You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyakit hepatitis terbanyak disebabkan oleh virus. Ada banyak penyabab yang
dapat merusak organ hati. Hepatitis sering disebut juga dengan istilah penyakit
hati,sakit silver,atau sakit kuning. Namun, istilah sakit kuning dapat menimbulkan
keracunan karena tidak semua sakit kuning disebabkan oleh hati.
Siapapun pasti tidak ingin mengidap penyakit ini. Virus hepatitis sangat
berbahaya misalnya virus hepatitis B dan C dapat menyebabkan hepatitis kronis.
Selain itu juga dapat mengakibatkan kematian. Berat ringannya gejala yang timbul
dari penyakit hepatitisini tergantung dari ganasnya penyebab penyakit dan daya tahan
tubuh penderita.
Virus hepatitis merupakan penyebab terbanyak dari gangguan hati. Dari 7 jenis
virus hepatitisyang dikenal, hanya 3 diantaranya yang paling banyak menimbulkan
infeksi hati. Setiap jenis virus dapat merangsang terbentuknya antibody terhadap
partikel virus masing-masing.
Melihat hasil pengobatan penyakit ini dengan metode pengobatan modern masih
belum memuaskan. Angka kekambuhan yang cukup tinggi, efek samping yang berat,
dan harga obatyang sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar
penderita. Maka dari itu perlu adanya cara untuk pengobatan herbal yang lebih
terjangkau oleh penderita.
Oleh karena itu perlu adanya pengenalan kepada masyarakat tentang
pengobatan penyakit hepatitis dengan pengobata herbal. Seperti memperkenalkan
melalui buku-buku, ataupun majalah yang berisi tentang cara-cara pengobatan herbal
agar masyarakat atau penderita lebih mudah untuk mengobati penyakitnya dengan
pengobatan herbal.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa gejala hepatitis?
2. Apa penyebab hepatitis?
3. Apa jenis virus hepatitis?
4. Apa obat tradisional penyakit hepatitis?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dalam penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan tentang penyakit hati atau hepatitis bagi pembaca.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengobati dengan pengobatan herbal.
3. Untuk mengembangkan penulis mengungkap maksud pengarang yang terdapat dalam
karyanya. Sehingga pembaca betul-betul paham sesuai penghayatan yang dilakukan
pembaca.

1.4 Manfaat Penulisan


Untuk mendapatkan pengetahuan tentang cara pencegahan penyakit hati
atauhepatitis dengan pengobatan herbal.

1.5 Metode Penulisan


Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode. Hal
ini dimaksudkan untuk memperoleh teori yang diajarkan pada buku-buku yang
berkaitan dengan penulisan karya tulis serta mencari sumber-sumber yang ada pada
buku referensi.
Adapun dalam pegolahan data, metode yang dipakai adalah sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Mengambil pengertian dari buku yang sudah ada, dengan harapan karya tulis ini tidak
menyimpang dari pengertian yang sudah ada sebelumnya.
2. Metode Analisis Data
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan.
Yaitu, mengambil pengertian dari buku yang sudah ada dan mengambil data dari
internet untuk memperoleh data yang relevan. Dengan harapan karya tulis ini tidak
menyimpang dari pengertian yang sudah ada sebelumnya.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam menyusun karya tulis ini penulis membagi atas beberapa bab dan tiap-tiap
bab penulis bagi menjadi beberapa bagian. Adapun isi dari tiap-tiap bagian tersebut
adalah:
a. Bagian formalitas, terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto
dan persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
b. Bagain isi terdiri dari
BAB I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan
Penulisan , Metode Penulisan , Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori, meliputi pengertian hepatitis
BAB III Pembahasan meliputi: Gejala hepatitis, Penyebab Hepatitis, Virus hepatitis, Obat
tradisional penyakit hepatitis.
BAB IV Penutup meliputi: simpulan dan saran.
c. Bagian akhir, berisi daftar pustaka yang digunakan penulis dalam mencari resensi
buku.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Hepatitis


Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Secara populer juga
dikenal dengan sebutan penyakit hati, sakit silver, atau sakit kuning. Penyakit hepatitis
terbanyak disebabkan oleh virus. Berdasarkan perjalanan penyakitnya dibedakan
menjadi hepatitis akut dan hepatitis kronis. Disebut hepatitis kronis, bila penyakitnya
masih berlangsung setelah 6 bulan.
Dengan semakin berkembangnya pemeriksaan serologis-imunologis untuk
penyakit hepatitis virus, maka saat ini sudah dapat dideteksi 5 macam virus sebagai
penyebabnya. Kelima macam virus itu adalah hepatitis A (VHA), virus hepetitis B
(VHB), virus hepetitis C (VHC atau Non-A Non-B parenteral), virus hepatitis D (VHD),
dan virus hepatitis E (VHE atau Non-A Non-B enterik). Masih ada 2 jenis virus lagi
yaitu virus hepatitis G (VHG) dan virus hepatitis transfusion transmitet (VHTT).
Kedua jenis virus ini masih belum jelas benar kemampuannya dalam menimbulkan
penyakit dan perubahan patologi. Virus hepatitis F sekarang ini sudah diragukan
keberadaanya. Yang paling umum ditemukan adalah VHA, VHB, dan VHC.[1]
Kecenderungan meningkatnya jumlah penderita hepatitis terutama oleh virus, saat
ini sudah merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan
lebih baik. Hal ini disebabkan sebagian infeksi virus hepatitis akan menjadi kronis,
yang bisa berakhir dengan kematian akibat gagalnya fungsi ginjal.[2]

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gejala – gejala Hepatitis


Setiap proses peradangan akan menimbulkan gejala. Berat ringannya gejala
yang timbul tergantung dari ganasnya penyebab penyakit (patogenitas) dan daya tahan
tubuh penderita.
Secara umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium yang timbul akibat
proses peradangan hati akut oleh virus, yaitu masa tunas, fase prod moral, fase kuning,
dan fase penyembuhan.
1. Masa Tunas
Yaitu sejak masuknya virus pertama kali ke dalam tubuh sampai menimbulkan
gejala klinis. Masa tunas dari masing-masing penyebab virus hepatitis tidaklah sama.
Kerusakan sel-sel hati terutama terjadi pada stadium ini.
2. Fase Prodmoral (fase preikterik)
Fase ini berlangsung beberapa hari. Timbul gejala dan keluhan pada penderita
seperti badan terasa lemas, cepat lelah, lesu, tidak nafsu makan (anoreksia), mual,
muntah, perasaan tidak enak dan nyeri diperut, demam kadang-kadang menggigil,
sakit kepala, nyeri pada persendian (arthralgia), pegal-pegal diseluruh badan terutama
dibagian pinggang dan bahu (mialgia), dan diare. Kadang-kadang penderita seperti
akan pilek dan batuk, dengan atau tanpa disertai sakit tenggorokan. Karena keluhan
diatas seperti sakit flu, keadaan diatas disebut pula sindroma flu.
3. Fase kuning (fase ikterik)
Biasanya setelah suhu badan menurun, warna urine penderita berubah menjadi
kuning pekat seperti air teh. Bagian putih dari bola mata (sklera), selaput lendir langit-
langit mulut, dan kulit berubah menjadi kekuningan yang disebut juga ikterik. Bila
terjadi hambatan aliran empedu yang masuk kedalam usus halus, maka tinja akan
berwarna pucat seperti dempul, yang disebut faeces acholis.
Warna kuning atau ikterik akan timbul bila kadar bilirubin dalam serum melebihi 2
mg/dl. Pada saat ini penderita baru menyadari bahwa ia menderita sakit kuning atau
hepatitis. Selama minggu pertama dari fase ikterik, warna kuningnya akan terus
meningkat, selanjutnya menetap. Setelah 7-10 hari, secara perlahan-lahan warna
kuning pada mata dan kulit akan berkurang. Pada saat ini, keluhan yang ada
umumnya mulai berkurang dan penderitamerasa lebih enak. Fase ikterik ini
berlangsung sekitar 2-3 minggu. Pada usia lebih lanjut sering terjadi gejala hambatan
aliran empedu (kolestasis) yang lebih berat sehingga menimbulkan warna kuning yang
lebih hebat dan berlangsung lebih lama.
4. Fase penyembuhan (konvaselen)
Ditandai dengan keluhan yang ada dan warna kuning mulai menghilang. Penderita
merasa lebih segar walaupun masih mudah lelah. Umumnya penyembuhan sempurna
secara klinis dan laboratoris memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelahtimbulnya
penyakit.
Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai gejala klasik seperti diatas. Pada
sebagian orang infeksi dapat terjadi dengan gejala yang lebih ringan (subklinis) atau
tanpa memberikan gejala sama sekali (asimtomatik). Bisa jadi ada penderita hepatitis
yang tidak terlihat kuning (anikterik). Namun, ada juga yang penyakitnya menjadi
berat dan berakhir dengan kematian yang dinamakan hepatitis fulminan.
Hepatitis fulminan ditandai dengan warna kuning atau ikterus yang bertambah
berat, suhu tubuh meningkat, terjadi perdarahan akibat menurunnya faktor
pembekuan darah, timbulnya tanda-tanda ensefalopati berupa mengantuk, linglung,
tidak mampu mengerjakan pekerjaan sederhana, dan akhirnya kesadaran menurun
sampai menjadi koma. Kadar bilirubin dan transaminase (SGOT, SGPT) serum sangat
tinggi, juga terjadi peningkatan sel darah putih (leukositosis). Keadaan ini menandakan
adanya kematian (nekrosis) sel parenkim hati yang luas.

