diazepam 5 mg/24 jam, P.O
Trihexyphenidyl 2 mg/12 jam, P.O Hepabalance 2x1 tablet
 Kamis,20 September 2018
S Tenang (+) terkadang agresif (+), tidur (+), makan & minum (+), merasa
curiga, perilaku halusinasi (+), mondar mandir (+).
O TD: 110/70 mmHg, HR 82x/m, RR 20x/m, T 36,5 ºC.
CM, dekorum buruk, autistik, agresif, afek tumpul, halusinasi visual,
halusinasi auditorik, asosiasi longgar, negativistik
A Skizofrenia
P I.M Haloperidol 5 mg/24 jam, I.M Diazepam 5 mg/24 jam, P.O
Trihexyphenidyl 2 mg/12 jam, P.O Hepabalance 2x1 tablet
 Jumat, 21 September 2018
S Tenang (+) terkadang agresif (+), tidur (+), makan & minum (+), mondar
mandir (+). Pasien tidak mau berbicara.
O TD: 120/80 mmHg, HR 76x/m, RR 20x/m, T 36,5 ºC.
CM, dekorum buruk, autistik, agresif, afek tumpul, halusinasi visual,
halusinasi auditorik, mutisme, negativistik
A Skizofrenia
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 25 mg
(1-0-1)
 Minggu, 23 September 2018
S Pasien melempar barang-barang dan berteriak. Makan (+) minum (+).
Tidur (-)
O Tanda vital belum dapat diperiksa
CM, mutisme, dekorum buruk, autistik, agresif, afek tumpul, halusinasi
visual, halusinasi auditorik, mutisme, negativistik, infantil
A Skizofrenia
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 25 mg
(1-0-1)
 Senin, 24 September 2018
S Bingung (+), tidur (+), malas beraktivitas
O Tanda vital tidak diperiksa
Autistik, dekorum buruk, agresif, impulsif, perilaku halusinasi (+),
bingung, negativistik.
A Skizofrenia
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(½-0-½)
 Selasa, 25 September 2018
S Tenang (+) Bingung (+), tidur (+), kooperatif saat diperiksa
O TD 100/60 mmHg, HR 68x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, bingung,
negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(½-0-½)
 Rabu, 26 September 2018
S Pasien berbicara sendiri, seolah-olah ada lawan bicara imaginatif.
Tenang, kooperatif saat diperiksa
O TD 100/60 mmHg, HR 68x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, bingung,
negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(½-0-½)
 Kamis, 27 September 2018
S Berbicara sendiri (+) Tenang (+) Bingung (+), tidur sering terbangun pada
malam hari, seperti ada yang membangunkan.
O TD 110/80 mmHg, HR 72x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi auditorik (+) visual (+),
impulsif, agresif, bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(1-0-1)
 Jum’at, 28 September 2018
S Berbicara sendiri (+) Tenang (+) Bingung (+), makan& minum (+), mandi
(-) mondar-mandir (+)
O TD 108/60 mmHg, HR 72x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi auditorik (+) visual (+),
impulsif, bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(1-0-1)
 Sabtu, 29 September 2018
S Tidur terganggu, berbicara dan tertawa sendiri, makan&minum (+),
mandi (-)
O TD 110/80 mmHg, HR 72x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi auditorik (+) visual (+),
impulsif, agresif, bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(1-0-1)
 Minggu, 30 September 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-)
O TD 110/80 mmHg, HR 72x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi auditorik (+) visual (+),
impulsif, agresif, bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Risperidon sirup 2x2 ml, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg
(1-0-1)
 Senin, 1 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-),
perilaku halusinasi disangkal
O TD 110/60 mmHg, HR 78x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, impulsif, agresif, bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
 Selasa, 2 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-), sering
mondar-mandir dan berbicara sendiri.
O TD 110/70 mmHg, HR 70x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, agresif,
bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
 Rabu, 3 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-),
berbicara sendiri (+), kontak mata kurang adekuat.
O TD 110/70 mmHg, HR 70x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), bingung,
negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Rencana ECT
Rontgen thorax, EKG
Konsul anestesi, gigi, kardiologi
 Kamis, 4 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-),
berbicara sendiri (+)
O TD 110/70 mmHg, HR 68x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
Rontgen thorax: dalam batas normal
EKG: normal sinus rythm
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), bingung,
negativistik.
A Skizofrenia + Retardasi Mental
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Rencana ECT
 Jum’at, 5 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-),
berbicara sendiri (+), kadang mondar-mandir.
