Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok : II
Nama : 1. Denny Kristanto (161411005)
2. Destari Putri Silaban (161411006)
3. Dewi Anggraeni (161411007)
4. Dwizky Wijaya (161411008)
Kelas : 2A - D3 Teknik Kimia
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
2.1 Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik. Secara
umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat definisi
yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobic
dengan tanpa akseptor electron eksternal. Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi.
Fermentasi tidak harus selalu dalam keadaan anaerob.
Dari factor-faktor diatas kiranya dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh
tergantung pada factor-faktor yang dihadapkan terhadap substrat ataupun jasad reniknya.
Misalnya :
Berdasarkan atas kebutuhan atau pemberian oksigen, kita dapat membedakan tipe
fermentasi, yaitu :
Fermentasi Aerob disebut juga proses respirasi atau proses oksidasi biotis. Proses ini
sebenarnya adalah proses disimilasi bahan-bahan yang disertai dengan pengambilan
oksigen atau oksigen bertindak sebagai H acceptor. Contoh: fermentasi asam cuka,
asam nitrat, dsb.
Fermentasi Anaerob yaitu suatu fermentasi yang tidak membutuhkan adanya oksigen,
tetapi bahan-bahan lain akan bertindak sebagai H acceptor, misalnya aldehyda atau
phyvic acid. Mikroba yang ,melakukan tipe fermentasi ini adalah yeast, beberapa jamur,
dan juga bakteri. Contoh : Bakteri asam susu melakukan fermentasi anaerob dimana
heksosa yang terdapat dalam air susu. Molekul gula yang mempunyai 6 atau 8 ini
diiubah menjadi asam susu sedang bakterinya memperoleh sejumlah energy.
Dalam industri fermentasi, ada tiga golongan mikroba yang dipergunakan, yaitu:
Khamir (yeast) untuk membuat etanol, minuman penyegar, seperti anggur, wiski, dsb.
Golongan bakteri misalnya untuk membuat acetone, butanol asam laktat, dsb.
Golongan jamur, untuk membuat asam sitrat, berbagai macam antibiotic, dsb.
2.2 Scleroglucan
Scleroglucan dapat digunakan pada rambut, kulit dan perawatan matahari, mandi dan
produk tubuh dan kosmetik warna. Scleroglucan juga memiliki aplikasi dalam formulasi untuk
pertanian. Dalam pandangan untuk menggantikan Xanthan gum, scleroglucan bisa sangat
berguna dalam pembuatan makanan di mana proses pemanasan yang terlibat, karena stabilitas
termal bahwa hal itu menunjukkan.
Struktur kimia terdiri dari residu β -1,3-D-glukosa dengan satu β -1,6-D-glukosa rantai
samping setiap tiga residu utama. Meskipun menghasilkan larutan air dengan viskositas yang
sangat tinggi, berat molekul yang sangat tinggi: Mw = 1.000.000 Da.
Gambar 1. Polisakarida Scleroglucan; β (1-3) terkait D-glukosa dengan rantai sisi β (1-6)
glukosa setiap tiga satuan.
a. Stabilitas termal yang tinggi
Tidak seperti kebanyakan getah alam dan sintetis, suhu tinggi memiliki sedikit efek
pada viskositas scleroglucan. Pada suhu di bawah 10 ° C (50 ° F), scleroglucan
memiliki penampilan semi-gel yang dapat dihilangkan dengan agitasi atau pemanasan.
Scleroglucan dapat disterilkan dengan pemanasan pada suhu 121 ° C (250 ° F) selama
20 jam tanpa mempengaruhi viskositas mereka.
b. Menghasilkan nilai dan anti-menetap
Scleroglucan memiliki perilaku pseudo-plastik dengan nilai yield yang tinggi. Karena
nilai yield yang tinggi, hal ini sangat efektif dalam memegang partikel dalam suspensi,
statis serta dalam kondisi yang dinamis, tanpa resiko sedimentasi.
c. Kompatibilitas yang sangat baik
Karena sifat non-ionik, asam dan basa tidak dapat mempengaruhi scleroglucan pada
rentang pH yang besar (2,5 sampai 12), dan jadi jangan kebanyakan elektrolit. Hal ini
kompatibel, tanpa sinergisme, dengan sebagian besar pengental lainnya seperti guar
gum, permen kacang locust, alginat, gelatin, gum xanthan, karagenan, dan turunan
selulosa. Hal ini juga kompatibel dengan sebagian besar surfaktan banyak digunakan
seperti sulfat, sulfonat dan garam amonium. Scleroglucan tetap larut dalam campuran
yang mengandung hingga 50 persen dari poliol dan glikol.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
1. Setelah fermentasi, pasteurisasi larutan yang sudah di fermentasi pada suhu 70-90OC
selama 20 – 25 menit menggunakan stirrer.
