You are on page 1of 25

LAPORAN KEGIATAN

F.3 Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana

PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

Disusun Oleh:
dr. Antonius Setyo Wibowo

Puskesmas Cebongan Kota Salatiga


Periode Agustus 2018 – November 2018
Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2017 - November 2018
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

Laporan F.3 Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berenca

Topik:

Pelayanan Keluarga Berencana

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia
di Puskesmas Cebongan Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal, Oktober 2018

Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Antonius Setyo Wibowo dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

2
A. LATAR BELAKANG
Program Keluarga Berencana (KB) adalah program pembatasan jumlah anak,
yakni dua anak untuk setiap keluarga. Program tersebut ditujukan untuk
meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya.
Hal itu dapat dilakukan dengan memungkinkan wanita untuk merencanakan
kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat menghindari kehamilan
pada usia atau jumlah persalinan yang membawa bahaya dengan cara
menurunkan kesuburan.1
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk mendapatkan hal – hal objektif tertentu, seperti menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang memang diinginkan,
mengatur interval kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Menurut data WHO, setiap tahun lebih dari 600.000 wanita meninggal akibat
komplikasi kehamilan saat melahirkan, 99% kematian terjadi di negara
berkembang. Pencegahan dan penurunan angka kematian ibu merupakan
salah satu alasan diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana (KB).
Program keluarga berencana dapat menurunkan angka kematian ibu dalam
beberapa cara. Keluarga berencana dapat menyebabkan penurunan jumlah
kelahiran karena setiap kehamilan yang berkaitan dengan beberapa resiko
dapat dihindari. Keluarga berencana dapat mengurangi kehamilan yang tidak
tepat waktunya misalnya kehamilan pada wanita yang sangat muda dan pada
wanita yang sudah tua. KB membantu menurunkan jumlah kehamilan yang
tidak diinginkan karena kehamilan yang tidak diinginkan selalu menjadi
ancaman bagi kesehatan wanita.1
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa pada tahu 2013, estimasi jumlah
penduduk di Indonesia sebanyak 248,4 juta orang. Hal ini menempatkan
Indonesia sebagai negara ke – 5 dengan estimasi penduduk terbesar di dunia.
Di negara ASEAN, Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi
negara dengan penduduk terbanyak, jauh di atas 9 negara anggota lainnya.6
Berdasarkan Data Kementerian Kesehatan Indonesia (2016), Angka
Kematian Ibu (AKI) Indonesia tahun 2015 sebanyak 305 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. Pencegahan dan penurunan angka kematian ibu

3
merupakan salah satu alasan diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana
(KB). Program keluarga berencana dapat menurunkan angka kematian ibu
dalam beberapa cara. Keluarga berencana dapat menyebabkan penurunan
jumlah kelahiran karena setiap kehamilan yang berkaitan dengan beberapa
resiko dapat dihindari. Keluarga berencana dapat mengurangi kehamilan
yang tidak tepat waktunya misalnya kehamilan pada wanita yang sangat
muda dan pada wanita yang sudah tua. KB membantu menurunkan jumlah
kehamilan yang tidak diinginkan karena kehamilan yang tidak diinginkan
selalu menjadi ancaman bagi kesehatan wanita.
Keluarga Berencana (KB) pertama kali ditetapkan sebagai program
pemerintah pada 29 Juni 1970 bersamaan dengan dibentuknya Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program KB di
Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1957, namun masih menjadi urusan
kesehatan dan belum menjadi urusan kependudukan. Namun sejalan dengan
semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia serta tingginya angka
kematian ibu dan kebutuhan akan kesehatan reproduksi, program KB
selanjutnya digunakan sebagai salah satu cara untuk menekan pertumbuhan
jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. 6
Program keluarga berencana memiliki makna yang sangat strategis,
komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan manusia Indonesia yang
sehat dan sejahtera. UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga
berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.4
Berdasarkan data dari Puskesmas Cebongan Kota Salatiga, dari bulan
Januari 2018 sampai bulan September 2018 yang lalu terdapat 4951 Pasangan
Usia Subur (PUS) dan 2138 PUS 4T di wilayah kerja Puskesmas Cebongan.
Yang tercatat sebagai peserta KB aktif sebanyak 3909 pasangan. Adapun
metode kontrasepsi yang dipilih adalah sebagai berikut : kondom 355 orang,

4
pil 285 orang, suntik 1191 orang, AKDR 294 orang, implant 269 orang,
MOW 32 orang.
Program Keluarga Berencana sudah lama disosialisasikan oleh
pemerintah baik melalui media televisi, koran, dan sebagainya. Namun,
dahulu masyarakat belum peduli mengenai adanya program Keluarga
Berencana. Terbukti dengan masih ditemukannya ibu hamil dengan resiko
tinggi, yaitu terlalu muda, terlalu tua, jarak kehamilan yang singkat, dan
melahirkan relatif sering. Baru – baru ini beberapa wanita usia subur sudah
mengetahui program keluarga berencana, namun merasa malu bahkan takut
terkait dengan cara pemasangannya, biaya, dan sebagainya. Banyak sekali
wanita usia subur yang datang ke puskesmas hanya sekedar bertanya seputar
alat kontrasepsi, dan bahkan ada yang sudah mantap untuk dilakukan
pemasangan alat kontrasepsi yang diinginkan.2
B. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Intervensi yang dipilih ialah menyediakan pelayanan program Keluarga
Berencana berupa pemasangan alat kontrasepsi pada Wanita Usia Subur yang
ingin menjarangkan kehamilan dan pada wanita dengan potensi kehamilan
beresiko tinggi.

