Professional Documents
Culture Documents
4) pasien asimtomatik
Tahap ini merupakan tahap perkembangan penyakit ginjal yang paling ringan, karena faal ginjal
masih dalam kondisi baik. Oleh karena itu, penderita juga belum merasakan gejala apapun. Bahkan, hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukan bahwa faal ginjal masih berada dalam batas normal.
Selain itu, kreatinin serum dan kadar BUN (blood urea nitrogen) masih berada dalam batas normal
dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal baru diketahui setelah pasien diberi beban kerja yang
berat, seperti tes pemekatan kemih dalam waktu lama atau melalui tes GFR dengan teliti.
Pada tahap ini, beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
Pada tahap ini, penderita masih dapat melakukan tugas-tugas seperti biasa, walaupun daya dan
konsentrasi ginjal menurun. Pengobatan harus dilakukan dengan cepat untuk mengatasi kekurangan
cairan, kekurangan garam, dan gangguan jantung. Selain itu, penderita juga harus diberi obat untuk
mencegah gangguan faal ginjal. Apabila langkah-langkah ini dilakukan dengan cepat dan tepat,
perkembangan penyakit ginjal yang lebih berat pun dapat dicegah.
Pada stadium ini, lebih dari 75% jaringan ginjal yang berfungsi telah rusak. Selain itu, kadar BUN dan
kreatinin serum juga mulai meningkat melampaui batas normal.
Pada tahap ini, beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
6) oliguria, dan
Pada stadium akhir, kurang lebih 90% massa nefron telah hancur. Nilai GFR 10% di bawah batas
normal dan kadar kreatinin hanya 5-10 ml/menit, bahkan kurang dari jumlah tersebut. Selain itu,
peningkatan kreatinin serum dan kadar BUN juga meningkat secara mencolok.
Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita tidak sanggup mempertahankan homeostatis cairan dan
elektrolit didalam tubuh. Biasanya, penderita menjadi oliguri (pengeluaran kemih kurang dari 500ml/hari
karena kegagalan glomerulus). Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita harus mendapatkan pengobatan
dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa awalnya penderita penyakit gagal ginjal tidak
menunjukan gejala apapun. Kemudian, penyakit ini berkembang secara perlahan-lahan. Kelainan fungsi
ginjal hanya dapat diketahui dari pemeriksaan laboratorium. Pada tahap ringan dan sedang, penderita
penyakit gagal ginjal kronik masih menunjukan gejala-gejala ringan, meskipun terjadi peningkatan urea
didalam darahnya.
Pada stadium ini, ginjal tidak dapat menyerap air dari air kemih, sehingga volume air kemih
bertambah. Oleh karena itu, penderita mengalami nokturia (sering berkemih pada malam hari). Selain itu,
penderita juga mengalami tekanan darah tinggi, karena ginjal tidak mampu membuang kelebihan garam
dan air. Hal inilah yang memicu penyakit stroke atau gagal jantung.
Lambat laun, limbah metabolik yang tertimbun didalam darah semakin banyak. Maka, penderita
menunjukan berbagai macam gejala, seperti mudah lelah, letih, kurang siaga, kedutan otot, kelemahan
otot, kram, anggota gerak seperti tertusuk jarum, dan hilangnya rasa pada daerah-daerah tertentu. Selain
itu, nafsu makan penderita menurun, merasa mual dan muntah, terjadi peradangan pada lapisan mulut
(stomatitis), rasa tidak enak dimulut, dan penderita mengalami penurunan berat badan dan malnutrisi.
Apabila tekanan darah tinggi, penderita akan kejang. Dan kelainan kimia darah menyebabkan kelainan
fungsi otak penderita (Muhammad, 2012).
D. Patofisiologi
Fungsi ginjal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah, sehingga
mengakibatkan terjadinya uremia dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produksi sampah maka gejala semakin berat (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Gangguan clearance renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi. Penurunan
laju filtrasi glomerulus dideteksi dengan memeriksa clearance kreatinin urine tampung 24 jam yang
menunjukan penurunan clearance kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum (Nursalam dan
Fransisca, 2008).
Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan hipertensi. Hipotensi dapat terjadi
karena aktivitas aksis renin angitensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
Kehilangan garam mengakibatkan risiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan
perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H⁺) yang berlebihan. Penurunan
sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu men sekresi ammonia dan mengabsorpsi natrium
bikarbonat (HCO3). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain terjadi (Nursalam dan Fransisca,
2008).
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel darah merah,
defisiensi nutrisi, dan kecendurungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama
dari saluran pencernaan. Eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sumsum tulang untuk
menhasilkan sel darah merah, dan produksi eritropoietin menurun sehingga mengakibatkan anemia berat
yang disertai keletihan, angina, dan sesak napas (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar serum kalsium dan
fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat, maka fungsi yang lain akan
menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka meningkatkan kadar fosfat serum,
dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi
parathormon, sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan
penyakit tulang. Demikian juga vitamin D (1, 25 dihidrokolekalsiferol) yang dibentuk di ginjal menurun
seiring perkembangan gagal ginjal (Nursalam dan Fransisca, 2008).
E. Manifestasi Klinik
Menurut Muhammad (2012), manifestasi klinik gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji adanya edema dengan a. Merupakan tanda-tanda lethargi cairan yang menambah
distensi vena jugolaris, kerja dari jantung dan menuju edema pulmoner dan gagal
dispnea, tachikardi, jantung.
peningkatan tekanan darah
crakles pada auskultasi.
b. Kaji kelemahan otot tidak
adanya reflek tendon dalam, b. Tanda-tanda hipernatremia dihasilkan dari tanda fungsi
kram abdomen dengan diare, tubular ginjal.
tidak teraturnya nadi.
c. Kaji kelemahan, kelelahan,
penurunan reflek tendon
d. Kaji kram otot, kaku atau c. Tanda-tanda hipertermia dihasilkan dari ketidakmampuan
gatal-gatal jari, ibu jari, nefron untuk memfiltrasi keluar Na.
perubahan dalam 10 hari.
d. Tanda-tanda hipokalsemia dihasilkan dari ketidakmampuan
e. Kaji kram otot parastesia ginjal untuk memetabolisme vitamin D diperlukan aibsorps
Ca dari intestinum.
f. Kaji nausea, muntah,
hipotensi, bradikardi dan e. Tanda-tanda hipokalsemia dihasilkan dari ketidakmampuan
perubahan reflek tendon ginjal untuk mengeluarkan fosfat.
dalam
f. Tanda-tanda dari hipermagnesia di hasilkan dari
g. Monitor intake dan output ketidakmampuan untuk mengeluarkan magnesium.
setiap 4-8 jam dengan
memperhatikan output di
bawah 30 ml/jam
h. Monitor tanda-tanda vital g. Ketentuan batas cairan jika terjadi oliguri.
setiap 4 jam untuk
meningkatkan tekanan darah
i. Monitor BUN, kreatinin,
asam urat
j. Monitor urinalisasi sampai
hematuria, penurunan h. Tanda-tanda peningkatan elektrolit
kreatinin clerence, ekskesi
elektrolit, penurunan gaya
berat khas dan ketidak
normalan lainnya.
k. Monitor elektrolit untuk K, i. Fungsi ginjal diketahui dan peningkatan BUN lebih dari 25
Na, Ca, Mg dan P tingkatkan. mg/dl dan kreatiniin lebih dari 1,5 mg/dl.
l. Kolaborasi pemberian obat j. Ketentuan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasi urine
diuretik, HCT ekskresi elekrolit dan kerusakan pada ginjal.
e. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : kecemasan tidak ada/hilang
Kriteria :
1. Klien mengungkapkan bahwa kecemasan berkurang
2. Tanda-tanda vital dalam ketentuan batas 140/90 mmHg, nadi 80-100 x/m, respirasi 16-20x/m.
3. Klien memperbaharuhi coping, terbukti dengan layaknya.
4. Tidak tampak melemah, murung.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat cemas, ekspresi verbal a. Rentang cemas dari sedang keberat,
perasaan tentang prognosa dan pengaruh tingkat cemas akan tinggi akan gatal
pada gaya hidup. beradaptasi kebiasan dan kemampuan
b. Kaji tingkat penggunaan mekanisme koping.
koping, kemampuan menjelaskan masalah.b. Kebiasaan pemecahan masalah
diperlukan untuk koping dengan penyakit
c. Kaji kepribadian, sumber untuk koping c. Sistem pendukung dan kekuatan
dengan stress dan kecemasan. kepribadian dapat membantu dalam
perkembangan kemampuan koping.
d. Berikan dukungan emosional ketika
d. Berikan informasi penerimaan tidak mengungkapkan, klien mengontrol
menyesuaikan/memutuskan sikap tanpa lingkungan.
perasaan kecewa, ketidak sadaran atau
marah.
e. Ciptakan lingkungan yang mencegah e. Penurunan kecemasan dengan
kecemasan, situasi kemajemukan. menghindari rangsangan tambahan.
f. Anjurkan teknik relaksasi seperti f. Mengurangi cemas dan meningkatkan
penyimpangan lingkungan, kegiatan istirahat dan ketenagaan.
relaksasi otot, musik.
g. Berikan informasi prognosa penyakit dan g. Dapat meningkatkan pemahanan ssakit
pengaruhnya perubahan gaya hidup dan petunjuk untuk diikuti
mengontrol gejala dengan pengobatan dan
keluhan obat berpantang.
h. Ajari koping memecahkan masalah dan
kemampuan komunikasi. h. Izinkan untuk pembebasan kecemasan
dengan komunikasi
i. Ajak partisipasi klien keluarga
mendukung kelompok dan konseling i. Berikan kebutuhan dukungan dan
perorangan untuk mengurangi stres/relsasi. informasi untuk membantu untuk
mengurangi stress.
f. Gangguan proses pikir berhubungan dengan terlalu memperhatikan penyakit dan pembatasan.
Tujuan : Proses pikir sempurna
Kriteria :
1. Klien mampu mengungkapkan pikiran yang rasional
2. Mampu meningkatkan peristiwa-peristiwa yang sudah lewat
3. Orientasi tempat, waktu dan orangMampu memutuskan suatu yang bersifat dua pilihan
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji luasnya gangguan kemampuan a. Efek sindroma uremik dapat terjadi
berpikir, memori dan orientasi perhatikan dengan kekacauan dan berkembang ke
lapangan perhatian perubahan kepribadian atau
ketidakmampuan untuk mengasimilasi
informasi dan berbartisipasi dalam
perawatan. Kewaspadaan terhadap
perubahan memberikan kesempatan
untuk evaluasi dan intervensi.
b. Membiarkan perbandingan untuk
b. Pastikan dari orang terdekat, tingkat mengevaluasi perkembangan/perbaikan
mental klien biasanya. gangguan
c. Beberapa perbaikan dalam mental
c. Berikan informasi orang terdekat tentang mungkin diharapkan dengan perbaikan
status klien kadar BUN, elektrolit dan PH serum yang
lebih normal
d. Meminimalkan rangsangan untuk
menurunkan kelebihan
d. Berikan lingkungan dan izinkan
sensori/peningkatan kekacauan saat
menggunakan televisi, radio dan
mencegah.
kunjungan.
e. Memberikan petunjuk untuk membantu
dalam pengenalan kenyataan.
e. Orientasi terhadap lingkungan orang dan
sebagainya, berikan kalender, jam, jendelaf. Konfrontasi potensial membuat reaksi
perlawanan dan dapat menimbulkan
keluar.
