Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Matematika Falak
Dosen Pengampu:
Dziki Ari Mubarok, M.Pd.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah Fiqh
Sholat dan Waktunya. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Dziki Ari Mubarok, M.Pd. yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai Fiqh
Sholat dan Waktunya yang kami buat berdasarkan berbagai sumber. Semoga
makalah kami dapat bermanfaat, serta dapat memberikan pengetahuan yang luas
bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A.Latar Belakang.............................................................................................1
B.Rumusan Masalah.......................................................................................2
C.Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A.Kesimpulan................................................................................................12
B.Saran..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering kali kita sebagai orang Islam tidak mengetahui kewajiban kita
sebagai mahluk yang paling sempurna yaitu sholat, atau terkadang tau tentang
kewajiban tapi tidak mengerti terhadap apa yang dilakukaan. Sholat
merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh
berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin. Sholat merupkan rukun
Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang)
salah satunya adalah sholat, sehingga barang siapa yang mendirikan sholat,
maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan
sholat, maka ia meruntuhkan agama (Islam)
Sholat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak 5 kali,
berjumlah 17 raka’at. Sholat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh
tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah
maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain sholat wajib yang lima ada
juga sholat sunnah.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai arti sholat,
dasar hukum sholat serta ketentuan waktu sholat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan:
1. Apa pengertian sholat dan waktunya ?
2. Apa saja dasar hukum sholat?
3. Bagaimana ketentuan waktu sholat?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian sholat dan waktunya.
2. Memahami dasar-dasar hukum sholat.
1
3. Memahami ketentuan waktu sholat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
ُّا ٌعوعمعل ٌئلعكتعله ٌي لعصيلوُّعن ٌعععل ٌإلننللب ٌعي ٌأأييعاَهُّ ٌإ ن لليِذَّعن ٌإععمنلوُّإ ٌعصل يوُّإ ٌععلعييله ٌعوعسل للموُّإ ٌت عيسللي ياَه
لإنن ٌ ع
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormaian kepadanya."(QS. al-Ahzab [33]:56).
Sedangkan rnenurut istilah sholat berarti suatu ibadah yang mengandung
ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam, dengan syarat-syarat tertentu.
Jika dalam suatu dalil terdapat anjuran untuk mengerjakan sholat, maka
secara lahirnya kembali kepada sholat dan pengertian syari'at. Karena shalat
merupakan suatu kewajiban sebagaimana yang terdapat dalarn Al-Qur' an dan
hadis.
Dalam Islam sholat mempunyai tempat yang khusus dan fundamental,
karena sholat merupakan salah satu rukun Islam, yang harus ditegakkan,
sebagaimana yang terdapat dalam surat an-Nisa' [4] ayat 103:
3
"Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman," (QS.an-Nisa' [4]:103).
Surat al-Baqarah [2] ayat 43:
4
Bumi, sehingga metode atau cara yang dipakai adalah hisab (menghitung
waktu shalat). Dimana hakikat hisab waktu shalat adalah menghitung kapan
Matahari akan menempati posisi-posisi seperti tersebut dalam nash-nash
waktu sholat. Sehingga pemahaman inilah yang dipakai oleh madzab Hisab
dalam persoalan penentuan waktu shalat. Dan waktu sholatnya oleh para
ulama' fiqh disebut waktu Riyadhy. Dengan cara hisabi nilah yang nantinya
lahir adanya jadwal waktu sholat abadi atau jadwal sholat sepanjang masa.
Dua madzab tersebut pada dasarnya berlaku di masyarakat, ini dapat
dilihat dari adanya tongkat istiwa' (istilah Jawa: bencet) di setiap (depan)
masjid yang digunakan untuk menentukan waktu saat menjelang sholat.
Adanya tongkat istiwa' ini memberikan simbol bahwa madzab Rukyah juga
memang masih ada (berlaku) di masyarakat. Walaupun di dalam masjid
tersebut juga terdapat jadwal waktu sholat abadi yang biasanya dipakai
pedoman di saat cuaca tidak mendukung (mendung) yang memberikan simbol
adanya madzab Hisab.
