You are on page 1of 17

1.

Bifurkasi di dalam pengadilan, ada 2, pengadilan apa dan apa


Kelembagaan peradilan sebelum amandemen UUD 1945 menganut satu cabang kekuasaan yang
berpuncak pada Mahkamah Agung, namun setelah amandemen UUD 1945 menganut sistem bifurkasi
(bifurcation system) dimana kekuasan kehakiman terbagi dalam dua cabang yaitu cabang peradilan biasa
yang berpuncak pada Mahkamah Agung dan cabang peradilan konstitusi di Mahkamah Konstitusi.
2. Kewenangan DPD dalam soal APBN
Terkait dengan kewenangan DPD memberikan pertimbangan atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan, dan agama, Mahkamah Konstitusi menafsirkan bahwa makna “memberikan
pertimbangan” [vide Pasal 22D ayat (2) UUD 1945] adalah tidak sama dengan bobot kewenangan DPD
untuk ikut membahas RUU. Artinya, DPD memberikan pertimbangan tanpa ikut serta dalam pembahasan
dan merupakan kewenangan DPR dan Presiden untuk menyetujui atau tidak menyetujui pertimbangan
DPD. Meskipun begitu, DPR dan Presiden berkewajiban untuk meminta pertimbangan DPD atas RUU
APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama
3. proses pewarganegaraan harus memiliki kebenaran substantif artinya
Asas kebenaran substantif adalah asas yang menentukan bahwa prosedur pewarganegaraan seseorang
tidak hanya bersifat administratif,tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenaranya.Jadi jika seseorang ingin menjadi warganegara Indonesia,maka
orang tersebut harus melengkapi syarat-syarat yang bersifat substantif,tidak hanya syarat yang bersifat
administratif saja
4. bahasa indonesia harus memiliki sifat kecendikiaan, artinya
Bahasa Indonesia baku memiliki ciri-ciri, yaitu :
1) Kemantapan yang dinamis dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia baku memiliki kaidah
berbahasa yang harus diterapkan mantap dan konsisten.
2) Kecendikiaan, maksudnya adalah bahasa Indonesia harus mampu mengungkapkan proses
pemikiran yang rumit dalam segala tatanan perikehidupan, baik ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa
meninggalkan kodrat kepribadiannya. Kodifikasi bahasa dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a) Kodifikasi struktur bahasa, dilakukan terhadap ejaan, istilah kosakata, tatabahasa, dan
pelafalan. Ciri-ciri struktur bahasa Indonesia baku antara lain :
1) Ucapan dan lagunya / intonasinya tidak diwarnai oleh ucapan daerah setempat,
2) Tidak menggunakan unsur leksikal tertentu yang termasuk unsur leksikal tidak baku. Contoh
: bikin, gini, gitu, gimana, dan lain-lain.
3) Pemakaian awal me- dan ber- secara eksplisit dan consisten.
b) Kodifikasi pemakaian bahasa
Bahasa Indonesia memiliki ragam baku dan tidak baku. Kedua ragam bahasa tersebut masih
digunakan sesuai dengan situasi. Bahasa Indonesia baku digunakan dalam bidang :
„ Komunikasi resmi, contoh : bahasa Undang-Undang, peraturan pemerintah, nama lembaga
pemerintah, pengumuman resmi, surat-menyurat resmi, dan lain-lain.
„ Wacana teknis, contoh : karya ilmiah (paper, skripsi, tesis, disertasi), laporan kegiatan, usulan proyek,
lamaran pekerjaan, dan lain-lain.
„ Pembicaraan di depan umum, contoh : pidato, ceramah, khutbah, mengajar / kuliah diskusi / seminar,
rapat dinas, dan lain-lain.
„ Berbicara dengan orang dihormati, contoh : pejabat pemerintah, atasan, guru, orang tua, orang yang
belum dikenal, dan lain-lain.

5. Departemen yg dibentuk untuk menangani kesejahteraan pd sidang PPKI adalah


Berikut ini beberapa keputusan penting dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
1. Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang telah
dipersiapkan oleh Dokuritsu Junbi Coosakai (BPUPKI), yang kemudian dikenal dengan Undang-
Undang Dasar 1945.
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil presiden.
Pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi atas usul dari Otto
Iskandardinata.
3. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu presiden selama Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) belum terbentuk.

