Professional Documents
Culture Documents
4 Desember 2015
Abstrak
Performansi jaringan komunikasi seluler sistem LTE dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satu faktornya adalah coverage area dari Base Transceiver Station. Jauh dekatnya coverage area
ini dipengaruhi oleh power transmitter, frekuensi, spesifikasi perangkat, dan sudut kemiringan (tilt)
antena. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu perhitungan dan simulasi menggunakan
software Atoll untuk menentukan coverage area yang dihasilkan pada frekuensi 900 MHz dengan
model propagasi Okumura-Hatta dan ITU-R P.529, dan frekuensi 1800 MHz dengan model propagasi
Cost-231 Hatta dan Standard Propagation Model, serta mengubah tilt antena hingga 10º untuk
mengetahui perubahan jarak jangkauannya. Hasil yang didapatkan adalah pada frekuensi 900 MHz
model propagasi Okumura-Hatta menghasilkan jarak jangkauan yang lebih jauh dibandingkan
dengan model propagasi ITU-R P.529, dan pada frekuensi 1800 MHz Standard Propagation Model
menghasilkan jarak jangkauan yang lebih jauh jika dibandingkan dengan Cost-231 Hatta. Dengan
menambah sudut kemiringan (tilt) antena,maka jarak jangkauan yang dihasilkan semakin kecil.
Dengan perubahan sudut 10º jarak jangkauan pada frekuensi 900 MHz dan 1800 MHz berkurang
sebesar 3,491 km dan 1,606 km. Simulasi perencanaan yang dilakukan di Kota Semarang
memerlukan 15 site untuk mendapatkan coverage area yang menyeluruh dengan sistem jaringan
LTE 900 MHz.
Kata Kunci: Coverage area, model propagasi, tilt antena, Long Term Evolution, Atoll
Gambar 3. Grafik Perbandingan Jarak Jangkauan Antena Gambar 4. Grafik Perbandingan Jarak Jangkauan Antena
pada Frekuensi 1800 MHz Berdasarkan Perubahan Tilt Antena
banyak site untuk menutupi wilayah yang tidak [2] Hikmaturokhman, A., Wardhana, L. 2014.
terjangkau akibat adanya penghalang karena 4G Handbook. Jakarta
kontur ketinggian. Hal inilah yang me- Selatan: www.nulisbuku.com.
nyebabkan site yang diperlukan untuk men- [3] Dewi, K.L.K. 2014. Perencanaan
cakupi seluruh wilayah menjadi lebih banyak Coverage Pada Sistem Long Term
jika dibandingkan dengan perhitungan secara Evolution 700 Mhz di Kota Denpasar
teoritis saja yang mengabaikan kontur wilayah. (tugas akhir). Denpasar : Universitas
Jadi dari perencanaan yang telah dilakukan Udayana
dapat disimpulkan bahwa kontur wilayah saat [4] Primadasa, I.G.P.B. 2014. Perencanaan
melakukan perencanaan akan berpengaruh Coverage Jaringan LTE 1900 MHz Di
terhadap coverage area yang dihasilkan. Wilayah Kota Denpasar Dengan
Hasil perencanaan yang dilakukan, Kota Memperhitungkan Offered Bit Quantity
Semarang telah tercakupi seluruhnya dengan (OBQ) (tugas akhir). Denpasar :
jaringan yang diinginkan. Walaupun masih Universitas Udayana
terdapat beberapa blank spot dikarenakan [5] Spectrum Planning Team. 2001.
Kota Semarang merupakan kota yang memiliki Investigation of Modified Hata
ketinggian wilayah yang berbeda-beda, tetapi Propagation Models (spectrum planning
wilayah tersebut merupakan wilayah hutan report). Radiofrequency Planning Group
dan perbukitan yang sifatnya tidak urgent Australian Communications Authority
untuk mendapat coverage jaringan seluler. [6] Rani, M.S., Behara, S., Suresh, K. 2012.
Selain itu untuk memastikan wilayah tersebut Comparison of Standard Propagation
dikategorikan blank spot atau tidak, maka Model (SPM) and Stanford University
perlu dilakukan pengukuran langsung di- Interim (SUI) Radio Propagation Models
lapangan setelah melakukan realisasi peren- for Long Term Evolution (LTE). India :
canaan. Department of ECE, Chaitanya
Engineering College Visakhapatnam.
5. SIMPULAN [7] Kautsar, F.A. 2009. Optimasi Pelayanan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Jaringan Berdasarkan Drive Test. (tugas
pembahasan yang telah dilakukan adalah akhir). Jakarta: Universitas Indonesia.
sebagai berikut. [8] Fauzi, M.R., Sukiswo. 2014.
1. Pada frekuensi 900 MHz model propagasi Perencanaan Jaringan Lte (Long Term
Okumura-Hatta menghasilkan jarak jang- Evolution) Menggunakan Software Radio
kauan yang lebih jauh dibandingkan de- Planning (Atoll) (tugas akhir). Semarang :
ngan model propagasi ITU-R P.529, dan Universitas Diponegoro.
pada frekuensi 1800 MHz Standard
Propagation Model menghasilkan jarak
jangkauan yang lebih jauh jika dibanding-
kan dengan Cost-231 Hatta.
2. Perubahan sudut kemiringan antena
berpengaruh terhadap jarak jangkauan
yang dihasilkan, dimana semakin besar
tilt antena maka jarak jangkauan yang
dihasilkan akan semakin kecil. Dengan
perubahan sudut 10º jarak jangkauan
pada frekuensi 900 MHz dan 1800 MHz
berkurang sebesar 3,491 km dan 1,606
km.
3. Simulasi perencanaan yang dilakukan di
Kota Semarang memerlukan 15 site un-
tuk mendapatkan coverage area yang
menyeluruh dengan sistem jaringan LTE
900 MHz.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Purba, B.D., Santoso, I., Christyono, Y.
2008. Simulasi Prediksi Cakupan Antena
pada BTS (tugas akhir). Semarang :
Universitas Diponegoro