You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang


penting tidak lain karena melalui kalimatlah seseorang dapat menyampaikan
maksudnya dengan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita kenal sebelum
sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalnya tidak) dan frasa atau
kelompok kata (mis. tidak tahu).Kedua bentuk itu, kata dan frasa, tidak dapat
mengungkapkan suatu maksud dengan jelas, kecuali jika keduanya sedang
berperan sebagai kalimat.Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita
pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.

Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal


subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu
sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah
berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur
minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-
mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan
bentuk.Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus
mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud
penuturannya.

2. Tujuan
 Untuk mengetahui tentang kata, frase, dan klausa dalam kalimat
 Untuk memahami peranan penting kata, frase, dan kalusa dalam
kalimat untuk penulisan karya ilmiah bahasa Indonesia.

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 1


BAB II

PEMBAHASAN

1. Sintaksis Bahasa Indonesia


Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti
mengatur bersama-sama.1 menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang
linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat
yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian
sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.

2. Fungsi Kajian Sintaksis


Posisi-posisi satuan sintaksis yang juga disebut gatra, merujuk kepada
fungsi gramatikal. Fungsi gramatikal menjadi wadah bagi setiap satuan
sintaksis, serta bagi makna situasional satuan sintaksis itu.
Secara umum terdapat empat fungsi sintaksis yaitu S (subjek), P (predikat), O
(objek), dan K (keterangan).
Contoh: Adik/ membeli/ roti/ di warung
Secara lengkap menggambarkan fungsi-fungsi sintaksis seperti
diagram berikut ini, yaitu kalimat dibagi atas subjek dan predikat. Predikat
dibagi atas objek dan keterangan, keterangan dibagi atas keterangan waktu,
keterangan tempat, dst. Diagram adalah sebagai berikut:

Kalimat
Subjek Predikat
Objek Keterangan
Ket. tempat Ket. waktu Dst.

1
Ngusman Abdul Manaf, Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. (Padang:
Sukabina Press., 2009), hlm.3

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 2


3. Definisi Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri
sendiri dan mempunyai makna. Gabungan kata dapat membentuk kalimat,
kata-kata yang dibentuk dengan menggabungkan huruf atau menggabungkan
morfem akan disebut sebagai kata bila mempunyai makna. Seperti sepeda,
ambil, dingin, kuliah. Keempat kata yang diambil secara acak itu kita akui
sebagai kata karena setiap kana mempunyai makna. Kata adepes, libma,
ningid, hailuk bukan kata bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.

4. Bentuk Kata
Dari segi bentuknya kata dibedakan atas dua macam: (1) kata yang
bermorfem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak.Kata yang
bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan.
Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata
turunan atau kata imbuhan. Perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain
mengubah bentuk, juga mengubah makna. Selanjutnya, perubahan makna
mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata. Perhatikan perubahan kata
dasar menjadi kata turunan dan aneka maknanya dalam tabel dibawah ini.

PERUBAHAN KATA DASAR MENJADI KATA TURUNAN YANG


MEMBENTUK BERBAGAI KELOMPOK ARTI
5.
Kata Pelaku Proses Hal/Tempat Perbuatan Hasil
dasar
asuh pengasuh pengasuhan mengasuh asuhan
baca pembaca pembacaan membaca bacaan
bangun pembangun pembangunan membangun bangunan
buat pembuat pembuatan perbuatan membuat buatan
cetak pencetak pencetakan percetakan mencetak cetakan
edar pengedar pengedaran peredaran mengedar edaran
potong pemotong pemotongan perpotongan memotong potongan
sapu penyapu penyapuan persapuan menyapu sapuan
tulis penulis penulisan menulis tulisan
ukir pengukir pengukiran mengukir ukiran

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 3


5. Jenis Kata

Pembagian jenis kata di dalam bahasa-bahasa yang ada didunia – termasuk bahasa
Indonesia – umumnya terdiri atas:
1) kata benda (nomina) 8) kata sandang (artikula)
2) kata kerja (verba) 9) kata seru (interjeksi)
3) kata sifat (ajektiva) 10) kata depan (preposisi)2
4) kata ganti (pronomina)
5) kata keterangan (adverbia)
6) kata bilangan (numeralia)
7) kata sambung (konjungsi)

Dalam bahasa Indonesia, nama jenis kata-kata itu pun sudah dikenal luas.
Pembagian jenis kata yang dipopulerkan oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan diikuti
oleh sejumlah penulis tata bahasa Indonesia cukup berpengaruh dan cukup lama
mendominasi bidang morfologi bahasa Indonesia.

