You are on page 1of 22

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR BIOPROSES

APLIKASI SEL AMOBILISASI DAN PEMBUATAN ASAM LAKTAT

Dosen Pembimbing : Dianty Rosirda Dewi Kurnia S.T. , M.T.

Praktikum : 2017
Penyerahan : 6 November 2017
(Laporan)

Disusun oleh:

Kelompok III ( IA-D3 Teknik Kimia)

Febrian Rifkhi F (161411009)


Galuh Hasan B (161411010)
Hanifah D (161411011)
Hibah Baskoro R (161411012)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I. Tujuan Praktikum
 Memahami tipe reactor yang tepat untuk sel terimmobilisasi
 Memahami dan menguasai prosedur pembuatan sel terimmobilisasi
 Menguji sel immobilisasi dengan membuat asam laktat

II. Landasan Teori


2.1 Sel Immobilisasi
Sel terimobilisasi adalah suatu sel yang secara fisik terjerat pada suatu bahan, misal
dalam karagenan. Sel tersebut tetap mempunyai aktivitasnya sebagai biokatalisator/katalis.
Sel yang terimmobilisasi dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH. Sistem
ini juga membantu sel berada di tempat tertentu selama berlangsungnya reaksi sehingga
memudahkan proses pemisahan serta sel tersebut dapat dipergunakan secara terus menerus
dan sangat penting untuk proses berkesinambungan.
Immobilisasi sel mikroba dibedakan atas 3 macam yakni:
 Sel mati: untuk reaksi konversi sederhana (1 tahap)
 Sel hidup: untuk reaksi konversi yang melibatkan biokatalis heterogen
(multi enzim)/memerlukan ATP atau biokoenzim seperti NADP
atau koenzim A.
 Sel dalam fase pertumbuhan: keadaan dimana terdapat aktivitas enzim untuk
pertumbuhan.

2.1.1 Kelebihan Sel Immobilisasi


Kelebihan penggunaan sel immobilisasi dibandingkan dengan sel bebas antara lain
sebagai berikut:
 Immobilasi menyediakan konsentrasi sel yang tinggi.
 Immobilisasi memungkinkan penggunaan sel kembali dan mengurangi biaya recovery
sel dan recycle sel.
 Immobilisasi mengurangi masalah wash out sel pada laju alir yang tinggi.
 Kombinasi konsentrasi sel yang tinggi dan laju alir yang tinggi (tanpa batasan wash
out) menghasilkan produktivitas volumetric yang tinggi.
 Immobilisasi menyediakan kondisi micro environmental yang menguntungkan seperti
kontak antar sel, gradient nutrient-produk, gradient pH untuk sel sehingga
menghasilkan kinerja biokatalis yang lebih baik (kecepatan pembentukan dan yield
produk yang lebih tinggi).
 Immobilisasi menyebabkan kestabilan genetik.
 Immobilisasi menyediakan perlindungan terhadap kerusakan sel.

2.1.2 Kekurangan Sel Immobilisasi


Kekurangan penggunaan sel terimobilisasi adalah hambatan pada proses difusi baik
substrat maupun produk yang terbentuk. Untuk sel yang hidup, pertumbuhan dan evaluasi
gas sering merusak matriks pendukung sel terimmobilisasi.

