Professional Documents
Culture Documents
“Bronkiektasis”
Oleh:
Sri Rohmayana
Pembimbing:
dr. H. Hasan Amin, Sp. Rad
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
“Bronkiektasis”. Refrat ini saya susun dalam rangka memenuhi tugas dalam
Saya menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
laporan ini. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua di
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
2.1 Definisi 5
2.2 Etiologi 6
2.3 Patogenesis 7
2.5 Diagnosis 9
2.6 Penatalaksanaan 13
2.7 Prognosis 14
3.1 Kesimpulan 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
(ektasis) dan distorsi bronkus local yang bersifat patologik dan kronik, persisten,
dan dideritai oleh laki-laki dan perempuan. Penyakit ini dapat diderita mulai dari
anak-anak bahkan dapat bersifat kongenital dan didapat6. Oleh karena itu, pada
tinjauan pustaka ini akan lebih dibahas mengenai pemeriksaan penunjang pada
bronkiektasis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
5
Klasifikasi Bronkiektasis
2.2 Etiologi
6
Tabel 1. Mekanisme dan Penyebab Bronkiektasis1
2.3 Patogenesis
7
paru kiri lobus atas, dan segmen basal pada lobus bawah kedua paru. Bronkus
yang sering terkena adalah bronkus ukuran sedang, sedangkan ukuran besar jarang
terkena6.
Batuk produktif yang bersifat kronik denga frekuensi mirip pada bronkitis
kronik, jumlah sputum bervariasi, umumnya banyak terutama pada pagi hari
sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Jika tidak ada infeksi
sekunder, sputum mukoid sedangkan jika ada infeksi sekunder sputum purulen,
sehingga memberikan bau mulut. Apabila infeksi sekunder oleh bakteri anaerob,
akan timbul sputum berbau busuk. Batuk dapat tidak terjadi pada kasus yang
ringan, dan batuk akan timbul jika sudah ada infeksi sekunder. Pada tipe
bronkiektasis yang berat misalnya tipe kistik, sputum jumlahnya bayak, purulen,
dan apabila ditampung akan tampak terpisah menjadi 3 lapisan. Lapisan teratas
agak keruh yaitu mukus, lapisan tengah jernih yaitu saliva, dan lapisan paling
bawah keruh yaitu nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak (debris
sel) 6.
Hemoptisis terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus
mengenai pembuluh darah (pecah) sehingga timbul perdarahan. Pada
bronkiektasis kering, hemoptisis merupakan gejala satu-satunya karena
bronkiektasis jenis ini letaknya di lobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak
pernah menumpuk, dan kurang menimbulkan reflex batuk6.
Sesak napas (dispnea) terjadi pada sebagian besar pasien tergantung
seberapa luas bronchitis kronik, seberapa jauh timbulnya kolaps paru dan
destruksi jaringan paru6.
Demam berulang terjadi karena bronkiektasis merupakan penyakit yang
berjalan kronik sehingga mengalami infeksi yang berulang pada bronkus maupun
paru6.
8
2.5 Diagnosis
9
Gambar 1b. Bronkiektasis. Bayangan-bayangan bulat di kedua paru bawah
Pada foto polos toraks juga dapat ditemukan dilatasi dan penebalan
dinding bronkus sehingga memberikan gambaran kistik dan tram-lining
appearance (garis paralel opak) (Gambar 2)1,3,4.
10
11
Gambar 2. Bronkiektasis
12
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan pasien bronkiektasis terdiri atas 2 kelompok, yaitu6 :
1. Pengobatan konservatif
a. Pengelolaan umum, meliputi
1) Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi
pasien.
2) Memperbaiki drainase sekret bronkus.
3) Mengontrol infeksi saluran napas, misalnya dengan
pemberian antibiotik.
b. Pengelolaan khusus
1) Kemoterapi pada bronkiektasis.
2) Drainase sekret dengan bronkoskopi.
2. Pengobatan simtomatik
a. Pengobatan obstruksi bronkus, misalnya dengan obat
bronkodilator.
b. Pengobatan hipoksia, dengan pemberaian oksigen.
c. Pengobatan Hemoptisis misalnya dengan obat-obat
hemostatik.
d. Pengobatan demam, dengan pemberian antibiotik dan
antipiretik.
13
Baru-baru ini bsa dilakukan pengobatan pembedahan untuk bronkiektasis.
Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat (reseksi) segmen atau lobus yang
terkena. Indikasinya pada pasien bronkiektasis yang terbatas dan resektabel, yang
tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat, selain itu
juga pada pasien bronkiektasis terbatas, tetapi sering mengalami infeksi berulang
atau hemoptisis yang berasal dari daerah tersebut. Pasien dengan hemoptisis masif
seperti ini mutlak perlu tindakan operasi. Kontraindikasinya adalah pasien
bronkiektasis dengan PPOK, pasien bronkiektasis berat. dan pasien bronkiektasis
dengan komplikasi korpulmonal kronik dekompensata6.
2.7 Prognosis
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyebab bronkiektasis didapat antara lain, infeksi bronkus atau paru, obstruksi
pemeriksaan fisik akan ditemukan suara wheezing pada lapang paru yang terkena.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain foto polos toraks
dan CT-scan (HRCT) paru. Pada foto polos toraks dapat ditemukan gambaran
seperti sarang tawon (honey comb appearance), air fluid level, tram-lining
appearance. lesi kistik, dan lain-lain. Sedangkan pada HRCT dapat ditemukan
15
DAFTAR PUSTAKA
16