Pada hari berikutnya, tanggal 19 Agustus 1945 PPKI melanjutkan sidangnya dan berhasil memutuskan
beberapa hal berikut.
1. Pembagian wilayah, terdiri atas 8 provinsi.
a. Jawa Barat, gubernurnya Sutarjo Kartohadikusumo
b. Jawa Tengah, gubernurnya R. Panji Suroso
c. Jawa Timur, gubernurnya R.A. Suryo
d. Borneo (Kalimantan), gubernurnya Ir. Pangeran Muhammad Noor
e. Sulawesi, gubernurnya Dr. G.S.S.J. Sam Ratulangi
f. Maluku, gubernurnya Mr. J. Latuharhary
g. Sunda Kecil (Nusa Tenggara), gubernurnya Mr. I. Gusti Ktut Pudja
h. Sumatra, gubernurnya Mr. Teuku Mohammad Hassan
2. Membentuk Komite Nasional (Daerah).
3. Menetapkan 12 departemen dengan menterinya:
a. Departemen Dalam Negeri dikepalai R.A.A. Wiranata Kusumah
b. Departemen Luar Negeri dikepalai Mr. Ahmad Subardjo
c. Departemen Kehakiman dikepalai Prof. Dr. Mr. Supomo
d. Departemen Keuangan dikepalai Mr. A.A Maramis
e. Departemen Kemakmuran dikepalai Surachman Cokroadisurjo
f. Departemen Kesehatan dikepalai Dr. Buntaran Martoatmojo
g. Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan dikepalai Ki Hajar Dewantara
h. Departemen Sosial dikepalai Iwa Kusumasumantri
i. Departemen Pertahanan dikepalai Supriyadi
j. Departemen Perhubungan dikepalai Abikusno Tjokrosuyoso
k. Departemen Pekerjaan Umum dikepalai Abikusno Tjokrosuyoso
l. Departemen Penerangan dikepalai Mr. Amir Syarifudin
·
Sedangkan 4 menteri negara yaitu:
a. Menteri negara Wachid Hasyim
b. Menteri negara M. Amir
c. Menteri negara R. Otto Iskandardinata
d. Menteri negara R.M Sartono

Di samping itu diangkat pula beberapa pejabat tinggi Negara yaitu:


a. Ketua Mahkamah Agung, Dr. Mr. Kusumaatmaja
b. Jaksa Agung, Mr. Gatot Tarunamihardja
c. Sekretaris negara, Mr. A.G. Pringgodigdo
d. Juru bicara negara, Soekarjo Wirjopranoto
Sidang PPKI yang ketiga tanggal 22 Agustus 1945 memutuskan:

1. Pembentukan Komite Nasional


2. Membentuk Partai Nasional Indonesia
3. Pembentukan Badan Keamanan rakyat

6. Teori Corgan & Dercott


Warganegara dan kewarganegaraan merupakan dua hal yang berkaitan. John J Cogan dan Ray Derricott
membuat definisi kedua hal tersebut secara berkesinambungan bahwa: Warganegara adalah anggota
syah dari suatu masyarakat, sedang kewarganegaraan adalah seperangkat karakteristik dari seorang
warganegara. Dalam definisi lain dikatakan, bahwa Kewarganegaraan merupakan keanggotaan dalam
komunitas politik (yang dalam sejarah perkembangannya di awali pada negara kota polis, namun sekarang
telah berkembang pada keanggotaan suatu negara). Kewarganegaaan membawa implikasi pada
kepemilikan hak untuk berpartisipasi dalam politik. Orang yang telah menjadi dan memiliki keanggotaan
penuh disebut Citizen.

Cogan dan Derricott (1998) mengidentifikasi adanya 5 (lima) atribut kewar ganegaraan ( The five attributes
of citizenship), yakni:

1). Sense of identity (perasaan identitas)

2). The enjoyment of certain rights (pemilikan hak-hak tertentu)

3). The fulfiment of corresponding obligations (pemenuhan kewajiban-kewajiban yang sesuai)

4). A degre of intterest ang involvement in public affair (tingkat ketertarik-an dan keterlibatan dalam
masalah publik)

5).An acceptance of basic social values (penerimaan terhadap nilai-nilai sosial dasar)
Era perjuangan kemerdekaan

