Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
Untuk mengetahui tentang kata, frase, dan klausa dalam kalimat
Untuk memahami peranan penting kata, frase, dan kalusa dalam
kalimat untuk penulisan karya ilmiah bahasa Indonesia.
PEMBAHASAN
Kalimat
Subjek Predikat
Objek Keterangan
Ket. tempat Ket. waktu Dst.
1
Ngusman Abdul Manaf, Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. (Padang:
Sukabina Press., 2009), hlm.3
4. Bentuk Kata
Dari segi bentuknya kata dibedakan atas dua macam: (1) kata yang
bermorfem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak.Kata yang
bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan.
Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata
turunan atau kata imbuhan. Perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain
mengubah bentuk, juga mengubah makna. Selanjutnya, perubahan makna
mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata. Perhatikan perubahan kata
dasar menjadi kata turunan dan aneka maknanya dalam tabel dibawah ini.
Pembagian jenis kata di dalam bahasa-bahasa yang ada didunia – termasuk bahasa
Indonesia – umumnya terdiri atas:
1) kata benda (nomina) 8) kata sandang (artikula)
2) kata kerja (verba) 9) kata seru (interjeksi)
3) kata sifat (ajektiva) 10) kata depan (preposisi)2
4) kata ganti (pronomina)
5) kata keterangan (adverbia)
6) kata bilangan (numeralia)
7) kata sambung (konjungsi)
Dalam bahasa Indonesia, nama jenis kata-kata itu pun sudah dikenal luas.
Pembagian jenis kata yang dipopulerkan oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan diikuti
oleh sejumlah penulis tata bahasa Indonesia cukup berpengaruh dan cukup lama
mendominasi bidang morfologi bahasa Indonesia.
Pembagian kelas kata bahasa Indonesia yang paling mutakhir adalah yang
diajukan oleh Tim Depdikbud yang terdapat dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia (TBBI edisi perdana 1988). Didalam buku itu, Hasan Alwi dkk
mengelompokkan kata ke dalam lima jenis, yaitu:
1) Verba (kata kerja)
2) Ajektiva (kata sifat)
3) Adverbia (kata keterangan)
4) Rumpun Kata Benda, yang beranggotakan
(i) Nomina (kata benda/kata nama)
(ii) Pronomina (kata ganti)
(iii) Numeralia (kata bilangan)
5) Rumpun Kata Tugas, yang beranggotakan
(i) Preposisi (kata depan)
(ii) Konjungtor (kata sambung)
(iii) Interjeksi (kata seru)
(iv) Artikel (kata sandang)
(v) Partikel penegas
2
Lamuddin finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia,2009), hlm. 80-82
Selain cara diatas, verba dapat dikenali dengan memakai cara berikut ini.
1) Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang
menyatakan kesangatan: agak, paling, sangat.tidak ada bentuk seperti agak
mandi, paling membaca, sangat mati.
Selain bentuk-bentuk dalam tabel ada pula bentuk kata kerja atau verba turunan
yang lain, diantaranya
1) verba reduplikasi atau verba berulang dengan atau tanpa pengimbuhan;
misalnya makan-makan, batuk-batuk, berlari-lari, tembak-menembak.
2) verba majemuk, yaitu verba yang terbentuk melalui proses penggabungan
kata yang tidak membentuk idiom; misalnya terjun payung, tatap muka,
mengambing-hitamkan.
Ajektiva dibedakan menjadi dua macam: (1) ajektiva bertaraf, yaitu ajrktiva
yang mengungkapkan suatu kualitas; (2) ajektiva tak bertaraf, yaitu ajektiva yang
mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan.3 Ajektiva bertaraf adalah
ajektiva yang dapat menyatakn berbagai tingkat kualitas dan berbagai tingkat
bandingan. Untuk mengetes suatu ajektiva termasuk bertaraf atau tidak dapat
dilakukan dengan tiga cara berikut ini. Ketiga cara itu yang bercetak tebal.
1) Dapat diberi keterangan pembanding dengan bantuan adverbia seperti agak lebih,
paling, dan sangat; misalnya agar besar, lebih baik, paling pandai, sangat jelas.
2) Dapat diberi keterangan penguat, juga dengan bantuan adverbia seperti amat,
sekali, terlalu, dan cukup; misalnya amat luas, mahal sekali, terlalu sulit, cukup
panjang.
3) Dapat diingkari dengan kata tidak; mislanya tidak benar, tidak puas, tidak sehat,
tidak tenang.
Berdasarkan ciri tersebut, kata-kata yang didaftarkan dibawah ini adalah ajektiva
bertaraf:
baik mahal
indah sedikit
pandai berat
senang benar
luas sehat
3
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003, hlm. 172
Ajektiva tak bertaraf tidak dapat digabung dengan semua adverbia yang
dipakai sebagai pendamping ajektiva. Seperti abadi, buntu, gaib, ganda, genap,
kekal, lonjong, lurus, mutlak, sah tidak dapat diberi keterangan berupa adverbia,
hanya berkombinasi dengan kata ingkar tidak. Tidak ada bentuk agak abadi tetapi
tidak abadi.
