You are on page 1of 24

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN


DIAGNOSA MEDIS STROKE
Dosen Pengampu : Sri Setyowati,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Di Susun Oleh:
Ernawati : 04154178
Halimah Rosyidah : 04154179
Hujatul Nurhayati : 04154180
Hanik Mafiroh : 04154181

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK ........................................................................... 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
STROKE ............................................................................................................................. 3
A. Konsep Lansia ......................................................................................................... 3
B. Konsep Stroke ......................................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................................ 13
PROSES KEPERAWATAN .................................................................................................... 13
BAB IV ................................................................................................................................ 21
PENUTUP ........................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan


dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan
dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada
yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua
yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19
juta jiwa penduduk Indonesia 8,5% mengalami stroke yaitu lansia.

Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi
secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak.
Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan
1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita.

Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan


saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan
pembuluh darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses degenerative
system saraf tampaknya sedang merambah naik di Indonesia. Walaupun belum
didapat data secara konkrit mengenai hal ini.

Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan


ekonomi dan perubahan gaya hidup terutama masyarakat perkotaan.
Kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin
mudah sehingga meningkatkan hasrat mereka untuk terus berjuang mencapai
tujuan dengan penuh persaingan dalam perjuangan tersebut, benturan-benturan
fisik maupun psikologis tidak pernah dipikirkan efek bagi kesehatan jangka
panjang. Usia harapan hidup di Indonesia kian meningkat sehingga semakin
banyak terdapat lansia. Dengan bertambahnya usia maka permasalahan
kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks. Salah satu penyakit yang sering

1
dialami oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan factor resiko yang paling
penting bagi semua jenis stroke.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan
pada Lansia dengan Stroke

b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu mengetahui Definisi stroke
2) Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari stroke
3) Mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi stroke
4) Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan stroke
5) Mahasiswa mampu mengetahui dan membuat Asuhan Keperawatan
Lansia dengan Stroke

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE
A. Konsep Lansia

1. Definisi
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran. Di
Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun
wanita (Kushariyadi, 2011). Menurut Badan kesehatan dunia (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.

Berikut ini batasan-batasan usia yang mencakup batasan usia lansia dari
berbagai pendapat ahli (Azizah, 2011):

Menurut world health organization (WHO), ada empat tahapan usia, yaitu:
a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.
c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
d) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.
Depkes RI (2013) mengklasifikasikan lansia dalam kategori sebagai berikut :

a). Pralansia, seseorang yang berusia anatra 45-59 tahun.


b) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c) Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
d) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

3
2. Perubahan yang terjadi pada lansia
Terdapat banyak perubahan fisiologi yang terjadi pada lansia. Perubahan
tersebut tidak bersifst patologis, tetapi dapat membat lansia lebih rentan
terhadap beberapa penyakit. Perubahan fisiologis lansia menurut Effendi &
Makhfudli (2009) antara lain:
a. Sistem integumen Seiring proses penuaan, kulit akan kehilangan elastisitas
dan kelembabannya. Lapisan epitel menipis, serat kolagen elastis juga
mengecil da menjadi kaku. Kulit menjadi keriput akibat kehilangan
jaringan lemak,permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respons
terhadap trauma,mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan
rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga
menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar
keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan
kurang bercahaya.
b. Sistem muskuloskeletal Sebagian besar lansia mengalami perubahan
postur, penurunan rentang gerak dan gerakan yang melambat. Perubahan
ini merupakan contoh daribanyaknya karakteristik normal lansia yang
berhubungan dengan proses menua.Penurunan massa tulang menyebabkan
tulang menjadi rapuh dan lemah.
c. Sistem Neurologis Penurunan jumlah sel-sel otak sekitar 1 % per tahun
setelah usia 50 tahun. Hilangnya neuron dalam korteks serebral sebanyak
20%. Akibat penurunan jumlah neuron ini, fungsi neurotrasmiter juga
berkurang. Transmisi saraf lebih lambat, perubahan degeneratif pada
saraf-saraf pusat dan sistem saraf perifer, hipotalamus kurang efektif
dalam mengatur suhu tubuh, peningkatan ambang batas nyeri, refleks
kornea lebih lambat serta perubahan kualitas dan kuantitas tidur.
d. Sistem Pernafasan Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan menjadi
kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru hilangan elastisitas

4
sehingga kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas
pernapasan maksimal menurun dan kedalaman bernapas menurun.
e. Sistem Gastrointestinal Kehilangan gigi, indra pengecap mengalami
penurunan, esofagus melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun,
produksi asamlambung dan waktu pengosongan lambung menurun,
peristalik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun,
hati semakin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta
berkurangnya suplai aliran darah.
f. Sistem Genitourinaria Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran
darah ke ginjal menurunhingga 50%, fungsi tubulus berkurang,otot
kandung kemih melemah.

