You are on page 1of 35

Abstrak

Salah satu ciri mahkluk hidup adalah bernapas. Bernapas adalah suatu kegiatan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam tubuh yang berfungsi mengatur
metabolisme dalam jaringan atau sel. Pada manusia sendiri memiliki sistem
pernapasan yang bekerja secara dinamis untuk menyediakan kebutuhan oksigen
sebagai pasokan energi dalam tubuh. Sistem pernapasan atau respirasi ini mencakup
saluran dan organ-organ serta mekanisme fisiologi dan kimiawi yang mendukung
kinerjanya. Namun ada beberapa gangguan dalam mekanisme tersebut, salah satunya
adalah alkalosis metabolik yang merupakan gangguan keseimbangan asam dan basa
dalam tubuh.

Kata Kunci : sistem respirasi, alkalosis metabolik, keseimbangan asam-basa.

Abstract

One characteristic of living things is breathing. Breathing is an activity the


exchange of oxygen and carbon dioxide in the body that controls the metabolism in
tissues or cells. In humans alone have a respiratory system that works dynamically to
provide oxygen demand as supplies of energy in the body. Respiratory system or the
respiratory tract and include organs and physiological and chemical mechanisms that
support performance. However there are some disturbances in the mechanisms, one
of which is a metabolic alkalosis acid and base balance disorders in the body.

Keywords: respiratory system, metabolic alkalosis, acid-base balance.

1
Bab I Pendahuluan

Pernahkah anda memperhatikan bahwa kita masih hidup sampai saat ini karena
setiap saat kita selalu bernapas menghirup udara. Pernapasan merupakan rangkaian
proses sejak pengambilan gas atau udara. Penggunaannya adalah untuk memecah zat
penghasil energi (pemecahan senyawa glukosa dengan proses glikolisis),
mengeluarkan zat sisa metabolisme, dan memanfaatkan energi yang dihasilkan.
Proses pernapasan ini berlangsung di sistem pernapasan pada mahkluk hidup yang
masing-masing memiliki kekhasannya sendiri-sendiri.1
1.1 Identifikasi Istilah

Tonsillopharyngitis: kondisi abnormal di mana tonsil (jaringan limfoid di


tenggorokan) dan lapisan tenggorokan terinfeksi oleh bakteria atau virus.

1.2 Rumusan Masalah:

Seorang anak dibawa ke dokter kerana sakit menelan,demam dan bicaranya serak.

1.3 Hipotesis:

Anak 12 tahun tersebut mengalami tonsillopharyngitis akut.

2
Bab II Pembahasan

2. 1 Sistem Anatomi Pernapasan Manusia

Sistem Pernapasan pada Manusia terbagi menjadi dua menurut letaknya, yaitu 1)
Saluran nafas bagian atas, yang terdiri dari Hidung - Faring – Laring dan 2) Saluran
nafas bagian bawah yang terdiri dari Trakea – Bronkus primer – Paru yang nantinya
akan terbagi-bagi lagi menjadi beberapa subunit. Singkatnya adalah sistem
pernapasan terbentang dari lubang hidung (nares) dan mulut (oral) sampai ke alveoli
di paru-paru.2

2.1.1 Hidung
Hidung terdiri atas hidung luar dan cavum nasi. Cavum nasi dibagi oleh septum
nasi menjadi dua bagian, kanan dan kiri.
 Hidung luar
Hidung luar mempunyai dua lubang berbentuk lonjong disebut nares, yang
dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh septum nasi. Di pinggir lateral,
terdapat alae nasi (cuping hidung), berbentuk bulat dan dapat digerakan.
Rangka hidung luar dibentuk oleh os nasale, processus frontalis maxillaris,
dan pars nasalis ossis frontalis. Dibawah, rangka hidung dibentuk oleh
lempeng-lempeng tulang rawan hialin.

 Suplai Darah Hidung Luar


Kulit hidung luar mendapatkan darah dari cabang-cabang arteria ophtalmica
dan arteria maxillaris. Kulit alae nasi dan bagian bawah septum mendapatkan
darah dari cabang-cabang arteria fascialis.

 Suplai Saraf Sensoris Hidung Luar


N. infratrochlearis dan rami nasales externae nervus ophtalmicus (Nervus
Cranialis V) dan ramus infraorbitalis nervus maxillaris (Nervus cranialis V)
 Memperdarahi hidung bagian luar.

 Cavum Nasi

3
Cavum nasi terbentang dari nares di depan hinga ke apertura nasalis posterior
atau choanae di belakang, dimana hidung bermuara ke dalam nasopharynx.
Vestibulum nasi adalah daerah di dalam cavum nasi yang terletak tepat di
belakang nares. Cavum nasi terbagi menjadi dua bagian, kanan dan kiri oleh
septum nasi. Septum nasi dibentuk oleh kartilago septi nasi, lamina verticalis
osis ethmoidalis, dan os vomer.

- Dinding Cavum nasi


Setiap belahan cavum nasi mempunyai dasar, atap, dinding lateral dan
Dinding medial atau dinding septum.
Dasar – dibentuk oleh processus os maxilla dan lamina horizontalis ossis
Palatini.
Atap – atap sempit dan dibentuk di sebelah anterior mulai dari bagian bawah
Batang hidung oleh os nasale dan os frontale, di tengah oleh lamina cribrosa
Ossis ethmoidalis, terletak di bawah fossa cranii anterior, dan di sebelah
Posterior oleh bagian miring ke bawah corpus ossis sphenoidalis.
Dinding lateral – mempunyai tiga tonjolan tulang disebut Concha nasalis
Superior, media, dan inferior. Area di bawah setiap concha disebut meatus.

- Membrana Mucosa Cavum Nasi


Vestibulum dilapisi oleh kulit yang telah mengalami modifikasi dan
Mempunyai rambut yang kasar. Area diatas concha nasalis superior dilapisi
Oleh membrana mukosa olfactorius dan berisi ujung-ujung saraf sensitif
Reseptor penghidu. Bagian bawah cavum nasi dilapisi oleh membrana mukosa
Respiratorius. Didaerah respiratorius terdapat sebuah anyaman vena yang
Besar di dalam submukosa jaringan ikat.

- Suplai Saraf Cavum Nasi


Nervus olfactorius yang berasal dari membrana mukosa olfactorius
Berjalan ke atas melalui lamina cribrosa os ethmoidale menuju ke bulbus
Olfactorius. Saraf untuk sensasi umum merupakan cabang-cabang nervus
Ophtalmicus (N.V1) dan nervus maxillaris (N.V2) divisi nervus trigeminus.

- Perdarahan Cavum nasi

4
Perdarahan cavum nasi berasal dari cabang-cabang arteria maxillaris, yang
Merupakan salah satu cabang terminal arteria carotis externa. Cabang yang
Terpenting adalah arteria spehnopalatina. Arteria sphenopalatina
Beranastosmosis dengan ramus septalis arteria labialis superior yang
Merupakan cabang dari arteria fascialis di daerah vestibulum. Darah di dalam
Anyaman vena submukosa dialirkan oleh vena-vena yang menyertai arteri.

 Sinus Paranasales
Sinus Paranasales adalah rongga-rongga yang terdapat di dalam os maxilla, os
frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale. Sinus-sinus ini dilapisi oleh
mukoperiosteum dan terisi oleh udara, berhubungan dengan cavum nasi
melalui apertura yang relatif kecil. Sinus maxillaris dan sphenoidalis pada
waktu lahir terdapat dalam bentuk rudimenter, setelah usia delapan tahun
sudah lumayan besar, dan pada masa remaja sudah terbentuk sempurna.
Fungsi dari sinus-sinus ini adalah sebagai meringankan tulang tengkorak
(karena berisi udara), menambah resonansi suara, merubah bentuk dan ukuran
wajah saat masa pubertas.

- Sinus Maxillaris
Berbentuk seperti piramid dan terletak di dalam corpus maxillaris di
Belakang pipi. Atap dibentuk oleh dasar orbita, sedangkan dasar berhubungan
Dengan akar gigi premolar dan molar. Sinus maxillaris bermuara ke dalam
Meatus nasi medius melalui hiatus semilunaris.

- Sinus Frontalis
Sinus frontalis ada dua buah, terdapat di dalam os frontale. Mereka
Dipisahkan satu dengan yang lain oleh septum tulang. Setiap sinus berbentuk
Segitiga, meluas keatas membentuk medial alis mata dan ke belakang sampai
Ke bagiang medial atap orbita. Masing-masing sinus frontalis bermuara ke
Dalam meatus nasi medius melalui infundibulum.

