Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
ZAKY MUBARAK
11.1029
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
2012
KONSEP TEORI
CARSINOMA KANDUNG KEMIH
A. Definisi
Bladder neoplasma atau kanker kandung kemih adalah jenis kanker yang berkembang
di daerah kandung kemih, organ berbetuk balon terletak di bagian panggul yang
menyimpang urin. Kebanyakan kanker ini diawali pada sel-sel yang melapisi bagian dalam
kandung kemih.
Kanker kandung kemih adalah papiloma yang tumbuh di dalam lumen kandung kemih,
meskipun pada pertumbuhannya mungkin menginfiltrasi sampai dinding kandung kemih
(Luckman and Sorensen, 1993).
Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma
maligna yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran
kemih dilapisi epithelium transisi. Neoplasma bermula seperti papiloma, karena itu setiap
papiloma dari kandung kemih dianggap pramalignansi dan diangkat bila diketahui.
Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang
lain adalah adenocarcinoma.
B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Tetapi penelitian telah
menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
1. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan
usia.
2. Merokok, merupakan faktor resiko yang utama.
3. Lingkungan pekerjaan. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker ini karena ditempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan
karsinogenik (penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit.
4. Infeksi, terutama infeksi parasit ( skistosomiasis).
5. Pemakaian siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan penyakit lainnya.
6. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat pada
orang Asia. Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
7. Riwayat keluarga, Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung
kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini.
C. Klasifikasi
Kanker kandung kemih terbagi dalam stadiumnya, dimana pembagian tersebut
didasarkan pada kedalaman penetrasi dan derajat diferensiasinya. Stadium dari kanker
kandung kemih diantaranya adalah:
1. Tingkat O : tumor terbatas pada mukosa
2. Tingkat A : tumor menembus mukosa
3. Tingkat B1 : tumor sudah melebihi setengah dari lapisan mukosa
4. Tingkat B2 : tumor menembus muscular tetapi tidak mencapai lemak
5. TingkatC :tumor menembus seluruh lapisan muscular tetapi tidak bermetastase, juga
tidak menembus jaringan sekitarnya
6. Tingkat D1 : bermetastase pada nodus limfe pelvis
7. Tingkat D2 : bermetastase pada pelvis
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk
menentukan operasi atau observasi:
a. T = pembesaran local tumor primer ditentukan melalui: pemeriksaan klinis, urografi,
cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau
tansurethral reseksi.
Tis : carsinoma in situ (pre invasif Ca)
Tx : cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
T0 : tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 : pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2 : pada pemeriksaan bimanual ada indurasi dari dinding buli-buli
T3 : pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang bergerak
bebas dapat diraba di buli-buli
T3a : invasi otot yang lebih dalam
T3b : perluasan lewat dinding buli-buli
T4 : tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a : tumor mengadakan invasi ke dalam prostat, uterus vagina
T4b : tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen.
b. N = pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe, pemerikssan klinis,
lymgraphy, urography, operatif.
BNx : minimal yang ditetapkan kelenjar limfe regional tidak dapat
ditemukan
N0 : tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar limfe regional
N1 : pembesaran tunggal kelenjar limfe regional yang homo lateral
N2 : pembesaran kontra lateral atau bilateral atau kelenjar limfe regional
yang multiple
N3 : massa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebas
antaranya dan tumor
N4 : pembesaran kelenjar llimfe juxta regional
c. M = metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh, pemeriksaan klinis,
toraks foto, dan tes biokimia.
Mx : kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya
metastase jauh, tidak dapat dilaksanakan.
M1 : adanya metastase jauh
M1a : adanya metastase yang tersembunyi pada saat tes biokimia
M1b : metastase tunggal dalam 1 organ yang tunggal
M1c : metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d : metastase dalam organ yang multiple
Type tumor didasarkan pada tipe selnya, tingkat anaplasia dan invasi:
a. Evidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell, anaplastik, invasi yang
dalam dan cepat metastasenya.
b. Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas uracus.
c. Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak laki-laki (adeloscent), infiltrasi, metastase
cepat dan biasanya fatal.
d. Primary malignant lymphoma, neuro fibroma dan pheochromacytoma, dapat
menimbulkan serangan hipertensi selama kencing.
e. Ca dari kulit, melanoma, lambung, paru dan mamae, mungkin mengadakan metastase ke
buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.
E. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya hidronefrosis dan hiroureter diawali dengan adanya hambatan
aliran urin secara anatomik maupaun fiisologi. Hambatan ini dapat terjadi dimana saja
sepanjang ginjal sampai meatus uretra. Peningkatan tekanan ureter menyebabkan
perubahan dalam filtrasi glomerulus, fungsi tubulus, dan aliran darah ginjal. Filtrasi
glomerulus (GFR) menurun dalam beberapa jam setelah terjadinya hambatan. Kondisi ini
dapat bertahan selam beberapa minggu, fungsi tubulus juga terganggu, berat dan durasi
kelainan ini tergantung pada berat dan durasi hambatan aliran. Hambatan aliran yang
singkat menyebabkan kelainan yang reversible sedangkan sumbatan kronis menyebabkan
atrofi tubulus dan hilangnya nefron secara permanen. Peningkatan tekanan ureter juga
tekanan balik piolovena dan pielolimfatik dalam duktus kolektivus, dilatasi dibatasi oleh
parenkim ginjal. Namun komponen di luar ginjal dapat berdilatasi maksimal.
Pada urogram, hidronefrosis dini merupakan gambaran kalik-kalik yang mendatar
(flatening). Sementara pada keadaan lanjut, memperlihatkan kalik-kalik berupa tongkat
(clubbing). Pada tingkat yang lebih parah terjadi distruksi parenkim dan pembesaran traktus
urinarius, kompresi papila, penipisan parenkim di sekitar kalises, dan dapat terjadi atrofi
korteks yang berjalan progresif dan akhirnya terbentuk kantung hidronefrotik (balloning).
Sementara pada USG, derajat hidronefrosis terbagi menjadi 3.:
1. Hidronefrosis ringan, memberikan gambaran hipoekoik di bagian tengah ginjal.
2. Hidronefrosis sedang, terlihat perlebaran peilokalikises yang sama baiknya seperti pada
urografi.
3. Hidronefrosis berat, tampak kalises berupa suatu zona bebas ekonomi yang lobulatet,
parenkim ginjal tidak jelas lagi.
G. Fokus Pengkajian
a. Laboratorium
1. Hb menurun karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gross atau micros hematuria/
2. Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus serta bakteri dalam urin.
3. Right Finger Tapping (RFT) normal
4. Limphopenia (N = 1490 – 2930)
b. Radiology
1. Excretory urogram, biasanya normal tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.
2. Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor.
3. Fractionated cystogram, adanya invasi tumor dalam dinding buli-buli.
4. Angiography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh limfe.
c. Cystocopy dan biopshy
1. Cystocospy hamper, selalu menghasilkan tumor.
2. Biopshy dari lesi selalu dikerjakan secara rutin.
d. Cystologi
Pengecatan sieman/papanicelaou pada sedimen urin terdapat transionil sel dari tumor.
Terapi
a. Operasi
1. Reseksi transurethral untuk single/multiple papiloma
2. Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II low grade
3. Total cystotomy dengan pengangkatan kel. Prostate dan urinary diversion untuk:
- Transurethral cel tumor pada grade 2 tau lebih
- Aquamosa cel Ca pada stage B-C
b. Radioterapy
1. Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV
dan stage B2-C.
2. Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads.
Penderita dievaluasi selama 2-4 minggu dengan interval cystoscopy, foto thoraks dan
IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi
tambahan 2000-3000 Rads selama 2-3 minggu.
c. Chemoterapi
Obat-obat anti kanker:
1. Citral, 5 fluoro urasil
2. Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5-
Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering
dipakai. Thiotepa dapat dimasukkan ke dalam buli-buli sebagai pengobatan topikal.
Klien dibiarkan menderita dehidrasi selama 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan
dengan theotipa dan obat dibiarkan dalam buli-buli selama 2 jam.
5. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal
(vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
6.
7. Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran
mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
Tindakan :
- Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare,
drainse luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
- Timbang berat badan jika diperlukan
- Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil
- Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada
pasien
- Anjurkan intake cairan sampai 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu
- Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka
bedah, adanya ekimosis dan pethekie
- Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah
Kolaboratif :
- Berikan cairan IV bila diperlukan
- Berikan therapy antiemetik
- Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder
dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
Tujuan :
- Pasien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
- Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
Tindakan :
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan
hal yang sama
- Jaga personal hygine pasien secara baik
- Monitor temperatur
- Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi
- Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur
Kolaboratif :
- Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets
- Berikan antibiotik bila diindikasikan
DAFTAR PUSTAKA