Pimpinan Jumlah
No Nama Kabinet Awal masa kerja Akhir masa kerja Jabatan
Kabinet personel

2 14
1 Presidensial Ir. Soekarno Presiden 21 orang
September 1945 November 1945

14 Perdana
2 Sjahrir I 12 Maret 1946 Sutan Syahrir 17 orang
November 1945 Menteri

Perdana
3 Sjahrir II 12 Maret 1946 2 Oktober 1946 Sutan Syahrir 25 orang
Menteri

Perdana
4 Sjahrir III 2 Oktober 1946 3 Juli 1947 Sutan Syahrir 32 orang
Menteri

Amir 11 Perdana
5 3 Juli 1947 Amir Sjarifuddin 34 orang
Sjarifuddin I November 1947 Menteri

Amir 11 Perdana
6 29 Januari 1948 Amir Sjarifuddin 37 orang
Sjarifuddin II November 1947 Menteri

Mohammad Perdana
7 Hatta I 29 Januari 1948 4 Agustus 1949 17 orang
Hatta Menteri

19
* Darurat 13 Juli 1949 S. Prawiranegara Ketua 12 orang
Desember 1948

20 Mohammad Perdana
8 Hatta II 4 Agustus 1949 19 orang
Desember 1949 Hatta Menteri
Era demokrasi parlementer

Akhir masa Pimpinan Jumlah


No Nama Kabinet Awal masa kerja Jabatan
kerja Kabinet personel

20 6 Perdana
* RIS Mohammad Hatta 17 orang
Desember 1949 September 1950 Menteri

20 Susanto Pjs Perdana


9 Susanto 21 Januari 1950 10 orang
Desember 1949 Tirtoprodjo Menteri

6 Perdana
10 Halim 21 Januari 1950 Abdul Halim 15 orang
September 1950 Menteri

6 Mohammad Perdana
11 Natsir 27 April 1951 18 orang
September 1950 Natsir Menteri

Sukiman Perdana
12 Sukiman-Suwirjo 27 April 1951 3 April 1952 20 orang
Wirjosandjojo Menteri

Perdana
13 Wilopo 3 April 1952 30 Juli 1953 Wilopo 18 orang
Menteri

Ali Ali Perdana


14 30 Juli 1953 12 Agustus 1955 20 orang
Sastroamidjojo I Sastroamidjojo Menteri

Burhanuddin Burhanuddin Perdana


15 12 Agustus 1955 24 Maret 1956 23 orang
Harahap Harahap Menteri

Ali Ali Perdana


16 24 Maret 1956 9 April 1957 25 orang
Sastroamidjojo II Sastroamidjojo Menteri

Perdana
17 Djuanda 9 April 1957 10 Juli 1959 Djuanda 24 orang
Menteri
Era Demokrasi Terpimpin