ketidakpercayaan klien dan
f. Hadirkan kenyataan secara singkat ringkas meningkatkan bahwa komunikasi akan
dan jangan menentang dengan pikiran dipahami/diingat.
yang logis.
g. Membantu dalam mempertahankan
kecemasan dan meningkatkan bahwa
g. Komunikasi/informasi/ instruksi dalam komunikasi akan dipahami/diingat
kalimat pendek sederhana. Tanyakan h. Membantu dalam mempertahankan
pertanyaan ya/tidak, ulangi penjelasan orientasi kenyataan dan dapat
sesuai keperluan menurunkan takut atau cemas.
h. Buat jadwal teratur sesuai yang i. Ganguan tidur dapat mengganggu
diharapkan kognitif lebih lanjut.
i. Tingkat istirahat adekuat dan tidak
menganggu periode teratur.
g. Gangguan pada eliminasi defekasi : konstipasi berhubungan dengan pembatasan makanan yang berserat
dan cairan
Tujuan : Eliminasi menjadi lancer
Kriteria :
1. Klien menyatakan dapat buang air besar
2. Feaces lembek
3. Tidak terdapat benjolan pada saat palpasi di bagian epigastrium bawah kiri.
INTERVENSI RASIONAL
a. Lakukan aktivitas yang cukup a. Membantu dalam melancarkan bolus dan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk feacese untuk keluar
pemberian nutrisi yang tinggi serat b. Dapat membant dalam usus dan dapat
melembabakan feacese yang keras
c. Kolaborasi dengan dokter pemberian
c. Dapat membantu melembabkan feacese
laksative
h. Kurang perawatan diri berhubungan dengna intoleren aktivitas
Tujuan : perawatan diri terpenuhi
Kriteria :
1. Berpartisipasi pada aktivitas sehari-hari
2. Personal hygiene terjaga
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan kemampuan pasien untuk a. Kondisi dasar akan menentukan tingkat
berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri. kekurangan/kebutuhan.
b. Berikan dengan aktivitas yang diperlukan.
c. Dorong dan gunakan tehnik penghematan b. Memenuhi kebutuhan dengan
energi, contoh duduk tidak berdiri; mandi mendukun partisipasi dan kemandirian
duduk; melakukan tugas dalam peningkatan pasien
bertahap. c.
Menghemat energi, menurunkan
kelelahan dan meningkatkan
d. Jadwalkan aktivitas yang memungkinkan kemampuan pasien untuk melakukan
pasien cukup waktu untuk menyelesaikan tugas.
tugas pada kemampuan paling baik d. Pendekatan yang tenang menurunkan
frustasi, meningkatkan partisipasi
pasien, meningkatkan harga diri.
i. Cedera, resiko tinggi terhadap (profil darah abnormal) penekanan produksi/sekresi eritroetin
berhubungan dengan penurunan produksi, gangguan faktor pembekuan; peningkatan kerapuhan kapiler.
Tujuan : Tidak mengalami tanda/perdarahan
Kriteria : Klien dapat mempertahankan/menunjukkan perbaikan nilai laboratorium
INTERVENSI RASIONAL
a. Perhatikan keluhan peningkatan a. Dapat menunjukkan anemia dan respon
kelelahan, kelemahan. Observasi jantung untuk mempertahankan aksigen
takikadi, kulit/membran mucosa pucat, sel.
dispnea dan nyeri dada. Rencanakan
aktivitas pasien untuk menghindari
kelelahan.
b. Awasi tingkat kesadaran dan prilaku
b. Anemia dapat menyebabkan hipoksia
serebral dengan perubahan mental,
c. Evaluasi respon terhadap aktivitas, orientasi dan respon prilaku.
kemampuan untuk melakukan tugas. c. Anemia menurunkan oksigenasi jaringan
Bantu sesuai kebutuhan dan buat jadwal dan meningkatkan kelelahan sehingga
untuk istirahat. memerlukan intervensi, perubahan
aktivitas dan istirahat.