1.2 Penyebab Hepatitis


Sebenarnya hepatitis atau radang hati dapat disebabkan oleh berbagai macam
penyebab, seperti:
1. Virus (penyebab terbanyak)
2. Bakteri
3. Parasit
4. Obat-obatan
5. Bahan kimia alami atau sintetis yang merusak hati
6. Alkohol
7. Cacing
8. Gizi yang buruk
9. Autoimun

1.3 Jenis Virus Hepatitis


1. Hepatitis A
Virus hepatitis A (VHA) berbentuk partikel dengan ukuran 27 nanometer,
merupakan virus RNA dan termasuk golongan picornaviridae. Hanya terdapat satu
serotipe yang dapat menimbulkan penyakit hepatitis pada manusia. Virus ini sangat
stabil dan tidak rusak dengan perebusan singkat. Penggandaan atau replikasi terjadi
dalam sel epitel hati dan epitel usus.
Penyakit ini dahulunya dinamakan hepatitis infektiosa. Sampai sekarang
hepatitis A masih bersifat endemis dinegara berkembang sehubungan dengan
lingkungan dan sanitasi yang masih buruk. Pada daerah beriklim tropis seperti
indonesia, penyakit sering timbul selama musim hujan dan terutama menyerang anak-
anak dan dewasa muda.
Setiap tahun, tidak kurang dari 1,5 juta orang diseluruh dunia terinfeksi dengan
virus hepatitis A. Cara penularannya melalui jalur fekal-oral, yang berarti melalui
makanan dan minuman yang tercemar dengan virus ini, atau berhubungan erat dengan
penderita. Ini berarti infeksi sering terjadi pada lingkungan kumuh, dimana lalat dan
kecoa banyak ditemukan. Tidak seperti virus hepatitis B dan C, VHA hanya aktif
didarah dalam waktu yang singkat sehingga penularan melalui jalur inisangat jarang.
Sering ditemukan kerang sebagai pembawa virus.
Masa inkubasi berkisar antara 15-25 hari, rata-rata 30 hari. Setelah virus
hepatitis A masuk ke dalam tubuh, ia akan memperbanyak diri di dalam sel hati, dan
sebagian dari pada virus itu masuk ke kandung empedu untuk selanjutnya dialirkan ke
usus halus dan dikeluarkan melalui tinja. Melalui tinja inilah virus hepatitis A terbesar
kepada orang lain dengan bantuan lalat, kecoa, dan sebagiannya yang hinggap di
makanan dan minuman. Semua golongan usia dapat terserang penyakit ini. Penderita
umumnya akan sembuh sempurna serta tidak pernah menjadi kronis. Penyakit pada
fase akut umumnya 90% hadir tanpa gejala (asimptomatik) atau memberikan gejala
yang sangat ringan dan hanya sekitar 1% yang timbul kuning (ikterus). Gejala
penyakit pada anak umumnya tanpa gejala dan tidak kuning.
Pencegahan secara umum adalah dengan cara mengubah pola hidupmenjadi
lebih sehat dan bersih. Misalnya menjaga kebrsihan dan car makan yang sehat, seperti
mencuci tangan sesudh ke toilet sebelum menyiapkan makanan, atau sebelum makan.
Selain itu perlu diperhatikan kebersihan lingkungan sanitasi, pemakaian air bersih,
pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan, pembuatan sumur yang
memenuhi standar, mencegah makanan terkena lalat, memasak bahan makanan dan
minuman.

2. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius baik di dunia
maupun di Indonesia karena jumlah penderitanya yang semakin meningkat. Lebih dari
2 milyar penduduk dunia pernah terkena infeksi ini. Pada saat ini diperkirakan
terdapat sekitar 400 juta orang penduduk dunia yang mengidap HBsag. Dari jumlah
tersebut, diperkirakan penderita kronik karier terdapat 12,5 juta orang di Cina, 2,6
juta di Korea dan 1,7 juta di Jepang. Infeksi virus hepatitis B tidak hanya di negara-
negara Asia. Menurut tim hepatitis nasional angka kesakitan hepatitis B di Indonesia
berkisar antara 5-20%. Oleh kaena itu, Indonesia termasuk kelompok negara dengan
endemisitas sedang sampai tinggi. Ini berarti, infeksi VHB sudah banyak terjadi pada
saat kehamilan, bayi, dan masa anak-anak.
Seringkali infeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi virus tetap berada di dalam
tubuh dan infeksi kronis yang secara bertahap merusak sel-sel hati sehingga orang
bersangkutan terancam menderita firosis hati, bahkan kanker hati.
Diluar tubuh manusia, virus hepatitis B bisa hidup selama 7 hari.stabilitas VHB
terhadap desinfektan dan suhu tidak selalu sama dengan stabilitas HbsAg. Sifat
antigenik HbsAg akan rusak jika dipaparkan pada natrium hipoklorit 0,25% (pemutih)
selama 3 menit, tetapi memerlukan waktu 10 menit untuk menginaktifkan VHB. VHB
akan mati pada air mendidih 1000 C atau oleh zat kimia chlorox.
Hepatitis B dapat dicegah diantaranya, jangan menggunaka jarum suntik bekas,
peralatan tato, dan jarum akupuntur yang tidak steril. Hindarkan pemakaian bersama
peralatan pribadi seperti sikat gigi, pisau cukur dan peralatan lainnya yang dapat
menyebabkan kulit lecet dan luka.

3. Hepatitis C
Hepatitis C (VHC) termasuk kelompok Flaviviridae dan merupakan virus
envelopet RNA berantai tunggal dengan ukuran 50-60 nm. Virus ini sebelumnya
dikenal sebagai penyebab hepatitis non-A non-B (NANB) pasca transfusi. Virus ini
sangat bervariasi karena terdiri dari berbagai macam subtipe. Beberapa penelitian
terakhir menunjukkan bahwa VHC bukan saja merupakan penyebab terbanyak
hepatitis NANB pasca transfusi, tetapi juga sebagai penyebab dari kasus-kasus hepatitis
NANB sporadis atau didapat dari komunitas (community acquired) yang cara
infeksinya tidak jelas.
Hepatitis C terbesar diseluruh dunia. Tidak kurang dari 175 juta penduduk
dunia terinfeksi dengan virus hepatitis C. Dari segi epidemiologik, VHC merupakan
penyebab penyakit hati yang penting. Hal ini disebabkan selain menimbulkan hepatitis
akut, sebagian besar penderitanya yang mencapai 80% berlanjut menjadi hepatitis
kronik dan mengidap yang merupakan sumber infeksi. Sekitar 20% dari penderita
hepatitis yang menahun akan berkembang menjadi sirosis hati, yang sangat berpotensi
menjadi kanker hati dikemudian hari. Waktu rata-rata yang diperlukan untuk
berkembang menjadi sirosis hati adalah 17 tahun dan menjadi kanker hati dalam
waktu 20 tahun. Tidak seluruh penderita hepatitis C memberikan gejala. Hanya sekitar
40% penderita yang timbul keluhan. Keluhanpun umumnya ringan, tidak kuning
(anikterik), atau tidak memberikan gejala.
Virus hepatitis C belum terbukti onkogenik (menyebabkan timbulnya kanker).
Hal ini disebabkan VHC bukan virus DNA. Namun begitu, berdasarkan studi
epidemiologi retrospektif, penderita hepatitis C kronik setelah 20-30 tahun akan
berkembang menjadi kanker hati. Terjadinya kanker hati disebabkan sirosisnya. VHC
juga lebih cenderung bereplikasi di dalam sel hati dan menyebabkan infeksi persisten.
Selama infeksi kronik VHC-RNA titernya tinggi walaupun dapat berfluktuasi, antara
105-107 international unit (IU/mL).
Adanya perbedaan sekuen nukleotida pada genom VHC menjadi dasar
pengelompokan VHC dalam 6 genotipe yang berbagi dalam subtipe-suptipenya (1a, 1b,
1c, dst) yang masing-masing menunjukkan tampilan klinis yang berbeda seperti
beratnya penyakit, progresi ke sirosis dan kanker hati, atau respon terhadap
interferon.
Menurut pendapat ahli, virus hepatitis C mempunyai kemampuan untuk
menekan jumlah trombosit. Bila jumlah trombosit menurun maka keberhasilan
interferon untuk pengobatan hepatitis C juga menurun. Hal ini berhubungan dengan
tingkat fibrosis hati. Sirosis hati merupakan tingkat fibrosis hati yang paling berat.
Pencegahan yang dilakukan pihak medis adalah dengan melakukan uji saring donor
darah terhadap infeksi virus hepatitis C. Belum ada vaksinasi untuk mencegah
tertularnya VHC.