Dari segi bentuknya kata sifat dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu (1) kata
sifat berbetuk tunggal, (2) kata sifat berimbuhan, dan (3) kata sifat bentuk ulang. Kata
sifat bentuk tunggal berupa kata dasar dan terdiri atas satu morfem. Contoh ajrktiva
bertaraf dan tak bertaraf yang tidak mengandung afiks adalah berbentuk tunggal. Kata
sifat berimbuhan sebagian besar dibentuk dengan bantuan sufiks yang diserap dari
bahasa Inggris dan bahasa Arab yang menjadi produktif dalam bahasa Indonesia,
yaitu sufiks –al, -i, -iah, -if, -ik, -is, -er, dan –wi.
Afiks Contoh
Sufiks -al formal
-i abadi
-iah lahiriah
-if aktif
-ik magnetik
-is praktis
-er komplementer
-wi manusiawi
Adverbia terdiri dari dua golongan besar, yaitu (1) adverbia tunggal dapat
dirinci lagi berupa kata dasar, kata berafiks, dan kata ulang. Contoh adverbia menurut
pengelompokan tersebut.
4
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003, hlm. 197-212
Ada dua jenis kata yang juga mengacu kepada benda, yaitu kata ganti
(pronomina) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
Sedangkan kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang), dan konsep.5 Macam-macam
pronomina yaitu pronomina persona dipakai untuk mengacu kepada orang,
pronomina penanya (apa, siapa, mana, kapan, dst.) yang dipakai untuk menanyakan
benda (orang atau barang), selain itu ada pronomina penyapa Bu, Pak, Dok, Prof,
serta penunjuk umum ini, itu yang juga mengacu kepada benda.
Numerralian memiliki fungsi untuk menghitung benda. Angka-angka, mulai
dari minus sampai plus sekian adalah (sesuatu) benda juga. Contohnya.
tiga satu-satu
ketiga banyak (misalnya orang, mobil, uang)
tiga bersaudara setengah
5
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003, hlm. 249 & 275
Kata tugas tidak mempunyai arti leksikal, yaitu arti kata secara lepas tanpa
kaitan dengan kata lain (misalnya makan berarti ‘memasukkan sesuatu kedalam
mulut, dikunyah, lalu ditelan’). Kata agar, dari, ke, yang, si tidak mempunyai arti
leksikal seperti halnya kata makan, barulah jelas setelah dikaitkan dengan kata lain;
misalnya agar lulus ujian, dari kebun, ke kampus, yang sebelah kiri, si terhukum.kata
tugas tidak dapay menjadi kata turunan, dari kata di, yang, wah tidak dapat dibentuk
kata turunan. Hanya sebab, sampai, oleh, aduh menjadi disebabkan, penyampaian,
memperoleh, mengaduh. Kata tugas untuk berbagai tujuan seperti kata sambung
untuk mennyambungkan bagian-bagian kalimat; kata seru dipakai untuk membuat
kalimat seru.
preposisi + nomina
Di Makasar (bertempat di kota Makasar). Bertempat berfungsi sebagai penunjuk
lokasi dan kota Makasar adalah nama lokasinya. Di tidak boleh diganti karena
perannya sebagi penunjuk.
Dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam: (1) preposisi tunggal dapat
berupa kata dasar misalnya akan, dari; dapat juga kata turunan/berafiks misalnya
bagaikan, mengenai, seluruh. (2)Preposisi majemuk ada yang berdampingan
Kata sambung juga dapat dipakai untuk menautkan dua kalimat dalam sebuah
alinea dengan cara memakai konjungtor pada awal kalimat kedua; bahkan dapat juga
pada awal kalimat ketiga. Konjungtor itu dinamakan konjungtor antarkalimat.
1) Pak Susilo mengidap radang hati. Selain itu, dia juga terkena penyakit diabetes.
2) Situasi memanf sudah membaik. Akan tetapi, kita harus selalu siaga.
j. Partikel Penegas
Partikel adalah ‘unsur-unsur keecil dari suatu benda’, maksudnya unsur kecil
dalam bahasa disebut partikel. Berkaitan dengan kata tugas, partikel disini berfungsi
membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu –kah dan –tah ditambah dengan –lah
yang dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif),
serta pun yang hanya dipakai dalam kalimat pernyataan.
Contoh:
-kah
(1) Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
-lah
(2) Kalau engkau mau, ambilah apel itu satu!
-tah
(3) Siapatah gerangan jodohku nanti?
Pun
(4) Hendak makan pun lauknya tidak ada.
Frasa adalah kelompok kata yang tidak memiliki unsur subjek predikat.
Konstruksinya yang berupa kelompok kata menujukkan frasa lebih tinggi dari
kata. Frasa adalah kelompok kata yang tidak memiliki unsur subjek predikat.
