You are on page 1of 16

RESUME VI

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd

Hari/Tanggal : Selasa/18 September 2018


Nama/ NIM : Firda Widianti/160341606030
Kelas/Off : B-BiB
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Topik : Review Materi Teori Behavioristik, Kognitif,
Konstruktivistik, Preskriptif-Deskriptif
Tujuan : 1. Mengetahui pengertian teori behavioristik, kognitif,
konstruktivistik, preskriptif-deskriptif
2. Mengetahui penerapan teori behavioristik, kognitif,
konstruktivistik, preskriptif-deskriptif

I. Resume
A. Teori Belajar Behavioristik
1. Pengertian Umum
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku
manusia. Menurut Desmita (2009:44), teori belajar behavioristik merupakan teori
belajar memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif,
mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang
dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah
laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah
laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh.
2. Karakteristik
Menurut Ahmadi (2003:46), teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan
mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.
2. Segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-
unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran yang
dinamakan refleks.
3. Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah
sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya
makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat
mempengaruhi refleks keinginan hati.
3. Ahli Pendukung
 John B. Watson

Gambar 1.1 John B. Watson


Sumber: www.wikipedia.org
Menurut Watson (dalam Putrayasa, 2013:46), belajar sebagai proses interaksi
antara stimulus dan respons, stimulus dan respons yang dimaksud harus dapat diamati
dan dapat diukur. Oleh sebab itu seseorang mengakui adanya perubahan-perubahan
mental dalam diri selama proses belajar. Seseorang menganggap faktor tersebut sebagai
hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang
behavioris murni, kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu- ilmu lain seperi
fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu
sejauh dapat diamati dan diukur. Watson berasumsi bahwa hanya dengan cara
demikianlah akan dapat diramalkan perubahan-perubahan yang terjadi setelah seseorang
melakukan tindak belajar.
 Ivan P. Pavlov

Gambar 1.2 Ivan P. Pavlov


Sumber: www.wikipedia.org
Classical Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaan terhadap anjing. Perangsang asli dan netral
dipasangkan secara stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehinggan memunculkan
reaksi yang diinginkan.
Teori belajar pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan
karena satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya
dalam mengembangkan suatu respon. Prosedur ini disebut klasik karena prioritas
historisnya seperti dikembangkan Pavlov. Kata classical yang mengawali nama teori ini
semata-mata dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dahulu di
bidang conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk membedakannya dari teori
conditioning lainnya. Perasaan orang belajar bersifat pasif karena untuk mengadakan
respon perlu adanya suatu stimulus tertentu, sedangkan mengenai penguat menurut
pavlov bahwa stimulus yang tidak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai
hubungan dengan penguatan. Stimulus itu yang menyebabkan adanya pengulangan
tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat (Zulhammi, 2015).
 B.F. Skinner

Gambar 1.3 B.F. Skinner


Sumber: www.wikipedia.org
Pokok-pokok teori Operant Conditioning, antara lain:
 Reinforcement adalah sesuatu yang dapat meningkatkan perilaku apabila
diberikan
 Extintion adalah sesuatu yang dapat menurunkan perilaku karena tidak adanya
reinforcement
Konsep-konsep dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep
para tokoh sebelumnya. Skinner menjelaskan konsep belajar secara sederhana,
tetapi lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons
yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku yang tidak sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-
tokoh sebelumnya. Menurutnya respons yang diterima seseorang tidak
sesederhana demikian, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus tersebut yang mempengaruhi respons
yang dihasilkan (Slavin, 2000).
4. Penerapan dalam Pembelajaran
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, karakteristik siswa,
media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan (Sugandi, 2007:35). Teori
belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori
belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk
mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan
berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik memandang
pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa.
Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan
keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus dan respons dianggap
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan
demikian yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja
yang diberikan oleh guru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa semuanya harus dapat
diamati dan diukur yang bertujuan untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku.

