Professional Documents
Culture Documents
ISSN 1412-0976
Abstrak
Kebutuhan perumahan meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan penduduk, yang telah mengakibatkan peningkatan
penggunaan kayu. Peningkatan kebutuhan material kayu untuk perumahan ini turut memicu penggundulan hutan yang
semakin membahayakan kelestarian alam. Oleh sebab itu perlu adanya alternatif material lain sebagai pengganti kayu, salah
satunya adalah bambu. Kekuatan balok bambu dapat dilihat dari kapasitas lentur, yaitu berupa nilai MOR, nilai MOE dan
kemampuan menahan beban maksimum. Penelitian ini menguji kapasitas lentur balok bambu tanpa dan dengan pengisi
mortar. Pengujian benda uji ini dilakukan di laboratorium dengan four point loading system. Balok uji menggunakan jenis
bambu Wulung dengan diameter 8-10 cm dan panjang 320 cm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa balok bambu dengan
pengisi mortar mengalami peningkatan beban maksimum jika dibanding dengan balok bambu tanpa pengisi rata-rata sebesar
63,95%, namun mengalami penurunan nilai MOR rata-rata sebesar 19,6% dan nilai MOE rata-rata sebesar 41,5%.
Abstract
Housing demand has increased rapidly following population growth, which has resulted increasis of timber usage. Increased demand for residential
timber materials contributes to deforestation triggered an increasingly dangerous nature preservation. Therefore there is need for other alternative
materials as a substitute for timber, one of them is bamboo. Strength of bamboo beams can be seen from the bending capacity, that is, the value of
MOR, MOE value and a maximum load capacity. In this study tested the capacity of bending bamboo beams without and with filler mortar.
Test test object is conducted in the laboratory with a four-point loading system. Beam test using Wulung bamboo species with a diameter of 8-10
cm and 320 cm length. Test results showed that the bamboo beam with increased filler mortar maximum load when compared with bamboo beam
without filling an average of 63.95%, but the MOR values decreased an average of 19.6% and the MOE values decreased an average of 41 ,
5%.
bangunan. Penggunaan bambu sebagai bahan agregat kasar. Mortar terbuat dari bahan dan
bangunan antara lain digunakan sebagai balok struktur komposisi yang berbeda tergantung pada aplikasi
yang diharapkan mempunyai kekuatan menahan penggunanya [6].
beban yang tinggi dan mempunyai kekuatan lentur
Perbandingan optimum antara air dengan semen
dan geser yang tinggi pula. Untuk itu penggunaan
adalah 0,28 namun dikebanyakan tempat bisa
balok bambu secara langsung belumlah cukup.
mencapai 0,35. Sedangkan untuk mengurangi susut
Alternatif perkuatan balok bambu untuk
(shringkage) komposisi pasir : semen maksimum adalah
meningkatkan kemampuan balok dalam menahan
3 : 1. Langkah lain yang dapat diambil untuk
beban yang bekerja serta meningkatkan kekuatan
mengurangi efek shringkage adalah pada saat
lentur dan geser adalah dengan menambah filler atau
pelaksanaan pengisian mortar beton dilakukan ketika
bahan pengisi pada rongga-rongga bambu. Salah satu
bambu masih dalam keadaan segar (basah), sehingga
alternatif bahan pengisi rongga bambu yang dapat
pada saat bambu mengering terjadi penyusutan yang
dipakai adalah mortar.
mengakibatkan cengkraman bambu terhadap mortar
Mortar dipilih sebagai bahan pengisi rongga bambu semakin menguat ([3].
karena kemudahan mortar beton untuk masuk ke
Mengacu pada ASTM C 494-82, dikenal 7 jenis bahan
dalam rongga-rongga beton, mudah dibuat dan tahan
kimia tambahan (chemical admixture), diantaranya adalah
lama. Mortar ini diisikan ke dalam rongga bambu
superplasticizer tipe F. Bahan kimia ini berfungsi
sepanjang balok yang direncanakan. Sehingga dengan
mengurangi air sampai 12 % atau bahkan lebih.
