You are on page 1of 17

LABORATORIUM BIOPROSES

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

MODUL : Pembuatan Scleroglucan secara fermentasi


dengan Scletoria Sp
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. Bintang Ihwan Moehady, M.Sc

Tanggal Praktikum : 29 November 2017


Tanggal Penyerahan : 13 Desember 2017
(Laporan)

Oleh :
Kelompok : II
Nama : 1. Denny Kristanto (161411005)
2. Destari Putri Silaban (161411006)
3. Dewi Anggraeni (161411007)
4. Dwizky Wijaya (161411008)
Kelas : 2A - D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Scleroglucan adalah polisakarida alami yang dihasilkan oleh jamur sclerotium yang
telah dipelajari secara ekstensif untuk berbagai aplikasi komersial dan juga menunjukkan
beberapa sifat farmakologis.
Sifat fisika-kimia :
a) Menyebar lebih mudah dalam air pada suhu ruang karena adanya -D-(1 -6 -
glukopiranosil yang meningkatkan kelarutan polisakarida dan β mengurangi
kemampuan untuk membentuk gel.
b) Kompatibel, dan menghasilkan sifat yang menguntungkan untuk pelepasan
obat yang dimodifikasi.
Pada beberapa negara sceloroglucan memiliki banyak kegunaan seperti sebagai
berikut,
a) Di industri kosmetik, scleroglucan dapat digunakan dalam komposisi krim
rambut dan dalam berbagai persiapan perawatan kulit, krim dan lotion
pelindung.
b) Untuk produk farmasi scleroglucan dapat digunakan sebagai Laksatif dalam
lapisan tablet dan secara umum untuk menstabilkan suspensi.
c) Penggunaan scleroglucan sebagai antitumor, senyawa antivirus dan
antimikroba juga telah diselidiki. Scleroglucan telah menunjukkan efek
stimulasi kekebalan tubuh dibandingkan dengan biopolimer lain.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mempelajari proses fermentasi aerobik dalam memproduksi metabolit
2. Mempelajari proses hilir dalam suatu produksi
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik. Secara
umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat definisi
yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobic
dengan tanpa akseptor electron eksternal. Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi.
Fermentasi tidak harus selalu dalam keadaan anaerob.

Beberapa jenis mikroorganismem mampu melakukan fermentasi dalam keadaan aerob,


misalnya pada fermentasi asam cuka. Dalam arti umum fermentasi dapat didefinisikan sebagai
proses metabolisme dimana akan terjadi perubahan-perubahan kimia dalam substrat organik,
oleh sebab kegiatan atau aktivitas mikroba yang membusukkan bahan-bahan tadi .

Perubahan-perubahan kimia tadi tergantung pada :

 Macam Bahan (Substrat)


 Macam Mikroba
 pH
 Temperature
 Adanya Aerasi Atau Tidak
 Usaha lain yang berbeda dengan factor-faktor diatas, misalnya penambahan bahan-
bahan tertentu untuk menggiatkan fermentasi.

Dari factor-faktor diatas kiranya dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh
tergantung pada factor-faktor yang dihadapkan terhadap substrat ataupun jasad reniknya.
Misalnya :
Berdasarkan atas kebutuhan atau pemberian oksigen, kita dapat membedakan tipe
fermentasi, yaitu :

 Fermentasi Aerob disebut juga proses respirasi atau proses oksidasi biotis. Proses ini
sebenarnya adalah proses disimilasi bahan-bahan yang disertai dengan pengambilan
oksigen atau oksigen bertindak sebagai H acceptor. Contoh: fermentasi asam cuka,
asam nitrat, dsb.
 Fermentasi Anaerob yaitu suatu fermentasi yang tidak membutuhkan adanya oksigen,
tetapi bahan-bahan lain akan bertindak sebagai H acceptor, misalnya aldehyda atau
phyvic acid. Mikroba yang ,melakukan tipe fermentasi ini adalah yeast, beberapa jamur,
dan juga bakteri. Contoh : Bakteri asam susu melakukan fermentasi anaerob dimana
heksosa yang terdapat dalam air susu. Molekul gula yang mempunyai 6 atau 8 ini
diiubah menjadi asam susu sedang bakterinya memperoleh sejumlah energy.