Namun dikotomi madzab Hisab dan madzab Rukyah dalam persoalan
penentuan waktu sholat, tidak nampak adanya suatu persoalan atau "greget
besar" atau bahkan sekat pemisah madzab-madzab tersebut, nampak tidak
muncul (tidak ada). Karena menurut hemat penulis, dalam persoalan
penentuan waktu sholat ini oleh masyarakat, kedua madzab tersebut sudah
diakui validitas dan keakuratan hasilnya. Ini dapat dilihat adanya jadwal waktu
shalat yang tercanturn pada setiap masjid walaupun di depan masjid juga
dipasang bencet atau tongkat istiwa'. Kiranya ini maklum adanya, karena hasil
hisab sudah terbukti keakuratan dan validitasnya (sesuai dengan hasil rukyah).
Sehingga dalam hal ini, baik bagi madzab Hisab maupun madzab Rukyah
berlaku adanya simbiosis mutualisme, di mana apa yang dilakukan oleh
madzab Rukyah bisa dipakai sebagai pembuktian empirik dari hasil madzab
Hisab, begitu pula sebaliknya. Adapun dasar hukum waktu sholat antara lain:
5
"Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman" (QS. an-Nisa' [4]:103).
b) Surat Thaha {20} ayat 130
ع عوسس لبيح ٌ ل عبيملد ٌعرب لعك ٌقعيبعل ٌلطلليوُّ ٌلعاَهُّلنشيملس ٌعوقعيبعل ٌغللريو ٌ لبعاَهُّا ٌعولمين ٌأ آن عآ آلئ ٌإل نييلل ٌ ع عفسس لبيح
ل ٌتعيرعض عوعإيطعرإعف ٌإلننعاَهُّلرل ععع ن ع
"Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit Matahari dan
sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-uiaktu dimalam
"hari dan pada waktu-wakiu di siang hari, supaya kamu merasa senang
(QS. Thaha [20]:130).
c) Surat al-Isra' [17]:78
اعلقلم ٌلنصعلوُّعة ٌ ل لللليوُّلك ٌإلنشيملس ٌلإعل ٌغععسلق ٌإل نييلل ٌعولقير‘ْإعن ٌإليعفيجرلر ٌلإنن ٌلقيرعإعن ٌإليعفيجلر ٌعكعن
عميشلهيوُّيدإ
"Dirikanlan salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam
dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat)"(QS. al-Isra' [17]:78).
d) Surat Hud [11]:114
عوعإلق ٌإلنصلعوُّ ٌعة ٌعطلر ع لف ٌلننعاَهُّلر ٌعولزل عيفاَهُّ ٌ لمعن ٌإل نييلل
Artinya: "Dan dirikanlan sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan
peiang) dan pada bagian permulaan daripada malam"(QS. Hud [11]:
114).
e) Hadis riwayat Jabir bin Abdullah r.a.
عن ٌجاَهُّبر ٌبن ٌعبدا ٌرض ٌا ٌعنه ٌقاَهُّل ٌإن ٌإلنب ٌصلعم ٌجاَهُّءه ٌجبيل ٌعليه
إلسلما ٌفقاَهُّل ٌل ٌق ٌفصل ٌفصل ٌإلظهر ٌحت ٌزإلت ٌإلشمس ٌث ٌجاَهُّءه ٌإلعص ٌفقاَهُّل
ق ٌإلعص ٌحي ٌصاَهُّر ٌظلل ٌكل ٌشئ ٌمثل ٌث ٌجاَهُّءه ٌإلغمرب ٌفقاَهُّل ٌق ٌفصل ٌإلغمرب
حي ٌوجبت ٌإلشمس ٌث ٌجاَهُّءهاَهُّلغمشاَهُّء ٌفقاَهُّل ٌق ٌفصل ٌإلعشاَهُّء ٌفقاَهُّل ٌق ٌفصل
فصل ٌإلفجر ٌحي ٌبرق ٌإلقجر ٌوقاَهُّل ٌسطع ٌإلبحر ٌث ٌجاَهُّءه ٌبعدإلغمد ٌللظهر ٌفقاَهُّل ٌق
فصل ٌفصل ٌإلعص ٌحي ٌصاَهُّر ٌظلل ٌك ٌشئ ٌمثل ٌث ٌجاَهُّءه ٌإلغمرب ٌوقتاَهُّ ٌوإحدإ
6
ل ٌيِذَّزل ٌعنه ٌث ٌجاَهُّءه ٌإلعشاَهُّء ٌحي ٌذهب ٌنصف ٌإلليل ٌإوقاَهُّل ٌثلث ٌإلليل ٌفصل
إلعشاَهُّء ٌحي ٌجاَهُّءه ٌحي ٌإسفر ٌجدإ ٌفقاَهُّل ٌق ٌفصل ٌفصل ٌإلفجر ٌث ٌقاَهُّل ٌماَهُّ ٌبي
هذيِذَّن ٌإلوُّقتي
Dari Jabir bin Abdullah r.a berkata: telah datang kepada Nabi SAW.