- Sinus Sphenoidalis
Sinus sphenoidalis ada dua buah, terletak di dalam corpus ossis
Sphenoidalis. Setiap sinus bermuara ke dalam recessus sphenoethmoidalis

5
Di atas concha nasalis superior.

- Sinus Ethmoidalis
Sinus ethmoidalis terletak anterior, medius, dan posterior, serta terdapat di
Dalam os ethmoidale, diantara hidung dan orbita. Sinus ini dipisahkan dari
Orbita oleh selaput tipis tulang, sehingga infeksi dapat dengan mudah menjalar
Dari sinus ke dalam orbita. Sinus ethmoidalis kelompok anterior bermuara ke
Dalam infundibulum; kelompok media bermuara ke dalam meatus nasi medius
Pada atau di atas bulla ethmoidalis; kelompok posterior bermuara ke meatus
Nasi superior.2,3

Mikroskopis
Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki ciri dengan adanya
kelenjar sebasea besar yang meluas ke bagian vestibulum nasi tempat terdapatnya
kelenjar keringat dan folikel rambut. Di bagian yang lebih dalam terdapat epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang beralih menjadi epitel bertingkat torak
bersilia bersel goblet pada bagian respirasi hidung. Selain itu, terdapat sel basal yang
dianggap merupakan sel induk yang dapat berkembang menjadi sel jenis lain. Lapisan
epitel terletak di atas lapisan basal dan ditopang oleh lamina propria yang
mengandung sejumlah kelenjar seromukosa dan sekelompok kecil jareingan limfatik.
Lapisan terdalam lamina bersatu dengan periosteum atau perikondrium tulang atau
tulang rawan dinding rongga hidung, menyusun suatu mukoperiosteum atau
mukoperikondrium.4

2.1.2 Pharynx
Pharynx terletak di belakang cavum nasi, cavum oris, dan larynx dan dibagi-bagi
menjadi nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx. Pharynx berbentuk seperti
corong, dengan bagian atasnya yang lebar, terletak di bawah cranium dan bagian
bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai oesophagus setinggi vertebra cervicalis ke
enam. Pharynx mempunyai dinding musculomembranosa yang tidak sempurna di
bagian depan. Di tempat ini, jaringan musculomembranosa diganti oleh apertura
nasalis posterior (choanae), isthmus faucium (pembukaan rongga mulut), dan aditus

6
laryngis. Melalui tuba auditiva, membrana mukosa juga berhubungan dengan
membrana mukosa dari cavum timpani.2

 Otot-otot Pharynx
Otot-otot dinding pharynx terdiri dari musculus constrictor pharyingis
superior, medius, dan inferior, yang serabut-serabutnya berjalan hampir
melingkar, dan musculus salphingopharyngeus yang serabut-serabutnya
berjalan dalam arah hampir longitudinal.
Ketiga otot constrictor mengelilingi dinding pharynx untuk berinsersi pada
sebuah pita fibrosa atau raphe yang terbentang dari tuberculum pharyngeus
pars basilaris os occipitale ke bawah sampai oesophagus. Ketiga otot-otot ini
saling tumpang tindih, sehingga musculus constrictor pharyngis medius
terletak di sisi luar bagian bawah musculus constrictor pharyngis superior dan
musculus constrictor pharyngis inferior terletak diluar bagian bawah musculus
constrictor pharyngis medius.
Bagian bawah musculus constrictor pharyngis inferior yang berasal dari
cartilago cricoidea, disebut musculus cricopharyngeus. Serabut-serabut
musculus cricopharyngeus ini berjalan horizontal disekeliling bagian paling
bawah dan paling sempit dari pharynx, dan berfungsi sebagai sphincter
(pendorong makanan). Killian’s dehiscence adalah area pada dinding posterior
pharynx diantara bagian atas musculus constrictor pharyngis inferior yang
tertekan dan bagian sphincter di sebelah bawah, musculus cricopharyngeus.

Dinding dalam Pharynx


Pharynx dibagi dalam tiga bagian ; nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx.
 Nasopharynx
Nasopharynx terletak di atas palatum molle dan di belakang rongga
hidung. Didalam submucosa atap terdapat kumpulan jaringan limfoid
yang disebut tonsilla pharyngea. Isthmus pharyngeus adalah lubang di
dasar nasopharynx di antara pinggir bebas palatum molle dan dinding
posterior pharynx. Pada dinding lateral terdapat muara tuba auditiva,
berbentuk elevasi yang disebut elevasi tuba. Recessus pharyngeus
adalah lekukan kecil di belakang elevasi tuba. Plica

7
salphingopharyngea adalah lipatan vertikal membrana mucosa yang
menutupi M. salphingopharyngeus.
 Oropharynx
Oropharynx terletak di belakang cavum oris. Dasar dibentuk oleh
sepertiga posterior lidah dan celah antara lidah dan epiglottis. Pada
garis tengah terdapat plica glosssepiglottica mediana dan plica
glossoepiglottica lateralis pada masing-masing sisi. Lekukan kanan-
kiri dari plica glossoepiglottica mediana disebut vallecula.
 Pada kedua sisi dinding lateral terdapat arcus atau arcus palatoglossus
dan palatofringeus dengan tonsila palatine diantaranya. Arcus
palatoglossus adalah lipatan membrana mucosa yang menutupi
musculus palatoglossus. Celah diantara kedua arcus palatoglossus
disebut isthmus faucium dan merupakan batas antara rongga mulut dan
pharynx. Arcus palatopharyngeus adalah lipatan membrana mucosa
yang menutupi musculus palatopharyngeus. Recessus di antara arcus
palatoglossus dan palatopharyngeus diisi oleh tonsila palatine.
 Laryngopharynx
Laryngopharynx terletak di dinding belakang aditus larynges. Dinding
lateral dibentuk oleh cartilage thyroidea dan membrana thyroidea.
Recessus piriformis, merupakan cekungan pada membrana mukosa
yang terletak di kanan dan kiri aditus larynges.

 Persarafan Sensorik Membrana Mucosa Pharynx


 Nasopharynx : nervus maxillaris (V2)
 Orophayrnx : nervus glossopharyngeus
 Laryngopharynx (disekitar aditus larynges) : ramus laryngeus intenus
dari nervus vagus.
 Vaskularisasi Pharynx
Pharynx mendapatkan darah dari arteria pharyngea ascendens, cabang-cabang
tonsilar arteria facialis, cabang-cabang arteria maxillaris, dan arteria lingualis.

 Aliran Limfe Pharynx

8
Limfe dialirkan dari pharynx langsung menuju ke nodi lymphoidei cervicales
profundi atau tidak langsung melalui nodi retropharyngeales atau
paratracheales, baru menuju nodi lymphoidei cervicales profundi.2

Mikroskopis
Pharynx dapat dibagi menjadi nasopharynx, pharyng, dan laryngopharyng.
Epitel yang membatasi nasopharynx merupakan epitel bertingkat torak bersilia bersel
goblet atau epitel berlapis gepeng pada bagian dekat palatum molle. Lamina propia di
jaringan ini mengandung banyak jaringan elastin, terutama di bagian luar yang
berhubungan dengan otot rangka di pharynx. Pada lamina propia juga terdapat
kelenjar seromukosa dan kelenjar campur. Jaringan limfatik banyak dijumpai
diseluruh bagian pharynx dan folikel-folikel limfatik yang sebenarnya terdapat di
bagian belakang nasopharynx, di bagian lateral pada sisi peralihan rongga mulut dan
orofaring, dan pada akar lidah.4

2.2.3 Larynx
Larynx adalah organ yang berperan sebagai sphincter pelindung pada pintu
masuk jalan nafas dan berperan dalam pembentukan suara. Larynx terletak di bawah
lidah dan os hyoid, diantara pembuluh-pembuluh besar leher, dan terletak setinggi
vertebra cervicalis IV-VI. Keatas larynx terbuka laryngopharynx, kebawah larynx
berlanjut sebagai trachea. Di depan larynx ditutupi oleh ikatan-ikatan otot infrahyoid
dan di lateral oleh glandula thyroidea.
Kerangka larynx dibentuk oleh beberapa cartilage, yang dihubungkan oleh membrana
dan ligamentum, dan digerakkan oleh otot. Larynx dilapisi oleh membrana mukosa.2

 Cartilago Larynx
 Cartilago Thyroidea
Merupakan cartilage terbesar pada larynx dan terdiri dari dua lamina
cartilage hyaline yang bertemu di garis tengah pada tonjolan bersudut
V (disebut Adam’s apple atau jakun). Pinggir posterior menjorok ke
atas sebagai cornu superius da ke bawah cornu inferius. Pada
permukaan luar setiap lamina terdapat linea oblique sebagai tempat
lekat otot-otot.
 Cartilago Cricoidea

9
Dibentuk oleh cartilage hyaline dan berbentuk seperti cincin cap,
mempunyai lamina yang lebar di belakang dan arcus yang sempit di
anterior. Cartilago cricoidea terletak di bawah cartilago thyroidea, dan
pada masing-masing permukaan lateralnya terdapat facies articularis
untuk bersendi pada cornu inferius cartilago thyroidea. Di posterior,
pada setiap lamina di pinggir atasnya terdapat facies articularis untuk
bersendi dengan basis cartilage arytenoidea. Semua sendi ini adalah
jenis sinovial.
 Cartilago Arytenoidea
Terdapat dua buah cartilage arytenoidea; kecil, berbentuk pyramid, dan
terletak pada permukaan belakang larynx. Cartilago ini bersendir
dengan pinggir atas lamina cartilage cricoidea. Masing-masing
cartilage mempunyai apex diatas yang bersendi dengan cartilage
corniculatum yang kecil, serta basis di bawah yang bersendi dengan
lamina cartilage cricoidea, dan sebuah processus vocalis yang
menonjol ke depan dan merupakan tempat melekatnya ligamentum
vocale. Processus muscularis yang menonjol ke lateral, menjadi tempat
lekat musculus cricoarytenoideus lateralis dan posterior.

 Cartilago Corniculata
Dua buah cartilago kecil berbentuk kerucut, bersendi dengan
apex cartilaginis arytenoidea. Menjadi tempat melekatnya plica
aryepiglottica.

