Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Hipertensi dipengaruhi oleh dua jenis faktor, yaitu faktor yang dapat
diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor-faktor yang tidak dapat diubah
seperti umur, jenis kelamin dan ras. Faktor-faktor yang dapat diubah seperti
obesitas, konsumsi alkohol, kurangnya olahraga/aktivitas, konsumsi garam yang
berlebihan, kebiasaan merokok, dan stress.4
1
Pemegang Prolanis di UPT Kesmas Susut I menyatakan bahwa hipertensi
menempati urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja UPT
Kesmas Susut I pada tahun 2017.
2
masyarakat di wilayah kerja UPT Kesmas Susut I khususnya di Banjar Susut Kaja
terkait penyakit hipertensi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat di Banjar Susut Kaja, Susut, Bangli, terkait
penyakit hipertensi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Untuk Masyarakat
Adapun manfaaat yang diharapakan dari kegiatan penyuluhan ini
bagi masyarakat antara lain :
1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat di Banjar Susut
Kaja, Susut, Bangli, terkait pencegahan dan pengobatan penyakit
hipertensi terkait pencegahan dan pengobatan hipertensi.
2. Terbentuknya paradigma masyarakat yang tepat terkait penyakit
hipertensi.
3. Terciptanya gaya hidup dan pola makan masyarakat yang lebih sehat
sebagai bentuk pencegahan penyakit hipertensi dan komplikasinya.
3
4. Menurunnya angka kebiasaan merokok sebagai bentuk pencegahan
penyakit hipertensi dan komplikasinya.
5. Meningkatnya angka kepatuhan minum obat dan kontrol ke tenaga
medis bagi masyarakat penderita hipertensi sebagai bentuk pencegahan
komplikasi dari penyakit hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Klasifikasi
5
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik
berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi
(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri
dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan
peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila
pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar
tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan
diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung
berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran
merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.1
2.4 Patofisiologi
6
Peran dinding vaskular pembuluh darah
7
simpatis ini memiliki efek yang berbeda – beda pada jantung, ginjal, otak
dan pembuluh darah. Pada jantung akan menyebabkan peningkatan denyut
jantung, pada gnjal akan memicu terjadinya retensi natrium, dan aktivasi
sistem RAA, serta pada pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi.1
8
Gambar 2.3 Peran Renin Angiotensin Aldosteron
9
2.4.4 Peran Dinding Vaskular Pembuluh Darah
10
2.5 Diagnosis
2.6 Penatalaksanaan
11
obat antihipertensi, dan mengurangi resiko komplikasi penyakit
kardiovaskular.5
b) Terapi farmakologis
12
BAB III
ANALISIS MASALAH
13
LINGKUNGAN MANUSIA
Stress
KEJADIAN
HIPERTENSI
PELAYANAN
Ketersediaan obat di Puskesmas
KESEHATAN
14
BAB IV
DIAGNOSA KOMUNITAS
Data awal yang menarik perhatian kami untuk menyasar topik ini
untuk dikembangkan adalah berdasarkan data pemegang Prolanis di UPT
Kesmas Susut I yang menyatakan bahwa hipertensi menempati urutan
ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja UPT Kesmas
Susut I pada tahun 2017. Berdasarkan keterangan pemegang program
penanggulangan penyakit kronis (Prolanis) di UPT Kesmas Susut I, dari
3.949 penduduk yang berusia diatas 18 tahun yang dilakukan pengukuran
tekanan darah sepanjang tahun 2017 didapatkan bahwa sebanyak 865
penduduk (21,90%) menderita hipertensi.
15
4.2 Identifikasi Penyebab masalah
16
Budaya seperti ini masih sangat kental di lingkungan wilayah kerja UPT
Kesmas Susut I.
Faktor ekonomi dan pendidikan menjadi hal yang tidak dapat
diubah (unmodifying factor) sedangkan budaya kepercayaan masyarakat
dapat diintervensi serta diarahkan secara perlahan-lahan dengan secara
rutin memberikan penyuluhan mengenai kesehatan dan perilaku sehat.
Penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
kesehatan, namun juga membuat masyarakat mengerti mengenai proses
terjadinya suatu penyakit dan perjalanannya serta bagaimana meluruskan
keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
4.2.3 Manusia
Dikaji dari faktor manusia, dispepsia dipengaruhi oleh gaya hidup,
obat-obatan, stress, dan penyakit yang mendasari. Hal inilah yang menjadi
topik sasaran yang yang akan dibahas lebih lanjut pada kegiatan
penyuluhan.
Gaya hidup disini meliputi pola makan dan pemilihan jenis
makanan serta kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol. Berdasarkan
pengamatan terhadap masyarakat wilayah kerja UPT Kesmas Susut I,
pasien-pasien dengan keluhan dispepsia sebagian besar memiliki pola
makan yang tidak teratur, biasanya dikarenakan jam kerja yang lama
sehingga mengabaikan jam makan. Selain itu, pasien banyak yang
mengonsumsi makanan yang mengiritasi lambung seperti makanan pedas
dan asam, makanan yang terbuat dari ketan, teh dan kopi pekat, beberapa
juga memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi tuak atau arak
terutama pasien berjenis kelamin laki-laki.
Sebagian pasien dengan keluhan dispepsia setelah ditelusuri
mereka mengonsumsi obat anti nyeri golongan NSAID atau steroid dalam
jangka waktu lama. Demikian juga dengan stress psikologis ikut berperan
serta terhadap keluhan dispepsia pada pasien.
17
Berbagai penyakit yang mendasari keluhan dispepsia pada pasien
contohnya GERD, ulkus peptikum, pankreatitis, batu empedu, penyakit
jantung, keganasan organ pencernaan, nyeri otot, dan lain-lain. Dalam hal
ini, pasien disarankan melakukan pemeriksaan lanjutan berdasarkan
keluhan lain yang dijumpai serta pemeriksaan fisik yang sesuai. Namun
masyarakat menganggap hal tersebut tidaklah perlu melainkan cukup
dengan obat-obatan simptomatis yang didapatkan di UPT Kesmas Susut I
sehingga seringkali pasien datang lagi dengan keluhan yang sama setelah
obat simptomatis tidak lagi dikonsumsi.
Dengan penyuluhan yang efektif diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang sindroma dispepsia,
faktor resiko yang mencetuskan, berbagai penyakit yang mendasari
keluhan tersebut, serta tatalaksana dan perubahan gaya hidup yang harus
dilakukan.
18
pemeriksaan fisik yang adekuat, dimana sebenarnya penyakit yang dapat
menyebabkan dan menyerupai keluhan dispepsia sangatlah banyak.
Ketersediaan obat untuk sindroma dispepsia di UPT Kesmas Susut
I tergolong cukup baik, namun pemilihan obat terkadang terbatas.
Dengan demikian dari sisi pelayanan kesehatan, dokter diharapkan
mampu merujuk pasien dispepsia ke faskes yang dilengkapi pemeriksaan
penunjang yang memadai sesuai indikasi untuk pemeriksaan lanjutan dan
keperluan dalam mendiagnosis serta terapi. Menyangkut hal ketersediaan
obat di UPT Kesmas Susut I, dokter diharapkan meresepkan obat sesuai
dengan yang tersedia dan hendaknya dilakukan pengecekan stok obat
secara berkala.
19
BAB V
PEMECAHAN MASALAH
20
21
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
21
wawasan dan pengetahuan serta kesadaran masyarakat di wilayah kerja UPT
Kesmas Susut I dapat meningkat secara merata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Robinson, J. M., & Saputra, L. Buku ajar organ system: Visual nursing
kardiovaskuler; 2014
6. Kurniati, I. D., Setiawan, M. R., Rohmani, A., Lahdji, A., Tajally, A.,
Ratnaningrum, K., & Basuki, R. BUKU AJAR: ILMU PENYAKIT
DALAM; 2017