pemberian mortar ke dalam rongga bambu
Penelitian ini menggunakan bahan tambahan tipe F
diharapkan terbentuk struktur komposit yang mampu
(superplastisizer) tersebut dengan merk Merguss
menahan beban lentur yang cukup tinggi. Dengan
Normal sebanyak 2 % dari berat semen untuk tiap
demikian perlu adanya penelitian tentang kekuatan
benda uji. Dengan pemakaian bahan tambahan ini
balok bambu dalam menahan beban maksimal yang
diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer
diberikan terkait dengan keruntuhan lentur dan geser
dengan faktor air semen yang sama, sehingga mutu
yang terjadi pada balok.
kuat tekan mortar tidak berubah.
Berdasarkan uraian masalah di atas dapat dirumuskan
Menurut Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
permasalahan yaitu berapa besar beban yang mampu
(LPMB,1961), [2] nilai MOE dari masing-masing kelas
ditahan balok serta berapa kapasitas lentur dan geser
kayu tercantum pada Tabel 1.
yang diperoleh dengan penambahan filler mortar pada
rongga balok bambu. Tabel 1. Nilai MOE dari kayu
94
Agus Setiya Budi, 2009, Kapasitas Lentur Balok Bambu Wulung…Media Teknik Sipil, Volume IX, No. 2, Hal. 93 - 99
τ = = (2) lentur.
l.b 3 A r2 2 + r1 2
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen di laboratorium yang dilakukan di
Laboratorium Bahan dan Struktur Fakultas Teknik
dengan V adalah gaya geser yang bekerja (kg), A Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembebanan
adalah luas penampang bambu (cm2), r2 adalah jari jari pada balok bambu dikenakan dengan metode Four
luar bambu (cm), dan r1 adalah jari jari dalam bambu Point Loading Test, seperti yang disajikan dalam
(cm). Gambar 1.
Dari rumus dasar tersebut di atas, panjang balok kritis
(L kritis) dapat dicari dengan ketentuan bahwa P
lentur = P geser. Sehingga didapat,
r2 2 + r2 r1 + r1 2
σ (8r2 − 8r1 )
3 3
r2 + r1
2 2
95
Agus Setiya Budi, 2009, Kapasitas Lentur Balok Bambu Wulung…Media Teknik Sipil, Volume IX, No. 2, Hal. 93 - 99
96
Agus Setiya Budi, 2009, Kapasitas Lentur Balok Bambu Wulung…Media Teknik Sipil, Volume IX, No. 2, Hal. 93 - 99
16) Mencatat besar beban maksimum yang Grafik Hubungan Beban - Lendutan Sampel BIM1B
ditunjukan angka pada tranducer. 450
17) Melanjutkan pembebanan hingga angka pada 400
Beban (Kg)
250
Pengujian karakteristik/pendahuluan bambu secara 200
garis besar meliputi uji tarik, uji lentur, uji tekan, dan 150
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
diambil secara acak. Benda uji berjumlah 6 buah, 3 Lendutan (mm)
300
250
200
Beban (Kg)
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Lendutan (mm)
Gambar 7. Kerusakan akibat lentur ditengah bentang
Lendutan (mm) Poly. (Lendutan (mm))
balok bambu isi mortar bagian atas
Gambar 4. Grafik hubungan beban-lendutan pada
sampel BIM1A Gambar 6 dan gambar 7 menyajikan kerusakan benda
uji akibat lentur di tengah bentang balok bambu isi
mortar bagian bawah dan bagian atas.