O TD 110/70 mmHg, HR 68x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
Rontgen thorax: dalam batas normal
EKG: normal sinus rythm
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), bingung, gelisah,
negativistik
Persiapan ECT
Pre ECT: kesadaran CM, TD 125/70 mmHg, HR 80x/m, RR 24x/m, T
36.5 ºC, Saturasi O2 100%
Pemberian energi 10,6 J: kesadaran: dibawah pengaruh obat anestesi, TD
102/68 mmHg, HR 106x/m
Hasil: charge 60 mC, energi 8,2 J
Post ECT/RR: kesadaran CM, TD 103/70, HR 106x/m, RR 26x/m
A Skizofrenia + Treatment Persistent
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Rencana ECT kedua tanggal 09/10/2018.
 Sabtu, 6 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-), sering
mondar-mandir dan berbicara sendiri.
O TD 110/70 mmHg, HR 70x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, agresif,
bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Treatment Persistent
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
 Minggu, 7 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-), sering
mondar-mandir dan berbicara sendiri.
O TD 110/70 mmHg, HR 70x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, agresif,
bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Treatment Persistent
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
 Senin, 8 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-), sering
mondar-mandir dan berbicara sendiri, perilaku halusinasi disangkal.
O TD 110/70 mmHg, HR 70x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), impulsif, agresif,
bingung, negativistik.
A Skizofrenia + Treatment Persistent
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
 Selasa, 9 Oktober 2018
S Tenang (+) , tidur (+) bingung (+), makan&minum (+), mandi (-),
berbicara sendiri (+), kadang mondar-mandir.
O TD 110/70 mmHg, HR 68x/m, RR 20x/m, T 36.5 ºC
Rontgen thorax: dalam batas normal
EKG: normal sinus rythm
CM, autistik, dekorum buruk, perilaku halusinasi (+), bingung, gelisah,
negativistik
Persiapan ECT
Pre ECT: kesadaran CM, TD 143/98 mmHg, HR 99x/m, RR 20x/m, T
36.5 ºC, Saturasi O2 98%
Pelaksanaan ECT: kesadaran: dibawah pengaruh obat anestesi, TD
145/97 mmHg, HR 112x/m, SpO2 86%.
Pemberian energi 10.6 J -> hasil 10,3 J
Post ECT/RR: KU stabil, kesadaran CM, TD 118/78, HR 96x/m, RR
20x/m, SpO2 95%.
A Skizofrenia + Treatment Persistent
P P.O Haloperidol 2x5 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg, Clozapin 100 mg (1-
0-1)
Acc rawat jalan
Kontrol ke poli jiwa tanggal 12/09/2018.

1.5 Prognosis
Quo ad vitam: bonam
Quo ad functionam: dubia ad malam
Quo ad sanationam: dubia ad malam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diagnosis
Skizofrenia terdiri dari dua kata, yaitu skizo=pecah dan frenia=kepribadian.
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar
pada kepribadian, distorsi proses pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek
yang abnormal. Meskipun demikian, kesadaran pasien tetap jernih, kapasitas
intelektual biasanya tidak terganggu. Pasien mengalami hendaya berat dalam
menilai realita.
Skizofrenia menyerang sekitar 1% dari populasi dunia, dengan persentase
yang sama antara pria dan wanita. Namun untuk usia puncak awitan berikisar antara
10-25 tahun untuk pria dan 25-35 tahun untuk wanita.
Skizofrenia terbagi menjadi beberapa subtype berdasarkan variabel
klinisnya yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia disorganisasi, skizofrenia
katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, depresi
pasca skizofrenia, skizofrenia yang tak tergolongkan, dan depresi pasca
skizofrenia.1,2
Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:
a. Dua atau lebih gejala berikut, setiap gejala spesifik dialami selama
kurang lebih 1 bulan. Di antaranya: 1) waham, 2) halusinasi, 3) berbicara
kacau (sering berbicara melantur atau inkoherensia), 4) tingkah laku
katatonik, 5) gejala negatif.
b. Sejak onset gangguan, dalam porsi waktu yang signifikan mengganggu
level fungsional dalam satu atau dua area utama seperti pekerjaan,
hubungan interpersonal, atau perawatan diri sendiri, ditandainya dengan
penurunan fungsi-fungsi tersebut dibanding sebelum onset gangguan.
c. Tanda yang berulang selama kira-kira 6 bulan.
d. Gangguan skizoaktif dan depresi atau gangguan bipolar, tetapi tidak
sering.