Pembagian kelas kata bahasa Indonesia yang paling mutakhir adalah yang
diajukan oleh Tim Depdikbud yang terdapat dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia (TBBI edisi perdana 1988). Didalam buku itu, Hasan Alwi dkk
mengelompokkan kata ke dalam lima jenis, yaitu:
1) Verba (kata kerja)
2) Ajektiva (kata sifat)
3) Adverbia (kata keterangan)
4) Rumpun Kata Benda, yang beranggotakan
(i) Nomina (kata benda/kata nama)
(ii) Pronomina (kata ganti)
(iii) Numeralia (kata bilangan)
5) Rumpun Kata Tugas, yang beranggotakan
(i) Preposisi (kata depan)
(ii) Konjungtor (kata sambung)
(iii) Interjeksi (kata seru)
(iv) Artikel (kata sandang)
(v) Partikel penegas

2
Lamuddin finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia,2009), hlm. 80-82

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 4


a. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan,
proses, dan keadaan bukan merupakan sifat atau kulitas. Kata kerja umumnya
berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Berdasarkan definisi verba dibagi menjadi
dua kelompok.
1) Verba yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Verba ini merupakan
jawaban atas pertanyaan “Apa yang dilakukan oleh subjek?”
Contoh:
mandi membelikan
membaca memotong
mencuri menakuti
mendekat memasak
2) Verba yang menyatakan proses atau keadaan yang bukan sifat. Verba ini
merupakan jawaban atas pertanyaan “Apa yang terjadi pada subjek”
Contoh:
jatuh meninggal
mati kebanjiran
mengering terbakar
mengecil terdampar

Selain cara diatas, verba dapat dikenali dengan memakai cara berikut ini.
1) Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang
menyatakan kesangatan: agak, paling, sangat.tidak ada bentuk seperti agak
mandi, paling membaca, sangat mati.

2) Sebagian besar verba dapat didampingi oleh pewatas yang mengandung


aspek waktu, yaitu kata akan, sedang, dan telah; misalnya akan mendekat,
sedang memukuli, telah jatuh.

3) Dapat membentuk kombinasi KK+ dengan + KB / KS


Contoh:
Tulis + dengan pena (KB)
Pergi + dengan adik (KB)
Menulis + dengan cepat (KS)
Melihat + dengan jelas (KS)

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 5


Dari contoh tersebut tampak bentuk kata kerja ada dua macam: (1) kata kerja
asal (bentuk dasar), yaitu kata kerja yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat tanpa
bantuan afiks; misalnya tulis, pergi, bicara, lihat.(2) kata kerja turunan, yaitu kata
kerja yang mempunyai afiks; misalnya menulis, berpergian, berbicara, melihat.
Untuk mengenali kata kerja turunan, perhatikan tabel dibawah ini yang memuat afiks
pembentuk kata kerja.

AFIKS PEMBENTUK KATA KERJA


Afiks Contoh
prefiks ber- berbuat, berkarya, bertemu
di- dibawa, dipakai, dibahas
me- melatih, mengolah, membaca
per- perindah, perkuat, peruncing
ter- terjual, tersenyum, tertimbun
sufiks -i namai, gulai, tandai
-kan maafkan, matikan, nyalakan
konfiks ber- + -an berpergian
ber- + -kan beralaskan
di- + -i diselimuti
di- + -kan dibuatkan
ke- +-an kejatuhan
me- + -i mewarnai
mem- + -per memperbanyak
memper- + -i memperbaiki
memper- + -kan mempertanyakan
me- + -kan meluruskan
per- + -i perbaiki
per- +-kan peringatan

Selain bentuk-bentuk dalam tabel ada pula bentuk kata kerja atau verba turunan
yang lain, diantaranya
1) verba reduplikasi atau verba berulang dengan atau tanpa pengimbuhan;
misalnya makan-makan, batuk-batuk, berlari-lari, tembak-menembak.
2) verba majemuk, yaitu verba yang terbentuk melalui proses penggabungan
kata yang tidak membentuk idiom; misalnya terjun payung, tatap muka,
mengambing-hitamkan.

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 6


3) verba berpreposisi, yaitu intrasitif yang selalu diikuti oleh preposisi
tertentu; misalnya tahu akan, berdiskusi tentang, cinta pada, sejalan dengan,
terdiri dari, menyesal atas, tergolong sebagai.

b. Kata Sifat (Ajektiva)


Kata sifat atau ajektiva adalah kata yang berfungsi sebagai atribut bagi
nomina (orang, binatang, atau benda lainnya). Atribut berarti tanda atau ciri, misalnya
kecil, bundar, merah, kenyal, panas. Kata-kata itulah merupakan kata sifat. Kata sifat
dapat berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelas subjek yang berupa nomina.

Ajektiva dibedakan menjadi dua macam: (1) ajektiva bertaraf, yaitu ajrktiva
yang mengungkapkan suatu kualitas; (2) ajektiva tak bertaraf, yaitu ajektiva yang
mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan.3 Ajektiva bertaraf adalah
ajektiva yang dapat menyatakn berbagai tingkat kualitas dan berbagai tingkat
bandingan. Untuk mengetes suatu ajektiva termasuk bertaraf atau tidak dapat
dilakukan dengan tiga cara berikut ini. Ketiga cara itu yang bercetak tebal.
1) Dapat diberi keterangan pembanding dengan bantuan adverbia seperti agak lebih,
paling, dan sangat; misalnya agar besar, lebih baik, paling pandai, sangat jelas.
2) Dapat diberi keterangan penguat, juga dengan bantuan adverbia seperti amat,
sekali, terlalu, dan cukup; misalnya amat luas, mahal sekali, terlalu sulit, cukup
panjang.
3) Dapat diingkari dengan kata tidak; mislanya tidak benar, tidak puas, tidak sehat,
tidak tenang.