Nama Pimpinan Jumlah


No Awal masa kerja Akhir masa kerja Jabatan
Kabinet Kabinet personel

18 Kerja I 10 Juli 1959 18 Februari 1960 Ir. Soekarno Presiden 33 orang

19 Kerja II 18 Februari 1960 6 Maret 1962 Ir. Soekarno Presiden 40 orang

13
20 Kerja III 6 Maret 1962 Ir. Soekarno Presiden 60 orang
November 1963

13
21 Kerja IV 27 Agustus 1964 Ir. Soekarno Presiden 66 orang
November 1963

22 Dwikora I 27 Agustus 1964 22 Februari 1966 Ir. Soekarno Presiden 110 orang

23 Dwikora II 24 Februari 1966 28 Maret 1966 Ir. Soekarno Presiden 132 orang

24 Dwikora III 28 Maret 1966 25 Juli 1966 Ir. Soekarno Presiden 79 orang

25 Ampera I 25 Juli 1966 17 Oktober 1967 Ir. Soekarno Presiden 31 orang

26 Ampera II 17 Oktober 1967 6 Juni 1968 Jend. Soeharto Pjs Presiden 24 orang

Era Orde Baru

Awal masa Akhir masa Pimpinan Jumlah


No Nama Kabinet Jabatan
kerja kerja Kabinet personel

27 Pembangunan I 6 Juni 1968 28 Maret 1973 Jend. Soeharto Presiden 24 orang

28 Pembangunan II 28 Maret 1973 29 Maret 1978 Jend. Soeharto Presiden 24 orang


29 Pembangunan III 29 Maret 1978 19 Maret 1983 Soeharto Presiden 32 orang

30 Pembangunan IV 19 Maret 1983 23 Maret 1988 Soeharto Presiden 42 orang

31 Pembangunan V 23 Maret 1988 17 Maret 1993 Soeharto Presiden 44 orang

32 Pembangunan VI 17 Maret 1993 14 Maret 1998 Soeharto Presiden 43 orang

Pembangunan
33 14 Maret 1998 21 Mei 1998 Soeharto Presiden 38 orang
VII

Era reformasi

Awal masa Akhir masa Jumlah


No Nama Kabinet Pimpinan Kabinet Jabatan
kerja kerja personel

Reformasi 26
34 21 Mei 1998 B.J. Habibie Presiden 37 orang
Pembangunan Oktober 1999

26
35 Persatuan Nasional 9 Agustus 2001 Abdurahman Wahid Presiden 36 orang
Oktober 1999

21 Megawati
36 Gotong Royong 9 Agustus 2001 Presiden 33 orang
Oktober 2004 Soekarnoputri

21 22 Susilo Bambang
37 Indonesia Bersatu I Presiden 37 orang
Oktober 2004 Oktober 2009 Yudhoyono

22 22 Susilo Bambang
38 Indonesia Bersatu II Presiden 38 orang
Oktober 2009 Oktober 2014 Yudhoyono
SEJARAH PEMILU DI INDONESIA

Hasil pemilihan umum Dewan Perwakilan Rakyat

Tahun Pemenang Tempat kedua Tempat ketiga

Partai Jumlah kursi Partai Jumlah kursi Partai Jumlah kursi


politik (dalam persen) politik (dalam persen) politik (dalam persen)

1955 PNI 57 (22.17%) Masyumi 57 (22.17%) NU 45 (17.51%)

1971 Golkar 360 (65.55%) NU 56 (21.79%) Parmusi 24 (9.33%)

1977 Golkar 232 (64.44%) PPP 99 (38.52%) PDI 29 (8.05%)

1982 Golkar 242 (67.22%) PPP 94 (26.11%) PDI 24 (6.66%)

1987 Golkar 299 (74.75%) PPP 61 (15.25%) PDI 40 (10%)

1992 Golkar 282 (70.5%) PPP 62 (15.5%) PDI 56 (14%)

1997 Golkar 325 (76.47%) PPP 89 (22.25%) PDI 11 (2.75%)

1999 PDIP 153 (33.12%) Golkar 120 (25.97%) PPP 58 (12.55%)

2004 Golkar 128 (23.27%) PDIP 109 (19.82%) Demokrat 55 (10%)

2009 Demokrat 150 (26.79%) Golkar 107 (19.11%) PDIP 95 (16.96%)

2014 PDIP 109 (19.5%) Golkar 91 (16.3%) Gerindra 73 (13%)


Jumlah partai politik di Indonesia

Tahun Jumlah

1955 30

1971 10

1977

1982

1987 3

1992

1997

1999 48

2004 24

2009 44

2014 15
Komponen sistem pemilu

Pemilu Terbuka/tertutup Distrik/proporsional/campuran

1955 proporsional

1971

1977

1982

tertutup

1987 distrik

1992

1997

1999

2004

2009 terbuka campuran

2014

Pemilu 1955

Pemilu pertama dilangsungkan pada tahun 1955 dan bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan
Konstituante. Pemilu ini seringkali disebut dengan Pemilu 1955, dan dipersiapkan di bawah pemerintahan
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat
pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.
Landasan hukum Pemilu 1955 adalah Undan-undang Nomor 7 tahun 1953 yang diundangkan 4 April 1953.
Dalam UU tersebut, Pemilu 1955 bertujuan memilih anggota bikameral: Anggota DPR dan Konstituante
(seperti MPR). Sistem yang digunakan adalah proporsional.

Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

 Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal
29 September 1955, dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu,
 Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada
tanggal 15 Desember 1955.

Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia, Masyumi, Nahdlatul Ulama, Partai Komunis
Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia.

Pemilu 1971

Pemilu berikutnya diselenggarakan pada tahun 1971, tepatnya pada tanggal 5 Juli 1971. Pemilu ini adalah
Pemilu pertama setelah orde baru, dan diikuti oleh 9 Partai politik dan 1 organisasi masyarakat.