B. Konsep Stroke

1. Definisi
Stroke adalah penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak
yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja, dan kapan
saja.(Muttaqin.2008).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang


berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan yang berhubungan dengan


obstruksi aliran datah otak. (Corwin.2009).

2. Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
(Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragic,

5
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebra
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan
edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi
willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim
otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subaraknoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun
fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, dll).
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik.
3. Etiologi
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral

6
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang
tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada
48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosi
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu
penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria,
basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis
bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
b. Arteritis( radang pada arteri )
c. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease
(RHD).

7
2) Myokard infark
3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil
dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

4. Manifestasi Klinik
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala
sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

5. Patofisiologi
1. Stroke Hemoragic
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab
utama kasus gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat
terjadi di luar duramater (hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah
duramater, (hemoragi subdural), diruang subarachnoid (hemoragi

8
subarachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral).
Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur
tengkorak dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain.
Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya
sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural
biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan
hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan
tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi
subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala.
Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma
pada area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada
otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma.
Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan
aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit
ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. pada orang yang
lebih muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan
oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga
disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan
penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat
aditif).
Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal
ganglia. Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila
hemoragi membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam
bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien
dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran
dan abnormalitas pada tanda vital.
2. Stroke Non Hemoragic
Terbagi atas 2 yaitu :

9
a. Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya
penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena thrombus yang
makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak
lancer. Penurunan aliran arah ini menyebabakan iskemi yang akan
berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan
mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi nekrosis. Lokasi
yang tersering pada stroke trombosis adalah di percabangan arteri
carotis besar dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri
basiler. Onset stroke trombotik biasanya berjalan lambat.
b. Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas
dari bagian tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut
terjebak di pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada
daerah percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri carotis di
bagian tengah atau Middle Carotid Artery ( MCA ). Dengan adanya
sumbatan oleh emboli akan menyebabkan iskemic.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diagnostik yang dapat dilakukan adalah :

a. Laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,


kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
b. Sinar X tengkorak untuk menggambarkan perubahan kelenjar
korpengpineal daerah yang berlawanan dari masa yang luas.
c. Ultrasonografi doppler untuk mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah sistem arteri karotis aliran darah dan atau muncul plak) atau
arteriosklerotik.
d. EEG (Electroencephalography) untuk mengidentifikasi masalah
didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan darah
lesi yang spesifik.
e. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau
infark.

10
f. MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk mengetahui adanya edema,
infark, hematom dan bergesernya struktur otak
g. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas
mengenai pembuluh darah yang terganggu secara spesifik.

7. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan ogsigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang
NGT.
Penatalaksanaan spesifik berupa :
 Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis,
antikoagulan, obat hemoragik
 Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan
pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi.

8. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu:

11
1) Hipoksia serebral
Diminimalakan dengan memberikan oksigenasi darah adekuat ke
otak. Fungsi otak tergantung pada ketersediaan O2 yang dikirimkan ke
jaringan. Pemberian O2 suplemen dan mempertahankan hemoglobin dan
hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam
mempertahankan hemoglobin dan hematrokit pada tingkat dapat diterima
akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan adekuat.

2) Aliran darah serebral


Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan intregitas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat ( cairan intravena) harus
menjamin penurunan vikosis darah dan memperbaiki aliran darah serebral
dan potensi meluasnya area cedera.

3) Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard / fibrilasi atrium / dapat berasal
dari katup jantung protestik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke
otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibtakan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombul
lokal. Selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus
diperbaiki.