Berdasarkan ciri tersebut, kata-kata yang didaftarkan dibawah ini adalah ajektiva
bertaraf:
baik mahal
indah sedikit
pandai berat
senang benar
luas sehat

Ajektiva bertaraf dapat dipilah menjadi tujuh macam:


1) ajektiva keadaan/sifat; misalnya aman, kacau, tenang, gawat
2) ajektiva warna; misalnya ungu, hijau, bitu, merah

3
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003, hlm. 172

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 7


3) ajektiva ukuran; misalnya berat, ringan, tinggi, besar
4) ajektiva jarak; misalnya jauh, dekat, rapat, renggang
5) ajektiva perasaan/sikap; misalnya malu, sedih, heran, senang
6) ajetiva waktu; misalnya cepat, lambat, singkat, sering
7) ajektiva cerapan/indera; misalnya harum, manis, terang, jelas.

Ajektiva tak bertaraf tidak dapat digabung dengan semua adverbia yang
dipakai sebagai pendamping ajektiva. Seperti abadi, buntu, gaib, ganda, genap,
kekal, lonjong, lurus, mutlak, sah tidak dapat diberi keterangan berupa adverbia,
hanya berkombinasi dengan kata ingkar tidak. Tidak ada bentuk agak abadi tetapi
tidak abadi.

Dari segi bentuknya kata sifat dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu (1) kata
sifat berbetuk tunggal, (2) kata sifat berimbuhan, dan (3) kata sifat bentuk ulang. Kata
sifat bentuk tunggal berupa kata dasar dan terdiri atas satu morfem. Contoh ajrktiva
bertaraf dan tak bertaraf yang tidak mengandung afiks adalah berbentuk tunggal. Kata
sifat berimbuhan sebagian besar dibentuk dengan bantuan sufiks yang diserap dari
bahasa Inggris dan bahasa Arab yang menjadi produktif dalam bahasa Indonesia,
yaitu sufiks –al, -i, -iah, -if, -ik, -is, -er, dan –wi.

AFIKS PEMBENTUK KATA SIFAT

Afiks Contoh
Sufiks -al formal
-i abadi
-iah lahiriah
-if aktif
-ik magnetik
-is praktis
-er komplementer
-wi manusiawi

Konfiks ke- + -an keinggris-inggrisan, kekanak-kanakan


(dengan reduplikasi)
se- + -nya sebaik-baiknya, sepandai-pandainya
(dengan reduplikasi)

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 8


Kata sifat bentuk ulang terdiri atas tiga tipe berikut ini.
1) Perulangan murni: kecil-kecil, merah-merah, panjang-panjang
2) Perulangan sebagian: besar-besaran, kecil-kecilan, rumah-rumahan
3) Perulangan dengan salin bunyi: compang-comping, hiruk-pikuk, kocar-kacir

c. Kata Keterangan (Adverbia)


Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang menerangkan verba,
ajektiva, nomina, adverbia lain, frasa preposisional, dan juga seluruh kalimat. Letak
adverbia dapat mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan. Dalam contoh
dibawah ini kata yang bercetak tebal adalah adverbia.
Contoh:
(1) Rina sangat mencintai suaminya.
(Adverbia sangat menerangkan verba mencintai)
(2) Kakekku selalu sedih mendengar lagu itu.
(Adverbia selalu menerangkan ajektiva sedih)
(3) Ayah saja tidak dapat menyelesaikan pertikaian itu.
(Adverbia saja menerangkan nomina ayah)

Adverbia terdiri dari dua golongan besar, yaitu (1) adverbia tunggal dapat
dirinci lagi berupa kata dasar, kata berafiks, dan kata ulang. Contoh adverbia menurut
pengelompokan tersebut.

DAFTAR KATA KETERANGAN (ADVERBIA)


Adverbia Tunggal Adverbia
Kata Dasar Kata Berafiks Kata Ulang Gabungan
bahkan agaknya diam-diam acapkali
banyak kiranya gila-gilaan belum lagi
baru malahan habis-habisan hampir selalu
cukup mestinya kadang-kadang hanya saja
hampir rasanya kecil-kecilan kadang kala
hanya sebenarnya kira-kira lagi pula
jarang secepatnya lekas-lekas sering kali4
justru sesungguhnya mati-matian
kurang sekadarnya pelan-pelan
lebih tampaknya sedalam-dalamnya
malah teramat segalak-galaknya
niscaya terhadap seikhlas-ikhlasnya

4
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003, hlm. 197-212

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 9


paling terlalu sekuat-sekuatnya
pasti terlampau sepandai-pandainya
saja sesabar-sabar
sangat setinggi-tingginya
sedikit
segera
sekadar
selalu
senantiasa
sering
tentu

Adverbia dapat mengungkapkan depan jenis arti yaitu:


1) adverbia kualitatif: kurang, lebih, paling, sangat
2) adverbia kuantitatif: banyak, cukup, sedikit
3) adverbia limitatif: hanya, saja, sekedar
4) adverbia frekuentatif: jarang, kadang-kadanf, sering
5) adverbia kewaktuan: baru, segera
6) adverbia kecaraan: diam-diam, pelan-pelan, secepatnya
7) adverbia kontrastif: bahkan, justru, malahan
8) adverbia keniscayaan: niscaya, pasti, tentu

d. Kata Benda (Nomina)


Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda
baik konkret maupun abstrak. Contohnya benda yang dilihat sehari-hari, misalnya
benda konkret buku, kunci, kendaraan, pohon, nasi, rumah, dan benda abstrak
misalnya agama, pengetahuan, kehendak, peraturan, pikiran, nafsu. Kata benda
berfungsi sebagai subjek, objek, atau pelengkap dalam kalimat.
Ciri umum nomina.
1) Nomina tidak boleh diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarnya adalah
bukan. Bentuk ingkar kalimat Paman saya wartawan adalah Paman saya bukan
wartawan.
2) Nomina dapat berkombinasi dengan ajektiva (kata sifat), baik diantarai oleh yang
(sangat) maupun tidak. Artinya, KB + KS dan KB + yang (sangat) + KS
menghasilkan makna yang jelas. Kata-kata seperti buku, pohon, orang tergolong
sebagai kata benda karena dapat “masuk” ke dalam dua konstruksi kombinasi itu.
Kita buktikan kebenarannya.

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 10


KB + KS KB+ yang (sangat) +KS
buku mahal buku yang (sangat) mahal
pohon rindang pohon yang (sangat) rindang
orang baik orang yang (sangat) baik

Kata benda berimbuhan.


AFIKS PEMBENTUK KATA KERJA
Bentuk Afiks Contoh
prefiks ke- ketua, kekasih, kehendak
pe- petinju, pembela, pendaftar
ter- terdakwa, tersangka, tertuduh
sufiks -an pikiran, tepian, timbanga
-in hadirin, muslimin
-wan ilmuwan, karyawan, olahragawan
infiks -em- kemuning, kemilau
-el- telinjuk, pelatuk
-er- serabut, seruling
-in- kinerja
konfiks ke- + -an kehidupan, keterangan
pe- + -an pegunungan, pembelian

Ada dua jenis kata yang juga mengacu kepada benda, yaitu kata ganti
(pronomina) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
Sedangkan kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang), dan konsep.5 Macam-macam
pronomina yaitu pronomina persona dipakai untuk mengacu kepada orang,
pronomina penanya (apa, siapa, mana, kapan, dst.) yang dipakai untuk menanyakan
benda (orang atau barang), selain itu ada pronomina penyapa Bu, Pak, Dok, Prof,
serta penunjuk umum ini, itu yang juga mengacu kepada benda.
Numerralian memiliki fungsi untuk menghitung benda. Angka-angka, mulai
dari minus sampai plus sekian adalah (sesuatu) benda juga. Contohnya.
tiga satu-satu
ketiga banyak (misalnya orang, mobil, uang)
tiga bersaudara setengah

5
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003, hlm. 249 & 275

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 11


e. Kata Tugas (Partikel)
Kata tugas bukanlah nama satu jenis kata, melainkan kumpulan kata dan
partikel. Kumpulan ini lebih tepat dinamakan rumpun kata tugas, anggotanya.
1) kata depan (preposisi)
2) kata sambung (konjungsi)
3) kata seru (interjeksi)
4) kata sandang (artikula)
5) partikel penegas

Kata tugas tidak mempunyai arti leksikal, yaitu arti kata secara lepas tanpa
kaitan dengan kata lain (misalnya makan berarti ‘memasukkan sesuatu kedalam
mulut, dikunyah, lalu ditelan’). Kata agar, dari, ke, yang, si tidak mempunyai arti
leksikal seperti halnya kata makan, barulah jelas setelah dikaitkan dengan kata lain;
misalnya agar lulus ujian, dari kebun, ke kampus, yang sebelah kiri, si terhukum.kata
tugas tidak dapay menjadi kata turunan, dari kata di, yang, wah tidak dapat dibentuk
kata turunan. Hanya sebab, sampai, oleh, aduh menjadi disebabkan, penyampaian,
memperoleh, mengaduh. Kata tugas untuk berbagai tujuan seperti kata sambung
untuk mennyambungkan bagian-bagian kalimat; kata seru dipakai untuk membuat
kalimat seru.

f. Kata Depan (Preposisi)


Kata depan atau preposisi adalah kata tugas yang selalu berada didepan kata
benda, kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan. Penggabungan preposisi dengan
salah satu dari keempat kata itu selalu membentuk frasa preposisional. Ini terjadi
karena preposisi tidak mempunyai makna leksikal. Preposisi harus digabung dengan
kata lain. Preposisi + salah satu dari nomina, verba, ajektiva, atau adverbia.
Contohnya.

preposisi + nomina
Di Makasar (bertempat di kota Makasar). Bertempat berfungsi sebagai penunjuk
lokasi dan kota Makasar adalah nama lokasinya. Di tidak boleh diganti karena
perannya sebagi penunjuk.

Dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam: (1) preposisi tunggal dapat
berupa kata dasar misalnya akan, dari; dapat juga kata turunan/berafiks misalnya
bagaikan, mengenai, seluruh. (2)Preposisi majemuk ada yang berdampingan

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 12


misalnya berbeda dengan, bertolak dari, sampai dengan; dan ada pula yang
berkolerasi misalnya antara...dan....
Contoh preposisi tunggal berupa kata dasar:
1) akan cadangan minyak akan habis
2) dari buah merah dari Papua

Contoh preposisi tunggal berupa kata berafiks:


1) bagaikan bernyanyi bagaikan artis profesional
2) mengenaik makalah mengenai korupsi

Contoh preposisi majemuk berdampingan


1) Kehidupan di desa tentu berbeda dengan kehidupan di kota.
2) Masalah kriminal harus ditangani sesuai dengan prosedur.

Contoh preposisi majemuk berkolerasi


1) Antara pelatih dan pemain harus terjalin kerjasama.
2) Dari barat sampai ke timur berjajar pulau-pulau.

g. Kata Sambung (Konjugasi)


Kata Sambung atau konjugasi adalah kata tugas yang berfungsi
menghubungkan dua kata atau dua kalimat. Kata sambung disebut juga dengan istilah
konjungtor. Konjungtor yang banyak dipakai dalam kalimat yaitu.
1) ... antara hidup dan mati.
2) ... Anda pasti berhasil kalau rajin belajar.
3) ... oleh Presiden atau Wakil Presiden RI.
4) Pengetahuannya terbatas karena kurang membaca.
5) ... bukan Amri, melainkan Amrin.

Kata sambung juga dapat dipakai untuk menautkan dua kalimat dalam sebuah
alinea dengan cara memakai konjungtor pada awal kalimat kedua; bahkan dapat juga
pada awal kalimat ketiga. Konjungtor itu dinamakan konjungtor antarkalimat.
1) Pak Susilo mengidap radang hati. Selain itu, dia juga terkena penyakit diabetes.
2) Situasi memanf sudah membaik. Akan tetapi, kita harus selalu siaga.

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 13


h. Kata Seru (interjeksi)
Kata seru atau injeksi adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan
seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Dipakai di dalam kalimat
seruan atau kalimat perintah.
Contoh:
1) Ayo, maju terus, pantang mundur!
2) Aduh, gigiku sakit seklai!
3) Astaga, di bukannya berjaga, malahan pergi!

i. Kata Sandang (Artikula)


Kata sandang atau artikula adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah
orang atau benda. Ada tiga macam artikula, yaitu:
1) Artikula yang menyatakan makna tunggal
Contoh: sang guru, sang putri, sang juara
2) Artikula yang menyatakan makna jamak
Contoh: para petani, para hakim, para ilmuwan
3) Artikula yang menyatakan makna netral
Contoh: si hitam manis, si dia, si ganteng

j. Partikel Penegas
Partikel adalah ‘unsur-unsur keecil dari suatu benda’, maksudnya unsur kecil
dalam bahasa disebut partikel. Berkaitan dengan kata tugas, partikel disini berfungsi
membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu –kah dan –tah ditambah dengan –lah
yang dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif),
serta pun yang hanya dipakai dalam kalimat pernyataan.
Contoh:
-kah
(1) Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
-lah
(2) Kalau engkau mau, ambilah apel itu satu!
-tah
(3) Siapatah gerangan jodohku nanti?
Pun
(4) Hendak makan pun lauknya tidak ada.

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 14


6. Definisi Frase

Frasa adalah kelompok kata yang tidak memiliki unsur subjek predikat.
Konstruksinya yang berupa kelompok kata menujukkan frasa lebih tinggi dari
kata. Frasa adalah kelompok kata yang tidak memiliki unsur subjek predikat.
Konstruksinya yang berupa kelompok kata menujukkan frasa lebih tinggi dari
kata. Bertolak dari batasan dan konstruksi , berarti membentuk frasa bukanlah
menyandingkan kata kata seperti membuat kalimat pada umum nya ,melainkan
harus nonpredikatif dan menghasilkan makna yang lebih luas dari kata. Dalam hal
ini proses pembentukan frasa sama dengan pembentukkan kata majemuk, tetapi
jumlah kata pembentuk frasa bisa jauh lebih banyak dari kata majemuk .6

Kelompok kata langit batik biru baju dan yang berbahaya sangat penyakit
bukan lah frasa karena rangkaian kata itu tidak mempunyai kesatuan makna
(ingat:hubungan antara bentuk dan makna yang sudah dibicarakan dimuka). jika
rangakaian kata itu diubah susunan nya sehingga mempunyai makna yang jelas
,misalnya baju batik biru langit dan penyakit yang sangat berbahaya barulah
kelompok kata itu dinamakan frasa . sama halnya dengan kata , frasa juga akan
berfungsi sebagai subjek ,predikat ,objek, dan keterangan di dalam kalimat .