2. Menimbang berat kosong centrifuge tube, lalu memasukkan larutan yang telah
dipasteurisasi ke dalam centrifuge tube. Memisahkan larutan memakai Centrifuge
sehingga akan didapat sel dan supernatant dengan menimbang berat sel dan mengukur
pH dan viskositas.
3. Menambahkan supernatant yang diperoleh dengan Isopropil Alkohol (IPA) atau Etanol
sebanyak 3 kali jumlah supernatant (1:3)
4. Menunggu selama 1 hari, sehingga akan didapatkan endapan (Gum). Pemisahan gum
terhadap larutan menggunakan centrifuge kembali.
5. Menyimpan larutan IPA yang terpisah pada tempat khusus dan endapan (gum)
kemudian dioven pada suhu 50-60OC hingga kering.
6. Menimbang gum yang didapat, lalu melarutkannya pada aquadest sebanyak 1%
kemudian menentukan viskositas gum.
1. Praktikan wajib mengenakan alat keselamatan kerja antara lain : jaslab, masker,
penutup kepala, sarung tangan. Hal ini dilakukan agar mikroba yang digunakan
tidak terhirup.
2. Menggunakan alas spirtus harus hati-hati untuk menghindari terjadinya
kebakaran.
BAB IV
Tabung
Keterangan
1 2
Berat tabung sentrifuge kosong (gr) 84,8846 85,2005
Berat tabung kosong + Endapan sel basah (gr) 85,1261 85,5341
Berat endapan basah atau Biomassa (gr) 0,2415 0,3336
Tabel 1. Pengamatan sentrifugasi tanpa penambahan IPA dan Alkohol
Sehingga didapatkan :
Total Berat Sel Basah atau Biomassa sebesar 0,5751 gram
4.2 Sentrifugasi Kedua ( Dengan Penambahan IPA dan Alkohol)
Tabung
Keterangan
1 2
Berat tabung sentrifuge kosong (gr) 84,8846 85,2005
Berat tabung kosong + Endapan gum kering (gr) 85,2006 85,8123
Berat endapan kering (gr) 0,316 0,6118
Sehingga didapatkan :
Total Berat Gum Kering sebesar 0,9278 gram
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan 1
Oleh : 1. Denny Kristanto (161411005)
2. Dewi Anggraeni (161411007)
Setelah dilakukan fermentasi aerob pada gula cair yang telah berisi mikroba di
incubator shaker selama tiga hari dilakukan sentrifugasi yang pertama untuk
memisahkan biomassa. Sebelum dilakukan sentrifugasi,dilakukan pasteurisasi selama
sepuluh menit untuk mematikan mikroba didalamnya,. Sentrifugasi pertama dilakukan
tanpa penambahan larutan apapun dengan volume hasil fermentasi aerob yang
digunakan sebesar 50 mL pada dua tabung. Pada tabung pertama didapatkan berat
biomassa sebesar 0,2415 gram sedangkan pada tabung kedua didapatkan berat
biomassa sebesar 0,3336 gram. Sehingga total berat biomassa yang didapatkan yaitu
0,571 gram.
Hasil sentrifugasi kedua dikeringkan pada oven untuk menghilangkan kadar air
maupun alkohol yang masih terkandung. Pada tabung pertama dengan penambahan
alkohol didapatkan berat kering sebanyak 0,3160 gram sedangkan pada tabung kedua
dengan penambahan isopropil alkohol didapatkan berat kering 0,6118 gram. Dengan
berat total gum kering sebesar 0,9278 gram.Dari hasil berat yang diperoleh menunjukan
bahwa hasil yang didapatkan dengan penambahan isopropil alkohol lebih baik.
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan dari data pengamatan dapat
disimpulkan bahwa :
3. Pada sentrifugasi pertama didapatkan total berat sel kering sebesar 0,571 gram.
Sedangkan pada sentrifugasi kedua didapatkan berat gum pada penambahan alcohol
sebesar 0,3160 gram sedangkan pada penambahan isopropil alkohol didapatkan berat
kering 0,6118 gram. Sehingga berat total gum didapatkan sebesar 0,9278 gram.
DAFTAR PUSTAKA
Moehady, B.I., Emmanuela M.W., dan Nancy, S.D., 2016, Produksi Scleroglucan dari
Sclerotium rolfsii Menggunakan Gula Cair Hasil Hidrolisis Pati Singkong, Seminar
Nasional Teknik Industri, FTI UGM.
Survase, S.A., Parag S. Saudagar, Rekha S. Singhal., 2010, Scleroglucan:Fermentative
production, downstream processing and application. Review of Food Technology
Biotechnol 45(2):107-118.