B. Teori Belajar Kognitif


1. Pengertian Umum
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Ahmad (1991)
bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara
relatif dan berbekas”.
2. Karakteristik
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu
sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih
dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu
berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
3. Ahli Pendukung
 Jean Piaget “Cognitive Developmental”

Gambar 1.1 Jean Piaget


Sumber: www.wikipedia.org
Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmental
karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur
yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan
kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak
ada. Pertumbuhan intelektual tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain,
daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara
kualitatif. Menurut Muhibbin (2003) Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan
kognitif anak menjadi empat tahap:
 Tahap sensory-motor (ranah kognitif 0-2 tahun)
 Tahap pre-operational (ranah kognitif 2-7 tahun)
 Tahap concrete-operational (ranah kognitif 7-11 tahun)
 Tahap formal-operational (ranah kognitif 11-15 tahun)
 Jerome Bruner “Discovery Learning”
Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan.
Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk,
yaitu: enaktif, ikonik dan simbolik.
Gambar 1.2 Jerome S. Bruner
Sumber: www.wikipedia.org
Jika dikorelasikan dengan aplikasi pembelajaran, Discovery learning Bruner dapat
dikemukakan sebagai berikut (Syaiful, 2011):
 Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Self-curiousity
(keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman
 Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur yang
ada. Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan
pengenalan
 Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan kemampuan
secara enaktif, ikonik, dan simbolik
 Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan instruksional
sebagai arah informatif.
 Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan bertanggung
jawab memungkinkan kemajuan.
 David Ausubel “Teori Belajar Bermakna”

Gambar 1.3 David Ausubel


Sumber: www.wikipedia.org
Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari
hukum belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David Ausubel.
Pengertian belajar bermakna menurut Ausubel ada dua jenis belajar yaitu:
1. Belajar bermakna (meaningful learning)
2. Belajar menghafal (rote learning).
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang
belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai
bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Sebagai ahli psikologi
pendidikan Ausubel menaruh perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan
memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar
melalui bahasa (meaningful verbal learning) (Fauziah, 2011).
4. Penerapan dalam Pembelajaran
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus memahami
bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak
usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret,
keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola
atau logika tertentu dari sederhana menuju kompleks, guru menciptakan pembelajaran
yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa.

C. Teori Belajar Konstruktivistik


1. Pengertian Umum
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir kontekstual. Teori belajar
Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan teori
behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik
antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih memahami belajar
sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi
makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa
ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri
tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif
dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan
sehingga terbentuk suatu skema yang baru (Dahar, 1996).
2. Karakteristik
Karakteristik belajar dengan pendekatan konstruktivisme menurut Slavin (1997)
ada 4 yaitu:
 Proses Top-Down, yang berarti bahwa siswa mulai dengan masalah-masalah yang
kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan
(dengan bantuan guru) ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan. Sebagai
contoh siswa dapat diminta untuk menuliskan suatu susunan kalimat, dan baru
kemudian belajar tentang mengeja, tata bahasa, dan tanda baca
 Pembelajaran kooperatif yaitu siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah
tersebut dengan temanya
 Generative learning (pembelajaran generatif) yaitu belajar itu ditemukan
meskipun apabila kita menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka harus
melakukan operasi mental dengan informasi itu untuk membuat informasi masuk
kedalam pemahaman mereka
 Pembelajaran dengan penemuan yaitu, siswa didorong untuk belajar sebagian
besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan
percobaan yang mmungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri
mereka sendiri.
3. Ahli Pendukung
 Jean Piaget
Piaget, seorang tokoh konstruktivistik, menyatakan bahwa proses
pengkonstruksian pengetahuan berlangsung melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam struktur atau skema yang sudah ada di
dalam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam
struktur yang telah ada. Asimilasi ini tidak menyebabkan perubahan/pergantian
struktur/skema yang telah ada, melainkan mengembangkannya. Proses asimilasi ini
berjalan terus. Sedangkan akomodasi, adalah membentuk struktur/ skema baru yang
dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi struktur/skema yang ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu (Sukiman, 2008).

Gambar 1.1 Jean Piaget


Sumber: www.wikipedia.org
 Vygotsky
Konstruktivistik sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar
bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Vygotsky
menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan
sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam
lingkungan tersebut. Orang lain merupakan bagian dari lingkungan,pemerolehan
pengetahuan siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup
individu sebagai peristiwa internalisasi (Taylor, 1993). Konstruktivistik menurut
pandangan Vygotsky menekankan pada pengaruh budaya. Berkaitan dengan
pembelajaran, Vygotsky mengemukakan 4 prinsip, yaitu:
a. Pembelajaran sosial (social learning)
b. ZPD (zone of proximal development)
c. Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship)
d. Pembelajaran Termediasi (mediated learning)
 John Dewey
John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivistik dengan mengatakan bahwa
pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses
menyusun atau membina pengalaman secara berterusan. Beliau juga menekankan
kepentingan penyertaan murid di dalam setiap aktiviti pengajaran dan pembelajaran
(Syaiful, 2011).