Dalam industri fermentasi, ada tiga golongan mikroba yang dipergunakan, yaitu:

 Khamir (yeast) untuk membuat etanol, minuman penyegar, seperti anggur, wiski, dsb.
 Golongan bakteri misalnya untuk membuat acetone, butanol asam laktat, dsb.
 Golongan jamur, untuk membuat asam sitrat, berbagai macam antibiotic, dsb.
2.2 Scleroglucan

Scleroglucan adalah polisakarida alami yang dihasilkan oleh fermentasi jamur


berfilamen Sclerotium rolfsii. Schlerogucan telah dipelajari secara ekstensif untuk berbagai
macam aplikasi. Produksi Schlerogucan pertama kali disiarkan oleh Halleck, seseorang yang
mempelajari dan meneliti Sclerotium glucanicum untuk mengeluarkan polisakarida dari luar
sel. Pillsbury Corporation memperkenalkan schlerogucan pada pasar dengan nama dagang
Polytran. Dan pada tahun 1976, schlerogucan di pasarkan secara komersial oleh CECA S.E
yaitu perusahaan keluaran Prancis. Diperkenalkan dengan nama Bio – polymer CS.

Scleroglucan dapat meningkatkan karakteristik sensorik dari produk perawatan pribadi.


Scleroglucan memiliki sifat reologi, dan tidak seperti kebanyakan getah alam dan sintetis,
memiliki stabilitas termal yang tinggi, tahan terhadap hidrolisis dan mempertahankan
kelembaban.

Scleroglucan dapat digunakan pada rambut, kulit dan perawatan matahari, mandi dan
produk tubuh dan kosmetik warna. Scleroglucan juga memiliki aplikasi dalam formulasi untuk
pertanian. Dalam pandangan untuk menggantikan Xanthan gum, scleroglucan bisa sangat
berguna dalam pembuatan makanan di mana proses pemanasan yang terlibat, karena stabilitas
termal bahwa hal itu menunjukkan.

Struktur kimia terdiri dari residu β -1,3-D-glukosa dengan satu β -1,6-D-glukosa rantai
samping setiap tiga residu utama. Meskipun menghasilkan larutan air dengan viskositas yang
sangat tinggi, berat molekul yang sangat tinggi: Mw = 1.000.000 Da.

Gambar 1. Polisakarida Scleroglucan; β (1-3) terkait D-glukosa dengan rantai sisi β (1-6)
glukosa setiap tiga satuan.
a. Stabilitas termal yang tinggi
Tidak seperti kebanyakan getah alam dan sintetis, suhu tinggi memiliki sedikit efek
pada viskositas scleroglucan. Pada suhu di bawah 10 ° C (50 ° F), scleroglucan
memiliki penampilan semi-gel yang dapat dihilangkan dengan agitasi atau pemanasan.
Scleroglucan dapat disterilkan dengan pemanasan pada suhu 121 ° C (250 ° F) selama
20 jam tanpa mempengaruhi viskositas mereka.
b. Menghasilkan nilai dan anti-menetap
Scleroglucan memiliki perilaku pseudo-plastik dengan nilai yield yang tinggi. Karena
nilai yield yang tinggi, hal ini sangat efektif dalam memegang partikel dalam suspensi,
statis serta dalam kondisi yang dinamis, tanpa resiko sedimentasi.
c. Kompatibilitas yang sangat baik
Karena sifat non-ionik, asam dan basa tidak dapat mempengaruhi scleroglucan pada
rentang pH yang besar (2,5 sampai 12), dan jadi jangan kebanyakan elektrolit. Hal ini
kompatibel, tanpa sinergisme, dengan sebagian besar pengental lainnya seperti guar
gum, permen kacang locust, alginat, gelatin, gum xanthan, karagenan, dan turunan
selulosa. Hal ini juga kompatibel dengan sebagian besar surfaktan banyak digunakan
seperti sulfat, sulfonat dan garam amonium. Scleroglucan tetap larut dalam campuran
yang mengandung hingga 50 persen dari poliol dan glikol.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Bahan

3.1.1 Alat

1. Alat centrifuge 9. Spirtus

2. Centrifuge Tube 10. Pipet Ukur


3. Gelas Kimia 11. Neraca
4. Gelas Ukur 12. Inkubator
5. Erlenmeyer 250 mL 13. Autoclaf
6. Erlenmeyer 1 L 14. pH meter
7. Hot plate 15. Oven
8. Cawan penguapan 16. Botol semprot