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan konseling dan pemasangan alat kontrasepsi dilakukan di Ruang KIA
Puskesmas Cebongan tanggal 3 Oktober 2018 pukul 08.00 WIB sampai
pukul 12.00 WIB.
Kegiatan diawali dengan anamnesa mengenai identitas, usia, tujuan
ingin melakukan KB, jumlah kehamilan yang pernah dialami, jumlah anak,
apakah pernah mengalami keguguran, keteraturan menstruasi, apakah ada
riwayat keputihan, riwayat pengobatan, riwayat KB sebelumnya dan riwayat
penyakit sebelumnya. Pasien juga diedukasi mengenai jenis – jenis KB
beserta kelebihan dan kekurangan. Sampai akhirnya pasien mantap memilih
jenis KB implant
Kemudian, dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan dan
pemeriksaan tekanan darah. Kemudian dilakukan persiapan untuk
pemasangan alat kontrasepsi, meliputi penyiapan alat steril dan non steril, dan

5
pasien dibimbing untuk menyiapkan diri untuk membuka lengan atas kiri dan
menempatkan diri di bed. Setelah petugas kesehatan siap menggunakan hand
scoen steril dan pasien siap untuk dilakukan pengambilan implant yang lama
dan dilanjutkan pemasangan implan baru.

D. MONITORING DAN EVALUASI


Pasien datang untuk meminta penjelasan mengenai cara pelepasan implan dan
proseduranl pemasangan implan baru kembali.
Sekilas pasien tampak takut, namun setelah dijelaskan prosedurnya,
pasien menyetujui akan dilakukan pemasangan implan kembali. Pasien sangat
kooperatif dan tenang dari awal persiapan pemasangan sampai pemasangan
implan selesai dilakukan.
Pasien pun telah diedukasi untuk kembali untuk kontrol 3 hari setelah
pemasangan implan, dan pasien menyetujui untuk kontrol seminggu kedepan.

E. LAPORAN KASUS
1. Identitas pasien dan pasangan
a. Nama Istri : Ny. M
b. Umur : 35 tahun
c. Paritas : P3A0
d. Alamat : Krajan 02 / 01
e. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
f. Tanggal periksa : 3 Oktober 2018
g. Nama Suami : Tn. R
h. Umur : 35 tahun
i. Pekerjaan : Swasta
2. Anamnesis
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 3 Oktober 2018
a. Keluhan utama : Ingin melakukan pemasangan KB implan
b. Riwayat Pasien
Pasien datang untuk memasang implan. Pasien mengaku bahwa
pasien dan suami sudah bersepakat untuk kembali memasang alat
kontrasepsi implan. Sebelumnya pasien memang sudah menggunakan
implant selama 3 tahun belakangan ini. Pasien mengaku saat ini tidak
sedang hamil. Pasien baru saja selesai menstruasi, sehari sebelum
kunjungan ke KIA. Pasien memilik 3 orang anak.
c. Riwayat Persalinan

6
I : Hamil aterm, Perempuan, BBL 2900 gram, lahir normal, ditolong
oleh bidan, 10 tahun.
II : Hamil aterm, Laki - laki, BBL 2800 gram, lahir normal, ditolong
oleh bidan, 7 tahun.
III : Hamil aterm, Laki-laki, BBL 3000 gram, lahir normal, ditolong
oleh bidan, 4 tahun.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi : disangkal
- Riwayat Kencing Manis : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
e. Riwayat Haid
- Menarche : 13 tahun
- Siklus haid : 28 hari
- Lama haid : 7 hari
- Dismenore : (-)
f. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang. Usia
pernikahan 11 tahun.
g. Riwayat KB : Menggunakan KB Suntik dan implan
h. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi : disangkal
- Riwayat Kencing Manis : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
3. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : compos mentis, gizi kesan cukup
2. Tanda Vital
a. Tensi : 100/70 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respirasi : 20x/ menit
d. Suhu : 36,6ºC
e. Berat Badan : 49 kg
f. Tinggi Badan : 148 cm
3. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
4. Rencana Penatalaksanaan
Pemasangan alat kontrasepsi implan