Ada tiga criteria yang harus dimilki oleh frasa :

1) Konstruksinya tidak mempunyai predikat (nonpredikatif);


2) Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom;dan
3) Susunan kata nya berpola tetap.
Berikut uraian tentang ketiga criteria tersebut
Frasa tidak boleh berstruktur subjek predikat karena kelompok kata
yang mempunyai subjek predikat dapat membentuk klausa ,bahkan kalimat.
Yang dimaksud dengan predikat adalah kata atau kelompok kata yang
menyatakan perbuatan/tindakan, keadaan atau sifat dari subjek.dalam contoh
dibawah ini ,pada kolom kelompok kata berpredikat denagn mudah diketahui
adanya unsur perbuatan/tindakan. Kelompok kata yang tidak mempunyai
subjek predikat adalah frasa, sedangkan kelompok kata yang mempunyai
subjek predikat adalah klausa. kata yang bercetak tebal dalam kolom frasa
adalah inti frasa.
Contoh:

6
Lamuddin finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia),2009, hlm. 100

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 15


Frasa Klausa
1.sabun mandi 1. nenek // mandi
S P
2. tetangga kami 2. tetangga kami// baru pindah
S P
3. mahasiswa asing 3.mahasiswa asing // sedang belajar
4.sedang belajar S P
5.bahasa indonesia
4. mahasiswa asing //sedang belajar//bahasa Indonesia
S P

7. Frase Berdasarkan Kelas Kata

Frasa dapat dibedakan berdasarkan kelas katanya,yaitu :frasa


verbal,frasa adjectival,frasa nominal,frasa pronominal ,farsa adverbial, frasa
numeralia ,frasa koordinativa koordinatif, frasa demonastratifa koordinatif,
frasa preposisional koordinatif . perhatikan contoh sebagai berikut:
a) Frasa verbal
Farasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja
,terdiri atas 3 macam,yaitu:
 Frasa verbal modifikasi (pewatas) terdiri atas ;
 Ia bekerja keras sepanjang hari
 Orang itu berjalan cepat setiap pagi
 Siswa itu menulis kembali pekerjaan rumah nya.
 Frasa verbal koordinatif adalah dua verba yang disatukan dengan kata
penghubung dan atau atau.
 Mereka menangis dan meratapi nasibnya.
 Kita pergi atau menunggu ayah.
 Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau
diselipkan ,misalnya :
 Pulogadung ,tempat tinggalnya dulu ,kini menjadi terminal
modern.
 Usaha pak Ali ,berdagang kain,kini menjadi gosir.
 Mata pencaharian orang itu ,bertani dan beternak ,sekarang
telah maju .

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 16


b) Frasa adjectival
Frasa adjectival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat
atau keadaan sebagai inti (diterangkan )dengan menambahkan kata lain yang
berfungsi menerangkan,seperti: agak,dapat,harus ,kurang,lebih,paling dan
sangat.
 Agak baik
 Akan tenang
 Amat pandai
 Belum baik
 Dapat palsu
Frasa adjectival mempunyai tiga jenis :1) frasa adjectival modifikatif
(membatasi),misalnya : cantik sekali,indah nian,hebat benar; 2) frasa
adjectival koordinatif (menggabungkan),nya :tegap,kekar,aman
tentram,makmur dan sejahtera ,aman sentausa; 3)frasa adjectival apositif
misalnya :
 Bima tokoh ksatria ,gagah perkasa ,dan suka menolong kaum
yang lemah
Frasa apositif bersifat memberikan keteranagan tambahan bima
tokoh ksatria yang tampan merupakan unsur utama kalimat gagah
perkasa merupakan keterangan tambahan. Frasa apositif terdapat
dalam kalimat berikut ini.
 Srikandi cantik , ayu rupawan ,diperistri oleh arjuna .

c) Frasa nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan
memperluas sebuah kata benda kekiri dan kekanan ;kekiri menggolongkan
,misalnya; dua buah buku ,seorang teman , beberapa butir telur; kekanan
sesudah kata benda (inti) berfungsi mewatasi(membatasi),misalnya: buku dua
buah ,teman seseorang,telur beberapa butir.
1) Frasa nominal modikatif (mewatasi) ,misalnya: mungil , hari minggu,buku
dua buah ,pemuda kampus .
2) Frasa nominal koordinatif(tidak saling menerangkan) ,misalnya: hak dan
kewajiban ,sandang pangan , dunia akhirat,lahir batin .
3) Frasa nominal apositiv:
 Anton, mahasiswa teladan itu,kini menjadi dosen di universitas
nya
 Burung cendrawasih ,burung langka dari irian itu,sudah hampir
punah.

d) Frasa adverbial

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 17


Frasa adverbial adalah kelompok kata yang di bentuk dengan
keterangan sifat ,frasa bersifat modifikatif (mewatasi) ,misalnya :sangat baik
kata baik merupakan inti dan merupakan pewatas .frasa adverbial termasuk
jenis ini : agak besar, kurang pandai , hampir baik , begitu kuat ,dengan
bangga dan dengan gelisah . frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak
saling menerangkan ),misalny : lebih kurang kata lebih tidak menerangkan
kurang dan kurang tidak menerangkan lebih .

e) Frasa pronominal
Frasa pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti.frasa
ini terdiri atas tiga jenis :1) modifikatif,misalnya:kami semua ,kalian semua ,
anda semua ,mereka semua mereka itu ; 2) koordinatif ,misalnya :engakau dan
aku ,kami dan mereka , serta saya dan dia ;3) apositif :
 Kami, bangsa Indonesia ,menyatakan perang melawan korupsi .
 Mahasiswa ,para pemuda,siap menjadi pasukan antikorupsi.