Jibril a.s lalu berkata kepadanya; bangunlah! lalu bersembahyanglah,
kemudian Nabi shalat Dzuhur di kala Matahari tergelincir. kemudian ia
datang lagi kepadanya di waktu Ashar lalu berkata: bangunlah lalu.
sembahyanglah kemudian Nabi Shala: Ashar di kala bayang-bayang
sesuatu sama dengannya. Kemudian ia daiang lagi kepadanya di waktu
Maghrib lalu berkata: bangunlah lalu Shalatlah, kemudian Nabi Shalat
Maghrib dikala Matahari terbenam. Kemudian ia datang lagi kepadanya
di waktu lsya' lalu berkata: bangunlah dan Shalatlah! kemudian Nabi
Shalat lsya' di kala mega merah teloh. terbenam. kemudian in datang lagi
kepadanya di uiaktu fajar lalu berkata: bangunlah dan Shalatlah
kemudian. Nabi Shalai fajar di kala fajar menyingsing, atau ia berkata; di
waktu fajar bersinar. Kemudian ia datang pula esak harinua pada waktu
Dzuhur, kemudian berkata kepadanya: bangunlali lalu Shalaiiah,
kemudian Nabi Shalai Dzuhur di kala bayang- bayang sesuatu sama
dengannya. Kemudian datang lagi kepadanya di waktu Ashar dan ia
berkata:bangunlan dan sholatlah! kemudian Nabi Shalai ashar di
kalabayang-bayang matahari dua kali sesuaiu itu. Kemudian ia datang
lagi kepadanya di waktu Maghrib dalam waktu yang sarna, tidak bergeser
dari waktu yang sudah. Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu lsya'
di kala telah lalu separo malam, atau ia berkata: telah hilang seperiiga
malam, kemudian Nabi Shalat lsya'. Kemudian ia datang lagikepadanya
di kala ielah. bercahaua benar dan ia berkaia; bangunloh lalu Shalatiah,
kemudian Nabi Shalai fajar. Kemudian Jibril berkata: saat dua waktu itu
adalah uiakiu Shalat." (HR. Imam Ahmad dan Nasai dan Tirmidzi).