 Cartilago Cuneiforme
Dua cartilage kecil yang berbentuk batang ini terletak di dalam
plica aryepiglottica dan berperan memperkuat plica tersebut.

 Epiglottis
Merupakan cartilage elastis berbentuk seperti daun yang terletak
di belakang radix linguae. Tangkainya dilekatkan di belakang cartilage
thyroidea. Sisi epiglottis dihubungkan dengan cartilage arytenoidea
oleh plica aryepiglottica, yang merupakan sebuah lipatan membrana

10
mukosa. Pinggir atas epiglottis bebas. Membrana mukosa yang
melapisinya berjalan ke depan, meliputi permukaan posterior lidah
sebagai plica glossoepiglottica mediana. Lekukan pada membrana
mucosa di kanan dan kiri plica glossoepiglottica disebut vallecula. Di
sebelah lateral, membrana mucosa berjalan ke dinding pharynx
membentuk plica glossoepiglottica lateralis.2

Mikroskopis
Larynx menghubungkan pharynx dengan trakea. Tulang rawan utama pada
larynx adalah tulang rawan hialin; yang lebih kecil adalah tulang rawan elastin seperti
pada epiglottis. Epitel mukosa yang membatasi laring bermacam-macam sesuai
dengan tempatnya. Pada permukaan depan dan sepertiga atas sampai setengah
permukaan belakang epiglotis, epitelnya adalah epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk. Lamina propria dari membran mukosa laring tebal dan mengandung banyak
serat elastin. Di dalamnya terdapat kelenjar tubuloasinosa yang kebanyakan adalah
mukosa. Pada kedua permukaan epiglotis dijumpai kelenjar liur campur. Pada
permukaan posterior atau laringeal terdapat limfonodulus. Pada bagian laringeal
epiglottis dilapisi oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Silia ini bergerak
menyapu ke arah faring.4

2.1.4 Trachea
Adalah sebuah tabung cartilaginosa dan membranosa yang dapat bergerak.
Dimulai sebagai lanjutan larynx dari pinggir bawah cartilage cricoidea setinggi corpus
vertebrae cervicalis VI. Berjalan turun ke bawah di garis tengah leher. Didalam
rongga thorax, trachea berakhir pada carina dengan cara membelah menjadi bronchus
principhalis dexter dan sinister setinggi angulus sterni (di depan discus antara
vertebrae thoracica IV dan V), terletak sedikit agak ke kanan dari garis tengah.
Pada ekspirasi, bifurcation trachea naik sekitas satu vertebrae, dan selama inspirasi
dalam bifurcation dapat turun sampai setinggi vertebrae thoracica VI. Jaraknya sekitar
3 cm.
Tabung fibroelastika dipertahankan utuh dengan adanya cartilage hyaline berbentuk U
(cincin) di dalam dindingnya. Ujung posterior cartilage yang bebas dihubungkan oleh
otot polos, M. trachealis. Membrana mukosa trachea dilapisi oleh epitel silinder

11
bertingkat semu bersilia serta mengandung banyak sel goblet dan glandula mukosa
tubular.2
 Batas-batas Trachea di dalam Leher
Anterior : Kulit, fascia, isthmus glandula thyroidea (di depan cincin kedua,
ketiga, dan keempat), vena thyroidea inferior, arcus jugularis, arteria thyroidea
inferior, arcus jugularis, arteri thyroidea ima (jika ada), dan vena
brachiocephalica kiri pada anak-anak, ditutupi oleh musculus
sternocleidomastoideus dna musculus sternohyoideus.
Posterior : nervus laryngeus reccurens kanan dan kiri serta oesophagus.
Lateral : lobus glandula thyroidea dan sarung carotis beserta isinya.

 Batas-batas Trachea dalam Mediastinum Superius Thorax


Anterior : sternum, thymus, vena brachiocephalica sinister, pangkal arteria
brachiocephalica, dan carotis communis sinister, dan arcus aortae.
Posterior : Oesophagus, nervus laryngeus reccurens sinister.
Kanan : Vena azygos, nervus vagus dexter, dan pleura
Kiri : arcus aortae, arteria carotis communis sinister, arteria subclavia
sinister, nervus vagus sinister, nervus phrenicus sinister, dan pleura.

 Persarafan Trachea
Persarafan sensoris berasal dari nervus vagus dan nervus laryngeus reccurens.

 Vaskularisasi Trachea
Dua pertiga bagian atas trachea mendapat darah dari arteria thyroidea inferior,
Dan sepertiga bagian bawah mendapat darah dari arteri bronchiales.2

Mikroskopis
Trakea mempunyai dinding relatif tipis, lentur, dan berkemampuan memanjang
saat bernapas. Trakea ditunjang oleh serangkaian tulang rawan berbentuk tapal kuda
dengan bagian terbuka mengarah ke belakang. Celah yang terbuka ini ditempati oleh
anyaman berkas serat otot polos m. trakeali. Trakea dilapisi oleh suatu membran
mukosa yang terdiri dari epitel bertingkat torak bersilisa bersel goblet, yang terletak
di lamina basal dan ditunjang oleh lamina propria. Lamina propria relatif tipis,

12
didalamnya terdapat kumpulan serat-serat elastin yang mermbentuk lapisan elastin.
Pada lapisan ini juga terdapat sekelompok kecil limfosit. Pada potongan melintang,
lumen trakhea khas berbentuk huruf D.4

2.1.5 Bronchi
Trachea bercabang dua di belakang arcus aortae menjadi bronchus principalis
dexter dan sinister (primer dan utama). Bronchus principalis dexter meninggalkan
trachea dengan membentuk sudut sebesar 25 derajat dengan garis vertikal. Bronchus
principalis sinister meninggalkan trachea dengan membentuk sudut 45 derajat dengan
garis vertikal. Pada anak-anak dengan usia lebih kecil dari 3 tahun, kedua bronchus
meninggalkan trachea dengan membentuk sudut yang hampir sama.
Bronchus terus-menerus bercabang dua sehingga akhirnya membentuk jutaan
bronchioles terminalis yang berakhir di dalam satu atau lebih bronchioles
respiratorius. Setiap bronchioles respiratorius terbagi menjadi 2 hingga 11 ductus
alveolaris yang masuk ke dalam sakus alveolaris. Alveoli timbul dari dinding sakus
sebagai diverticula.2
 Bronchus Principalis Dexter
Bronchus principalis dexter lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal dari
bronchus principalis sinister dan panjangnya kurang lebih 2,5 cm. Vena
azygos melengkung di atas pinggir superior. Bronchus lobaris superior
dimulai sekitar 2 cm dari pangkal bronchus principalis di carina. Kemudian
bronchus principalis dexter masuk ke hilus paru-paru kanan dan bercabang
dua menjadi bronchus lobaris medius dan bronchus lobaris inferior.

 Bronchus Principalis Sinister


Bronchus principalis sinister lebih sempit, lebih panjang, dan lebih horizontal
dibandingkan bronchus principalis dexter dan panjangnya kurang lebih 5 cm.
Berjalan ke kiri di bawah arcus aortae dan di depan oesophagus. Pada waktu
masuk ke hilus pulmonalis sinister, bronchus principalis sinister bercabang
menjadi bronchus lobaris superior, dan inferior.

Dinding Dada
Dinding Dada dibentuk oleh sternum, costae, dan cartilage costalis.

13
 Sternum
Sternum terletak di garis tengah dinding depan dada. Sternum merupakan
tulang pipih yang dapat dibagi dalam tiga bagian : manubrium sterni, corpus
sterni, dan processus xiphoideus.
Manubrium sterni merupakan bagian anterior dari sternum. Bersendi dengan
corpus sterni pada articulation manubriosternalis. Bersendi dengan clavicula
serta cartilage costalis I, serta bagian atas cartilage costalis II pada masing-
masing sisi. Terletak di depan vertebrae thoracica III dan IV.
Corpus sterni diatas bersendi dengan manubrium sterni pada articulation
manubriosternalis dan di bawah bersendi dengan processus xiphosternalis.
Pada setiap sisi terdapat lekukan-lekukan untuk bersendi dengan cartilage
costalis II sampai VII.
Processus xiphoideus merupakan selembar tipis cartilage yang mengalami
osifikasi pada ujung proksimalnya pada orag dewasa. Tidak ada costa ataupun
cartilage costalis yang melekat padanya.
 Costae
Terdapat 12 pasang costae, yang semuanya di posterior melekat pada vertebra
thoracica. Costa atau tulang iga dibagi dalam 3 kategori :
 Costae verae : tujuh pasang costa paling atas melekat pada sternum di
sebelah anterior melalui cartilage costalisnya .
 Costae spuriae : pasangan costa VIII, IX, dan X di anterior melekat
satu dengan yang lain dan ke costa VII melalui cartilage costalis dan
sendi sinovial yang kecil.
 Costae fluctuantes : pasangan costa XI dan XII tidak mempunyai
perlekatan di anterior.

 Cartilago Costalis
Cartilago costalis merupakan batang cartilage yang menghubungkan tujuh
costa bagian atas dengan pinggir lateral dari sternum dan costa VIII, IX, dan X
ke cartilage yang terdapat tepat diatasnya. Cartilago costalis XI dan XII
berakhir pada otot-otot abdomen. Cartilago costalis berperan penting terhadap
elastisitas dan mobilitas dinding dada.