97
Agus Setiya Budi, 2009, Kapasitas Lentur Balok Bambu Wulung…Media Teknik Sipil, Volume IX, No. 2, Hal. 93 - 99
Pmaks (kg)
250 237.2
Pmaks Kosong
Pmaks isi
Atau rata-rata mengalami peningkatan menahan
200
150
156.4
beban maksimum rata-rata sebesar 63,95% terhadap
100
balok bambu tanpa pengisi mortar. Hal ini
50
25000
nilai MOR sebesar 538,103 kg/cm2 (bagian atas),
0 557,011 kg/cm2 (bagian bawah) (gambar 10). Atau
Atas Bawah
kapasitas lentur balok bambu wulung dengan pengisi
Gambar 9. Diagram perbandingan MOE bambu mortar mengalami penurunan nilai MOE rata-rata
kosong dan bambu dengan pengisi mortar sebesar 41,5% dan nilai MOR rata-rata sebesar dan
19,6% terhadap kapasitas lentur bambu kosong. Hal
Perbandingan MOR Bambu Kosong dan Bambu dengan
ini disebabkan bambu kosong memiliki momen
Pengisi Mortar
inersia dan modulus penampang yang lebih rendah
700
577.011
dari pada bambu dengan pengisi mortar, sehingga
600
500
538.103
477.819
memiliki kapasitas lentur yang lebih besar daripada
400
403.286 bambu dengan pengisi mortar.
2 Bambu Kosong
MOR (kg/cm )
Bambu Isi Mortar
300
Dari perbandingan Modulus Of Elasticity bambu
200
dengan pengisi mortar dan kayu (gambar 11) terlihat
100
bahwa bambu dengan pengisi mortar memiliki MOE
0
Atas Bawah yang lebih rendah dari kayu kelas I tetapi lebih tinggi
dari kayu kelas II, atau setara dengan kayu jenis
Gambar 10. Diagram perbandingan MOR bambu rengas, meranti putih, meranti merah, rasamala dan
kosong dan bambu dengan pengisi mortar mahoni.
98
Agus Setiya Budi, 2009, Kapasitas Lentur Balok Bambu Wulung…Media Teknik Sipil, Volume IX, No. 2, Hal. 93 - 99
bambu dengan pengisi mortar dapat digunakan [2] LPMB, 1961, “Peraturan Konstruksi Kayu
sebagai bahan pengganti kayu kelas II atau setara Indonesia”, NI-15 PKKI-1961, Yayasan
dengan kayu jenis rengas, meranti putih, meranti Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.
merah, mersawa, rasamala dan mahoni.
[3] Morisco, 1999, “Rekayasa Bambu”, Nafiri
Offset, Yogyakarta.
6. REKOMENDASI
[4] Setiyabudi, A, 2006, ” Pengaruh Dimensi
Penelitian ini dapat dilanjutkan dan dikembangkan
Bilah, Jenis Perekat dan Tekanan Kempa
dengan mengganti sampel uji bambu dengan jenis
Terhadap Keruntuhan Lentur Balok
bambu yang lain seperti bambu petung, bambu apus
Laminasi Bambu Peting”, Tesis S2,
maupun bambu ori.
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta (tidak
diterbitkan).
7. UCAPAN TERIMAKASIH
[5] Shupe T.F., Cheng P, Chung Y.H., 2002,
Terimakasih kepada Aryanto DN dan Devi KA atas
”Value-Added Manufacturing Potential for
bantuan pelaksanaan penelitian dan kepada BPI
Honduran Bamboo”, Final Report to
Fakultas Teknik UNS atas bantuan dana penelitian.
Honduran Counterparts, Lanticitilla
National Park, Esnacifor, Cuprofor.
8. DAFTAR PUSTAKA
[6] Tjokrodimulyo, K, 1996, “Teknologi Beton”,
[1] Gere, J.M. dan Timoshenko, S.P., 2000,
Gajah Mada Press, Yogyakarta.
“Mekanika Bahan”, Jilid 1, Edisi Keempat, alih
bahasa Bambang Suryoatmono, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
99