Pemilu ini dilakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilu dan Undang-undang
Nomor 16 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD.

Lima besar dalam Pemilu ini adalah Golongan Karya, Nahdlatul Ulama, Parmusi, Partai Nasional Indonesia,
dan Partai Syarikat Islam Indonesia.

Pada tahun 1975, melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar,
diadakanlah fusi (penggabungan) partai-partai politik, menjadi hanya dua partai politik (yaitu Partai Persatuan
Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia) dan satu Golongan Karya.

PPP: Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Perti dan Parmusi

PDI: Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan juga dua partai keagamaan Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan
Partai Katolik.

GOLKAR: sebelumnya bernama Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar. Partai GOLKAR
bermula dengan berdirinya Sekber GOLKAR pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden
Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis
Indonesia dalam kehidupan politik. Dalam perkembangannya, Sekber GOLKAR berubah wujud
menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu.
Hasil

Jumlah Jumlah
No. Partai Persentase
Suara Kursi

5. Golongan Karya (Golkar) 34.348.673 62,82 236

3. Partai Nahdlatul Ulama 10.213.650 18,68 58

8. Partai Nasional Indonesia (PNI) 3.793.266 6,93 20

4. Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) 2.930.746 5,36 24

2. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1.308.237 2,39 10

6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 733.359 1,34 7

1. Partai Katolik 603.740 1,10 3

9. Partai Islam (PERTI) 381.309 0,69 2

Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan


10. 338.403 0,61 0
Indonesia (IPKI)

7. Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) 48.126 0,08 0

Jumlah 54.669.509 100,00 360


Pemilu 1977

Dasar hukum Pemilu 1977 adalah Undang-undang No. 4 Tahun 1975. Pemilu ini diadakan setelah fusi partai
politik dilakukan pada tahun 1973. Sistem yang digunakan pada pemilu 1977 serupa dengan pada pemilu
1971 yaitu sistem proporsional dengan daftar tertutup.

1. Kabinet siapa yg TNI masuk pemerintahan??


Jumlah Personal Militer dalam Kabinet Awal Orba
JUMLAH % JUMLAH
KABINET
DEPARTEMEN MILITER NOMINAL
Ampera dan Eselon I 20 46,40 52
Pembangunan I dan Eselon I 18 39,17 41
Pembangunan II dan Eselon II 17 39,65 46
Pembangunan III dan Eselon 17 44,99 55
Jumlah Personal TNI dalam Kabinet Pembangunan
JUMLAH
KABINET UNSUR MILITER % MILITER
NOMINAL
Pembangunan I 8 34 23
Pembangunan II 6 24 25
Pembangunan III 15 45 33
Pembangunan IV 17 42 40
Pembangunan V 14 34 41
Pembangunan VI 10 24 42

2. RIS disusun oleh??


Naskah konstitusi Republik Indonesia Serikat disusun bersama oleh delegasi Republik Indonesia dan
delegasi BFO ke Konperensi Meja Bundar itu. Dalam delegasi Republik Indonesia yang dipimpin oleh Mr.
Mohammad Roem, terdapat Prof. Dr. Soepomo yang terlibat dalam mempersiapkan naskah Undang-
Undang Dasar tersebut. Rancangan UUD itu disepakati bersama oleh kedua belah pihak untuk
diberlakukan sebagai Undang-Undang Dasar RIS. Naskah Undang- Undang Dasar yang kemudian dikenal
dengan sebutan Konstitusi RIS itu disampaikan kepada Komite Nasional Pusat sebagai lembaga
perwakilan rakyat di Republik Indonesia dan kemudian resma mendapat persetujuan Komite Nasional
Pusat tersebut pada tanggal 14 Desember 1949. Selanjutnya, Konstitusi RIS dinyatakan berlaku mulai
tanggal 27 Desember 1949.
Dengan berdirinya negara Republik Indonesia Serikat berdasarkan Konstitusi RIS Tahun 1949 itu, wilayah
Republik Indonesia sendiri masih tetap ada di samping negara federal Republik Indonesia Serikat. Karena,
sesuai ketentuan Pasal 2 Konstitusi RIS, Republik Indonesia diakui sebagai salah satu negara bagian
dalam wilayah Republik Indonesia Serikat, yaitu mencakup wilayah yang disebut dalam persetujuan
Renville. Dalam wilayah federal, berlaku Konstitusi RIS 1949, tetapi dalam wilayah Republik Indonesia
sebagai salah satu negara bagian tetap berlaku UUD 1945. Dengan demikian, berlakunya UUD 1945
dalam sejarah awal ketatanegaraan Indonesia, baru berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa
berlakunya Konstitusi RIS, yaitu tanggal 27 Agustus 1950, ketika UUDS 1950 resmi diberlakukan.
3. yang merupakan latar belakang lahirnya Orde Baru adalah Lahirnya Orde Baru diawali dengan
dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret.1966. Dengan demikian, Surat Perintah11 Maret (Supersemar)
sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.
4. Orde Baru berusaha melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen dengan mewujudkan
1. Sikap mental yang positif untuk menghentikan dan mengoreksi segala penyimpangan atau
penyelewengan terhadap pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.
2. Masyarakat yang adil dan makmur, baik materiil maupun spiritual melalui pembangunan.
3. Sikap mental mengabdi kepada kepentingan rak'yat serta melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen.