14
 Sendi-sendi Dinding Dada/Thorax
 Persendian pada sternum
Articulatio manubriosternalis merupakan sendi cartilaginosa
antara manubrioumsterni dan corpus sterni. Sedikut gerakan angular
mungkin dilakukan selama respirasi.
Articulatio xiphosternalis merupakan sendi cartilaginosa antara
processus xiphoideus (cartilage) dan corpus sterni. Processus
xiphoideus biasanya bergabung dengan corpus sterni pada usia
pertengahan.
 Persendian pada Costae
1) Persendian pada Caput costae
Dari costa II sampai IX, caput costae bersendi dengan corpus
vertebrae yang sama nomornya melalui sendi sinovial dan pada
corpus vertebrae yang ada tepat di atasnya. Terdapat
ligamentum intra-articulare kuat yang menghubungkan caput
costae dengann discus intervertebralis. Caput costae I dan tiga
costae yang terbawah mempunyai sebuah sendi sinovial pada
corpus vertebrae yang sesuai.
2) Persendian Tuberculum Costae
Tuberculum costae bersendi melalui sendi sinovial dengan
processus transversus vertebrae yang sesuai nomornya.

 Persendian antara Costa dengan Cartilago Costalis


Merupakan sendi cartilaginosa dan tidak ada gerakan yang tidak
mungkin dilakukan.
 Persendian Cartilago Costalis dengan Sternum
Cartilago costalis I bersendi dengan manubrium sterni melalui sendi
cartilaginosa, dan tidak ada gerakan yang mungkin dilakukin.
Cartilago costalis II sampai VII bersendi dengan pinggir lateral
sternum melalui sendi sinovial. Selain itu, cartilgo costalis VI, VII,
VIII, IX, dan X bersendi satu dengan yang lain melalui sendi sinovial
yang kecil pada pinggirnya masing-masing. Cartilago costalis XI dan
XII terbenam di dalam otot-otot abdomen.

15
 Apertura Thoracis Superior (pintu keluar)
Rongga thorax berhubungan dengan pangkal leher melalui lubang yang
disebut aperture thoracis superior (pintu keluar). Disebut pintu keluar karena
pembuluh-pembuluh darah dan saraf penting keluar dari rongga dada menuju
lubang ini, menuju ke leher dan extremitas superior.
Apertura dibatasi di posterior oleh vertebra thoracica pertama, di lateral oleh
pinggir medial costa I dan cartilagonya, dan di anterior oleh pinggir superior
manubrium sterni. Apertura terletak miring menghadap ke atas dan ke depan.
Melalui lubang kecil ini berjalan oesophagus dan trachea serta banyak
pembuluh darah dan saraf. Oleh karena posisinya yang miring, maka apex dari
paru dan pleuranya menonjol ke atas ke bagian leher.

 Spatium Intercostale
Ruang antarcosta beriri tiga jenis otot respirasi : M. intercostalis externus, M.
intercostalis internus, dan M. intercostalis intimi.
 M. intercostalis intimi terletak di sebelah dalam dilapisi oleh fascia
endothoracica yang permukaan dalamnya dilapisi lagi oleh pleura parietalis.
A.V.N intercostalis berjalan di antara lapisan tengah dan lapisan paling dalam
otot-otot. Mereka tersusun dari atas ke bawah dalam urutan V. intercostalis, A.
intercostalis, dan N. intercostalis (disingkat VAN).

 Musculus Intercostalis
M. intercostalis externus membentuk lapisan yang paling luar. Arah serabut-
serabutnya ke bawah dan depan, dari pinggir bawah costae di atasnya ke
pinggir atas costae yang ada di bawahnya. Otot berjalan ke depan, sampai ke
cartilage costalis, dimana otot diganti oleh aponeurosis, disebut membrana
intercostalis anterior (externus).
M. inercostalis internus membentuk lapisan bagian tengah. Arah serabut-
serabutnya ke bawah dan belakang, dari sulcus costae di atas sampai pinggir
atas costae yang ada di bawahnya. Otot-ototnya berjalan ke belakang dari
sternum didepan sampai ke angulus costae di belakang, dimana otot diganti
oleh aponeurosis, membrana intercostalis posterior (internus).

16
M. intercostalis intimi membentuk lapisan paling dalam dan analog dengan M.
transversus abdominis pada dinding anterior abdomen. Otot ini merupakan
lapisan otot yang tidak lengkap dan menyilang lebih dari satu spatium
intercostale yang terdapat di antara costae. Kedalam, berhubungan dengan
fascia endothoracica dan pleura parietalis dan keluar berhubungan dengan
A.V.N intercostalis. M. intercostalis intimi dapat dibagi dalam tiga bagian,
yang kurang lebih terpisah satu dengan yang lain.
 Fungsi Musculus Intercostalis
Bila M. intercostalis berkontraksi, cenderung mendekatkan costa satu
dengan yang lainnya. Jika costa I difiksasi oleh kontraksi otot-otot
yang terdapat pada pangkal leher, yaitu Mm. scaleni, Mm. intercostalis
akan mengangkat costa II sampai XII kearah costa I, seperti pada saat
inspirasi.
Sebaliknya, jika costa XII difiksasi oleh M. quadratus lumborum dan
otot-otot serong (miring) dinding abdomen, costa I sampai XI akan
tertarik kebawah oleh kontraksi Mm. intercostales, seperti pada saat
ekspirasi. Selain itu tonus Mm. intercostales selama fase-fase respirasi
berperan memperkuat jaringan-jaringan yang ada di dalam spatium
intercostal, jadi mencegah penghisapan kedalam atau pendorongan
keluar jaringan akibat perubahan tekanan intratorakal.
Persarafan Mm. intercostales
Nn. intercostales.2,5

2.1.6 Diaphragma
Diaphragma merupakan septum yang tipis, muscular, dan tendinosa yang
memisahkan rongga dada di atas dengan rongga abdomen dibawah. Diaphragma
ditembus oleh alat-alat yang berjalan dari dada ke abdomen.
Diaphragma merupakan otot terpenting untuk respirasi. Bentuknya seperti kubah dan
terdiri dari bagian pinggir yang merupakan bagian otot dan bagian tengah yang
bertendo.5
 Bentuk dan Struktur Diaphragma

17
Bila dilihat dari anterior, diaphragm melengkung ke atas dalam bentuk
lembaran muscular tipis membentuk kubah kanan dan kiri. Kubah kanan
mencapai setinggi pinggir atas costa V (kubah kanan terletak lebih tinggi
mungkin disebabkan oleh ukuran lobus dexter yang lebih besar).
Kubah menyokong paru kanan dan kiri, sedangkan centrum tendineum
menyokong jantung. Tinggi diaphragma berbeda-beda pada tahapan respirasi,
sikap tubuh, dan derajat pembesaran rongga-rongga abdomen.
Diaphragma lebih rendah pada waktu orang duduk atau pada berdiri, dan lebih
tinggi pada waktu berbaring atau setelah makan kenyang.

 Persarafan Diaphragma
 Persarafan Motorik ; N. phrenicus dexter dan sinister (C3, 4, dan 5)
 Persarafan Sensorik ; Pleura parietalis dan peritoneum yang menutupi
permukaan sentral diaphragm dari N. phrenicus, sedangkan bagian
perifer diaphragma dari enam N. intercostalis bagian bawah.

 Lubang-lubang pada Diaphragma


Diaphragma mempunyai tiga lubang ;
 Hiatus caroticus, terletak anterior terhadap corpus vertebrae thoracica
XII, diantara kedua crura. Lubang ini dilalui aorta, ductus thoracicus,
dan vena azygos.
 Hiatus oesophagicus, terletak setinggi vertebra thoracica X di dalam
lengkung serabut otot yang berasal dari crura dextrum. Lubang ini
dilalui oleh oesophagus, nervus vagus dexter dan sinister, ramus
oesophagicus arteria, dan vena gastrica sinistra, dan pembuluh limfe
dari sepertiga bagian bawah oesophagus.
 Hiatus vena cava, terletak setinggi vertebra thoracica VIII pada
contrum tendineum. Lubang ini dilalui oleh vena cava inferior dan
cabang-cabang terminal nervus phrenicus dexter.

Selain dari lubang-lubang tersebut, nervi splanchnici menembus crura; truncus


sympathicus berjalan posterior terhadap ligamentum arcuatum mediale pada masing-

18
masing sisi; dan arteria dan vena epigastrica superior berjalan diantara origo pars
sternalis dan costalis diaphragm setiap sisi.5

Rongga Dada
Rongga dada dibatasi oleh dinding thorax dan dibawah oleh diaphragma. Rongga
ini meluar ke atas dan kedalam pangkal leher sekitar satu jari di atas clavicula kanan
dan kiri.
Diaphragma, sebuah otot yang sangat tipis, merupakan satu-satunya struktur (selain
dari pleura dan peritoneum) yang memisahkan rongga dada dari viscera abdomen.
Rongga dada dibagi oleh pemisah garis tengah, disebut mediastinum, atas dua bagian
lateral yang menempati oleh paru dan pleura.5
 Mediastinum
Mediastinum, walaupun tebal, merupakan pemisah yang mudah bergerak,
yang terletak diantara kedua pleura dan paru. Meluas keatas sampai ke
aperture thoracis superior dan pangkal leher, dan kebawah sampai
diaphragma. Kedepan mediastinum meluas sampai sternum dan ke posterior
sampai ke columna vertebralis. Mediastinum dibagi dua menjadi mediastinum
superius dan mediastinum inferius oleh garis imajiner yang berjalan dari
angulus sterni di anterior ke pinggir bawah corpus vertebra thoracica IV di
posterior.2

2.2.7 Pleura
Pelura dan paru terletak pada kedua sisi mediastinum di dalam rongga dada. Pleura
merupakan dua kantong serosa yang mengelilingi dan melindungi paru. Setiap pleura
terdiri dari dua lapisan ; lapisan parietalis, yang melindungi dinding thorax, meliputi
permukaan thoracal diaphragm dan permukaan lateral mediastinum, dan meluas
hingga ke pangkal leher; dan lapisan visceralis, yang meliputi seluruh permukaan luar
paru dan meluas ke dalam fissure interlobaris.
Lapisan parietalis melanjutkan diri menjadi lapisan visceralis pada lipatan
pleura yang mengelilingi alat-alat yang masuk dan keluar dari hilus pulmonis pada
setiap paru. Untuk memungkinkan pergerakan vasa pulmonalis dan bronchus besar
selama respirasi, lipatan pleura tergantung sebagai lipatan bebas dan disebut sebagai
ligamentum pulmonale.