Konstruksinya yang berupa kelompok kata menujukkan frasa lebih tinggi dari
kata. Bertolak dari batasan dan konstruksi , berarti membentuk frasa bukanlah
menyandingkan kata kata seperti membuat kalimat pada umum nya ,melainkan
harus nonpredikatif dan menghasilkan makna yang lebih luas dari kata. Dalam hal
ini proses pembentukan frasa sama dengan pembentukkan kata majemuk, tetapi
jumlah kata pembentuk frasa bisa jauh lebih banyak dari kata majemuk .6
Kelompok kata langit batik biru baju dan yang berbahaya sangat penyakit
bukan lah frasa karena rangkaian kata itu tidak mempunyai kesatuan makna
(ingat:hubungan antara bentuk dan makna yang sudah dibicarakan dimuka). jika
rangakaian kata itu diubah susunan nya sehingga mempunyai makna yang jelas
,misalnya baju batik biru langit dan penyakit yang sangat berbahaya barulah
kelompok kata itu dinamakan frasa . sama halnya dengan kata , frasa juga akan
berfungsi sebagai subjek ,predikat ,objek, dan keterangan di dalam kalimat .
6
Lamuddin finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia),2009, hlm. 100
c) Frasa nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan
memperluas sebuah kata benda kekiri dan kekanan ;kekiri menggolongkan
,misalnya; dua buah buku ,seorang teman , beberapa butir telur; kekanan
sesudah kata benda (inti) berfungsi mewatasi(membatasi),misalnya: buku dua
buah ,teman seseorang,telur beberapa butir.
1) Frasa nominal modikatif (mewatasi) ,misalnya: mungil , hari minggu,buku
dua buah ,pemuda kampus .
2) Frasa nominal koordinatif(tidak saling menerangkan) ,misalnya: hak dan
kewajiban ,sandang pangan , dunia akhirat,lahir batin .
3) Frasa nominal apositiv:
Anton, mahasiswa teladan itu,kini menjadi dosen di universitas
nya
Burung cendrawasih ,burung langka dari irian itu,sudah hampir
punah.
d) Frasa adverbial
e) Frasa pronominal
Frasa pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti.frasa
ini terdiri atas tiga jenis :1) modifikatif,misalnya:kami semua ,kalian semua ,
anda semua ,mereka semua mereka itu ; 2) koordinatif ,misalnya :engakau dan
aku ,kami dan mereka , serta saya dan dia ;3) apositif :
Kami, bangsa Indonesia ,menyatakan perang melawan korupsi .
Mahasiswa ,para pemuda,siap menjadi pasukan antikorupsi.
f) Frasa numeralia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata
bilangan .frasa ini terdiri atas:
Modifikatif:
Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban
Orang itu menyumang pembangunann jalan kampung dua juta
rupiah
Koordinatif:
Lima atau enam orang bertopeng ,elintasdi kegelapan pada
gang itu.
Entah tiga ,entah empat kali saya makan obat hari itu.
8. Definisi Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari subjek, predikat baik
disertai objek, pelengkap, dan keterangan ataupun tidak.Dengan ringkas,
klausa ialah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.Objek,
pelengkap dan keterangan dalam klausa bersifat manasuka, artinya boleh ada,
boleh juga tidak ada.Kelima unsur dalam klausa seperti subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan memang tidak selalu bersamaan dalam
klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri subjek dan predikat, kadang-
kadang terdiri dari subjek, predikat, dan objek, kadang-kadang terdiri dari
subjek,predikat, dan pelengkap, dan lain sebagainya.7
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa
dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri
atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat
(Kiridalaksana, 1993:110).Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak
berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau
tanda baca yang menjadi ciri kalimat.8
Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai
dengan O, Pel, dan Ket, ataupun tidak.Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah
S dan P. tetapi, dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan.Misalnya dalam
kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang
merupakan jawaban.(Ramlan 1987:89).Misalnya :
(1) Bersama dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh.
Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a) bersama dengan
istrinya, klausa (b)Bapak Soleh datang, dan klausa (c) membawa oleh-
oleh. Klausa (a) terdiri atas unsur P, diikuti Pel, klausa (b) terdiri atas S
dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat penggabungan ketiga
klausa tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan.
7
Parera, Dasar-Dasar Analisis Sintaksis, (Jakarta:Erlangga,2009), hlm. 45
8
Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1993), hlm.110
9
Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:Erlangga,2009), hlm.72
10
Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:Erlangga,2009), hlm.76
11
Achmad, Linguistik Umum, (Jakarta:Erlangga,2012), hlm. 74
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa Indonesia yang mempelajari
tentang kata, frase, klausa, kalimat, wacana, dan sebagainya.
Kata adalah gabungan huruf yang mempunyai makna.
Frase adalah gabungan dari dua kata yang tidak memiliki subjek
predikat.
Klausa adalah kalimat yang terdiri dari minimal subje dan predikat dan
maksimalnya terdiri dari subjek, predikat, objek dan keterangan.
Kalimat adalah sebuah bentuk ketatabahasaan yang memiliki makna
tertentu.