7
TINJAUAN PUSTAKA

A. Logo Keluarga Berencana

B. Definisi KB
Di dalam UU No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dijelaskan bahwa Keluarga
Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas (BKKN,2013)
C. Tujuan KB
Di dalam UU No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dijelaskan bahwa untuk
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas,
Pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui
penyelenggaraan program keluarga berencana yang dilaksanakan untuk
membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan
dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang: (1)
usia ideal perkawinan, (2) usia ideal untuk melahirkan, (3) jumlah ideal
anak, (4) jarak ideal kelahiran anak, dan (5) penyuluhan kesehatan
reproduksi. (DKK Salatiga, 2015)
Kebijakan program keluarga berencana bertujuan untuk: a. mengatur
kehamilan yang diinginkan; b. menjaga kesehatan dan menurunkan angka
kematian ibu, bayi dan anak; c. meningkatkan akses dan kualitas

8
informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi; d. meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria
dalam praktek keluarga berencana; dan e. mempromosikan penyusuan bayi
sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan (Hartanto, 2003)
D. Manfaat Program KB
1. Menurunkan angka kematian maternal dengan adanya perencanaan
kehamilan yang aman, sehat, dan diinginkan.
2. Mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium dengan mengkonsumsi
pil kontrasepsi.
3. Memberikan kontribusi bagi pembangungan berkelanjutan dan
berwawasan kependudukkan (Kemenkes, 2013)

9
E. Alur Pelayanan KB

ABPK : Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB


Penjelasan :
1. Calon klien atau klien KB datang ke poli KIA / KB dengan
menunjukkan kartu kepesertaan BPJS Kesehatan (Bagi yang sudah
menjadi anggota JKN) dan mendapat K/I/KB serta hasil data klien
dan pelayanan dicatat pada K/IV/KB dan register cohort KB
2. Dokter dan atau Bidan memberikan konseling kepada klien untuk
memilih pelayanan KB yang dikehendaki

10
3. Apabila Dokter dan atau Bidan menemukan kontraindikasi
pelayanan KB yang dikehendaki klien pada saat penapisan maka
perlu konseling pemilihan metode lain yang sesuai atau dirujuk ke
(Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut) FKRTL dengan
membuat surat rujukan
4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode
kontrasepsi khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan dan atau
vasektomi perlu persetujuan secara tertulis dengan menandatangani
formulir informed consent, apabila klien tidak setuju perlu
diberikan KIP/Konseling ulang.
5. Setelah pelayanan KB, dokter dan bidan memantau hasil pelayanan
KB dan memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB
sebelum klien pulang dan kontrol kembali (Kemenkes, 2014)

F. Panduan Pemilihan Kontrasepsi


Prinsip pelayanan kontrasepsi saat ini adalah memberikan
kemandirian pada ibu dan pasangan untuk memilih metode yang
diinginkan. Pemberi pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilitator,
sesuai langkah-langkah di bawah ini.
1. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu
Beri salam kepada ibu, tersenyum, melakukan pengenalan
diri. Gunakan komunikasi verbal dan non verbal sebagai awal
interaksi komunikasi dua arah. Tanyakan kepada ibu tentang
identitas dan keinginannya pada kunjungan ini.
2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
Tanyakan tujuan ibu melakukan kontrasepsi, dan jelaskan
pilihan metode yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut.
Tanyakan juga apakah ibu sudah memikirkan pilihan metode
tertentu.

11
Tanyakan pula status kesehatan ibu dan kondisi medis yang
dimilikinya. Perhatikan persyaratan medis penggunaan metode
kontrasepsi tertentu di tabel berikut ini :
Keterangan:
1 = Metode dapat digunakan tanpa halangan
2 = Keuntungan pada umumnya lebih besar dari risiko
3 = Metode tidak direkomendasikan kecuali tidak ada metode lain yang lebih
sesuai atau dapat diterima
4 = Metode tidak boleh digunakan

3. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat


digunakan ibu
Berikan informasi yang obyektif dan lengkap tentang
berbagai metode kontrasepsi : efektivitas, cara kerja, efek samping
dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya – upaya untuk
menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan
tersebut (Kemenkes, 2013)

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
4. Bantu ibu menentukan pilihan
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman
dan sesuai bagi dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk
mempertimbangkan pilihannya. Apabila ingin mendapat penjelasan
lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi kembali atau dirujuk
pada konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli (Kemenkes,
2013)
5. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang dipilih
ibu
Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskanlah
mengenai:
• Waktu, tempat, tenaga, dan cara pemasangan/pemakaian alat
kontrasepsi
• Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan
• Cara mengenali efek samping/komplikasi
• Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/tempat pelayanan untuk
kunjungan ulang bila diperlukan
• Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi. Bila ibu ingin
memulai pemakaian kontrasepsi saat itu juga, lakukan penapisan
kehamilan (Kemenkes, 2014)

DAFTAR PUSTAKA

23
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013, Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Salatiga, 2015, Profil Kesehatan Kota Salatiga
Tahun 2014, Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Salatiga.
Hartanto. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Sinar Harapan,
Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, Pedoman
Bagi Tenaga Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Pedoman Manajemen
Pelayanan Keluarga Berencana, Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Ibu, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2015, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Undang - Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Wulan Sari. 2006. “Ragam Metode Kontrasepsi”. Jakarta : EGC
Yani Widyastuti, dkk. 2009. ”Kesehatan Reproduksi”. Yogyakarta :
Fitramaya

24
DOKUMENTASI

25

You might also like