3.1.2 Bahan Baku

 Larutan yang mengandung gula ( glukosa, gula cair)


 Mikroorganisme berupa Sclerotia sp
3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Prosedur Kerja Pembuatan Schleroglucan

Pembuatan PDb dalam aquadest 100 mL


 Kentang 20 gram
 Dextrose 2 gram
 CaCO3 0,002 gram
 MgSO4.7H2O 0,002 gram

Bahan-bahan tersebut dilarutkan dalam 100 mL aquadest


 PDB dbagi 3 bagian : 30 mL, 30 mL dan 40 mL
 PDB disterilkan lalu didiamkan pada suhu ruang
 Masing-masig PDB inokulasi dengan Scleratia sp, dan inkubasi pada
28oC 180 rpm selama 24-48 jam
 Akan menjadi inokulum aktif

Pembuatan Media Produksi untuk Schleroglucan


 5% gula cair 200 mL
 NaNO3 0,3% = 0,6 gr (200 mL)
 Yeast extract 0,1% = 0,2 gr (200 mL)
 MgSO4.7H2O 0,025% = 0,005 gr (200 mL)
 K2HPO4 0,13% = 0,26 gr (200 mL)
 Asam Sitrat 0,07% = 0,14 gr (200 mL)
 KCl 0,05% = 0,1 gr (200 mL)
 FeSO4 0,005% = 0,001 gr (200 mL)

 Cek pH 4.5 ± 0.2


 Tambahkan inokulum aktif sebanyak 30 mL atau 40 mL (15% dari
200 mL), Gunakan reaktor minimal 1:4 volume yang ada
didalamnya. Lakukan fermentasi 72 jam/ 28 ± 2oC, Rpm 180-200
3.2.2 Proses Pembentukan Gum

1. Setelah fermentasi, pasteurisasi larutan yang sudah di fermentasi pada suhu 70-90OC
selama 20 – 25 menit menggunakan stirrer.
2. Menimbang berat kosong centrifuge tube, lalu memasukkan larutan yang telah
dipasteurisasi ke dalam centrifuge tube. Memisahkan larutan memakai Centrifuge
sehingga akan didapat sel dan supernatant dengan menimbang berat sel dan mengukur
pH dan viskositas.
3. Menambahkan supernatant yang diperoleh dengan Isopropil Alkohol (IPA) atau Etanol
sebanyak 3 kali jumlah supernatant (1:3)
4. Menunggu selama 1 hari, sehingga akan didapatkan endapan (Gum). Pemisahan gum
terhadap larutan menggunakan centrifuge kembali.
5. Menyimpan larutan IPA yang terpisah pada tempat khusus dan endapan (gum)
kemudian dioven pada suhu 50-60OC hingga kering.
6. Menimbang gum yang didapat, lalu melarutkannya pada aquadest sebanyak 1%
kemudian menentukan viskositas gum.

3.3 Keselamatan Kerja

1. Praktikan wajib mengenakan alat keselamatan kerja antara lain : jaslab, masker,
penutup kepala, sarung tangan. Hal ini dilakukan agar mikroba yang digunakan
tidak terhirup.
2. Menggunakan alas spirtus harus hati-hati untuk menghindari terjadinya
kebakaran.
BAB IV

DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Sentrifugasi Pertama (Tanpa Penambahan IPA dan Alkohol)

Kadar Gula Cair : 5oBrix


Tanggal dilakukan Sentrifugasi Pertama : 30 November 2017
Waktu lamanya di Sentrifugasi : 30 menit
Volume Tabung 1 : 50 mL
Volume Tabung 2 : 50 mL

Tabung
Keterangan
1 2
Berat tabung sentrifuge kosong (gr) 84,8846 85,2005
Berat tabung kosong + Endapan sel basah (gr) 85,1261 85,5341
Berat endapan basah atau Biomassa (gr) 0,2415 0,3336
Tabel 1. Pengamatan sentrifugasi tanpa penambahan IPA dan Alkohol

Sehingga didapatkan :
Total Berat Sel Basah atau Biomassa sebesar 0,5751 gram
4.2 Sentrifugasi Kedua ( Dengan Penambahan IPA dan Alkohol)