5. Alasan mengapa moh. hatta tidak lagi menjadi wapres


 karena ada pasal dalam UUDS 1950 yang intinya wapres enggak boleh jadi perdana menteri.
 ketidaksukaan Bung Hatta kepada kebijakan Bung Karno yang sudah dianggap mengarah ke arah
kediktatoran.

6. Pemberantasan DI/TII itu program kabinet apa


Kabinet Ali Satroamijoyo I

7. penyimpangan UUD 45 antara thn 49-59 dan setelah demokrasi terpimpin


Awal Kemerdekaan
 Komite Nasional Pusat berubah fungsi dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi
kekuasaan legislatif yang ikut menentukan Garis-Garis Besar Haluan Negara, atas dasar Maklumat
Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945
 Adanya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi cabinet parlementer, setelah dikeluarkannya
Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945.
Masa UUDS 1950

 Negara RI hanya berstatus sebagai salah satu negara bagian, dengan wilayah kekuasaan daerah
sebagaimana dalam persetujuan Renville dan sesuai dengan bunyi pasal 2 Konstitusi RIS.
 UUD 1945 sejak tanggal 27 Desember 1949 hanya berstatus sebagai UUD negara bagian RI.
 Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi liberal.
 Berlakunya sistem parlementer yaitu pemerintahan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Pemerintahan dikepalai seorang Perdana Menteri, sedangkan Presiden sebagai Kepala Negara.
Sebagai akibat sistem parlementer, kabinet tidak mampu melaksanakan programnya dengan baik dan
dinilai negatif oleh DPR.
 Terjadinya pertentangan politik di antara partai-partai politik saat itu (yang bercorak agama, nasionalis,
kedaerahan dan sosialis, dengan system multipartai).

Masa Demokarsi Terpimpin


 Berlaku sistem kabinet parlementer
 Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat (pasal 83 ayat 1 UUDS 1950).
 Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk
keseluruhan maupun masingmasing untuk bagiannya sendiri-sendiri. (pasal 83 ayat (2) UUDS 1950).
 Presiden berhak membubarkan DPR, dengan ketentuan harus mengadakan pemilihan DPR baru
dalam 30 hari.
Masa Orde Lama
 Presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan legislatif (bersama DPR) telah
mengeluarkan ketentuan perundangan yang tidak ada dalam UUD 1945 dalam bentuk
penetapan presiden tanpa persetujuan DPR.
 Melalui Ketetapan No. I/MPRS/1960, MPR menetapkan pidato presiden 17 Agustus 1959
berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” (Manifesto Politik Republik Indonesia) sebagai
GBHN bersifat tetap. Hal ini tidak sesuai dengan UUD 1945.
 MPRS mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan
UUD 1945, karena DPR menolak APBN yang diajukan oleh presiden. Kemudian presiden
membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR), yang anggotanya diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden.
 Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955, karena DPR menolak APBN yang diajukan
oleh presiden. Kemudian presiden membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR), yang
anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
 Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri-menteri negara, termasuk pimpinan MPR
kedudukannya sederajat dengan menteri. Sedangkan presiden menjadi anggota DPA.
 Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi terpimpin.
 Berubahnya arah politik luar negeri dari bebas dan aktif menjadi politik yang memihak salah
satu blok.