1.4 Obat Tradisional Penyakit Hepatitis


Tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional mempunyai aktifitas biologis
karena mengandung berbagai senyawa fitokimiayang dapat mempengaruhisel-sel
hidup suatu organisme. Pada mulanya obat yang berasal dari tunbuhan ini digunakan
dalam bentuk segar atau kering. Pengolahannya dengan cara direbus atau ditumbuk
dan air perasannya, atau dapat pula diseduh dengan air panas dan diminum setelah
dingin, atau dapat dimakan sebagai sayuran.
Dibawah ini terdapat macam-macam tumbuhan yang dapat mengatasi penyakit
hepatitis kronik baik dalam menurunkan nilai SGOT dan SGPT, menghambat proses
fibrosis, ataupun meningkatkan sistem imun tubuh yang dapat menyembuhkan
penyakit hati menahunnya. Sebagian dari obat tumbuhan tersebut telah terbukti
khasiatnya baik secara klinis maupun laboratoris.
Obat tradisional tersebut diantaranya adalah:
1. Temulawak
Rimpang temulawak segar seukuran ½ telapak tangan, dengan tebal sekitar 1 jari.
Bisa juga menggunakan rimpang temulawak yang sudah dikeringkan. Caranya,
rimpang dipotong-potong dengan tebal seukuran 0,5 cm lalu dijemur. Gunakan 3-9 g
temulawak kering.

Cara pemakaian: rimpang temulawak segar dikupas kulitnya, potong-potong tipis,


lalu dicuci bersih. Bila menggunakan rimpang kering, langsung dimasukkan panci,
rebus dengan 3 gelas air sampai air tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum
sekaligus. Ampasnya bisa direbus sekali lagi dan diminum pada sore hari.

Catatan:
a. Temulawak rasanya pedas, pahit, sifatnya dingin, masuk meridian hati, jantung, dan
kandung empedu.
b. Jangan minum air perasan temulawak mentah karena dalam keadaan mentah patinya
bisa mengganggu fungsi ginjal.

2. Semanggi Gunung
Seluruh tanaman semanggi gunung yang masih segar sebanyak 30-60 g.

Cara pemakaian: herba semanggi gunung yang baru dikumpulkan dicuci bersih lalu
dimasukkan ke dalam panci. Tambahkan air dan arak ketan sama banyak sampai
seluruh tanaman obat ini terendam, lalu ditim. Setelah dingin airnya diminum,
semanggi gunungnya boleh dimakan. Lakukan 2 kali sehari, selama 3-5 hari.

Catatan:
a. Herba ini rasanya manis sedikit pedas, digunakan untuk pengobatan hepatitis infeksi
yang disertai kuning (ikterik), sisoris hati, perut membuncit berisi cairan (asites), dan
batu empedu.
b. Efek samping yang mungkin terjadi berupa penurunan jumlah sel darah putih
(leukopenia). Bila pemakaiannya dihentikan, maka jumlah sel darah putih akan
kembali normal.

3. Bunga Pecut Kuda


Bunga berikut tangkai bunga pecut kuda segar sebanyak 5-10 tangkai.

