You are on page 1of 11

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TB PARU

Disusun Oleh :
Annida Hasanah 16.IK.459
Darmawati Kurniya 16.IK.464
Fahmi Riduan 16.IK.468
I Putu Suparlika 16.IK.472
Kadek Dian Purwata 16.IK476
Mellysa 16.IK.482
Nur Alisa 16.IK.487
Salivahana Adhitya 16.IK492
Siti Nabella Elma Q 16.IK.497
Yumi Baida Rahmah 16.IK.501

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2018
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN TB PARU

A. PENGKAJIAN
Identitas diri
1. Identitas Klien
Nama klien :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku :
Status perkawinan :
Alamat :
Sumber informasi :
Diagnosa Medis :
2. Penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
Hubungan dengan klien :

B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama
Diisi tentang keluhan yang dirasakan klien pada saat klien masuk rumah
sakit dan pada saat melakukan pengkajian di kontak pertama (pertemuan
pertama) dengan klien
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang
Disi tentang perjalanan penyakit klien, dari pertama kali keluhan dirasakan
klien saat di rumah, usaha untuk mengurangi keluhan (diobati dengan apa,
dibawa ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lain), sampai dibawa
kerumah sakit dan menjalani perawatan.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu
Diisi tentang riwayat kesehatan klien sebelum skit yang dialaminya
sekarang, diagnosis medis penyakit yang pernah diderita, apakah dulu
pernah mengalami keluhan yang sama dengan yang dirasakan sekarang,
atau pernah menderita penyakit/didiagnosa suatu penyakit sebelumnya
4. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga
Diisi tentang riwayat kesehatan keluarga, adakah anggota keluarga yang
pernah atau sedang mengalami sakit seperti yang klien alami sekarang.
Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit yang berhubungan
dengan sakit yang diderita klien sekarang. Adakah anggota keluarga yang
menderita penyakit menular (hepatitis, TBC,dsb) atau penyakit
keturunan/genetic (hipertnsi, Diabetes Militus, dsb)

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Tanda-tanda vital
Nadi :
Suhu :
Tekanan Darah :
Pernafasan :
b. Antropometri
Berat Badan :
Tinggi Badan :
𝐵𝐵 𝑘𝑔
IMT :
𝑇𝐵 𝑚 ²

Ket : <18,4 = Berat badan kurang


18,5-24,9 = Berat badan ideal
25-29,9 = Berat badan lebih
30-39,9 = Gemuk
>40 = Sangat gemuk
c. Tingkat Kesadaran
Keadaan umum :
Kesadaran :
Tinggi Badan :
Berat Badan :
2. Kulit
Diisi tentang data hasil pengkajian sistem integument/kulit, keadaan
umum kulit, kebersihan, integritas kulit, tekstur, kelembaban, adanya
ulkus/luka, turgor kulit, warna kulit dan bentuk kelainan lain dari kulit
3. Kepala dan Leher
Diisi tentang data hasil pengkajian daerah kepala, distribusi rambut,
keadaan umum kepala, kesimetrisan, adanya kelainan pada kepala secara
umum.
Pengkajian leher yaitu adanya pelebaran vena jugularis, pembesaran
kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, ketebatasan gerak leher dan
kelainan lain.
4. Penglihatan dan Mata
Diisi tentang data hasil pengkajian daerah mata dan fungsi system
penglihatan, keadaan mata secara umum,konjungtiva (apakah anemis,
jaundice, peradangan atau trauma), adanya banormalitas pada
mata/kelopak mata, visus, daya akomodasi mata, penggunaan alat bantu
penglihatan, kelainan/gangguan saat melihat/membaca)
5. Penciuman dan Hidung
Diisi tentang data hasil pengkajian daerah hidung dan fungsi system
penghidu/penciuman, keadaan umum hidung, jalan nafas/adanya sumbatan
pada hidung, polip, peradangan, secret/keluar darah/pus, kesulitan
bernafas, cuping hidung/adanya kelainan bentuk dan kelainan lain
6. Pendengaran dan Telinga
Diisi tentang data hasil pengkajian daerah telinga dan fungsi sistem
pendengaran, keadaan umum telinga, gangguan saat mendengar,
penggunaan alat bantu dengar, adanya kelainan bentuk dan kelainan lain
7. Mulut dan Gigi
Diisi tentang data hasil pengkajian mulut dan fungsi organ pencernaan
bagian atas, keadaan umum mulut dan gigi, gangguan menelan, adanya
peradangan pada mulut (mukosa mulut, gusi, faring), adanya kelainan
bentuk atau kelaianan lain.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Inspeksi : biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya
penurunan proporsi diameter lateral. Jika ada efusi pleura
maka adanya ketidaksimetrisan rongga dada dan
pelebaran ICS pada sisi yang sakit . jika pasien terdapat
komplikasi melibatkan kerusakan luas pada parenkim
paru biasanya klien akan terlihat mengalami sesak nafas
dan peningkatan frekuensi nafas
Palpasi : biasanya pasien yang tidak memiliki komplikasi gerakan
dada saat bernapas biasanya normal seimbang antara
kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada pasien TB paru
dengan kerusakan parenkim paru yang luas
Perkusi : biasanya akan didapatkan suara sonor pada seluruh
lapang paru. Pada klien dengan TB paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi
redup sampai pekak pada sisi yang sesuai banyaknya
akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila disertai
pneumothoraks, maka didapatkan bunyi hipersonor
terutama jika pneumothoraks ventil yang mendorong
posisi paru ke sisi yang sehat.
Auskultasi : biasanya didapatkan bunyi nafas tambahan ronkhi pada
sisi yang sakit.
9. Abdomen
Inspeksi : keadaan umum abdomen, pergerakan nafas, adanya
benjolan, warna kulit.
Auskultasi : peristaltic usus per menit
Palpasi : adanya massa pada abdomen, turgor kulit, adanya asites
Perkusi : bunyi timpani, hipertimpani untuk perut kembung, pekak
untuk jaringan padat
10. Genetalia dan Reproduksi
Diisi hasil pengkajian tentang keadaan umum alat genitl dan fungsi system
reproduksi, kelainan pada bentuk anatomi dan fungsi genealia. Keluhan
dan gangguan pada sistem reproduksi.
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Diisi hasil pengkajian ektremitas atas dan bawah, rentang gerak, kekuatan
otot, kemampuan melakukan mobilisasi, keterbatsan gerak, adanya
trauma/kelainan pada kaki/tangan, insrsi infuse, keluhan/gangguan lain.