Gambar 1.2 John Dewey


Sumber: www.wikipedia.org
4. Penerapan dalam Pembelajaran
Penerapan teori belajar konstruktivistik meliputi 4 tahapan, yaitu:
 Apersepsi. Pada tahap ini, siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dan
memberikan pertanyaan – pertanyaan tentang fenomena yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari – sehari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa
diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya
tentang suatu konsep
 Eksplorasi. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki kegiatan
dan menemukan kosnsep melalui pengmpulan data dalam suatu kegiatan yang
telah dirancang oleh guru kemudian secara kelompok didiskusikan
 Diskusi dan penjelasan konsep. Pada tahap ini siswa memberikan penjelasan dan
solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penjelasan guru,
sehingga siswa tidak ragu – ragu lagi tentang konsepnya
 Pengembangan dan aplikasi. Pada tahap ini guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran, yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptualnya, baik melalui kegiatan ataupun pemunculan dan pemecahan
masalah –masalah yang berkaitan dengan isu – isu yang ada (Sutisna, 2013).

D. Teori Preskriptif-Deskriptif
1. Pengertian Umum
Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya menjelaskan proses
belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya
menetapkan metode pembelajaran yang optimal (Dimyati, 2006).
Adapun contoh teori deskriptif yaitu: jika membuat rangkuman tentang isi buku
teks yang dibaca, maka retensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik. Adapun teori
pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori
pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya,
variabel yang diamati dalam teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode
yang optimal untuk mencapai tujuan. Adapun contohnya yaitu: agar dapat mengingat isi
buku teks yang dibaca secara lebih baik, maka bacalah isi buku tersebut berulang-ulang
dan buatlah rangkumannya (Thobroni, 2011).
2. Ahli Pendukung
 Menurut Bruner
Teori pembelajaran merupakan teori preskriptif sedangkan teori belajar
merupakan teori deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran
adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif
karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.
 Menurut Reigeluth
Teori preskriptif yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan (goal oriented),
sedangkan teori deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan hasil (goal free).
Oleh karena itu, sebabnya variabel yang diamati dalam mengembangkan teori
belajar yang perspektif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan,
sedangkan dalam pengembangan teori pembelajaran deskriptif, variabel yang
diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara metode dan
kondisi.
3. Penerapan dalam Pembelajaran
Berikut merupakan contoh penerapan teori deskriptif dan preskriptif yaitu:
a. Teori Belajar Deskriptif
Seorang anak belajar dengan tujuan untuk mendapatkan nilai bagus di ulangan
keduanya setelah anak tersebut gagal di ulangan pertamanya. Dalam hal ini teori
deskriptif berperan dalam menjelaskan hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar
nilai anak tersebut di ulangan kedua bisa bagus diantaranya dia harus belajar lebih
giat, lebih memehami materi, menayakan jika materi belum jelas, tidak
mengulangi kesalahan di ulangan pertamanya dan memiliki seseorang yang bisa
membantu dalam belajar.
b. Teori Pembelajaran Preskriptif
Seorang guru yang melihat anak didiknya nilai ulangannya tidak memenuhi syarat
mka guru tersebut berusaha untuk mencari solusi yang tepat untuk siswanya agar
mendapat nilai yang bagus yaitu guru dengan senang hati memberikan motivasi
kepada siswanya, mengajak siswanya agar belajar kelompok, memeberikan solusi
yang menumbuhkan semangat, kepercayaan diri dan pantang menyerah dan selalu
bersikap baik dengan siswanya.

E. Perbedaan Antar Teori


Behavioristik Kognitif
Belajar adalah pembentukan asosiasi Belajar adalah suatu proses yang terjadi
antara pesan yang ditangkap panca dalam akal pikiran manusia.
indera dengan kecenderungan untuk
bertindak atau hubungan antara
Stimulus dan Respon (S-R).
Lebih mementingkan pada pengaruh Lebih mementingkan apa yang ada di
lingkungan. dalam diri seseorang.
Lebih mementingkan pada beberapa Lebih mementingkan pada keseluruhan
bagian. bagian.
Lebh mengutamakan peran reaksi. Lebih menguatkan fungsi kognitif.
Hasil belajar terbentuk secara mekanis. Hasil belajar terjadi kesinambungan
dalam diri.
Dipengaruhi oleh pengalaman masa Dipengaruhi oleh saat itu juga.
lalu.
Mementingkan pembentukan Mementingkan terbentuknya struktur
kebiasaan. kognitif.
Memecahkan masalah dilakukan Memecahkan masalah didasarkan kepada
dengan cara trial and error. insight.