Cara pemakaian: bunga berikut tangkai bunga setelah dipotong dari tanamannya
lalu dicuci bersih. Potong-potong seperlunya kemudian direbus dengan 3 gelas air
bersih sampai tersisa 1 gelas. Tambahkan gula batu secukupnya. Setelah dingin
disaring lalu diminum. Lakukan setiap hari sampai sembuh.

Catatan:
a. Simplisia ini rasanya pahit, sifatnya dingin. Khasiat tanaman obat ini sebagai anti
radang, menyebabkan keguguran (abortif), dan memperbanyak produksi urine.
b. Pecut kuda digunkan untuk pengobatan hepatitis A.
c. Wanita hamil yang terinfeksi virus hepatitis A dilarang minum rebusan obat ini karena
dapat menyebabkan keguguran.

4. Buah Tomat
Buah tomat yang sudah masak sebanyak 2 buah.

Cara pemakaian: buah tomat dicuci lalu dipotong-potong. Selanjutnya direbus


sebentar dalam air mendidih, lalu dilumatkan atau dijus. Bila bukan penderita kencing
manis (diabetes) boleh tambahkan gula pasir sesuai selera. Setelah dingin lalu diminum.
Lakukan 2 kali sehari.

Catatan:
a. Buah tomat rasanya manis, asam, sifatnya sejuk. Berkhasiat meredakan demam
(antipiretik), menyejukkan darah, penewar racun (detoksikan), meningkatkan
produksi air liur, merangsang keluarnya enzim lambung,melancarkan aliran empedu,
antiseptik usus.
b. Kandungan chlorine dan sulfur pada buah tomat adalah trace mineral yang
berkhasiat detosikan. Chlorine alamiah dari buah tomat akanmenstimulir kerja hati
untuk membuang racun tubuh.

5. Alang-alang
Akar alang-alang sebanyak 15-30 g (30-60 g bila menggunakan akar segar).

Cara pemakaian: akar alang-alang dipotong-potong seperlunya lalu dicuci bersih.


Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring dan
diminum airnya. Dibagi 2 kali minum. Minumlah pagi dan sore hari, masing-masing ½
gelas. Lakukan secara teratur selama 10 hari.

Catatan:
a. Akar alang-alang rasanya manis, sifatnya sejuk, akar alang-alang digunakan untuk
pengobatan hepatitis akut menular (Hepatitis A), sakit kuning, atau pada sirosis hati
yang disertai pendarahan saluran cerna.
b. Dilaporkan dari 28 penderita hepatitis A akut, 21 penderita sembuh dengan rebusan
100 g akar alang-alang segar setiap hari. Seluruh gejala dan keluhan menghilang dalam
waktu 45 hari.
c. Simplisia ini jangan diberikan pada penderita yang fungsi lambungnya dan banyak
kencing.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Dari pembahasan diatas penulis paparkan di atas, maka penulis dapat mengambil
simpulan sebagai berikut:
1. Hepatitis merupakan salah satu penyakit yang cukup ganas dan perlu diwaspadai
karena penyakit kronis hepatitis juga dapat menimbulkan kematian.
2. Penderita perlu mengetahui penyebab dan gejala hepatitis.
3. Secara umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium, yaitu masa tunas, fase prod
moral, fase kuning, dan fase penyembuhan.
4. Pengobatan secara tradisional lebih aman dilakukan penderita karena bahan-bahan
yang digunakan alami tanpa bahan kimia, dan hasilnya juga sudah terbukti.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mempunyai beberapa saran diantaranya
yaitu:
1. Agar pembaca dapat mengenali penyakit hepatitis dan cara pengobatannya dengan
obat tradisional.
2. Kita harus selalu menjaga kesehatan dimanapun kita berada.
3. Diharapkan manusia bisa mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT karena
telah diberi kesehatan.

4.3 Kata Penutup


Alhamdulillah karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada
hambatan yang berarti. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat
kekurangan. Maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini. Hanya kepada Allah SWT
penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, Setiawan. 2005. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta :


Penebar Swadaya.
Husadha, Yast. 2004. Fisiologi dan Pemeriksaan Biokimiawi Hati. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=566443576. Diakses pada: 3 Januari 2012. (online)

[1] Dr. Setiawan Dalimartha, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan


Hepatitis.2005,Jakarta.Halaman 14
[2] Ibid, halaman 15

You might also like