d. Batasi contoh vaskuler, kombinasikan
tes laboratium bila mungkin. d. Pengambilan contoh darah
berulang/kelebihan dapat memperburuk
e. Observasi perdarahan terus menerus anemia
dari tempat penusukan, perdarahan/area
ekimosis karena trauma kecil, petekie; e. Pedarahan dapat terjadi dengan mudah
pembengkakan sendi atau membran karena kerapuhan kapiler/gangguan
mucosa, contoh perdarahan gusi, pembekuan dan dapat memperburuk
epitaksis berulang, hematemesis, anemia
melena dan urine merah/berkabut.
f. Hematemesis sekresi GI/darah feces
g. Berikan sikat gigi halus, pencukur f. Stres dan abnormalitas hemostatik dapat
elektrik; gunakan jarum kecil bila mengakibatkan perdarahan GI
mungkin dan lakukan penekanan lebih g. Menurunkan resiko perdarahan /
lama seteleah menyuntikan/penyusunan pembentukan hematoma.
vaskular.
j. Gangguan kebutuhan sexual berhubungan dengan gagal ginjal kronik
Tujuan : Kebutuhan sexual terpenuhi
Kriteria :
1. Klien dapat mengidentifikasi keterbatasan seksual yang disebabkan oleh masalah kesehatan (GGK)
2. Klien dapat mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon terhadap
keterbatasannya
3. Melaporkan adanya kepuasan dalam aktivitas seksual.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji faktor penyebab dan penunjang a. Untuk mengetahui tindakan apa yang
dapat dilakukan sesuai kondisi pasien.
b. Hilangkan atau kurangi faktor-faktor b. Untuk mengurangi masalah
penyebab bila mungkin
c. Berikan informasi yang tepat pada pasien
c. Keterangan dibutuhkan oleh klien dan
dan pasangan tentang keterbatasan fungsi pasangan bahwa penyakitnya (GGK) dapat
seksual yang disebabkan oleh keadan menyebabkan gangguan seksual agar klien
penyakit dan pasangan tidak cemas
d. Ajarkan modifikasi yang mungkin dalamd. Untuk mengurangi kelemahan dan
kegiatan menyesuaikan dengan kepuasan seksual tetap terpenuhi
keterbatasan akibat sakit e. Terapi medis dapat membantu kebutuhan
e. Berikan tujuan sesuai indikasi akan seksual.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Ny. Y.M
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kalawat jaga III
Agama : Kr. Protestsn
Suku / Kebangsaan : Ternate/Indonesia
Pendidikan : SMP
Stasus : Menikah
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 11 Juli 2014
Tanggal pengkajian : 14 Juli 2014
No. Med. Rec : 41.61.88
Diagnosa medis : Gagal Ginjal Kronik
2. Genogram
Ket.
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien
: Hubungan
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Mual dan Muntah
b. Riwayat keluhan utama
Mual dan muntah dirasakan pasien 1 hari SMRS, pasien muntah dengan frekwensi 6 kali
sehari, muntah berisi makanan dan minuman yang dimakan pasien, volume muntah 4 gelas
aqua sekali muntah, pasien juga merasa nyeri ulu hati, 1 hari SMRS, nyeri bersifat hilang
timbul dan diraskan 1 menit, pasien juga mengatakan badan terasa lemah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien tidak ada nafsu makan, badan terasa lemah serta mengalami susah tidur dan konstipasi
(+) mual(+), muntah (-),pucat (+), edema palpebra (+), turgor kulit jelek, bibir kering dan
pecah-pecah, poliuri dan nyeri tekan pada gaster (-), .
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Pasien menderita DM Tipe II sejak tahun 2011 begitu juga dengan Hipertensi. Pasien juga
menderita Hiperkolesterol, pasien meminum obat DM, HPT dan Hiperkolesterol dengan
teratur.
e. Riwayat Keluarga
Dikeluarga pasien hanya pasien yang menderita penyakit ini.
f. Pola Fungsi Kesehatan Menurut Marilynn E. Doengoes
a) Aktivitas/istirahat.