Konstruktivistik Preskriptif Deskriptif


Proses belajar melalui Tujuan utama adalah Tujuan utama adalah
proses asimilasi dan menetapkan metode menjelaskan proses belajar
akomodasi yang pembelajaran yang
bermuara pada optimal
pemutakhiran struktur
kognitifnya
Peran siswa harus aktif Goal oriented (mencapai Goal free (memberikan
berfikir dan menyusun tujuan) hasil)
konsep
Guru berperan membantu Variabel yang diamati Variabel yang diamati
agar proses yaitu metode yang adalah hasil belajar sebagai
pengkontruksian optimal untuk mencapai akibat dari interaksi antara
pengetahuan oleh siswa tujuan metode dan kondisi
berjalan lancar
Sarana belajar seperti Selalu menyebutkan Sama sekali tidak berurusan
bahan, media, peralatan, metode pembelajaran dengan metode
lingkungan dan fasilitas pembelajaran
lain dapat digunakan
untuk menunjang proses
belajar

F. Kelebihan dan Kekurangan Antar Teori


Kelebihan Teori Behavioristik Kekurangan Teori Behavioristik
Sangat cocok untuk memperoleh Pembelajaran hanya terpusat pada guru
kemampuan yang membutuhkan (teacher center).
praktek dan pembiasaan.
Materi yang diberikan sangat detail. Peserta didik hanya mendengarkan
dengan tertib penjelasan guru.
Membangun konsentrasi pikiran. Peserta didik tidak bebas berkreasi dan
berimajinasi.

Kelebihan Teori Kognitif Kekurangan Teori Kognitif


Guru hanya memberikan dasar-dasr Menganggap peserta didik memiliki
materi yang diajarkan untuk kemampuan yang sama dikarenakan
pengembangan, selanjutnya peserta hanya menekankan pada kemampuan
didik akan mengembangkan sendiri, ingatan peserta didik saja.
guru hanya perlu memantau saja.
Pendidik dapat memaksimalkan ingatan Peserta didik akan kesulitan jika pendidik
yang dimiliki oleh peserta didik. hanya menerapkan teori ini.
Peserta didik dapat mengkreasikan hal- Peserta didik tidak sepenuhnya
hal baru. memahami apa yang dijelaskan guru.

Kelebihan Teori Konstruktivistik Kekurangan Teori Konstruktivistik


Menjadikan siswa berfikir tentang Tergantung pada guru sebagai pelaksana
pengetahuan baru, aktif dan mandiri metode pembelajaran
Siswa paham dengan materi yang Guru hanya berperan sebagai pendukung
disampaikan dan mampu bukan sebagai hal utama
menyelesaikan masalah
Melatih untuk berinteraksi sosial Fokus kontruktivistik ini hanya ketika
dengan teman kelompok atau guru proses pembelajaran itu terjadi

Kelebihan Teori Preskriptif Kekurangan Teori Preskriptif


Pembelajaran lebih sistematis sehingga Penerapan teori preskriptif membutuhkan
memiliki arah dan tujuan yang jelas waktu cukup lama
Pembelajaran memberi motivasi agar
terjadi proses belajar, sehingga
mengoptimalisasi kerja otak secara
maksimal

Kelebihan Teori Deskriptif Kekurangan Teori Deskriptif


Proses belajar lebih terkonsep, sehingga Kurang memperhatikan sisi psikologis
siswa lebih memahami materi yang siswa dalam mendalami suatu materi
akan disampaikan pelajaran
Mendorong siswa untuk mencari
sumber-sumber pengetahuan dalam
mengerjakan tugas

II. Questions
1. Bagaimana perbedaan mengenai teori behavioristik dan teori kognitif?
2. Bagaimana contoh penerapan teori preskriptif-deskriptif dalam pembelajaran
biologi jika kalian dituntut untuk menjadi calon pendidik professional?
3. Bagaimana hubungan antara teori belajar dan teori pembelajaran dengan teori
deskriptif dan teori preskriptif?