2.1.3 Metode Immobilisasi


Beberapa ahli menggolongkan metode imobilisasi dengan tiga kelompok, yaitu:
metode carrier binding, metode cross linking, dan metode entrapping (Sa’id, 1987). Pada
metode carrier binding, enzim diikatkan pada suatu matriks yang bersifat tidak larut
adalam air. Sebagai matriks dapat digunakan bahan organik maupun anorganik. Bila
menggunakan metode ini, hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan matriks dan
pengikatan enzim pada matriks tersebut. Teknik pengikatan enzim pada matriks dapat
dilakukan berdasarkan adsorpsi fisik, gaya elektrostatik atau ikatan kovalen (Chibata,
1978).
Metode cross linking didasarkan pada pembentukan ikatan intermolekuler antara
molekul-molekul enzim. Gugus fungsional dalam molekul enzim yang biasa digunakan
untuk pembentukan ikatan intermolekmuler adalah gugus amino pada asam amino
terminal, gugus amino dari lisin, gugus fenolik dari tirosin, gugus sulhidril dari sistein dan
gugus imidazole dari histidin.
Pada metode entrapping, imobilisasi, enzim/sel didasarkan pada penempatan enzim
di dalam kisi dari suatu polimer atau di dalam membran yang bersifat semi permiabel. Bila
enzim ditempatkan dalam kisi, maka metode yang digolongkan adalah jenis kisi, sedang
bila ditempatkan dalam membran yang bersifat semipermiabel, maka metodenya
digolongkan ke dalam jenis mikrokapsul (Chibata, 1978). Selain itu metode imobilisasi
dapat digolongkan sebagai berikut :
 Adsorpsi
 Penjeratan dalam matriks polimer
 Penjeratan dalam membran
Teknik imobilisasi yang paling baik adalah yang memenuhi kriteria utama tidak
terjadi perubahan konformasi enzim dan tidak mengganggu gugus fungsi di pusat aktif
enzim sehingga enzim tetap dapat berfungsi. Metode penjebakan enzim lebih banyak
digunakan karena enzim ada dalam keadaan bebas dan tidak terikat pada bahan pendukung
sehinga secara relatif fungsi katalitik dan struktur alami molekul enzim tidak mengalami
gangguan goncangan (Wirahadikusumah, 1988).

 Penjerat Atau Pembawa Immobilisasi Sel


Karakteristik yang harus dimiliki oleh penjerat/pembawa immobilisai sel, antara
lain :
a. Mudah digunakan serta ukuran dan porositas media penjerat dapat dikontrol,
terutama pada skala industri.
b. Media penjerat berbentuk matrik stabil pada kondisi fermentasi (temperature dan
pH optimum).
c. Harga murah dan mudah didapat.
d. Mempunyai sifat mekanik yang stabil, sehingga dapat tahan dalam waktu
yanglama dalam reaktor yang digunakan.
e. Penjerat harus inert terhadap mikrorganisme yang akan dijerat.
f. Substrat, produk, dan metabolisme lain harus dapat berdiffusi secara bebas
dengan media penjerat.
 Reaktor Kolom
Beberapa konfigurasi reaktor dapat digunakan untuk system sel terimmobilisasi.
Matriks pendukung sel terimmobilisasi umumnya bersifat rapuh, karena itu dipilih
bioreaktor yang memiliki gesekan hidronamik yang rendah seperti packed-column,
fluidized-bed, atau airlift reactor. Reaktor yang menggunakan produk mekanik dapat
digunakan untuk matriks pendukung yang kuat dan liat. Reaktor tersebut dioperasikan
dengan cara mengalirkan larutan nutrient melewati sel immobilisasi.
BAB II
PERCOBAAN

Alat dan Bahan

 Alat - Statif
- Erlenmeyer 1500mL 1 buah - Jarum ose
- Erlenmeyer 1000mL 1 buah - Gelass ukur
- Erlenmeyer 250 mL 6 buah - pH meter
- Kolom reaktor
- Botol semprot - Kassa
- Pemanas - Spatula
- Kapas
- Spirtus - Suntikan

- Gelas kimia 100 mL 2 buah

 Bahan

- Aquades -Alkohol 96%


- CaCl2
- Pepton
- Beef ekstrak
- NaCl
- KH2PO4
- MgSO4.7H2O
- Yeast ekstrak
- Lactobacillus acidophillus
- Es
- Caragenan
Prosedur Kerja

- Pembuatan air steril

Menyiapkan 500mL aquades ke dalam erlenmeyer 1000 mL

Menutup mulut erlenmeyer dengan kapas dan kassa

Mensterilkan dengan otoklaf

- Pembuatan CaCL2 2%

Menimbang 20 gram CaCL2 dilarutkan dengan 1000mL aquades

Membagi hassil larutan ke dalam 4 erlenmeyer 250mL

Menutup erlenmeyer dengan kain dan Kassa

mensterilkan menggunakan otoklaf


- Pembuatan Nutrien Broth (NB)