19
Lapisan parietalis dan lapisan visceralis pleura dipisahkan satu dengan yang lain oleh
suatu ruangan sempit yang disebut, cavitas pleuralis.2

 Perdarahan dan Persarafan


 Pleura parietalis memperoleh darah dari arteria intercosteles, A.
pericardiocophrenica, dan A. musculophrenica. Dua pembuluh darah
terakhir ini berasal dari A. thoracica interna. Vena-venanya bergabung
dengan vena-vena sistemik pada dinding dada. Persarafannya berasal
dari Nn. Intercostales dan N. phrenicus.
 Pleura visceralis memperoleh darah dari pembuluh-pembuluh
bronchialis. Pembuluh limfatiknya bergabung dengan pembuluh getah
bening paru. Persarafan disuplai oleh saraf-saraf otonom.5

2.7.8 Paru (Pulmo)


Paru (kanan dan kiri) terletak di samping kanan dan kiri mediastinum.
Diantaranya di dalam mediastinum, terletak jantung dan pembuluh darah besar. Paru
berbentuk kerucut dan diliputi oleh pleura visceralis. Paru tergantung bebas dan
dilekatkan pada mediastinum oleh radixnya.
Masing-masing paru mempunyai apex yang tumpul, yang menonjol keatas ke dalam
leher, sekitar 2,5 cm diatas clavicula; basis yang konkaf terletak diatas diaphragma;
facies costalis yang konveks disebabkan oleh dinding thorax yang konkaf; facies
mediastinalis yang konkaf yang merupakan cetakan pericardium dan alat-alat
mediastinum lainnya. Sekitar pertengahan facies mediastinalis terdapat hilus
pulmonis, yaitu suatu cekungan dimana bronchus, pembuluh darah dan saraf yang
membentuk radix pulmonis masuk dan keluar dari paru.
Pinggir anterior tipis dan tumpang tindih dengan jantung; pada pinggir anterior
ini pada paru kiri terdapat incisura cardiaca. Pinggir posterior tebal dan terletak di
samping columna vetrebralis.2
 Lobus dan Fissura
 Paru kanan
Paru kanan sedikit lebih besar dari paru kiri, dan dibagi oleh fissure
oblique dan fissure horizontalis menjadi tiga lobus ; lobus superior,
lobus meidus, dan lobus inferior. Fissura oblique berjalan dari pinggir

20
inferior ke atas dan belakang menyilang permukaan medial dan
costalis sampai memotong pinggir posterior. Fissura horizontalis
berjalan horizontal menyilang permukaan costalis dan bertemu dengan
fissure oblique. Lobus medius merupakan lobus kecil berbentuk
segitiga yang dibatasi oleh fissure horizontalis dan fissure oblique.
 Paru kiri
Paru kiri dibagi oleh satu fissure (fissure oblique) menjadi dua lobus ;
lobus superior dan lobus inferior.

 Pembuluh Darah Pulmonal


Truncus pulmonalis mengembalikan darah yang kurang O2 dari ventrikel
kanan jantung menuju paru-paru. Bifurcatio truncus pulmonalis, menjadi Aa.
Pulmonalis dextra dan sinistra, terjadi di sebelah kiri garis tengah, tepat di sebelah
inferior terhadap discus intervertebrale thoracal IV-V dan di sebelah antero-inferior
terhadap sisi kiri bifurcation tracheae. Di dalam paru pembuluh nadi pulmonal ini
bercabang-cabang, menyertai bronchi segmental dan subsegmental dan terutama
letaknya di sebelah posterolateral terhadap bronchi.5
 Arteri Pulmonalis Dextra
Pembuluh nadi ini lebih panjang dari pada yang kiri, melintas
horizontal menyebrangi mediastinum dan memiliki posisi sebagai
berikut;
(1) Di sebelah anterior dan sedikit inferior terhadap bifurcation
tracheae dan sebelah anterior terhadap bronchus principalis
dexter;
(2) Di sebelah posterior terhadap aorta ascendens, V. cava superior
dan V. pulmonalis dextra superior.
Tepat sebelum mencapai hilus, A. pulmonalis dextra
mempercabangkan sebuah cabang superior menuju lobus superior.
Cabang ini segera melintas di sebelah posterolateral terhadap bronchus
lobus superior. Nadi utama memasuki hilus pulmonis, di antara
bronchus lobus superior dan lanjutan bronchus principalis, yang
akhirnya bercabang menjadi arteri-arteri untuk lobus medius dan
inferior.

21
 Arteri Pulmonalis Sinistra
Arteri pulmonalis sinistra terletak di sebelah anterior terhadap aora
ascendens dan di sebelah posterior terhadap V. pulmonalis superior
kiri. Setelah menyilang bronchus principalis sinister di sebelah
anterior. Arteri ini menempati bagian cranial hilus pulmonis dan
bercabang menjadi arteri-arteri untuk lobus superior dan inferior.
Didalam paru, pembuluh nadi pulmonal ini bercabang-cabang mengikuti
percabangan bronchus dan berakhir sebagai anyaman kapiler yang membentuk
plexus tepat di dinding dan septa alveoli serta sakus alveolaris.
 Vena-vena Pulmonalis
Dari paru-paru, V. pulmonalis superior dan V. pulmonalis
inferior masing-masing paru membawa darah beroksigen menuju
atrium cordis sinistrum. Dari kapiler-kapiler pulmonal, darah balik
berkumpul ke dalam cabang-cabang arteri pulmonalis dan bronchi.
Cabang-cabang vena tersebut berhubungan bebas (melintas antar
segmen,melayani intersegmental, mengalirkan darah ke dalam lebih
dari satu vena) dan membentuk pembuluh balik yang lebih besar, yang
akhirnya menyertai arteri-arteri dan bronchi menuju hilus pulmonis.
Jadi di bagian perifer, sebuah segmen bronchopulmonalis tidak
memiliki unit vaskuler yang lengkap.
V. pulmonalis superior dextra terbentuk oleh penyatuan vena-
vena dari lobus superior dan lobus medius; sedangkan yang inferior
kanan terbentuk oleh penyatuan vena-vena lobus inferior. V.
pulmonalis superior kiri terbentuk dari penyatuan vena-vena lobus
superior dan yang inferior dari penyatuan vena-vena lobus inferior.

 Arteri-arteri dan Vena-vena Bronchiales


A. bronchialis mensuplai darah beroksigen untuk nutrisi paru,
kelenjar-kelenjar bronkial, ujung caudal trachea, oesophagus dan
dinding bronchus sampai sejauh bronchioles respirasi serta pembuluh-
pembuluh pulmonal yang lebih besar. Pada dinding bronchus yang
lebih kecil, permukaan paru dan pleura visceralis arteri-arteri ini

22
beranastomosis dengan cabang-cabang Aa. Pulmonalis membentuk
plexus kapiler subpleural.
A. bronchialis ini berasal dari aorta thoracalis atau A. intercostalis
posterior bagian atas. Disamping A. bronchialis utama, terdapat
cabang-cabang bronchialis yang lebih kecil, berasal dari aorta
thoracalis; mungkin satu diantaranya terletak pada ligament pulmonale
dan mungkin menyebabkan perdarahan sewaktu terjadi lobektomi
lobus inferior.
Normal, A.bronchialis dextra yang tunggal berasal dari A.
intercostalis posterior 3, tetapi kadang-kadang berasal dari A.
bronchialis kiri atas.
Dua A. bronchialis kiri berasal langsung dari permukaan anterior aorta
thoracalis; A. bronchialis superior sininstra muncul setinggi vertebra
thoracal 5 dan yang inferior berada di sebelah inferior terhadap
bronchus kiri.
Arteri-arteri dan vena-vena bronchialis ini bercabang-cabang dan
menyertai pohon bronchial, melintasi permukaan posterior bronchus.
Darah balik melalui V. bronchialis yang membentuk dua sistem yang
berbeda. V. bronchialis yang letaknya dalam mulai sebagai plexus
bronchialis intrapulmonal, berhubungan bebas dengan cabang-cabang
V. pulmonalis. Mungkin anastomosis pembuluh broncho-pulmonal
tersebut berlimpah pada bayi yang baru lahir; dikemudian hari
anastomosis demikian berobliterasi sampai derajat tertentu.
Selanjutnya, cabang-cabang V. pulmonalis tersebut bergabung menjadi
sebuah batang yang berakhir pada V. pulmonalis utama, untuk
bermuara pada atrium kiri. V. bronchialis yang dangkal mengalirkan
darah dari bronchus ekstrapulmonal, pleura visceralis, jaringan areolar
lobules, dan Nnll. Hilus; vena-vena ini berakhir pada V azygos, untuk
paru kanan dan pada V. intercostalis superior atau V. hemiazygos
ascessoria untuk paru kiri.
Juga vena-vena bronchialis dangkal ini berhubungan dengan
cabang-cabang V. pulmonalis. Dengan demikian, V. bronchialis tidak
menerima semua darah yang dihantarkan oleh A. bronchialis, sebagian
darah baliknya memasuki V. pulmonalis.2,5