f) Frasa numeralia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata
bilangan .frasa ini terdiri atas:
 Modifikatif:
 Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban
 Orang itu menyumang pembangunann jalan kampung dua juta
rupiah
 Koordinatif:
 Lima atau enam orang bertopeng ,elintasdi kegelapan pada
gang itu.
 Entah tiga ,entah empat kali saya makan obat hari itu.

g) Frasa interogatif koordinatif


Frasa interogatif koordinatif adalah frasa yang bertintikan pada kata
tanya .
 1) jawaban apa atau siapa merupakan cirri subjek kalimat .
 2) jawaban mengapa atau bagaimana merupakan pertanda jawaban
predikat .

h) Frasa demonstrative koordinatif


Frasa ini dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan .
 Saya bekerja disana atau disini sama saja .
 Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah .

i) Frasa proposisional koordinatif

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 18


Frasa ini dibentuk dengan kata depan dan tidak saling menerangkan .
 Perjalanan kami dari dan ke bandung memerlukan waktu enam jam .
 Koperasi dari ,oleh,dan untuk anggota .

8. Definisi Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari subjek, predikat baik
disertai objek, pelengkap, dan keterangan ataupun tidak.Dengan ringkas,
klausa ialah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.Objek,
pelengkap dan keterangan dalam klausa bersifat manasuka, artinya boleh ada,
boleh juga tidak ada.Kelima unsur dalam klausa seperti subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan memang tidak selalu bersamaan dalam
klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri subjek dan predikat, kadang-
kadang terdiri dari subjek, predikat, dan objek, kadang-kadang terdiri dari
subjek,predikat, dan pelengkap, dan lain sebagainya.7
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa
dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri
atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat
(Kiridalaksana, 1993:110).Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak
berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau
tanda baca yang menjadi ciri kalimat.8
Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai
dengan O, Pel, dan Ket, ataupun tidak.Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah
S dan P. tetapi, dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan.Misalnya dalam
kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang
merupakan jawaban.(Ramlan 1987:89).Misalnya :
(1) Bersama dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh.
Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a) bersama dengan
istrinya, klausa (b)Bapak Soleh datang, dan klausa (c) membawa oleh-
oleh. Klausa (a) terdiri atas unsur P, diikuti Pel, klausa (b) terdiri atas S
dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat penggabungan ketiga
klausa tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan.

7
Parera, Dasar-Dasar Analisis Sintaksis, (Jakarta:Erlangga,2009), hlm. 45
8
Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1993), hlm.110

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 19


Jenis-jenis Klausa
Klausa dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu (1)
kelengkapan unsur internalnya: klausa lengkap dan klausa tak lengkap, (2)
ada–tidaknya kata yang menegatifkan P: klausa negative dan klausa positif,
(3) kategori primer predikatnya: klausa verbal dan klausa nonverbal.9
a. Klausa Lengkap dan Klausa Tak Lengkap
Berdasarkan kelengkapan unsur internalnya, klausa dibedakan menjadi
dua yaitu, klausa lengkap dan klausa tak lengkap. Klausa lengkap ialah klausa
yang memiliki unsur internal lengkap, yaitu S dan P. Klausa lengkap ini
berdasarkan struktur internalnya, dibedakan lagi menjadi dua yaitu klausa
susun biasa dan klausa lengkap susun balik.
Klausa lengkap susun biasa ialah klausa lengkap yang S-nya terletak di
depan P. adapun klausa lengkap susun balik atau klausa lengkap inversi ialah
klausa lengkap yang S-nya berada di belakang P, misalnya : (1) Tulisan Hendi
sangat berbobot. Klausa (1) disebut klausa lengkap susun biasa karena S-nya
yaitu tulisan Hendi berada di depan P, sangat berbobot.
Klausa tak lenngkap atau dalam istilah Verhaar (1999:279) klausa
buntung merupakan klausa yang unsure internalnya tidak lengkap karena di
dalamnya tidak terdapat unsur S dan hanya terdapat unsur P, baik disertai
maupun tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket. Misalnya : (2) Terpaksa berhenti
bekerja di perusahaan itu.
Klausa (2) bisa berubah menjadi klausa lengkap jika di sebelah kirinya
ditambah S, misalnya ditambah frasa istri saya sehingga menjadi (3) Istri saya
terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu.
b. Klausa Negatif dan Klausa Positif
Berdasarkan ada tidaknya kata negatif pada P, klausa dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu klausa negatif dan klausa positif. Klausa negatif
ialah klausa yang di dalamnya terdapat kata negative, yang menegasikan
P.menurut Ramlan (1987: 137), yang termasuk kata negatif, yang

9
Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:Erlangga,2009), hlm.72

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 20


menegasikan P ialah tidak, tak, tiada, bukan, dan belum. Berikut ini adalah
contoh klausa negatif : (3) Deni tidak mengurus kenaikan pangkatnya.