Menimbang 1 gr pepton, 0.3 gr beef ekstrak dan 0.5 gr NaCl

Melarutkan bahan-bahan tersebut dengan 100mL aquades dalam erlenmeyer 250mL


sambil dipanaskan

Menutup erlenmeyer dengan kain dan kassa

Mensterilkan menggunakan otoklaf


- Pembuatan Starter

Menimbang 15 gr pepton, 12 gr beef ekstrak, 3 gr KH2PO4, 3 gr MgSO4.7H2O dan 6


gr yeast ekstrak

Melarutkan Bahan-Bahan tersebut ke dalam 1500mL erlenmeyer yang berisi


aquades, sambil dipanaskan

Menambahkan 150 gr glukosa

menutup erlenmer dengan kain dan kassa

mensterilkan menggunakan otoklaf

-
- Pemindahan/ penanaman biakan

Menyiapkan jarum ose, spirtus, biakan murni dan NB

Menyiapkan spirtus, pijarkan jarum ose dan diamkan sesaat di dinding tabung

Menggesekkan jarum pada permukaan agar miring

Memasukkan jarum ose yang berisi Lactobacillus acidophillus ke dalam larutan NB

Kemudian di inkubator shaker selama 24 jam (300c)


- Pembuatan caragenan

Menimbang 24 gr caragenan ke dalam gelas kimia dan dilarutkan


dengan 100mL aquades

Melakukan pasteurisasi selama 10 menit (70-80oC)

Biarkan hingga suhu mencapai 35-40oC


- Pembuatan beads

Menyeterilkan suntikan dengan alkohol 96%

Mencampur caragenan dengan media aktifasi (NB) dan dipanaskan sambil diaduk rata

menyuntikan campuran caragenan ke dalam 250mL CaCl2

setelah selesai dan beads mulai terbentuk, membuang CaCl2 dan membilas beads dengan air
steril

Membuang air steril dan menambahkan lagi CaCl2ke erlenmeyer yang berisi beads

Memasukkan bead yang sudah berisi CaCl2 ke dalam kulkas selama 2 hari
- Pembuatan asam laktat secara kontinyu

Menyiapkan starter dan beads, reaktor kolom, statif, gelas kimia, gelas ukur dan pH meter

mensterilkan kolom reaktor dengan alkohol 96%

merangkai reaktor

Menentukan volume kolom dengan mengisi penuh aquades lalu mengeluarkannya


kemabli untuk mengetahui volume kolom reaktor

Memasukkan beads ke dalam reaktor

Memasukkan starter ke dalam reaktor hingga batas

Mengalirkan starter dan menyamakan laku alir masuk dan keluar

Mengambil sampel sebanyak 20mL setiap 12 jam sekali dan uji pHnya

Menghentikan proses setelah starter habis atau waktu percobaan habis

Membersihakn reaktor dan melepasnya rangkaian reaktor


- Pembuatan asam laktat secara batch

Menyiapkan beads dan starter

Menyaring beads dari CaCl2 dengan kain kassa

Membilas beads dengan air steril

Menggoyangkan erlenmeyer perlahan dan buang air sterilnya

Mengulangi pembilasan sebanyak 2-3 kali

Memasukkan beads ke dalam starter lalu doyangkan agar merata

Mengambil sampe sebanyak 20mL selama 12 jam sekali sebagai to dan cek pHnya

Kemudian mengulanginya hingga proses berhenti

Menghentikan proses fermentasi setelah mencapi pH 3-4,5

Membersihkan alat
BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

1. Proses Batch
No Waktu (jam) pH
1 0 6
2 24,5 4,8
3 45 4,7
4 48 4,6

Grafik Waktu terhadap pH


7
y = -0.0274x + 5.8308
6 R² = 0.8637

4
pH

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Waktu (jam)
2. Proses Continu
No Waktu (jam) pH
1 0 6,8
2 24 5,3
3 42 4,9
4 48 4,7
5 64 4,5
6 72 5
7 96,5 4,5
8 117 4,7
Laju alir saat data ke 6-8: 0,26 ml / menit

Grafik Waktu terhadap pH


8
y = -0.0149x + 5.9125
7 R² = 0.558
6

5
pH

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Waktu (jam)
BAB IV
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

