Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.1.8 Prognosis
Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun
2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus
meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan
Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun
2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di
Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki
urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama
dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data
P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus.
2.1.9 Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk
Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode yang tepat, yaitu :
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.
b. Biologis
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan cupang )
c. Kimiawi
Pengendalian kimiawi antara lain :
1) Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan sampai
batas waktu tertentu.
2) Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air,
vas bunga, kolam, dan lain-lain.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat
diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam
perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).
Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien
dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang terdekat,
masyarakat, maupun rekam medic.
b. Identitas klien dan keluarga, terdiri dari :
1) Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
2) Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
3) Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
4) Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi yang
diperoleh.
c. Keluhan utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang
ke rumah sakit
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran
kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin
lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
3) Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi
adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari
tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh.
Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan
cara mendengarkan menggunakan stetoskop ( auskultasi dinding abdomen untuk
mengetahu bising usus )
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindari
f. Riwayat gizi
Status gii anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
g. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu
makan menurun.
2) Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi.
Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada
DHF grade IV sering terjadi hematuria
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot
dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.
h. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat ( ≥20%)
2) Trambositopenia (≤100.000/ml)
3) Leukopenia
4) Ig.D. dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons actual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawata mempunyai lisensi dan kompeten
untuk mengatasinya. ( Perry Potter, 2005 )
Nursalam ( 2001 ) menyatakan diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien
dengan DHF adalah :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan.
Menurut Nanda, diagnose keperawatan dinyatakan dengan benar adalah sebagai berikut :
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
Batasan Karakteristik
- Konvulsi
- Kulit kemerahan
- Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Batasan Karakteristik
- Perubahan status mental
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan volume nadi
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan turgor lidah
- Pengeluaran haluaran urine
- Penurunan pengisian vena
- Membrane mukosa kering
- Kulit kering
- Peningkatan hematokrit
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Peningkatan konsentrasi urine
- Penurunan berat badan tiba-tiba
- Haus
- Kelemahan
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan
Batasan Karakteristik
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Menghindari makanan
- Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal
- Kerapuhan kapiler
- Diare
- Kehilangan rambut berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang makanan
- Kurang informasi
- Kurang minat pada makanan
- Penurunan berat badan denagn asupan makanan adekuat
- Kesalahan konsepsi
- Kesalahan informasi
2.2.3 Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada
klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut. ( Perry Potter, 2005 )
a. Menetapkan prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnose keperawatan
dengan dasar keparahan atau kepentingan fisiologis. Prioritas diklasifikasikan sebagai tinggi,
menengah, atau rendah. (Perry Potter, 2005 )
b. Merumuskan tujuan dan criteria hasil, pedoman penulisan criteria hasil berdasarkan “
SMART “
S : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda )
M : Measurable ( tujuan harus dapat diukur )
A : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai )
R : Reasonable ( tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah )
T : Time ( waktu keperawatan )
Nanda ( 2009 ) dan Doenges ( 2000 ), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan
yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh normal dengan criteria hasil suhu tubuh
35,50-37,00c
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 370 c, membrane mukosa basah, nyeri otot hilang
Rencana :
1) Ukur tanda-tanda vital ( suhu )
Rasional : Suhu 38,90c-41,10c, menunjukkan proses penyakit infeksi akut
2) Berikan kompres hangat
Rasional : Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi
3) Tingkatkan intake cairan
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria hasil mata tidak cekung,
membrane mukosa tetap lembab, turgor kulit baik
Kriteria hasil : Turgor kulit baik, kulit tidak kering, membrane mukosa tetap lembab
Rencana :
1) Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
Rasional : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan
mengakibatkan hipotensi dan takikardia
2) Observasi dan cata intake dan output
Rasional :Menunjukkan status volume sirkulasi,terjadinya/perbaikan perpindahan
cairan, dan respon terhadap terapi
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto. Jakarta