f) Hadis riwayat Abdullah bin Amar r.a
7
عن ٌعبدا ٌبن ٌعر ٌرض ٌا ٌعنه ٌقاَهُّل ٌإن ٌإلنب ٌصلعم ٌقاَهُّل ٌمقت ٌإلظهر ٌإذإ
زإلت ٌإلشمس ٌوكن ٌظلل ٌك ٌإلرجل ٌكطوُّل ٌماَهُّل ٌيضح ٌإلعص ٌووقت ٌإلعص
ماَهُّل ٌتصفر ٌإلشمس ٌووقت ٌصلة ٌإلغمرب ٌماَهُّل ٌيغمب ٌإلشفق ٌووقت ٌصلة
إلعشاَهُّء ٌإل ٌنصف ٌإلليل ٌاوسط ٌووقت ٌصلة ٌإلصبح ٌمن ٌطلوُّع ٌإلفجر ٌماَهُّل
تطلعاَهُّشس
"Dan Abdullah bin Amar r.a berkata: Sabda Rasulullah saw, waktu
Dzuhur apabila tergelincir matahari, sampai bayang-bayang seseorang
sama dengan tingginya, yaitu selama belum datang waktu Ashar. Dan
waktu Ashar selama Matahari belum menguning. Dan waktu Maghrib
selama Syafaq belum terbenam (mega merah). Dan sampai iengah malam
yang pertegahan. Dan waktu Shubuh mulai fajar menyingsing sampai
selama mataharibelum terbit.”2
C. Ketentuan Waktu Shalat
Dari uraian dasar hukum di atas dapat diperinci ketentuan waktu-waktu
sholat yang telah ditentukan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril, sebagai
berikut:
1. Waktu Dzuhur
Ketika siang hari terdapat waktu istiwa (zawaal) yang terjadi ketika
matahari berada di titik tertinggi. Istiwa juga dikenal dengan sebutan
tengah hari (midday/ noon). Pada istiwa, mengerjakan ibadah shalat (baik
wajib maupun sunah) adalah haram.3
Waktu dzuhur dimulai sejak matahari tergelincir sampai bayang-
bayang sesuatu sama atau dua kali panjangnya 4, atau dapat dikatakan
sesaat setelah istiwa, yakni ketika matahari telah condong ke arah barat 5,
atau sesaat setelah matahari mencapai titik kulminasi dalam peredaran
2
Ibid., hal. 80-85.
3
Ahmad Izzan dan Iman Saifullah, STUDI ILMU FALAK, Cet. 1, (Tangerang: PAM Press, 2013), Hal.
83
4
Muhyidin Khazin, ILMU FALAK DALAM TEORI DAN PRAKTIK, Cet. 3, (Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004), hal. 87
5
Ahmad Izzan dan Iman Saifullah, Loc. Cit.
8
hariannya, sampai tibanya waktu ashar.6 Begitupun sebagaimana atsar
menjelaskan saat malaikat Jibril menjadi imam shalat bersama Rasulullah
saw:
إ ٌنه ٌصل ٌبلنب ٌصل ٌا ٌعليه ٌوسل ٌإلظهر ٌف ٌإليوُّما ٌاول ٌحي ٌزإلت
ٌإلوُّقت ٌماَهُّ ٌبي:ٌ ه ٌث ٌقاَهُّل،إلشمس ٌوف ٌإليوُّما ٌإلثاَهُّن ٌحي ٌكن ٌظل ٌك ٌشء ٌمثل
هذيِذَّن
“Bahwa Jibril melakukan shalat zuhur bersama Rasulullah saw pada hari
pertama mereka melakukannya saat matahari tergelincir dari titik
kulminasinya dan di hari kedua saat bayang-bayang benda sama panjang
dengan bendanya. Katanya, waktu (zuhur) di antara dua waktu ini.” (HR.
Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad, Al-Hakim, Ath-Thabrani, Ad-
Daruquthni, dan Al-Baihaqi).
2. Waktu Ashar
Menurut Mazhab Syafi’I, Maliki, dan Hambali, waktu ashar diawali
jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri.
Sementara, Madzab Imam Hanafi mendefinisikan waktu ashar jika
panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri.
Dan ilmu fiqih sepakat berakhirnya waktu shalat ini beberapa saat
menjelang terbenamnya matahari.7 Jadi dapat dikatakan bahwa waktu
shalat ashar dimulai ketika bayang-bayang sesuatu sama panjangnya atau
ketika bayang-bayang sesuatu dua kali panjangnya sampai matahari
menguning.8
3. Waktu Maghrib
Waktu maghrib dimulai sejak matahari terbenam sampai tibanya waktu
isya’9, yaitu hilangnya mega merah (syafaq) di langit barat,10 sebagaimana
sabda Rasulullah saw:
6
Kementrian agama RI, Op. Cit., hal. 85
7
Ahmad Izzan dan Iman Saifullah, Op. Cit., hal. 84
8
Muhyidin Khazin, Loc. Cit.
9
Kementrian agama RI, Op. Cit., hal. 86
10
Muhyidin Khazin, Loc. Cit.
9
وقت ٌإلغمرب ٌماَهُّ ٌل ٌيغمب ٌإلشفق
“Waktu shalat magrib itu adalah selama syafaq (sinar merah) belum
lenyap.”