Masa Orde Baru

 Dalam praktek pemilihan umum terjadi pelanggaran


 Ditetapkannya calon resmi partai politik dan Golkar dari keluarga presiden atau yang terlibat
dengan bisnis keluarga presiden, dan calon anggota DPR/MPR yang monoloyalitas terhadap
presiden (lahirnya budaya paternalisti /kebapakan dan feodal gaya baru).
 Tidak berfungsinya kontrol dari lembaga kenegaraan politik dan sosial, karena didominasi
kekuasaan presiden/eksekutif yang tertutup sehingga memicu budaya korupsi kolusi dan
nepotisme.
 Golkar secara terbuka melakukan kegiatan politik sampai ke desa-desa, sedangkan parpol
hanya sampai kabupaten.
 Ormas hanya diperbolehkan berafiliasi kepada Golkar.
 Berlakunya demokrasi terpimpin konstitusional
 Belum memadainya perundang-undangan tentang batasan kekuasaan presiden dan adanya
banyak penafsiran terhadap pasal-pasal UUD 1945.
 Tidak tegaknya supremasi hukum karena penegak hukum tidak konsisten, adanya mafia
peradilan, dan banyaknya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal ini tidak menjamin rasa
adil, pengayoman dan kepastian hukum bagi masyarakat.
 Ada penyimpangan sekurang-kurangnya 79 Kepres (1993-1998) yang dijadikan alat kekuasaan
sehingga penyelewengan terlindungi secara legal dan berlangsung lama (hasil kajian hukum
masyarakat transparansi Indonesia).
 Perekonomian nasional sebagaimana diamanatkan pasal 33 UUD 1945 tidak terpenuhi, karena
munculnya pola monopoli terpuruk dan tidak bersaing. Akses ekonomi kerakyatan sangat
minim.
 Keberhasilan pembangunan yang tidak merata menimbulkan kesenjangan antara yang kaya
dan miskin serta merebaknya KKN.
 Bercampurnya institusi negara dan swasta, misalnya bercampurnya jabatan publik, perusahaan
serta yayasan sehingga pemegang kekuasaan dan keuntungan menjadi pemenang serta
mengambil keuntungan secara tidak adil. Sebagai contoh kasus-kasus Kepres Mobil Nasional,
Institusi Bulog, subordinasi Bank Indonesia, dan proteksi Chandra Asri.
 Adanya korporatisme yang bersifat sentralis, ditandai oleh urbanisasi besar-besaran dari desa
ke kota atau dari daerah ke pusat. Korporatisme ialah sistem kenegaraan dimana pemerintah
dan swasta saling berhubungan secara tertutup satu sama lain, yang ciri-cirinya antara lain
keuntungan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir pelaku ekonomi yang dekat dengan
kekuasaan, dan adanya kolusi antara kelompok kepentingan ekonomi serta kelompok
kepentingan politik
 Perkembangan utang luar negeri dari tahun ke tahun cenderung meningkat.