III. Answer
1. Berikut adalah perbedaan antara teori behavioristik dan teori kognitif (Slavin,
2000):
Behavioristik Kognitif
Belajar adalah pembentukan asosiasi Belajar adalah suatu proses yang
antara pesan yang ditangkap panca terjadi dalam akal pikiran
indera dengan kecenderungan untuk manusia.
bertindak atau hubungan antara
Stimulus dan Respon (S-R).
Lebih mementingkan pada pengaruh Lebih mementingkan apa yang ada
lingkungan. di dalam diri seseorang.
Lebih mementingkan pada beberapa Lebih mementingkan pada
bagian. keseluruhan bagian.
Memecahkan masalah dilakukan Memecahkan masalah didasarkan
dengan cara trial and error. kepada insight.

2. Teori Deskriptif : Sebelum pembelajaran mengenai konsep dasar sel dimulai,


maka peserta didik sebelumnya ditugaskan untuk membuat peta konsep atau mind
map (interaksi antara metode dan kondisi)
Teori Preskriptif: Dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk lebih aktif
dalam mempresentasikan hasil mind map yang telah dibuat sebelumnya kepada
teman-teman. Teman-teman yang lain saling menambahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang sesuai yaitu siswa diharapkan untuk mengerti apa itu
konsep dasar sel (menetapkan metode pembelajaran yang optimal)
(Thobroni, 2011).
3. Teori pembelajaran  teori preskriptif  karena tujuan utama teori pembelajaran
adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal
Teori belajar teori deskriptif  karena tujuan utama teori belajar adalah
menjelaskan proses belajar. Berikut adalah perbandingan tabel diantara teori
preskriptif dan teori deskriptif (Dimyati, 2006):
Aspek Teori Belajar Teori Pembelajaran
Konsep Deskriptif Preskriptif
Tujuan utama dari teori Tujuan utama
belajar adalah menetapkan metode
Fungsi teori
menjelaskan proses pembelajaran yang
belajar optimal
Goal free (tergantung Goal oriented (matery
Tujuan
interaksi) learning)
Evaluasi terpisah dari Evaluasi bagian dari
Evaluasi
proses intregral proses belajar
Kedudukan metode Tidak berurusan dengan Harus memasukkan
pembelajaran metode pembelajran variabel pembelajaran

DAFTAR RUJUKAN
Abu Ahmad & Widodo Aupriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: P2LPTK, Dirjen Dikti
Depdikbud.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fauziah Nasution. 2011. Psikologi Umum. Buku Panduan untuk Fakultas Tarbiyah
IAIN SU.
Muhibbin S. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. :19.
Putrayasa, Ida Bagus. 2013. Landasan Pembelajaran. Bali.Undiksha Press.
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Massachusetts: Allyn
and Bacon.
Slavin, Robert E. 1997. Educational Psychology-Theory and Practice. Fourth Edition.
Boston, Allyn and Bacon.
Sugandi, Ahmad. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.
Sukiman. 2008. Teori Pembelajaran Dalam Pandangan Konstruktivistik Dan Pendidikan
Islam. Jurnal Kependidikan Islam Vol. 3. (Online).
Sutisna, Yaya. 2013. Penerapan Pendekatan Konstruktivistik untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di sekolah dasar. (Online).
Syaiful B.D. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Thobroni, Muhammad dan Mustofa Arif. 2011. Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Zulhammi.2015. Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik dalam Perspektif
Pendidikan Islam. (Jurnal Darul Ilmi) Vol. 3 No. 1 Hal.105-127.

KRITERIA PENILAIAN RESUME


MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GASAL 2018-2019

No. Elemen Skor Penilaian


Maks Diri Teman Dosen
I. Identitas Resume
1 Judul resume 5 5 5
2 Keperluan ditulisnya resume 2 2 2
3 Nama penulis resume 2 2 2
4 Tempat dan waktu penulisan resume 1 1 1

II. Bagian Teks Utama Resume


5 Topik-topik Bahasan pada bagian inti:
 Relevan dengan topik bahasan yang 15 15 14
dipaparkan pada RPS
 Berisi point-point penting yang berkaitan 20 18 19
dengan topik bahasan
 Beragam konsep dieksplor dari banyak 15 15 15
sumber (> 5 sumber buku atau artikel)
 Menyajikan hasil eksplorasi berupa 15 15 15
konsep yang relevan dengan konsep yang
dipelajari
 Gambar/diagram/foto yang disertakan 10 10 9
 Memunculkan pertanyaan-pertanyaan 15 15 13
penting dari hasil resume

Jumlah Skor Maksimal 100 98 95

Korektor :
Diri Sendiri : Firda Widianti/160341606030
Teman : Merinda Oktaviana/160341606002
Dosen :

You might also like