12
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
a. Pasien (diisi lengkap) : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan,
Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku Bangsa, Tgl Masuk RS, No. CM,
Alamat.
b. Penanggung Jawab (diisi lengkap) : Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.
2. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
2. Riwayat kesehatan sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit)
3. Riwayat kesehatan yang lalu
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh pasien)
4. riwayat kesehatan keluarga
(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga
yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak)

3. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. pemeriksaan persistem
a. sistem persepsi & sensori
(pemeriksaan 5 indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecap, perasa)
b. Sistem persarafan
(bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara, pupil, orientasi
waktu & tempat)

13
c. Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas)
d. Sistem kardiovaskuler
(nilai TD, nadi dari irama, kualitas dan frekuensi)
e. Sistem gastrointestinal
(nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum, peritaltik,
eliminasi)
f. Sistem integumen
(nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien)
g. Sistem reproduksi
h. Sistem perkemihan
(nilai frekunsi BAK, volume BAK)

4. Pola fungsi kesehatan


a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
- kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
- mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ),
kelemahan umum.
- gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subyektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung, endokarditis bacterial ) , polisitemia.
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG

14
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
Data Subyektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan, kegembiraan
- kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara
usus ( ileus paralitik )
e. Makan/ minum
Data Subyektif:
- Nafsu makan hilang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
- Obesitas ( factor resiko )
f. Sensori neural
Data Subyektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang

15
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada
sisi ipsi lateral
g. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
h. Respirasi
Data Subyektif:
- Perokok ( factor resiko )
Tanda:
- Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
- Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur

16
- Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi. (Doenges E, Marilynn,2000 hal
292)

B. Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Keperawatan


1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit
oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.
Tujuan Pasien / kriteria evaluasi :
a. Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi
sensori / motorik
b. Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
c. Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan

Intervensi :
a. Monitor dan catat status neurologis secara teratur
R/ melihat penurunan dan peningkatkan saraf
b. Monitor tanda-tanda vital
R/ menentukan keadaan klien
c. Evaluasi pupil 9 ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya 0
R/ melihat reaksi dan fungsi
d. Bantu untuk mengubah pandangan , misalnya pandangan kabur,
perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang
R/ mengurangi penurunan penglihatan
e. Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami
gangguan fungsi
R/ mengurangi penurunan fungsi
f. Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral.
R/ agar tidak kaku
g. Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur
kunjungan sesuai indikasi
R/ Untuk kenyamanan

17
Kolaborasi :
a. Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
b. Berikan medikasi sesuai indikasi
c. Antifibrolitik, misal aminocaproic acid ( amicar )
d. Antihipertensi
e. Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.
f. Manitol

2. Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun, hilang rasa ujung
lidah.
Kriteria evaluasi :
a. Pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang
nafsu makan
b. BB stabil
c. Pasien mengungkapkan pemasukan adekuat

Intervensi :
a. Pantau masukan makanan setiap hari
R/ untuk menentukan intake dan output
b. Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
R/ melihat penuruna BB
c. Dorong pasien untuk makan diit tinggi kalori kaya nutrien sesuai
program
R/ menjaga keseimbangan BB
d. Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), hindari makanan terlalu
manis,berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
R/ untuk kenyamanan
e. Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah
R/ melihat output

Kolaborasi:

18
a. Pemberian anti emetic dengan jadwal regular
b. Vitamin A,D,E dan B6
c. Rujuk ahli diit
d. Pasang /pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan enteral

3. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskular,


ketidakmampuan dalam persespi kognitif

Tujuan Pasien / kriteria evaluasi : Tidak ada kontraktur, foot drop.


a. Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari
bagian tubuh
b. Menampakan kemampuan perilaku / teknik aktivitas sebagaimana
permulaannya
c. Terpeliharanya integritas kulit

Intervensi :
a. Ubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )
R/ mencegah terjadinya dekubitus
b. Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
R/ agar tidak terjadinya kekakuan
c. Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada
saat selama periode paralysis flaksid. Pertahankan kepala dalam keadaan
netral
R/ kenyamanan klien
d. Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi
R/ untuk kenyamanan
e. Bantu meningkatkan keseimbangan duduk
R/ untuk kenyamanan

Kolaborasi
a. Konsul ke bagian fisioterapi

19
b. Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik
c. Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi

20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran. Stroke
adalah cedera otak yang berkaitan yang berhubungan dengan obstruksi aliran
datah otak. (Corwin.2009). Lansia akan mengalami banyak perubahan baik
secara fisiologis, biologis, spiritual, dan psikologis.

B. Saran
Untuk setiap lansia diharapkan dapat menjaga kesehatan sehingga dapat
terhindar dari penyakit stroke. Untuk keluarga diharapkan mampu menjaga
asupan gizi lansia dan hal-hal yang bisa menimbulkan kekambuhan pada
lansia sehingga dapat terhindar dari stroke.

21
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Linda Juall. 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : ECG


Bates Barbara.1998. Pemeriksaan Fisik dan Kesehatan. Jakarta : EGC
Mardjono Mahar, Priguna Sidharta. 1998. Neurology klinis. Jakarta. Daian
Rakyat

22

You might also like