23
 Persarafan Pulmonal
Lewat plexus pulmonalis anterior dan posterior yang dibentuk oleh cabang-
cabang truncus symphaticus segmen thoracal I-III atau IV dan parasimpatis N.
vagus. Plexus-plexus yang saling berhubungan ini terletak di sebelah anterior
dan posterior terhadap bifurcation trachea dan bronchus principalis.
Plexus pulmonalis anterior jauh lebih kecil daripada plexus posterior. Serabut-
serabut saraf yang keluar dari plexus ini menyertai pipa-pipa bronchus dan
pembuluh darah, membawa serabut visceral eferen dan serabut visceral aferen
menuju/dari pleura visceralis dan struktur-struktur lain jaringan paru.
Bronkokonstriktor otot bronchus, vasodilator otot pembuluh darah dan sekresi
kelenjar bronkus dihantarkan oleh perangsangan serabut visceral eferen N.
vagus; suplai simpatis berupa inhibitor, membuat relaksasi otot polos
bronchus, vasokonstriktor otot pembuluh darah dan mengadakan pengurangan
simulasi parasimpatis (vagal).
 Aliran Limfe Pulmonal
Pembuluh limfe berasal dari plexus superficialis dan plexus profundus, dan
tidak terdapat pada dinding alveoli. Plexus superficialis (subpleura) terletak di
bawah pleura visceralis dan mengalirkan cairannya melalui permukaan paru
kea rah hilus pulmonalis, tempat pembuluh-pembuluh limfe bermuara ke nodi
bronchopulmonales. Plexus profundus berjalan sepanjang bronchus dan arteria
dan vena pulmonalis menuju ke hilus pulmonis, mengalirkan limfe ke nodi
pulmonis yang terletak di dalam substansi paru. Limfe kemudian masuk ke
dalam nodi bronchopulmonales di dalam hilus pulmonis. Semua limfe dari
paru meninggalkan hilus pulmonis mengalir ke nodi tracheobronchiales dan
kemudian masuk ke dalam truncus lymphaticus bronchomediastinalis.5

2.2 Sistem Pernapasan Manusia

Pernapasan, sebagai istilah yang lazim digunakan mencakup dua proses, yaitu;
pernapasan eksterna – penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran karbon dioksida
(CO2) dari tubuh secara secara keseluruhan, serta pernapasan interna – penggunaan O2
dan pembentukan CO2 oleh sel serta pertukaran gas diantara sel tubuh dan media cair

24
di sekitarnya. Fungsi utama dari respirasi (pernapasan) adalah memperoleh O2 dan
untuk mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh sel sebagai hasil metabolisme.
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas (paru) dan suatu pompa
ventilasi paru. Pompa ventilasi ini terdiri atas dinding dada; otot pernapasan yang
membesar dan memperkecil ukuran rongga dada; pusat pernapasan di otak yang
mengendalikan otot pernapasan; serta jaras dan saraf yang menghubungkan pusat
pernapasan dengan otot pernapasan. Pada keadaan istirahat, frekuensi pernapasan
manusia normal berkisar antara 12-15 kali per menit.
Sistem repirasi mencakup saluran napas yang menuju paru itu sendiri, dan
struktur-struktur thorax (dada) yang berperan menyebabkan aliran udara masuk dan
keluar paru melalui saluran napas. Saluran napas berupa tabung atau pipa yang
mengangkut udara antar atmosfer dan kantung udara (alveolus), alveolus merupakan
satu-satunya tempat pertukaran gas antara udara dengan darah.
Saluran napas berawal dari saluran nasal (hidung). Saluran hidung membuka
kedalam faring (tenggorokan), yang berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem
pernapasan dan pencernaan. Terdapat dua macam saluran yang berasal dari faring,
yaitu; trakea, yang dilalui oleh udara untuk menuju paru dan oesophagus yang dilalui
oleh makanan untuk menuju ke lambung. Trakea sendiri terletak anterior dari pada
oseophagus. Udara dalam keadaan normal masuk ke faring melalui hidung, tetapi
udara juga dapat masuk melalui mulut jika hidung tersumbat. Laring, terletak di pintu
masuk trakea.1

2.2.1 Mekanisme Pernapasan

Udara cenderung mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan
rendah, yaitu menuruni gradient tekanan atau difusi.
 Hubungan antara tekanan di dalam dan di luar paru penting dalam ventilasi
Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas karena
berpindah mengikuti gradient tekanan antara alveolus dan atmosfer yang
berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh aktifitas siklik otot
pernapasan. Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi;
(1) Tekanan atmosfer (barometrik), adalah tekanan yang ditimbulkan oleh
berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada
ketinggian permukaan laut tekanan ini sama dnegan 760 mmHg.

25
Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di
atas permukaan laut karena lapisan-lapisan udara diatas permukaan
bumi juga semakin menipis. Pada setiap ketinggian terjadi perubahan
minor tekanan atmosfer karena perubahan kondisi cuaca (yaitu tekanan
barometrik naik atau turun).
(2) Tekanan intra-alveolus, yang juga dikenal sebagai tekanan intra-paru,
merupakan tekanan di dalam alveolus, karena alveolus berhubungan
dengan atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara cepat
mengalir menuruni gradient tekanannya, setiap tekanan intra-alveolus
berbeda dari tekanan atmosfer, udara terus mengalir sampai kedua
tekanan seimbang (equilibrium).
(3) Tekanan intra-pleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan
ini juga dikenal sebagai tekanan intra-thorax. Adalah tekanan yang
ditimbulkan di luar paru di dalam rongga thorax. Tekanan intra-pleura
biasanya lebih rendah dari pada tekanan atmosfer, rerata 756 mmHg
pada saat beristirahat.
Tekanan intrapleura tidak menyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer atau
intra-alveolus karena tidak ada komunikasi langsung antara rongga pleura dna
atmosfer atau paru. Karena kantung pleura adalah suatu kantung tertutup tanpa
lubang, maka udara tidak dapat masuk atau keluar meskipun mungkin terdapat
gradient tekanan antara kantung pleura dengan daerah sekitar.1

 Paru dalam keadaan normal teregang untuk mengisi rongga thoraks yang lebih
besar
Rongga thoraks lebih besar daripada paru yang tidak teregang karena dinding
thorax tumbuh lebih cepat dari pada paru sewaktu masa perkembangan.
Namun, dua gaya – daya kohesif (rekat) cairan intrapleura dan gradient
tekanan transmural menahan dinding thoraks dan paru untuk saling
berdekatan, meregangkan paru untuk mengisi rongga thorax yang lebih besar.6

2.2.2 Inspirasi dan Ekspirasi


Paru dan dinding dada adalah struktur elastik. Pada keadaan normal, hanya
ditemukan selapis tipis cairan di antara paru dan dinding dada. Paru dengan mudah
dapat bergeser sepanjang dinding dada, tetapi sukar untuk dipisahkan dari dinding

26
dada seperti dua lempeng kaca yang direkatkan dengan air. Tekanan di di dalam
ruang antara paru dan dinding dada (tekanan intrapleura) bersifat subatmosferik. Pada
saat kelahiran, jaringan paru dikembangkan sehingga teregang, dan pada akhir
respirasi tenang, kecenderungan daya rekoil jaringan paru untuk menjauhi dinding
dada diimbangi oleh daya rekoil dinding dada ke arah yang berlawanan. Apabila
dinding dada dibuka, paru akan kolaps; dan apabila paru kehilangan elastisitasnya,
dada akan mengembang menyerupai bentuk gentong (barrel shaped).
Inspirasi merupakan proses aktif, kontraksi otot-otot inspirasi akan
meningkatkan volume intratorakal. Tekanan intrapleura di bagian basis paru akan
turun dari nilai normal sekitar -2,5 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada
awal inspirasi, menjadi 6 mmHg. Jaringan paru semakin teregang, tekanan di dalam
saluran udara menjadi sedikit lebih negatif, dan udara mengalir ke dalam paru. Pada
akhir inspirasi daya rekoil paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan
ekspirasi, sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya rekoil jaringan paru dan
dinding dada. Tekanan didalam saluran udara menjadi sedikit lebih positif, dan udara
mengalir meninggalkan paru. Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses
pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intra torakal.
Namun, pada awal ekspirasi, masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi. Kontraksi
ini berfungsi sebagai peredam daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi.
Pada inspirasi kuat tekanan intrapleura turun mencapai -30 mmHg,
menimbulkan pengembangan jaringan paru yang lebih besar. Apabila ventilasi
meningkat, derajat pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan melalui kontraksi
aktif otot-otot ekspirasi yang menurunkan volume intratorakal.6