5.1 PEMBAHASAN
FEBRIAN RIFKHI FAHRIZAL (161411009)
Pengaplikasian sel amobilisasi diaplikasikan dalam pembuatan asam laktat oleh
Lactobacillus acidophillus. Sel amobilisasi adalah proses dimana pergerakan sel
dibatasi di dalam matriks tertentu sehingga tidak terbawa dalam aliran produk dan
dapat digunakan kembali. Praktikum ini bertujuan untuk menguji sel amobilisasi
dengan membuat asam laktat dan dapat mengetahui hubungan antar waktu dengan pH
(pH diambil pada saat sampling). Media aktivasi yang digunakan adalah nutrient broth
dan starter sebagai media pertumbuhan atau media fermentasinya dalam proses
pembuatan asam laktat ini.

Pembuatan sel Amobilisasi ini menggunakan Beads. Beads terbentuk dari


pencampuran media aktivasi (Nutirent Broth) dan matriks pendukung yaitu Caragenan
yang disuntikkan kedalam larutan CaCl 2%. Beads yang terbentuk harus berbentuk
Panjang agak lonjong dan tiap bentuknya harus seragam agar mikroba dapat
dilokalisasi secara merata. Beads disaring dan dicuci kembali menggunakan air steril
hingga 3 kali pencucian lalu dimasukkan CaCl2 kembali hingga bead terendam. Selama
proses berlangsung Beads harus dijaga agar tetap basah. Oleh karena itu, digunakan
larutan CaCl2 2% untuk menjaga kestabilan Beads. Setelah beads terbentuk, kemudian
dilakukan proses pembentukan asam laktat dengan secara batch dan kontinyu.

Pada proses secara kontinyu, reaktor harus dirangkai terlebih dahulu. Setelah
terpasang dengan benar, kolom reaktor diukur terlebih dahulu untuk mengetahui
volume kolom nya. Kemudian dilakukan penyaringan beads yang masih ada CaCl2 nya
dan kemudian dimasukkan ke dalam kolom reaktor. Setelah itu media starternya (media
fermentasi) dimasukkan juga ke dalam kolom reaktor hingga beads terendam. Di
lakukan sampling dan diukur laju alir pertama dan pH larutan. Sampling kemudian
dilakukan dengan cara yang sama setiap skitar 12 – 24 jam. Sedangkan pada proses
secara batch, tahap yang dilakukan tidak terlalu berbeda. Beads dimasukan ke dalam
starter dan digoyangkan agar merata. Setelah itu, dimasukkan ke dalam inkubator
shaker dan dilakukan sampling yang sama (karena memang harus bersamaan dengan
yang kontinyu) dengan mengukur pH nya setiap 12 - 24 jam juga.

Dari hasil pengujian yang dilakukan, didapat data pH dan dibuat grafik
hubungan antara waktu terhadap pH. Berdasarkan grafik yang telah dibuat, pada proses
secara batch hubungan antara waktu dengan pH mengalami penurunan, sedangkan pada
proses secara kontinyu mengalami kenaikan. Hal ini diakibatkan starternya yang
ditambahkan dengan yang baru, tetapi setelah penambahan, pH yang didapat
mengalami penurunan juga. Kesimpulan yang bisa diambil dari hal tersebut bahwa
semakin lama waktu yang dibutuhkan maka pHnya akan semakin kecil. Produk yang
diperoleh dari praktikum ini adalah asam laktat dengan pH 6,8-4,7 (dari proses secara
kontinyu) dan asam laktat dengan pH 6-4,6 (dari proses secara batch).