Kelelahan dan kelemahan, malaise, gangguan tidur/ Insomnia. Pasien beraktivitas di bantu
oleh orang lain baik dalam makan, minum, berjalan, ambulasi dan imobilisasi, mandi/wc.
b) Sirkulasi.
Riwayat hipertensi sejak tahun 2011, TD : 140/90 mmHg, N : 88x/m, CRT <3 detik.
c) Integritas Ego.
Pasien menerima penyakit yang ia derita saat ini, dan hubungan dengan keluarga berjalan dengan baik.
d) Eliminasi.
Pasien mengalami poliuri dengan frekwensi 14-16 x/hari, pasien juga mengalami konstipasi
dimana pasien terakhir kali BAB pada tanggal 13 juli 2014.
e) Makanan/cairan.
Penurunan nafsu makan, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (Pernapasan
ammonia). Pasien makan 3x/hari dengan menu Diit Protein(0,6 gr /kg/bb/hari) dan Diit kalori
(30ml/kg/bb/hari), makanan tidak dihabiskan (1/2 piring dihabiskan).
f) Neurosensori.
Kesadaran pasien compos mentis, konsentrasi baik, tidak ada penurunan fungsi saraf.
g) Nyeri/kenyamanan.
pasien tidak merasakan nyeri ulu hati dan nyeri kepala. Pasien merasa aman selama berada di
rumah sakit.
h) Pernapasan.
Pernapasan pasien 20x/m tidak ada ronkhi dan wheezing, batuk tidak ada.
i) Integumen
Turgor kulit pasien jelek dan wajah tampak pucat.
j) Seksualitas.
Pasien pada saat ini sudah tak dapat lagi melakukan aktivitas seks karena dalam keadaan sakit.
k) Interaksi sosial.
[asien sudah tak dapat lagi beraktivitas seperti biasa karena dalam keadaan sakit, pasien tidak
dapat lagi melakukan peran sebagai Ibu Rumah Tangga karena sakit.
l) Pembelajaran/penyuluhan.
Pasien memiliki riwayat DM, salah satu penyebab GGK adalah DM, pasien juga harus diberikan
pendidikan tentang diit Protein dan Kalori.
4. Pemeriksaan Fisik
a. KU : sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : TD :140/90 mmHg R : 20x/mnt
N : 88x/mnt S : 36,8°C
BB SMRS : 67kg BB saat di kaji : 64kg
b. Sistem Integumen
Pucat (+), kulit kering, turgor lambat
c. Kepala
Warna rambut hitam, penyebaran merata, rambut oval & kering
d. Mata
Penglihatan normal, konjungtiva anenis (+), sklera interik (-) edema palpera (+)
e. Telinga
Secret (+), pendengaran baik
f. Hidung
Secret (+), penciuman baik
g. Mulut & Faring
Keadaan mulut kering (+), bau mulut (+), bibir kering dan pecah-pecah (+), stomatitis (-)
h. Ekstremitas Atas : Pada tangan bagian kiri terpasang IVFD NaCl 0,9 %
i. Abdomen
Benjolan (-), pembesaran hepar (-), bu (+) normal
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik 14 Juli 2014
No. Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
1. Leukosit 11.500 /mm^3 4000-10.000
2. Eritrosit 3,60 10^6/mm^3 4,25-5,40
3. Hemoglobin 10,9 g/dL 12,0-16,0
4. Hematokrit 29,7 % 37,0-47,0
5. Trombosit 391 10^3/mm^3 150-450
Kimia klinik
6. GDS 235 mg/dL 70-125
7. Natrium Darah 129 meg/dL 135-152
8. Kalium Darah 3,74 meg/dL 3,5-4,5
9. Chlorida Darah 94 meg/dL 98-109
10. Kreatinin Darah 2,9 mg/dl 0,6-1,1
11 Ureum Darah 53 mg/dl 20-40
3. Terapi obat-obatan
a. Ranitidin 2 x 1 amp IV
b. Merocloporanide 3x1 amp IV
c. Amlodipine 10 mg 1-0-0
d. Asquidone 2x30 mg
e. Ciprofloxacin 1x400 mg IV
f. Simvastatin 10 mg 0-0-1
g. Captopril 3x25 mg
h. Kapsul garam 3x1
i. IVFD NaCl 0,9 20 gtt/ menit
ANALISA DATA
N
Data Etiologi Problem
o
1.