Tanggal dilakukan Sentrifugasi Kedua : 4 Desember 2017


Waktu lamanya di Sentrifugasi : 30 menit
Volume Tabung 1 : 50 mL Supernatan dan 25 mL Alkohol 96%
Volume Tabung 2 : 50 mL Supernatan dan 25 mL IPA

Tabung
Keterangan
1 2
Berat tabung sentrifuge kosong (gr) 84,8846 85,2005
Berat tabung kosong + Endapan gum kering (gr) 85,2006 85,8123
Berat endapan kering (gr) 0,316 0,6118

Tabel 2. Pengamatan sentrifugasi pada supernatan yang ditambahkan IPA dan


Alkohol 96%

Sehingga didapatkan :
Total Berat Gum Kering sebesar 0,9278 gram
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan 1
Oleh : 1. Denny Kristanto (161411005)
2. Dewi Anggraeni (161411007)

Pada praktikkum kali ini, dilakukan pembuatan scleroglucan (gum) secara


fermentasi aerob dengan bantuan mikroorganisme Sclerotia sp. Pada fermentasi aerob
ini digunakan media yaitu PDB serta gula cair dengan kandungan 5OBrix sebagai suplai
nutrient bagi mikroba. PDB akan mengalami inokulasi setelah penanaman mikroba
untuk menjadi inokulum aktif.
Setelah fermentasi, dilakukan proses pasteurisasi pada suhu 70°C selama 10 menit.
Pasteuriasi ini berfungsi untuk mematikan atau menonaktifkan mikroba yang ada pada
larutan. Larutan yang sudah dipasteurisasi kemudian disentrifugasi untuk memisahkan
antara supernatan dan sel-nya.
Pada percobaan kali ini , dilakukan dua kali proses sentrifugasi. Sentrifugasi yang
pertama dilakukan tanpa penambahan isopropil alkohol (IPA) dan alkohol 96%.
Sedangkan sentrifugasi kedua dilakukan dengan penambahan 25 ml alkohol 96% pada
tabung 1 dan 25 ml isopropil alkohol pada tabung 2. Terjadi perbedaan warna larutan
dalam tabung satu dan dua. Tabung dengan penambahan alkohol berwarna lebih jernih
dibandingkan dengan erlenmeyer dengan penambahan Isopropil Alkohol (IPA).
Penambahan ini bertujuan untuk membantu pembentukan gum. Perbedaan penambahan
jenis alkohol hanya untuk melihat perbedaan banyaknya hasil gum yang diperoleh.
Pada hasil data yang diperoleh dari sentrifugasi pertama dihasilkan berat gum
basah sebesar 0,5751 gram sedangkan sentrifugasi kedua dilakukan dengan
penambahan 25 ml alkohol 96% pada tabung 1 dan 25 ml isopropil alkohol pada tabung
2. Setelah sentrifugasi kedua selesai, gum yang sudah dipisahkan kemudian
dikeringkan dengan oven untuk menghilangkan kadar air dan alkohol yang terkandung
dalam sebelum ditimbang. Proses sentrifugasi dengan penambahan alkohol dan IPA
menghasilkan berat kering sebanyak 0,3160 gram untuk alkohol dan 0,6118 gram untuk
IPA.
Berdasarkan hasil produksi gum yang diperoleh, dapat dilihat bahwa produk gum
dengan penambahan alkohol jenis Isopropil Alkohol (IPA) lebih banyak dibandingkan
dengan produk gum dengan penambahan Alkohol 96%. Sehingga dapat disimpulkan
penggunaan Isopropil Alkohol (IPA) lebih efektif karena menghasilkan gum yang lebih
banyak.
5.2 Pembahasan 2
Oleh : 1. Destari Putri Silaban (161411006)
2. Dwizky Wijaya (161411008)

Scleroglucan merupakan salah satu produk berupa metabolit yang dapat


dibentuk dengan menggunakan fermentasi aerob yaitu fermentasi yang didalam
prosesnya membutuhkan oksigen. Pada fermentasi aerob untuk membentuk metabolit
yaitu scleroglucan digunakan mikroorganisme yaitu jamur sclerotia sp.