GALUH HASAN BAHTIAR (161411010)


Pada praktikum kali ini dilakukan immobilisasi sel untuk menghasilkan produk
berupa asam laktat Lactobacillus Acidophillus. Tujuan dilakukannya immobilisasi sel
ini agar bakteri Lactobacillus Acidophillus dibatasi ruang geraknya sehingga tidak
terbawa dalam aliran produk sehingga dapat menghemat biaya recycle sel. Digunakan
media produksi dan media pertumbuhan dalam proses ini. Media pertumbuhan berisi
nutrisi yang diperlukan oleh mikroba, dalam media starter nutrisi yang diberikan harus
optimum karena kecepatan pertumbuhan mikroba merupakan respon terhadap subsrat
(media pertumbuhan) yang disediakan dan kondisi lingkungannya.
Immobilisasi kali ini menggunakan Beads. Beads dibentuk dari pencampuran
media aktivasi (Nutirent Broth) dan matriks pendukung yaitu Caragenan yang
disuntikkan kedalam larutan CaCl 2%. Beads yang terbentuk harus seragam agar
mikroba dapat dilokalisasi secara merata.. Selama proses berlangsung Beads tidak
boleh dibiarkan kering (tidak stabil). Oleh karena itu, digunakan larutan CaCl 2% untuk
menjaga kestabilan Beads. Setelah beads terbentuk barulah dilakukan proses
pembentukan asam laktat dengan cara kontinyu dan batch.
Untuk proses secara kontinyu, reaktor harus dipasangkan terlebih dahulu.
Setelah terpasang dengan benar kolom reaktor akan diukkur terlebih dahulu untuk
mengetahui volumenya. Kemudian beads yang masih ada CaCl2 disaring terlebih
dahulu dan dimasukkan ke dalam kolom reaktor. Setelah itu media starternya
dimasukkan juga ke dalam kolom reaktor hingga beads terendam. Di ambil laju alir
pertama dan pH. Pengambilan sample dilakukan dengan cara yang sama selama 12
jam. Untuk proses secara batch tidak terlalu berbeda, beads akan dimasukan ke dalam
starter dan digoyangkan agar merata. Kemudian cara pengambilan sample sama dengan
proses secara kontinyu.
Hasil yang di dapat dari proses batch, hubungan antar waktu dengan pH
mengalami penurunan. Sedangkan secara kontinyu mengalami kenaikan. Hal tersebut
dikarenakan starternya yang ditambahkan dengan yang baru, tetapi setelah
penambahan pH yang didapat mengalami penurunan juga. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa makin lama waktu yang dibutuhkan maka pHnya makin kecil dan
didapat produk yaitu asam laktat dengan pH 6,8-4,7 secara kontinyu serta pH 6-4,6
secara batch.

HANIFAH DESMIYANTI (161411011)


Pada praktikum kali ini dilakukan pengaplikasian sel amobilisasi dan
pembuatan asam laktat oleh Lactobacillus acidophillus. Sel amobilisasi sendiri adalah
proses dimana pergerakan sel dibatasi di dalam matriks tertentu sehingga tidak terbawa
dalam aliran produk dan dapat digunakan kembali. Praktikum ini salah satunya
bertujuan untuk mengetahui hubungan antar waktu dengan pH.

Pertama yang dilakukan yaitu membuat air steril yang nantinya dibutuhkan
untuk mencuci. Setelah itu membuat CaCl2 2%. Lalu, membuat nutrien broth sebagai
media aktifasi dan membuat starter sebagai media fermentasinya. Setelah bahan sudah
dibuat, dilakukan sterilisasi mulai dari air steril, CaCl2 2%, nutrien broth dan starter.
Setelah semuanya di sterilkan kemudian didiamkan di kulkas setelah itu dilakukan
pembiakan dari Lactobacillus acidophillus ke dalam media aktifasi yaitu natrium broth
yang sudah di sterilisasi. Kemudian di diamkan kembali. setelah itu membuat
caragenan sebagai media pengeratnya. Caragenan yang sudah jadi kemudian akan
dipasteurisasi dengan suhu 70-800C dan dimasukkan nutrien broth yang sudah berisi
biakan, lalu didinginkan hingga suhunya mencapi 35-400C. saat suhu sudah tercapai
suhunya, suntikan yang sebelumnya sudah disterilisasi menggunakan alkohol 96%
mengambil caragenan dan memasukkannya ke dalam CaCl2 hingga habis. CaCl2 yang
sudah berisi caragenan tersebut didiamkan dan nantinya akan terbentuk beads yang
diinginkan. Selanjutnya beads tersebut disaring dan dicuci kembali menggunakan air
steril hingga 3 kali pencucian lalu dimasukkan CaCl2 kembali hingga bead terendam.
Setelah itu barulah dilakukan proses pembentukan asam laktat dengan cara kontinyu
dan batch.