1. RIS memiliki brp negara bagian


7, Negara Republik Indonesia (RI), Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur,
Negara Madura, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan
2. jumlah menteri di masa RIS = 16
3. moh.hatta mengundurkan diri tahun brp = 01 Desember 1956
4. nama gubernur pertama yang menjadi pahlawan
Soerjo (jawa Timur), Teuku Muhammad Hasan (sumatera), Sam Ratulangi (sulawesi)
5. Tgl pengesahan Piagam Jakarta secara yuridis = 18 Agustus 1945
6. draft piagam jakarta diterima bpupki tgl brapa = 14 Juli 1945
7. pemilihan secara langsung pertama kali, pada saat orde baru = 1971
8. Lembaga negara yang dibuat tahun 1960
MPR, Jumlah anggota MPRS pada waktu dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 199 Tahun
1960 berjumlah 616 orang yang terdiri dari 257 Anggota DPR-GR, 241 Utusan Golongan Karya, dan 118
Utusan Daerah.
9. jaman uuds tg memimpin kebijakan keamanan tertinggi.
Pasal 127, Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Perang Republik Indonesia.
10. Pasal dalam Kontsitusi RIS tentang Presiden:
Ketentuan pasal 118 Konstitusi RIS berbunyi, “Presiden tidak bisa diganggu gugat;
Pasal 85 Presiden mengangkat Ketua Senat
11. tokoh eksponen 66 = rosihan anwar, fahmi idris, Sofyan wanandi
12. isi maklumat no 3 tahun 1975
fusi (penggabungan) partai-partai politik, menjadi hanya dua partai politik (yaitu Partai Persatuan
Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia) dan satu Golongan Karya (Golkar)
13. Golkar tahun 1982 mendapat suara berapa 48.334.724 (64.34 %)
14. Pemilu 2014 PDIP perolehan suara berapa 23.681.471 (18,95%)
15. kapan kebiasaan disebut konvensi
Oleh karena kebiasaan demikian telah diterima dan dilaksanakan, sehingga dianggap tidak bertentangan
dengan hukum
16. sasaran program utama kabinet pembangunan 1
pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui
proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil
pertanian.
17. fungsi kbijakan 'monoloyalitas' pd zaman orb
pemerintah menjadi lebih mudah menggunakan birokrasi sebagai alat untuk mencapai dan
mempertahankan kekuasaan.
18. uu no 11 th 2005 ttg apa
Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya
19. Zona batas Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut
12 mil diukur dari garis pangkal yang ditentukan sesuai dengan Konvensi ini.

20. batas laut indo itu brp mil dr daratan


Batas Laut Teritorial (BLT) adalah garis batas dasar laut dan tanah di bawahnya, dari daerah di bawah
permukaan laut yang terletak maksimal 12 mil dari gurun pangkal teritorialnya sepanjang kelanjutan
alamiah wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen

21. Tugas Bawaslu


mengawasi penyelenggaraanPemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bawaslu
ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Pasal 70 tentang Pemilihan Umum

Tugas dan wewenang wakil presiden:


 Bertanggungjawab penuh membantu presiden selama satu periode kepengurusan serta berwenang dalam
membantu menjalankan roda organisasi BEM KM UNDIP
 Menjalankan roda koordinasi dan komunikasi antar organ/perangkat kelembagaan BEMKM UNDIP
 Melakukan pengawalan issue / wacana di lingkungan internal kampus
 Sebagai koordinator dari komisi ahli
 Melakukan pemantauan dan pengarahan pelaksanaan kegiatan BEM KM UNDIP
 Membantu pelaksanaan fungsi dan tugas presiden, apabila presiden berhalangan

Pada masa orde baru, dikenal yang namanya lima paket undang-undang politik. Isinya antara lain
sebagai berikut:

UU No. 1 tahun 1985 tentang pemilihan umum

UU No. 2 tahun 1985 tentang susunan, kedudukan, tugas dan wewenang DPR/MPR

UU No. 3 tahun 1985 tentang Parpoil dan golongan karya

UU No. 5 tahun 1985 tentang referendum

UU No. 8 tahun 1985 tentang organisasi massa

Depolitisasi pd saat orde baru

indoktrinasi Ideologi Tunggal Pancasila yang dilancarkan melalui jalur pendidikan. Mereka yang pernah hidup
di masa “Orde Baru”, Ibu dan Ayah kita misalnya, pasti mengenal P4. Organisasi-organisasi yang berdiri di
masa “Orde Baru” pun tak boleh memiliki ideologi lain selain Pancasila. Akibatnya, rakyat semakin apolitis
karena juga memang tak ada lagi perdebatan-perdebatan ideologis yang bisa terjadi di masa itu dengan
aman-aman saja. Hal ini tentu saja jauh berbeda dengan masa sebelumnya, dimana perdebatan mengenai
ideologi politik adalah hal yang biasa terjadi dalam politik keseharian rakyat.

Selain itu, depolitisasi juga terjadi dibidang ilmu pengetahuan. “Orde Baru” menyingkirkan ilmu-ilmu sosial
yang berperspektif kritis, apalagi yang bernuansa “Marxis”, secara sistematis. Penyingkiran ilmu sosial
berperspektif kritis ini dilakukan secara sistematis diantaranya melalui universitas-universitas, tempat dimana
ilmu-ilmu sosial diproduksi. Universitas dijadikan tempat untuk mencetak sarjana-sarjana pendukung dan
penyokong rezim Orde Baru yang menekankan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik sebagai kunci
utama.

You might also like