Media yang digunakan sebagai nutrient yang dibutuhkan oleh mikroorganisme


yaitu berupa PDB (Potatoes Dextrose Broth) dengan gula cair dengan kadar derajat bris
sebesar 5oBrix. Penanaman mikroba dilakukan dua hari setelah pembuatan media yaitu
pada PDB lalu disimpan pada incubator shaker yang kemudian pada dua hari
berikutnya dipindahkan pada media gula cair yang disimpan pada incubator shaker
pula. Penyimpanan pada incubator shaker dilakukan karena pada fermentasi aerob
diperlukan adanya aerasi dan agitas/pengadukan. Dua hal tersebut diperlukan agar
dihasilkan hasil produk berupa metabolit yang optimum, aerasi dibutuhkan karena pada
fermentasi aerob dibutuhkan oksigen pada prosesnya sedangkan agitasi dibutuhkan
untuk meningkatkan kelarutan oksigen sehingga nutrient dapat diambil dengan baik
oleh mikroba. Pada penanaman mikroba terlihat media berubah warna menjadi hitam
keruh yang berarti mikroba dapat tumbuh pada media tersebut.

Setelah dilakukan fermentasi aerob pada gula cair yang telah berisi mikroba di
incubator shaker selama tiga hari dilakukan sentrifugasi yang pertama untuk
memisahkan biomassa. Sebelum dilakukan sentrifugasi,dilakukan pasteurisasi selama
sepuluh menit untuk mematikan mikroba didalamnya,. Sentrifugasi pertama dilakukan
tanpa penambahan larutan apapun dengan volume hasil fermentasi aerob yang
digunakan sebesar 50 mL pada dua tabung. Pada tabung pertama didapatkan berat
biomassa sebesar 0,2415 gram sedangkan pada tabung kedua didapatkan berat
biomassa sebesar 0,3336 gram. Sehingga total berat biomassa yang didapatkan yaitu
0,571 gram.

Sebelum dilakukan sentrifugasi kedua dilakukan penambahan isopropil alkohol


dan alkohol 96%. Penambahan larutan alkohol dilakukan supaya gum dapat terbentuk.
Sedangkan perbedaan penambahan jenis alkohol dilakukan untuk mengetahui alkohol
jenis apa yang paling baik untuk membantu pembentukan produk gum. Untuk volume
hasil fermentasi yang digunakan sama sebesar 50 mL pada dua tabung dengan
penambahan isopropil alkohol sebesar 25 mL pada tabung dua dan alcohol 96% sebesar
25 mL pada tabung satu. Dari pengamatan pada tabung pertama dengan penambahan
alkohol berwarna lebih jernih dibandingkan dengan penambahan isopropil alkohol.

Hasil sentrifugasi kedua dikeringkan pada oven untuk menghilangkan kadar air
maupun alkohol yang masih terkandung. Pada tabung pertama dengan penambahan
alkohol didapatkan berat kering sebanyak 0,3160 gram sedangkan pada tabung kedua
dengan penambahan isopropil alkohol didapatkan berat kering 0,6118 gram. Dengan
berat total gum kering sebesar 0,9278 gram.Dari hasil berat yang diperoleh menunjukan
bahwa hasil yang didapatkan dengan penambahan isopropil alkohol lebih baik.
BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan dari data pengamatan dapat
disimpulkan bahwa :

1. Scleroglucan dapat diperoleh melalui tahap fermentasi secara aerobik dengan


menggunakan mikroba jenis jamur yait sclerotium sp.

2. Proses fermentasi aerob pada proses pembentukan metabolit yaitu scleroglucan


dilakukan pada incubator shaker sehingga terdapat aerasi dan agitasi pada proses
fermentasi aerob.

3. Pada sentrifugasi pertama didapatkan total berat sel kering sebesar 0,571 gram.
Sedangkan pada sentrifugasi kedua didapatkan berat gum pada penambahan alcohol
sebesar 0,3160 gram sedangkan pada penambahan isopropil alkohol didapatkan berat
kering 0,6118 gram. Sehingga berat total gum didapatkan sebesar 0,9278 gram.
DAFTAR PUSTAKA

Moehady, B.I., Emmanuela M.W., dan Nancy, S.D., 2016, Produksi Scleroglucan dari
Sclerotium rolfsii Menggunakan Gula Cair Hasil Hidrolisis Pati Singkong, Seminar
Nasional Teknik Industri, FTI UGM.
Survase, S.A., Parag S. Saudagar, Rekha S. Singhal., 2010, Scleroglucan:Fermentative
production, downstream processing and application. Review of Food Technology
Biotechnol 45(2):107-118.

You might also like