2.2.3 Peranan Otot Pernapasan

Karena udara mengalir mengikuti penurunan gradien tekanan, maka tekanan


intra-alveolus harus lebih kecil dari tekanan atmosfer agar udara mengalir masuk ke
dalam paru. Demikian juga, tekanan intra- alveolus harus lebih besar daripada tekanan
atmosfer agar udara mengalir keluar paru sewaktu ekspirasi. Hukum boyle
menyatakan bahwa pada suhu konstan, tekanan yang ditimbulkan oleh suatu gas
berbanding terbalik dengan volume gas; yaitu, sewaktu volume gas meningkat,
tekanan yang ditimbulkan oleh gas berkurang secara proporsional. Sebaliknya,
tekanan meningkat secara proporsional sewaktu volume berkurang. Perubahan

27
volume paru, dan karenanya tekanan intra-alveolus, ditimbulkan secara tak langsung
oleh aktivitas otot pernapasan.
Otot-otot pernapasan yang melakukan gerakan bernapas tidak bekerja langsung pada
paru untuk mengubah volumenya. Otot-otot ini mengubah volume rongga thoraks,
menyebabkan perubahan serupa pada volume paru karena dinding thoraks dan
dinding paru berhubungan melalui daya rekat cairan intrapleura dan gradien tekanan
transmural.
Sebelum inspirasi, otot-otot pernapasan berada dalam keadaan lemas, tidak
ada udara yang mengalir, dan tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer.
Otot inspirasi utama yang berkontraksi untuk melakukan inspirasi sewaktu bernapas
tenang adalah diafragma dan otot interkostal eksternal. Pada awitan inspirasi, otot-
otot ini dirangsang untuk berkontraksi sehingga rongga thoraks membesar. Otot
inspirasi utama adalah diafragma, satu lembaran otot rangka yang membentuk rantai
rongga thoraks dan dipersarafi oleh N. Phrenicus dan m. intercostalis eksternus.
Diafragma dalam keadaan melemas berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam
rongga thoraks. Ketika berkontraksi, diafragma turun dan memperbesar volume
rongga thoraks dengan meningkatkan ukuran vertikal. Dinding abdomen, jika
melemas, menonjol keluar sewaktu inspirasi karena diafragma yang turun menekan isi
abdomen ke bawah dan ke depan. Sekitar 75% pembesaran rongga thoraks sewaktu
bernapas tenang dilakukan oleh kontraksi diafragma.

Pada inspirasi kuat, prosesnya dibantu oleh otot-otot inspirasi tambahan. Otot-
otot tersebut antara lain m. sternocleidomatoideus yang berfungsi mengangkat
sternum, m. serratus anterior yang mengangkat sebagian besar iga, dan M. scalenus
yang mengangkat dua iga pertama.
Dua set otot interkostalterletak antara iga-iga, otot interkostal eksternal terletak di atas
otot interkostal internal. Kontraksi otot interkostal eksternal, yang serat-seratnya
berjalan ke bawah dan depan antara dua iga yang berdekatan, memperbesar rongga
thoraks dalam dimensi lateral dan anteroposterior. Ketika berkontraksi, otot
interkostal eksternal mengangkat iga dan selanjutnya sternum ke atas dan ke depan.
Saraf interkostal mengaktifkan otot-otot interkostal ini.Pada akhir ekspirasi, otot
inspirasi melemas. Diafragma mengambil posisi aslinya yang seperti kubah ketika
melemas. Ketika otot interkostal eksternal melemas, sangkar iga yang sebelumnya
terangkat tururn karena gravitasi. Tanpa gaya-gaya yang menyebabkan ekspansi

28
dinding dada maka dinding dada dan paru yang semula teregang mengalami rekoil ke
ukuran semula. Sewaktu paru kembali mengecil, tekanan intra-alveolus meningkat,
karena jumlah udara termampatkan ke volume yang lebih kecil. Pada ekspirasi kuat
terjadi kontraksi otot-otot ekspirasi. Otot-otot ekspirasi tersebut antara lain, M. rectus
abdominis yang menarik iga ke arah bawah dan M. intercostalis interna.1,6

2.2.4 Volume Paru

Jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap kali inspirasi (atau jumlah
udara yang keluar dari paru setiap kali ekspirasi) disebut volume tidal. Jumlah udara
yang masih dapat masuk ke paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa
disebut volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume/IRV). Jumlah udara
yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru melalui kontraksi otot ekspirasi,
setelah ekspirasi biasa disebutvolume cadangan ekspirasi (expiratory reserve
volume/ERV), dan udara yang masih tertinggal di dalam paru setelah respirasi
maksimal disebut volume residu (residual volume/RV). Nilai normal berbagai volume
paru dan istilah yang digunakan untuk kombinasi berbagai volume paru tersebut
diperlihatkan pada gambar. Ruang di saluran napas yang berisi udara yang tidak ikut
serta dalam proses pertukaran gas dengan darah dalam kapiler paru disebut ruang rugi
pernapasan (respiratory dead space).

Pengukuran kapasitas vital, yaitu jumlah udara terbesar yang dapat


dikeluarkan dari paru setelah inspirasi maksimal, seringkali digunakan di klinik
sebagai indeks fungsi paru. Nilai tersebut bermanfaat dalam memberikan informasi
mengenai kekuatan otot pernapasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan lain.
Fraksi volume kapasitas vital yang dikeluarkan pada satu detik pertama melalui
ekspirasi paksa (volume ekspirasi paksa 1 detik,FEV1/timed vital capacity) dapat
memberikan informasi tambahan; nilai kapasitas vital normal yang menurun dapat
diperoleh dengan nilai FEV1 menurun pada pengidap penyakit seperti asma, yang
mengalami peningkatan tahanan saluran udara akibat konstriksi bronkus.5 Pada
keadaan normal, jumlah udara yang diinspirasikan selama satu menit (ventilasi paru,
volume respirasi semenit) sekitar 6 L (500 mL/napas x 12 napas/menit). Ventilasi
volunter maksimal (maximal voluntary ventilation, MVV), atau yang dahulu disebut
sebagai kapasitas pernapasan maksimum (maximal breathing capacity, adalah volume

29
gas terbesar yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan selama 1 menit secara volunter.
Pada keadaan normal, MVV berkisar antara 125-170 L/menit.1
2.3 Transportasi O2 dan CO2
2.3.1 Transportasi O2

Pada keadaan normal, sekitar 97% oksigen yang diangkut dari paru ke
jaringan, dibawa dalam campuran kimiawi dengan hemoglobin di dalam sel darah
merah. Sebanyak 3% sisanya diangkut dalam bentuk terlarut dalam cairan plasma dan
sel darah. Dengan demikian, pada keadaan normal hampir seluruh oksigen yang
dibawa ke jaringan diangkut hemoglobin. Molekul oksigen bergabung secara longgar
dan reversibel dengan bagian heme dari hemoglobin. Bila PO2 tinggi, seperti dalam
kapiler paru, oksigen berikatan dengan hemoglobin. Akan tetapi bila PO2 rendah,
seperti dalam kapiler jaringan, oksigen dilepaskan dari hemoglobin.
Setiap gram hemoglobin bergabung dengan 13,4 mL oksigen, sehingga
dengan konsentrasi hemoglobin sebesar 15g/dL, darah mengandung maksimum 20
mL/dL oksigen yang terikat dengan hemoglobin. Keadaan tersebut dikenal sebagai
kapasitas oksigen, yang bervariasi sesuai dengan Hb. Jumlah sebenarnya ikatan
oksigen juga bergantung pada PO2. Persentase tempat pengikatan yang tersedia dan
telah berikatan dengan oksigen disebut saturasi oksigen. Kandungan oksigen dalam
darah setara dengan jumlah oksigen yang terikat hemoglobin dan sedikit oksigen yang
terlarut. Kecepatan peningkatan kandungan oksigen dengan peningkatan tekanan
parsial bergantung pada jumlah tempat pengikatan hemoglobin bebas yang tersisa
dan afinitasnya untuk oksigen. Sebaliknya seiring dengan terikatnya setiap molekul
oksigen dengan empat gugus hem, struktur kuartener berubah dan afinitas tempat
pengikatan yang tersisa untuk oksigen meningkat. Pengikatan kooperatif tersebut
meningkatkan kecuraman kurva disosiasi oksigen-hemoglobin di tengah, tetapi kurva
kembali mendatar pada tekanan parsial di atas 60 mmHg karena terdapat beberapa
sisa tempat pengikatan yang tidak terisi.