e. asalah yang menyangkut penggunaan zat ataupun obat-obatan.3
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksan
status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang mengarah dengan
diagnosis Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid adalah tipe paling stabil dan
paling sering. Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis skizofrenia paranoid:
1. Halusinasi yang harus menonjol yaitu suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa.
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-
lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
2. Waham dapat berupa hamper setiap jenis, tetapi waham dikendalikan atau
“passivity” dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
3. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak
bertindak sesuai dengan wahamnya.4
Pada pasien ini, didapatkan waham curiga, paranoid, thought of insertion (+),
thought of control (+). Pasien berbicara sendiri, mengatakan ada seorang anggota
Kopassus yang selalu mengikuti dan berbicara dengannya, serta memerintahkan
untuk melakukan hal seperti melempar barang-barang. Keluhan sudah berlangsung
sejak ± 3 tahun yang lalu, sehingga dari hasil anamnesis psikiatri mengarah ke
diagnosis skizofrenia paranoid.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan dekorum buruk,
pasien tampak tidak menjaga kebersihan diri, dan mengenakan pakaian kotor. Sikap
terhadap pemeriksa yaitu tidak kooperatif, dengan karasteristik bicara inkoheren,
yaitu tidak berhubungan antara pertanyaan dan jawaban. Perilaku dan aktivitas
psikomotor yaitu agresif, sering melempar barang-barang disekitarnya (tempak
makanan, dll). Mood pasien labil, dengan penurunan intensitas tonus perasaan
(afek tumpul). Terdapat ketidaksesuaian antara mood dan afek. Pasien juga
cenderung negativistik.
2.2 Rencana Terapi
A. Psikofarmaka
Terapi farmakologi utama skizofrenia adalah antipsikotik. Pada pasien ini
awalnya diberikan terapi haloperidol 5 mg/IM. Haloperidol merupakan anti-
psikosis tipikal golongan butyrophenone, yang bekerja dengan memblokade
dopamin pada reseptor pasca sinapstik neuron di otak, khususnya sistem limbik dan
sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk
gejala positif, yaitu halusinasi, waham dan perilaku agresif pada pasien. Namun
haloperidol paling mudah menimbulkan efek samping berupa gejala
ekstrapiramidal, sehingga diberikan bersama dengan trihexyphenidyl yang
termasuk golongan antimuskarinik.
Anti-psikotik selanjunya yang diberikan adalah risperidon dan clozapin, yang
merupakan anti-psikosis atipikal. Anti-psikosis atipikal bekerja dengan
memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di
system limbic dan system ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists) dan
juga berafinitas terhadap “Serotonin 5HT2 receptors” (Serotonin-dopamine
antagonists), sehingga efektif untuk gejala positif dan negatif.
B. Psikoterapi
1. Psikoterapi supportif
− Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
− Konseling : memberikan penjelasan kepada pasien sehingga dapat
membantu pasien dalam memahami penyakit dan cara mengatasinya
2. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang disekitar tentang
penyakit pasien sehingga dapat memberikan dukungan moral dan
menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu proses
penyembuhan.
C. Electroconvulsive Therapy (ECT)
Ladislas von Meduna (1896-1964) berhasil mengamati otak epileptik
mempunyai jumlah sel glia lebih banyak dibanding otak normal, dimana orang
dengan skizofrenia memiliki lebih sedikit sel glia. Beliau memiliki hipotesis
terdapat efek “biological antagonism” antara kejang dan skizofrenia. Pasien
dengan skizofrenia yang memiliki gejala positif, katatonia, atau ganggun afek
dinilai lebih berespon terhadap ECT. Pada pasien tersebut, ECT memiliki efek yang
hampir sama dengan antipsikosis, namun peningkatan terjadi lebih cepat.1

2.3 Prognosis
Dubia ad malam karena:
− Premorbid : memiliki ciri kepribadian pendiam  jelek
− Perjalanan penyakit : kronis  jelek
− Umur permulaan sakit : usia dewasa muda  jelek
− Riwayat pengobatan : sudah mendapat pengobatan  baik
− Faktor keturunan : (-)  baik
− Faktor pencetus : diketahui  baik
− Perhatian keluarga : tidak ada keluarga yang memperhatikan  jelek
− Ekonomi : kurang  jelek
− Jenis kelamin : Laki-laki  jelek.
BAB III
KESIMPULAN

Pasien Tn. RS, umur 37 tahun, datang ke IGD RS Dustira dengan keluhan
mengamuk. Dari hasil pemeriksaan psikiatri didapatkan diagnosis skizofrenia
paranoid. Pasien dirawat inap dan mendapatkan terapi berupa terapi farmakologis
(antipsikosis), psikoterapi dan electroconvulsive terapi (ECT). Prognosis pasien
adalah dubia ad malam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, Benjamin J. Sadock, Virginia Alcot. Ruiz, Pedro. Kaplan & Sadock’s
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11th
Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2015.
2. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders (Fifth Edition ed.). Washington, DC: American
Psychiatric Publishing Inc.
3. Maslim, Rusli. Buku Saku Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan
Ringkas dari PPDGJ III & DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Universitas Atma Jaya. 2013.
4. Maslim, Rusli. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik. Jakarta: 2007.

You might also like