ه ٌإناَهُّ ٌإلتفربط ٌإن ٌتؤخالر ٌإلصلة ٌحت ٌيدخل ٌوقت ٌاخالري،ليس ٌإلتفربط ٌف ٌإلنوُّما
“Orang yang tertidur tidak dianggap sebagai orang yang lalai karena
yang dianggap lali ialah orang yang tidak mengerjakan sholat pada
waktunya sampai masuk waktu shalat lain.” (HR. At-Tirmidzi, An-Nasa’I,
Ahmad, Ath-Thayalisi, Ad-Dairami, dan Ath-Thabrani)
11
Ahmad Izzan dan Iman Saifullah, Op. Cit., hal. 85
12
Kementrian agama RI, Loc. Cit.
13
Ahmad Izzan dan Iman Saifullah, Op. Cit., hal. 86
10
matahari oleh debu partikel antar planet yang terletak antara bumi dan
matahari. Setelah cahaya ini muncul beberapa menit kemudian cahaya ini
hilang dan langit gelap kembali. Saat berikutnya barulah muncul cahaya
menyebar di cakrawala secara horizontal dan inilah yang dinamakan fajar
shiddiq. Fajar inilah yang dijadikan patokan beberapa ritual ibadah, seperti
dimulainya waktu shalat subuh, berakhirnya waktu shalat isya dan
dimulainya imsak (menahan diri) dari segala yang membatalkan shaum.
Rasulullah saw bersabda: “Fajar itu ada dua macam, yaitu fajar yang
(pertanda) diharamkannya makan (bagi yang berpuasa) dan (pertanda)
masuknya waktu shalat (subuh); dan fajar yang dilarang padanya (belum
masuk waktu) shalat subuh dan dihalalkan ketika itu makan”(HR. Ibnu
Khuzaimah dan Al-Hakim).
14
Ibid., hal. 86-87
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sholat berarti suatu ibadah yang mengandung ucapan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, dengan syarat-
syarat tertentu.
Beberapa dasar hukum sholat dan waktunya yaitu: Surat al Nisa' [4] ayat
103, Surat Thaha {20} ayat 130, Surat al-Isra' [17]:78, Surat Hud [11]:114,
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah r.a, Hadis riwayat Abdullah bin Amar r.a.
Waktu dzuhur dimulai sejak matahari tergelincir sampai bayang-bayang
sesuatu sama atau dua kali panjangnya. Waktu shalat ashar dimulai ketika
bayang-bayang sesuatu sama panjangnya atau ketika bayang-bayang sesuatu
dua kali panjangnya sampai matahari menguning. Waktu maghrib dimulai
sejak matahari terbenam sampai tibanya waktu isya’, yaitu hilangnya mega
merah (syafaq) di langit barat. Waktu Isya’ dimulai sejak hilangnya mega
merah sampai separuh malam ada juga yang mangatakan seperti, ada juga
yang menyatakan akhir shalat isya’ adalah terbitnya fajar. Sedangkan waktu
subuh diawali saat terbitnya fajar shiddiq sampai matahari terbit (syuruk).
B. Saran
Saran yang diberikan penulis antara lain:
1. Bagi seorang muslim hendaknya memahami seluk beluk mengenai konsep
fiqh sholat dan waktunya agar dapat menjalankan ibadah sholat dengan
benar sesuai syariat.
2. Seorang muslim juga diharapkan mampu mengetahui ketentuan-ketentuan
waktu sholat dengan benar agar sholatnya lebih sah.
12
DAFTAR PUSTAKA
Izzan, Ahmad dan Saifullah, Iman. 2013. Studi Ilmu Falak. Cet. 1. Tangerang:
PAM Press.
Kementrian agama RI. 2013. Ilmu Falak Prakti. Cet. 1. Jakarta: Sub Direktorat
Pembina Syariah dan Hisab Rukyat Direktorat Urusan Agama Islam
Pembinaan Syariah.
Khazin, Muhyidin. 2004. Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik, Cet. 3.
Yogyakarta: Buana Pustaka.
13