Untuk proses secara kontinyu reaktor harus dipasangkan terlebih dahulu,


setelah terpasang dengan benar kolom reaktor akan diukkur terlebih dahulu untuk
mengetahui volumenya. Kemudian beads yang masih ada CaCl2 disaring terlebih
dahulu dan dimasukkan ke dalam kolom reaktor. Setelah itu, media fermentasi atau
starternya dimasukkan juga ke dalam kolom reaktor hingga beads terendam. Diambil
laju alir pertama dan pH. Sampling dilakukan dengan cara yang sama selama 12 jam.
untuk proses secara batch tidak terlalu berbeda, beads akan dimasukan ke dalam starter
dan digoyangkan agar merata. Kemudian cara pengambilan sampling sama dengan
proses secara kontinyu.

Dari hasil yang di dapat, hubungan antar waktu dengan pH mengalami


penurunan secara batch sedangkan secara kontinyu sekali mengalami kenaikan
dikarenakan starternya yang ditambahkan dengan yang baru. Tetapi setellah itu pH
yang didapat mengalami penurunan. Hal ini menyimpulkan bahwa makin lama waktu
yang dibutuhkan maka pHnya makin kecil pula dan menghasilkan produk yaitu asam
laktat dengan pH 6,8-4,7 secara kontinyu dan pH 6-4,6 secara batch.
HIBAH BASKORO RAHMAN (161411012)
Praktikum pembuatan sel immobilisasi dilakukan dengan pengikatan bakteri
Lactobacillus acidophillus oleh karagenan. Karagenan ini akan membuat mikroba
yang terikat tetap memiliki aktifitas sebagai biokatalisator tetapi tidak bercampur
dengan produknya, sehingga mudah untuk dipisahkan kembali.
Sel yang terikat oleh karagenan ini tetap memiliki fungsinya dapat dibuktikan
pada saat pembuatan asam laktat baik secara batch maupun kontinu. Seperti pada data
percobaan, pada pembuatan asam laktat secara batch terlihat bahwa pH awal larutan
adalah 6. Setelah diberi sel terimmobilisasi dan shaker 24 jam, pHnya turun menjadi
4,8 dan setelah 48 jam pHnya menjadi 4,5. Hal ini menunjukkan bahwa asam laktat
sudah terbentuk.
Menurut teori, sel immobilisasi dapat digunakan secara terus menerus. Hal ini
bisa ditunjukkan pada proses kontinu. Pada awalnya larutan mempunyai pH 6,8 dan
setelah >64 jam pHnya menjadi 4,5. Kemudian ditambahkan larutan lagi sehingga
pHnya naik menjadi 5. Setelah 24 jam dari penambahan larutan pHnya turun lagi
menjadi 4,5 yang menunjukkan bahwa sel masih bekerja optimum meskipun telah
digunakan sebelumnya. Tetapi pada 24 jam setelahnya pH larutan naik menjadi 4,7
dan tercium bau menyengat yang menunjukkan bahwa asam laktat yang terbentuk
sudah membusuk.

5.2 SIMPULAN
1. Penggunaan larutan CaCl 2% yaitu untuk menjaga kestabilan Beads
2. Makin lama waktu proses yang dibutuhkan maka pHnya makin kecil
3. Produk yang di dapat yaitu asam laktat dengan pH 6,8-4,7 secara kontinyu
serta pH 6-4,6 secara batch.
4. Bau menyengat yang tercium menunjukkan bahwa asam laktat yang
terbentuk sudah membusuk.
DAFTAR PUSTAKA
Maria Widyanti, Emmanuela, dkk. 2002. “Jobsheet Praktikum Dasar Bioproses”.
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
Smith, John E. 1990. “ Biotechnology Principles “. Mcmillan : London
Tri Wijaya, Soeprijanto dkk. 2010. “Ethanol Production From Mollases Using
Immobilized Cell Ca-Alginate And K-Carrageenan By Mutation Zymomonas Mobilis
In Packed Bed Reactor “. International Journal of Academic Research

You might also like