D. Kebutuhan Fisik, Psikologi Sosial dan Spiritual


1. Aktivitas dan Istirahat
Di rumah : kebiasaan, aktivitas, pola istirahat, gangguan aktivitas
Di RS : kemmpuan beraktivitas, gangguan aktivitas
2. Personal Hygiene
Di rumah : kebiasaan mandi, keramas, gosok gigi (personal hygiene)
Di RS : gambaran umum kebersihan klien, kemampuan untuk
perawatan diri.
3. Nutrisi
Di rumah : kebiasaan makan, pantangan, makanan yang bias menyebabkan
alergi
Di RS : pola makan, gangguan makan, diit yang diberikan.
4. Eliminasi (BAK dan BAB)
Di rumah : kebiasaan/pola BAB dan BAK, keluhan/gangguan saat
eliminasi
Di RS : pola BAB/BAK, perubahan pola eliminasi.
5. Seksualitas
Pola seksualitas, keluhan seksualitas
6. Psikososial
Hubungan klien dengan orang lain, hubungan klien dengan keluarga,
orang terdekat, hubungan klien dengan tenaga kesehatan, keadaan
psikologis klien, penerimaan dan harapan klien tentang penyaitnya,
pengetahuan klien tentang penyakitnya.
7. Spiritual
Kepercayaan klien terhadap tuhan, keyakinan klien tentang sakit yang
dideritanya.

E. Data Fokus
1. Data Subjektif : Biasanya diisi dengan data yang abnormal dari hasil
pengkajian yang telah dilakukan dan diklasifikasikan
sesuai dengan IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan
Auskultasi)
2. Data Objektif : Biasanya diisi dengan data yang abnormal dari hasil suatu
data yang didapat dari apa yang terlihat oleh perawat dan
data yang didapat dari suatu pemeriksaan.pengkajian yang
telah dilakukan dan diklasifikasikan sesuai dengan IPPA
(Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum (S-P-S)
Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan
tersebut akan ditemukan kuman BTA. Di samping itu pemeriksaan sputum
juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah
diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan di
lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk
mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non
produktif Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum,
pasien dianjurkan minum air sebanyak + 2 liter dan diajarkan melakukan
refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-obat
mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik
selama 20-30 menit. Bila masih sulit, sputum dapat diperoieh dengan cara
bronkos kopi diambil dengan brushing atau bronchial washing atau BAL
(bronchn alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara
bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka
sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum yang akan diperiksa hendaknya
sesegar mungkin. Bila sputum sudah didapat. kuman BTA pun kadang-
kadang sulit ditemukan. Kuman bant dapat dkcmukan bila bronkus yang
terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum yang
mengandung kuman BTA mudah ke luar.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3
batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000
kuman dalam 1 mil sputum Hasil pemeriksaan BTA (basil tahan asam) (+)
di bawah mikroskop memerlukan kurang lebih 5000 kuman/ml sputum,
sedangkan untuk mendapatkan kuman (+) pada biakan yang merupakan
diagnosis pasti, dibutuhkan sekitar 50 - 100 kuman/ml sputum. Hasil
kultur memerlukan waktu tidak kurang dan 6 - 8 minggu dengan angka
sensitiviti 18-30%.
a. Rekomendasi WHO skala IUATLD :
1) Tidak ditemuukan BTA dalam 100 lapang pandangan :negative
2) Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
3) Ditemukan 10-99 BTA : 1+
4) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 2+
5) Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 3+

2. Pemeriksaan tuberculin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan
sering digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan
infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji
tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun
75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat
bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang
spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai
sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji
mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan,
disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan
48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan
(indurasi) yang terjadi.

3. Pemeriksaan Rontgen Thoraks


Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu
lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum
pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru. Bila pemeriksaan
rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus mengenai
TB paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya berada di sekitar hilus.
Karakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque
yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas. Kriteria yang
kabur dan gambar yang kurang jelas ini sering diduga sebagai pneumonia
atau suatu proses edukatif, yang akan tampak lebih jelas dengan pemberian
kontras.
Pemeriksaan rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil
pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan
bakteri tuberkel terhadap obat antituberkulosis, apakah sama baiknya
dengan respons dari klien. Penyembuhan yang lengkap serinng kali terjadi
di beberapa area dan ini adalah observasi y

4. Terapi Farmakologi (Obat – obatan)


a. Inf NaCl 0,9% 20 tmp
b. Inf aminofel
c. Ranitidin 50 mg
d. Vit B-Comples tab
e. Curcuma tab
5. Analisa Data
No Data Sign dan Symton Etiologi Problem
1 DS : merupakan suatu data Penyebab dari Masalah atau
yang didapat dari pasien suatu keluhan keluhan yang
dirasakan pasien
DO : merupakan suatu
data yang didapat dari apa
yang terlihat oleh perawat
dan data yang didapat dari
suatu pemeriksaan.

You might also like