Dalam darah arteri, PO2 normal sekitar 100 mmHg, saturasi oksigen sekitar
97%, dan dengan Hb normal kandungan oksigennya sekitar 20mL/dL. Peningkatan
atau penurunan sedang tekanan oksigen dari nilai normal, misalnya selama
hiperventilasi atau hipoventilasi ringan, menyebabkan sedikit perubahan oksigen
arterial karena kurva disosiasi mendatar pada regio ini. Penurunan PO2 yang lebih

30
parah, sampai tingkat pada regio curam, berhubungan dengan penurunan kandungan
dan saturasi oksigen yang signifikan. Akibatnya, udara yang kaya oksigen pada
pernapasan secara signifikan dapat meningkatkan kandungan oksigen arterial.
PO2 rendah dalam kapiler jaringan menyebabkan pelepasan oksigen dari
hemoglobin, sedangkan PO2 tinggi dalam kapiler pulmonal menyebabkan pengikatan
oksigen. Afinitas hemoglobin untuk oksigen dan posisi kurva disosiasi bervariasi
sesuai keadaan lokal. Penurunan afinitas oksigen, diperlihatkan oleh pergeseran kurva
ke kanan, disebabkan oleh penurunan pH, peningkatan PCO2 (efek Bohr), atau
kenaikan temperatur. Perubahan-perubahan tersebut terjadi di jaringan yang aktif
secara metabolik seperti otot yang bergerak dan mendorong pelepasan oksigen.
Di dalam paru, ambilan oksigen dibantu oleh afinitas hemoglobin untuk oksigen yang
meningkat, disebabkan oleh penurunan PCO2 dan temperatur serta peningkatan pH
dan direfleksikan dengan pergerakan kurva ke kiri. PO2 pada keadaan hemoglobin
50% jenuh disebut P50. Dalam keadaan arterial normal (pH =7,4, PCO2 = 40 mmHg,
temperatur =37˚C) P50 = 26,3 mmHg; pergeseran ke kanan meningkatkan P50 dan
pergeseran ke kiri menurunkannya.Peningkatan konsentrasi 2,3-diphospogliserat (2,3-
DPG), yang merupakan produk sampingan gliolisis dalam sel darah merah juga
menyebabkan pergeseran kurva ke kanan.1,5,6

2.3.2 Transportasi CO2

Karbon dioksida (CO2) dihasilkan oleh jaringan dan dibawa di dalam darah ke
paru untuk diekspirasi. Jumlah CO2 yang dapat dibawa dalam darah jauh lebih besar
daripada jumlah O2 yang, seperti yang terlihat pada kurva disosiasi CO2. Kurva
disosiasi CO2 lebih linear dan tidak mencapai plateau. CO2 di bawa di dalam darah
sebagai ion bikarbonat, setelah senyawa karbamino bercampur dengan protein atau
benar-benar terlarut dalam plasma. Di dalam darah vena campuran sekitar 60% CO2
dibawa dalam bentuk ion bikarbonat. CO2 dan air bercampur membentuk asam
karbonat (H2CO3) dan kemudian bikarbonat (HCO3¯ ). Asam karbonat terbentuk dari
reaksi CO2 dengan H2O yang dibantu oleh enzim karbonat anhidrase, enzim ini
terdapat pada sel darah merah. Ionisasi asam karbonat menjadi ion bikarbonat dan H+
berlangsung cepat pada keadaan tanpa enzim. Oleh karena itu, ion bikarbonat
cenderung terbentuk di dalam sel darah merah, kemudian secara mudah berdifusi ke

31
plasma. Namun, membran sel darah merah tidak permeabel terhadap ion H+ sehingga
ion-ion ini menetap di dalam sel.
Untuk mempertahankan netralitas listrik, ion Cl¯ berdifusi ke dalam sel darah
merah untuk menggantikan ion bikarbonat, suatu efek yang dikenal sebagai
pergeseran klorida. Penambahan H+ dalam sel darah merah akan mengganggu
keseimbangan kimia sehingga membatasi pembentukan ion bikarbonat. Namun H+
berikatan kuat dengan hemoglobin tereduksi (mengalami deoksigenasi), yaitu
hemoglobin yang bekerja sebagai suatu penyangga, sehingga peningkatan konsentrasi
H+ terbatas dan lebih banyak ion bikarbonat yang dapat terbentuk. Hemoglobin
teroksigenasi tidak mengikat H+ dengan baik karena bersifat lebih asam.
Keadaan tersebut berperan pada efek Haldane yang menyatakan bahwa pada
PCO2 berapa pun, kandungan CO2 dalam darah yang terdeoksigenasi lebih besar
daripada dalam darah yang teroksigenasi. Sebagai akibatnya, bila darah melepaskan
oksigen ke jaringan yang berespirasi, yaitu menjadi terdeoksigenasi, maka darah
mampu mengambil lebih banyak CO2 yang dihasilkan oleh jaringan. Sebaliknya,
oksigenasi hemoglobin dalam paru membantu mengeluarkan CO2 dari darah sehingga
dapat diekspirasi. Sebagai akibat dari keadan tersebut, sel-sel darah merah yang
mengalami deoksigenasi memiliki osmolalitas intraselular yang lebih tinggi sehingga
air masuk, menyebabkan sel sedikit membesar. Di dalam paru, CO2 dilepaskan,
osmolalitas berkurang, dan sel darah merah mengecil kembali.
CO2 bercampur secara cepat dengan gugus amino terminal pada protein untuk
membentuk senyawa karbamino. Di dalam darah, protein yang paling lazim adalah
hemoglobin, yang bercampur dengan CO2 untuk membentuk
karbaminohemoglobin.Hemoglobin tereduksi lebih mudah membentuk senyawa
karbamino daripada hemoglobin yang teroksigenasi dan hal tersebut juga memberi
kontribusi pada efek Haldane. Sekitar 30% dari CO2 ekspirasi dibawa ke paru sebagai
senyawa karbamino.CO2 sekitar 20 kali lebih larut dalam air dibandingkan O2. Oleh
karena itu, CO2 ekshalasi dalam proporsi signifikan akan dibawa ke paru dan larut
dalam plasma. Akibat efek Haldane, proporsi CO2 yang dibawa dalam darah sebagai
ion bikarbonat, senyawa karbamino, dan yang mudah larut berbeda antara darah
arterial teroksigenasi dan darah vena campuran yang teroksigenasi.5

32
2.4 Pengendalian Keseimbangan Asam-Basa

pH darah arterial dalam keadaan normal 7,4, pengaturan status asam-basa agar
pH darah tetap di antara 7,35 dan 7,45 penting untuk fungsi tubuh yang tepat.
Penyaluran CO2 di dalam darah dan pembuangannya di dalam paru mempunyai
pengaruh penting pada status asam-basa, karena sekitar 100 kali ekuivalen yang lebih
asam diekspirasi setiap hari dalam bentuk CO2 atau asam karbonat daripada ekuivalen
yang dieksresi sebagai asam terfiksasi oleh ginjal. Meskipun demikian, mekanisme
ginjal penting untuk pengaturan keseimbangan asam-basa, dan untuk gangguan
respirasi yang terkompensasi.
Buffer (penyangga) mengikat atau melepaskan H+ berdasarkan pH, hal ini
membatasi perubahan pH yang terjadi bila asam ditambahkan. Hubungan antara
jumlah ekuivalen asam yang ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung buffer
dan perubahan pH yang terjadi dikenal sebagai kurva buffer. Buffer paling efektif bila
pH mendekati pKA. Buffer yang aling penting dalam darah adalah hemoglobin dan
ion bikarbonat. CO2 bercampur dengan air untuk membentuk asam karbonat, yang
berdisosiasi menjadi HCO3¯ dan H+. Hubungan antara pH, PCO2, dan ion bikarbonat
dijelaskan oleh persamaan Henderson-Hasselbach. Di dalam darah normal,
kandungan ion bikarbonat sebesar 24 mmol, PCO2 40 mmHg, dan pH 7,4. Berapa
pun nilai sebenarnya, hal penting yang harus diingat adalah bahwa jika rasio ion
bikarbonat dibandingkan asam karbonat tetap konstan pada 20, pH akan tetap pada
7,4.6,7

33
Bab III Kesimpulan

Sistem pernapasan manusia terintegrasi dengan saluran pernapasan yang


memberi jalan bagi udara luar agar dapat masuk ke paru. Saat melalui saluran
pernapasan udara disaring oleh silia dari epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet,
penyaringan ini berfungsi agar udara yang masuk terbebas dari kotoran. Saluran ini
juga dilengkapi dengan membran mukosa yang dapt menghangatkan udara. Udara
pernapasan dapat keluar dan masuk paru melalui mekanisme ekspirasi dan inspirasi
yang digiatkan oleh otot-otot pernapasan, saat otot inspirasi berkontraksi maka udara
akan masuk karena perbedaan tekanan yang terjadi. Kapasitas paru setiap orang
dalam menampung udara pernapasan berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh jenis
kelamin, berat badan, dan tinggi badan. Udara yang masuk pada sat inspirasi, akan
berdifusi ke kapiler darah melalui sistem transpor O2 yang nantinya digunakan untuk
metabolisme sel-sel tubuh. Sisa metabolisme sel-sel tubuh yang berupa CO2 akan
dibuang melalui sistem transpor CO2. Keselarasan antara sistem transpor O2 dan CO2
berperan dalam menjaga keseimbangan pH tubuh agar tetap 7,35-7,45. Seluruh
kegiatan pada sistem respirasi dikendalikan oleh pusat kontrol yang saling
bekerjasama antara satu dengan lainnya. Perubahan tekanan dapat mengganggu
sistem transpor O2 maupun CO2. Akibatnya, keseimbangan pH tubuh terganggu
sehingga kemoreseptor di pusat pernapasan terpicu mengirim impuls untuk
meningkatkan ventilasi melebihi jumlah normal.

34
Daftar Pustaka

1) Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.h. 669-721.
2) Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2012.h. 35-105.
3) Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia 3. Edisi ke-23. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013.h. 42-50.
4) Eroschenko VP. Atlas histologi di fiorre dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h. 335-40.
5) Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2007.h.
76-80.
6) Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2014.h. 497-534,618.
7) Murray RK, Grannel DK, Rodwell VS. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h. 586-9.

35

You might also like