DS : Pasien mengatakan adanya Nefron yang terserang hancur Kelebihan
bengkak di kelopak mata, bibir Volume
kering dan pecah-pecah. Cairan
GFR
DO : (BUN & kreatinin ↗)
-adanya edema palpebra
-bibir kering, pecah-pecah dan bau
amoniak
-turgor kulit jelek
Retensi natrium
-kadar kreatinin 2,9
Mg/dl
-kadar Ureum Darah 53 mg/dl
Total CES ↗
Vol Interstisial ↗
Edema
Preload ↗
COP
Hb
suplai O2
anemia
Intoleransi Aktivitas
3 DS : pasien mengatakan tidak ada Nefron yang terserang hancur Gangguan
nafsu makan karena mual, pasien Nutrisi
juga mengatakan mengalami GFR Kurang
penurunan BB 3kg Dari
Do : (BUN & kreatinin ↗) Kebutuha
1. Selera makan pasien menurun, n Tubuh
makan 3x1 diit protein dan kalori
(1/2 piring dihabiskan)
Sindrom uremia
Gangguan keseimbangan
asam-basa
Nausea, Vomitus
Klasifikasi Data
DS :
1. Pasien mengatakan adanya bengkak di kelopak mata, bibir kering dan pecah-pecah.
2. Pasien mengatakan badan lelah dan lemah, malaise.
3. Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan karena mual dan berat badan menurun 3 kg.
DO :
1. adanya edema palpebra, bibir kering, pecah-pecah dan bau amoniak, turgor kulit jelek, kadar
kreatinin 2,9Mg/dl dan kadar Ureum Darah 53 mg/dl.
2. Pasien beraktivitas di bantu oleh orang lain baik dalam makan, minum, berjalan, ambulasi dan
imobilisasi, mandi/wc, HB 10,9 g/dl.
3. Selera makan pasien menurun, makan 3x1 diit protein dan kalori (1/2 piring dihabiskan)
3. Monitor
jumlah
darah
merah,
hematokri
t,
hemoglobi
n, jumlah
platelet
RBC
kurang
dari 6 juta
Hct
kurang
dari 20%
Hgb
kurang
dari 10
g/dl
R:
Penuruna
n
merupaka
n indikasi
suspek
anemia,
kehilanga
n darah.
4. Bantu
klien
ketika
diperluka
n dalam
pemenuha
n ADL
R: Menyi
mpan
energi dan
menguran
gi
tuntutan
5. Ajari klien
bagaiman
a untuk
merencan
akan
pembatasa
n untu
memodifi
kasi atau
meningkat
kan
aktivitas
yang
disetujui
pada
tingkat
toleransi
dan
tujuan
realistis.
R
: Izinkan
untuk
mengontr
ol pasien
ketika
mencapai
perkemba
ngan dan
menghind
ari
kelelahan
6. Anjurkan
pasien
hindari
aktivitas
atau
mengunak
an alat
(sikat gigi,
pisau
cukur)
yang
mungkin
menyebab
kan
trauma
pada
jaringan:
catat
setiap
perdaraha
n dari
mukosa
memar
berlebih
R
: Kecender
ungan
berdarah
menyebab
kan
hilangnya
darah
terutama
jaringan
7. kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
obat