c. KLausa Verbal dan Klausa Nonverbal


Berdasarkan kategori primer kata atau frasa yang menduduki fungsi P
pada konstruksinya, klausa dibedakan atas klausa verbal dan klausa
nonverbal.Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa
golongan V. dilihat dari golongan verbanya klausa verbal dibagi lagi menjadi
klausa verbal intransitif dan klausa verbal transitif.Klausa verbal transitif ialah
klausa yang mengandung verba transitif, dan klausa verbal intransitif ialah
klausa yang mengandung verba intransitif.
Contoh klausa verbal intransitif ialah sebagai berikut :
(4) Taufik Hidayat tampil tidak maksimal di Jepang.
(5) Pengidap AIDS bertambah.
Klausa verbal transitif, dilihat dari wujud ketransitifan P-nya dapat
dibedakan menjadi (1) klausa aktif, (2) klausa pasif, (3) klausa reflektif, dan
(4) klausa resiprokal (Ramlan, 1987: 145-149). Klausa aktif ialah klausa yang
P-nya berupa verba transitif aktif.Klausa pasif ialah klausa yang P-nya berupa
verba transitif pasif.Klausa reflektif ialah klausa yang P-nya berupa verba
transitif reflektif, yaitu verba yang menyatakan “perbuatan’ yang mengenai
‘pelaku’ perbuatan itu sendiri. Pada umumnya verba itu berprefiks meng-
yang diikuti kata diri. Adapun klausa resiprokal adalah klausa yang P-nya
berupa verba transitif resiprokal, yaitu verba yang menyatakan kesalingan.
Klausa nonverbal ialah klausa yang berpredikat selain verba. Klausa
nonverbal masih bisa dibedakan lagi menjadi (1) klausa nominal, (2) klausa
adjektival, (3) klausa preposisional, (4) klausa numeral, dan (5) klausa
adverbial. Contoh:
(6) Yang kita bela kebenaran
(7) Budi pekertinya mulia
(8) Aku bagai nelayan yang kehilangan arah
(9) Yang dikorupsi 300 juta rupiah
(10) Kedatangannya kemarin sore.10

10
Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:Erlangga,2009), hlm.76

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 21


9. Definisi Kalimat
Kalimat adalah materi dari tutur/wicara yang berlangsung dalam arus
ujaran yang berupa bunyi.Di definisikan pula, kalimat adalah sebuah bentuk
ketatabahasaan yang maksimal yang tidak merupakan bagian dari sebuah
konstruksi ketatabahasaan yang lebih besar dan lebih luas.
Definisi kalimat menurut Charles F. Hockett, sebagai beriku: “A sentence is a
grammatical form which is not in instruction which any other grammatical
form: a constitute which is not a constituent.”
Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang mengungkapkan
suatu maksud.Secara lisan, kalimat diiringi dengan nada bicara, jeda dan
intonasi.Secara tertulis, kalimat ditandai dengan huruf kapital dan tanda baca
yang sesuai.
Lazimnya, kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat
digunakan untuk menyampaikan idea atau gagasan.
Jenis-jenis Kalimat terdiri dari:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti
pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan
salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan),
asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Contoh:
Kalimat Tunggal Susunan Kalimat
Ayah membaca S-P
Adik minum susu S-P-O
Ibu membeli sayur di pasar S-P-O-K
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola
kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian
rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat
baru, di samping pola yang sudah ada.
Contoh: Anak itu membaca puisi (kalimat tunggal)
b. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat
yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 22


Contoh:
Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Kakak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Kakak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan
atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat
majemuk campuran.
a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan
kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b. Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas:
atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata
tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian
kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut
anak kalimat.Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat.
Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
S P
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti
keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
Ayah pulang ketika kami makan malam

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 23


4. Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau
hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri
atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda
berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
10. Fungsi Sintaksis Dalam Kalimat
Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi
oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf,2009:34).Wujud fungsi sintaksis
adalah subjek(S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.),dan keterangan
(ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu.
Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan
prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan
merupakan unsur penunjang dalam kalimat (Chaer,2003).11
11. Ciri-ciri Kalimat
Susilo (1990:2) mengemukakan lima cirri kalimat bahasa Indonesia, kelima
cirri tersebut ialah: bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri
dalam hubungannya dengan kalimat lain, berjeda dan berhenti dengan
berakhirnya intonasi. Kelima cirri tersebut merupakan cirri umum sebuah
kalimat. Kalimat yang memenuhi kelima cirri tersebut ialah kalimat bahasa
Indonesia, namun hal itu belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat
bahasa Indonesia yang baku.
Cirri-ciri kalimat menurut Rahardi (2010) yaitu:
1. Berunsurkan bunyi (intonasi)
2. Berunsurkan kata (kelompok kata)
3. Mengandung makna structural
4. Berunsurkan situasi

11
Achmad, Linguistik Umum, (Jakarta:Erlangga,2012), hlm. 74

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 24


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
 Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa Indonesia yang mempelajari
tentang kata, frase, klausa, kalimat, wacana, dan sebagainya.
 Kata adalah gabungan huruf yang mempunyai makna.
 Frase adalah gabungan dari dua kata yang tidak memiliki subjek
predikat.
 Klausa adalah kalimat yang terdiri dari minimal subje dan predikat dan
maksimalnya terdiri dari subjek, predikat, objek dan keterangan.
 Kalimat adalah sebuah bentuk ketatabahasaan yang memiliki makna
tertentu.

Kata, Frasa, dan Klausa dalam Kalimat Page 25

You might also like