Professional Documents
Culture Documents
I. Asam Mefenamat
Asam mefenamat adalah obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) dimana termasuk
dalam keluarga obat-obatan yang disebut fenamat, obat seperti aspirin yang merupakan
derivat asam N-phenylanthranilic. Dalam tes aktivitas anti-inflamasi, asam mefenamat
berpotensi sebesar setengah dari phenylbutazone. Asam mefenamat memiliki sifat
antipiretik dan analgesik dan bekerja baik secara sentral maupun perifer. Dengan sifat
tersebut asam mefenamat dapat menginhibisi sintetase prostaglandin
Setiap satu kapsul asam mefenamat 250mg mengandung bahan aktif yaitu asam
mefenamat dan bahan tidak aktif seperti laktosa monohidrat, gelatin, sodium starch
glycollate, sodium laurilsulfat. Sedangkan kapsulnya mengandung Lactose, gluten-free,
Patent Blue V (E131), Eritrosin (E127), Titanium doixide (E171), Yellow iron oxide
Kurang lebih 50% dari dosis asam mefenamat diekskresikan di urin. Setengahnya
adalah 3-hydroxymethylmetabolit konjugasi, kurang dari setengah adalah 3-
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas. Asam mefenamat sebaiknya tidak diberikan kepada pasien dengan
gangguan hepar atau ginjal, IBD atau pasien dengan riwayat, atau sedang, ulkus peptik.
OAINS kontraindikasi pada pasien yang pernah menunjukkan reaksi hipersensitivitas
(asma, rhinitis, atau urtikaria) terhadap ibuprofen, aspirin, atau obat anti-inflamasi lainnya.
Oleh karena adanya potensi sensitivitas silang terhadap aspirin atau OAINS lainnya, asam
mefenamta sebaiknya tidak diberikan kepada pasien dimana obat-obat ini dapat
menginduksi gejala bronkospasme, rhinitis alergi, atau urtikaria. Juga riwayat perdarahan
gastrointestinal atau perforasi, yang berhubungan dengan terapi OAINS
sebelumnya[MHRA,2006].
Efek samping:
1) Dapat mengganggu nervus sistem seperti sakit kepala. Overdosis asam mefenamat
dapat menyebabkan koma. Pada sensori sistem menyebabkan vertigo, hiperakusia
dan tinnitus.
2) Dari segi hematologi, dapat menyebabkan tes Coomb’s positif pada penderita
anemia, leukopenia, trombisitopenia dan aglusinotosis.
3) Dari segi gastrointestinal, dapat menyebabkan mual, anoreksia, muntah, nyeri
perut, flatulens, konstipasi, dispepsia dan diare. Dapat memicu Chrohn’s disease
dan colitis pada pasien dengan faktor predisposisi yang tidak diketahui. Ulkus
peptik, perforasi atau perdarahan GI, biasanya fatal, utamanya pada manula.
Meskipun diare muncul segera setelah memulai pengobatan, juga dapat muncul
setelah beberapa bulan dalam penggunaan berkelanjutan.
4) Dari segi traktus urinarius, dapat menyebabkan gangguan renal akut, renal
papillarynecrosis, non-oligoury renal insufficiency
5) Dapat menunda menstruasi dalam beberapa hari.
6) Dari segi imunologi, resiko paling berbahaya adalah asma dan syok
anafilaktik.[MHRA,2006][Meyler’s.2009]
Mekanisme kerja:
Sebuah pendekatan baru untuk menghindari komplikasi akibat OAINS menjadi layak
dengan penemuan bahwa ada 2 isoform COX, COX-1 dan COX-2. Enzim ini berada di
bawah mekanisme kontrol peraturan yang berbeda. COX-1 konstitutif dinyatakan dalam
sebagian besar jaringan, dan memainkan peran utama dalam fungsi normal dari GIT,
ginjal dan trombosit. Sebaliknya, COX-2 dinyatakan terutama dalam menanggapi
peradangan, tetapi sampai batas tertentu dalam jaringan lain termasuk ginjal dan otak.
NSAID tradisional non-selektif dan menghambat baik COX-1 dan COX-2, memberikan
Siklooksigenase (COX) 1 enzym asam lemak tak jenuh ganda oksigenat prostaglandin
endoperoxides pada langkah pertama dari kaskade metabolik yang mengarah ke generasi
prostaglandin dan tromboksan. Inhibisi dari enzim COX, utamanya COX 2, merupakan